PENDAHULUAN
Penyakit kanker payudara salah satu penyakit yang tidak menular yang saat ini
masih menjadi masalah kesehatan yang serius yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada wanita.Kanker payudara merupakan insiden tertinggi
nomor dua yang menyebabkan kematian setelah kanker serviks dan terdapat
kecendrungan dari tahun ke tahun insiden nya semakin meningkat. Faktor
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kanker payudara meliputi faktor
reproduksi, faktor endokrin, diet dan ginetik atau riwayat keluarga. Menurut
Rasjidi (2009) dalam Dyanna (2015)
Diperkirakan jumlah kasus baru tidak kurang dari 1.050.346 per tahun. Dari
jumlah itu, 580.000 kasus terjadi di negara maju seperti jepang, sisanya di
negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan estimasi International
Agency for Researh on Cancer, pada tahun 2020 akan ada 1,15 juta kasus baru
kanker payudara dengan 411.000 kematian. Sebanyak 70% kasus baru .
[ CITATION Drd10 \l 1033 ]. Diperkirakan bahwa di seluruh dunia lebih dari
508.000 wanita meninggal pada tahun 2011 karena kanker payudara (WHO,
2013). World Health Organize (WHO, 2013) juga menyatakan bahwa
meskipun kanker payudara dianggap penyakit dari negara maju, hampir 50%
dari kasus kanker payudara dan 58% kematian oleh kanker payudara terjadi di
negara-negara yang kurang berkembang.
1
2
Secara garis besar penatalaksanaan kanker payudara dibagi dua, terapi lokal
(bedah konservatif, mastektomi radikal yang di modifikasi, mastektomi
radikal dengan rekontruksi) dan terapi sistemik (kemoterapi dan terapi
hormonal).Tindakan efektif yang paling sering dilakukan adalah dengan
pembedahan mastektomi Mastektomi profilaksis telah diketahui sebagai
pendekatan yang potensial dalam menurunkan resiko kanker payudara. Dalam
suatu penelitian kohort analisis dengan 639 wanita yang mempunyai risiko
kanker payudara yang tinggi, bilateral mastektomi mampu menurunkan angka
kematian akibat kanker payudara sebesar 90% [ CITATION Drd10 \l 1033 ].
Wanita yang mengalami kanker payudara akan mengalami konsep diri yang
negatif dan juga dapat mempengaruhi tingkah laku dalam hubungan dengan
orang lain, konsep diri yang positif menunjang terbentuknya individu dengan
kepribadian yang sehat penderita dengan konsep diri yang negatif penderita
akan mengalami depresi yang parah dan akan mempercepat perkembangan
kanker payudara bahkan sampai kematian (Potter & Perry 2006).
Pengobatan atau terapi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kanker payudara
antara lain pemberian kemoterapi (sitostatika ), radioterapi (penyinaran),
hormon, dan operasi pengangkatan payudara ( mastektomi ) (Purwoastuti,
2008). Tipe mastektomi dan penanganan kanker payudara bergantung pada
beberapa faktor, yakni usia, kesehatan secara menyeluruh, status menopause,
dimensi tumor, tahapan tumor dan seberapa luas penyebarannya, stadium
4
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Menggambarkan pelaksanaan asuhan keperawatan perioperatif dengan
tindakan wide excision atas indikasi kanker payudara di ruang operasi
Rumah Sakit Urip Sumoharjo.
Kanker payudara adalah karsinoma yang berasal dari duktus atau tubulus
payudara, merupakan masalah global dan isu kesehatan internasional yang
penting [ CITATION DrS10 \l 1033 ] Kanker payudara terjadi karena adanya
pertumbuhan abnormal sel pada payudara. Organ-organ dan kelenjar dalam
tubuh (termasuk payudara) terdiri dari jaringan-jaringan, berisi sel.
Umumnya, pertumbuhan sel normal mengalami pemisahan, dan mati ketika
sel menua dan digantikan dengan sel-sel baru. Tapi, ketika sel-sel lama tidak
mati dan sel-sel baru terus tumbuh meski belum diperlukan. Jumlah sel yang
berlebihan tersebut berkembang tidak terkendali sehingga membentuk
tumor. Namun tidak semua tumor merupakan kanker, terutama pada
payudara. Ada jenis tumor jinak (non kanker) ada juga tumor ganas (kanker)
[ CITATION WhS14 \l 1033 ].
5
6
dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak, terjadi perlengketan dengan struktur lainnya,
atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada
6. Stage IIIB : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding
dada dan/ atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar
getah bening ketiak yang terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau
kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang
dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling
tidak pada tahap IIIB
7. Stage IIIC : ada atau tidak tanda kanker di payudara mungkin telah
menyebar ke dinding dada dan/ atau kulit payudara dan kanker telah
menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang
belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada
8. Stage IV : kanker telah menyebar atau metastasis ke bagian lain dari tubuh
[ CITATION Drd10 \l 1033 ].
2.1.6 Penatalaksanaan
Pengobatan kanker payudara bertujuan untuk mendapatkan kesembuhan
yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik.Oleh karena itu terapi dapat
bersifat kuratif atau paliatif.Terapi kuratif ditandai oleh adanya periode
bebas penyakit (disases free interval) dan peningkatan harapan hidup
(overall survival), dilakukan pada kanker payudara stadium I, II, dan III
.terapi paliatif bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup tanpa adanya
periode bebas penyakit, umumnya dilakukan pada stadium IV.
Kesembuhan yang tinggi dengan kualitas hidup yang baik akan tercapai
bila kanker diterapi pada stadium dini. Adapun modalitas terapi kanker
payudara secara umum meliputi : operasi, kemoterapi, radioterapi, terapi
hormonal dan terapi target.
10
2.1.6.1 Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitotastika) untuk
menghancurkan sel kanker.obat ini umumnya bekerja dengan menghambat
atau mengganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi
bersifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang lebih
bersifat lokal/ setempat. Obat sitostatika dibawa melalui aliran darah atau
diberikan langsung ke dalam tumor , jarang menembus blood-brain barrier
sulit mencapai system syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni
adjuvant, neoadjuvant dan primer (paliatif).
2.1.6.2 Radioterapi
Radioterapi (RT) merupakan modalitas terapi yang cukup penting pada
kanker payudara. Mekanisme utama kematian sel karena radiasi adalah
kerusakan DNA dengan gangguan proses replikasi. RT menurunkan
jangan panjang penderita kanker payudara. Walaupun beberapa studi
memperlihatkan bahwa RT setelah kemoterapi menghasilkan long term
survival yang lebih baik di banding sebaliknya, namun studi terbaru oleh
Bellon et al dan Joint Center randomized trial memperlihatkan tidak ada
perbedaan yang bermakna antara kemoterapi pertama dan RT pertama.
2.1.6.4 Operasi
Operasi merupakan modalitas utama untuk penatalaksanaan kanker
payudara. Modalitas ini memberikan kontrol lokoregional yang dapat
dibuktikan dengan pemeriksaan histopatologi dan dari spesimen operasi
dapat ditentukan tipe dan grading tumor , status kelenjar getah bening
aksila, faktor prediktif dan faktor prognosis tumor (semua faktor diatas
tidak bisa diperoleh dari modalitas lain). Berbagai jenis operasi pada
kanker payudara adalah Classic Radical Mastectomy (CRM), Modified
Radical Mastectomy (MRM), Skin Sparing Mastectomy (SSM), Nipple
Sparing Mastectomy (NSP), dan Breast Conserving Treatment (BCT).
Jenis-jenis ini memiliki indikasi dan keuntungan serta kerugian yang
berbeda-beda. SSM dan NSP mermelukan rekonstruksi langsung tapi
kualitas hidup lebih baik dengan kuratifitas yang hamper sama dengan
MRM.
1. CRM (Classic Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor, nipple areola komplek, kulit diatas
tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level I-III.
Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pectoral
tanpa ada metastasis jauh. Jenis operasi ini mulai ditinggalkan karena
morbiditas tinggi sementara nilai kuratif sebanding dengan MRM.
2. MRM (Modified Radical Mastectomy) adalah operasi pengangkatan
seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple aerola kompleks, kulit di
atas tumor dan fascia pektoral serta diseksi aksila level I-II. Operasi ini
dilakukan pada kanker payudara stadium dini dan lokal lanjut. Merupakan
jenis operasi yang banyak dilakukan. Kuratif sebanding dengan CRM.
3. SSM (Skin Sparing Mastectomy) adalah operasi pengangkatan seluruh
jaringan payudara beserta tumor dan nipple aerola kompleks dengan
mempertahankan kulit sebanyak mungkin serta diseksi aksila level I-II.
Operasi ini harus disertai rekonstruksi payudara secara langsung yang
umumnya TRAM flap (transverse rektus abdominis musculotaneus flap),
12
16
Kurang pengetahuan tindakan keperawatan 2. Jelaskan proses terjadinya penyakit, tanda dan gejala serta
b.d keterbatasan diharapkan komplikasi yang mungkin terjadi.
informasi tentang bertambahnya 3. Berikan informasi kepada keluarga tentang perkembangan
penyakit dan proses pengetahuan pasien pasien
operasi tentang penyakitnya, 4. Berikan informasi pada pasien dan keluarga tentang tindakan
dengan kriteria hasil: yang akan dilakukan
1. Pasien mampu 5. Diskusikan pilihan terapi
menjelaskan 6. Berikan penjelasan tentang pentingnya ambulasi dini
penyebab, 7. Jelaskan komplikasi kronik yang mungkin akan muncul
komplikasi, dan cara
pencegahannya
2. Pasien dan keluarga
kooperatif saat
dilakukan tindakan
3. Pre Operatif Setelah dilakukan 1. Kaji nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,
Nyeri akut b.d proses tindakan keperawatan frekuensi, kualitas dan fase presipitasi)
penyakit diharapkan nyeri 2. Observasi tanda – tanda vital
berkurang dengan 3. Atur posisi pasien senyaman mungkin
kriteria hasil: 4. Latih teknik relaksasi napas dalam
17
1. Pasien mengatakan 5. Anjurkan pasien menggunakan teknik relaksasi napas dalam
nyeri berkurag saat nyeri timbul
2. Pasien tampak rileks 6. Gunakan teknik distraksi
3. Tanda – tanda vital 7. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi obat analgesik
dalam batas normal 8. Persiapan pasien untuk tindakan operasi
9. Dokumentasikan semua hal yang dilakukan
4. Intra Operatif Setelah dilakukan 1. Posisikan pasien dalam posisi yang aman sesuai dengan
Resiko perdarahan tindakan keperawatan indikasi
b.d proses diharapkan resiko 2. Lindungi sekitar kulit dan anatomi yang sesuai seperti kasa
pembedahan perdarahan tidak terjadi, 3. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan selama
dengan kriteria hasil: pembedahan
1. Tidak ada tanda – 4. Pastikan keamanan alat – alat yang digunakan selama
tanda perdarahan prosedur operasi
hebat
5. Intra Operatif Setelah dilakukan 1. Pastikan posisi pasien yang sesuai dengan tindakan operasi
Resiko cedera b.d tindakan keperawatan 2. Cek integritas kulit
prosedur pembedahan diharapkan cedera tidak 3. Cek daerah penekanan pada tubuh pasien selama operasi
terjadi, dengan kriteria 4. Hitung jummlah kasa, jarum, bisturi, depper, dan hitung
hasil: instrumen bedah
1. Tubuh pasien bebas 5. Lakukan time out
18
dari cedera 6. Lakukan sign out
6. Intra Operatif Setelah dilakukan 1. Mengobservasi tanda – tanda vital
Risiko syok tindakan keperawatan 2. Mengobservasi pemasukan dan pengeluaran cairan selama
hipovolemik b.d diharapkan syok prosedur operasi
perdarahan hipovolemik dapat 3. Memastikan keamanan elektrikal dan alat – alat yang
dicegah dengan kriteria digunakan
hasil: 4. Menghentikan perdarahan bila terjadi, menggunakan kassa
a. Perdarahan dapat atau couter
diatasi
b. Tanda – tanda vital
dalam batas normal
7. Post Operatif Setelah dilakukan 1. Kaji bunyi paru, frekuensi napas, kedalaman usaha napas
Gangguan pertukaran tindakan keperawatan 2. Auskultasi bunyi napas, tandai area penurunan atau hilangnya
gas b.d efek samping diharapkan kerusakan ventilasi, dan adanya bunyi tambahan
dari anaesthesi pertukaran gas tidak 3. Pantau hasil gas darah dan kadar elektrolit
terjadi, dengan kriteria 4. Pantau status mental
hasil: 5. Observasi terhadap sianosis, terutama membran mukosa
1. Status neorologis mulut
dalam batas normal 6. Pantau status pernapasan dan oksigenasi
2. Dispnea tidak ada 7. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
19
3. Tidak ada gelisah, 8. Kolaborasi dalam pemberian oksigen sesuai dengan
sianosi, dan keletihan kebutuhan
20
berkurang/teratasi, 3. Monitor tanda – tanda vital pasien
dengan kriteria hasil: 4. Gunakan komunikasi terapeutik untuk mengetahui
1. Pasien melaporkan pengalaman nyeri pasien
nyeri berkurang 5. Kontrol faktor lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti
dengan skala nyeri 2- suhu ruangan, pencahayaan, dan kebisingan
0 6. Ajarkan pasien teknik relaksasi napas dalam untuk
2. Ekspresi wajah mengontrol nyeri
pasien tenang 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pemberian
3. Pasien dapat istirahat analgesik untuk mengurangi nyeri
dan tidur dengan 8. Evaluasi tindakan pengurangan nyeri
nyaman
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Riwayat Praoperatif
1. Pasien mulai dirawat tgl : 29 september 2019 Diruang KHJ 1
2. Keluhan Utama : Pasien mengatakan cemas
3. Ringkasan hasil anamnesa preoperatif :
Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu dirinya pernah menjalani operasi
penganggakatan payudara sebelah kiri, namun setelah 6 bulan kemudian
mulai tumbuh lagi benjolan di payudara kirinya, awalnya benjolan hanya
muncul sebesar kelereng namun kemudian bertambah besar seiring
berjalannya waktu. Kemudian pasien langsung berobat ke RS Urip
Sumohrjo untuk menjalani pemeriksaan ulang dan di lakukan tindakan
operasi yang kedua untuk mengangkat jaringan tumor yang mulai tumbuh
kembali di payudara kirinya.
23
b. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala Dan Leher :
1) INSPEKSI
Tidak ada lesi , tidak ada pembengkakan , tidak ada jejas ,
warna sama dengan warna kulit lain.
2) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan pada mata , hidung, mulut . Tidak ada
nyeri tekan pada telinga, tidak ada distensi vena jugularis dan
tidak ada pembesaran tiroid
2. Thorax ( Jantung Dan Paru ) :
1) INSPEKSI
Simetris, terdapat bekas luka post op mastektomi pada
payudara sebelah kiri, diameter kurang lebih 8 cm , terdapat
benjolan pada dada sebelah kiri, diameter kurang lebih 4 cm
2) PALPASI
Terdapa nyeri tekan, pada dada sebelah kiri
3) PERKUSI
Suara perkusi sonor
4) AUSKULTASI
Suara jantung S1 dan S2 reguler , tidak ada suara tambahan ,
suara nafas vesikuler.
24
3. Abdomen :
1) INSPEKSI
Simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada distensi
abdomen
2) AUSKULTASI
Suaru bising usus 17x/m
3) PALPASI
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada distensi abdomen
4) PERKUSI
Suara perkusi timpani
4. Ekstremitas ( atas dan bawah)
Tidak ada lesi pada ekstremitas atas dan bawah , tidak ada
pembengkakan , tidak ada nyeri tekan, kekuatan otot
5 5
5 5
2. Riwayat psikologi
a. Emosional
Klien mengatakan saat ada masalah dirinya selalu menceritakan
kepada suaminya secara baik baik, klien merasa sedih diakibatkan
penyakit yang dialaminya
Klien juga mengatakan dirinya bahagia jika keluarga dan tetangganya
selalu menyemangati akan penyakit yang di deritanya.
b. Gaya komunikasi
Klien tidak tampak hati-hati dalam bicara, Pola komunikasinya
spontan, Klien juga tidak menolak diajak komunikasi, Komunikasi
klien pun jelas, Tipe kepribadian terbuka
c. Pola pertahanan
Klien mengatakan jika klien mempunyai masalah klien mengatasinya
dengan cara mengobrol / curhat kepada keluarga
d. Kondisi emosi / perasaa nklien
Suasana hati klien saat ini cemas
3. Riwayat social
Saat ini klien berinteraksi dengan keluarga terdekatnya yaitu suaminya
,keluarganya anaknya, dan perawat
Klien mengatakan orang yang paling dekat di percaya oleh kliena dalah
suaminya
Klien aktif berinteraksi
Klien mengatakan sebelum sakit dirinya mengikuti kegiatan-kegiatan
yang ada di lingkungan rumahnya
26
4. Riwayat spiritual
Klien mengatakan selama dirawat klien berdo akepada Allah semoga
segera diangkat penyakitnya
c. Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium
Nama Pasien :Ny.S Tgl pemeriksaan : 29 september 2019
Ket :
27
3. Puasa
7. Transfusi darah
B. Intraoperatif
a. Tanda-tanda vital
Tanggal : 30 september 2019 Pukul : 11.45 WIB
TD : 140/92 mmHg
Nadi : 100 x/m
Suhu : 35,20C
Pernafasan : 22 x/m
b. Posisi pasien di meja operasi : Supine
c. Jenis operasi : Mayor
Nama operasi :Wide Excision
Area/bagian tubuh yang dibedah : Payudara kiri
d. Tenaga medis dan perawat di ruang operasi :
5. Dokter anastesi, Asisten dokter anastesi, Dokter bedah, Asisten
bedah, Perawat instrumentator dan Perawat sirkuler
Tidak
Waktu/Tahap Kegiatan
Alat-alat
Linen set :
Duk besar 2
Duk sedang 2
Jas operasi 4
Duk meja mayo 2
Instrumen :
Sponge holding forceps 1
Bengkok 1
Kom 2
Hemostatic forceps 4
Kocher 5
Needle holder 2
Duk klem 4
Handle mess no 3 1
Handle mess no 10 1
Gunting jaringan 1
Gunting benang 1
Pinset anatomis 2
Pinset cirugis 2
Mata couter 1
C. Post Operasi
a.Pasien dipindahkan keruang PACU/RR pukul 13.10
b.Keluhan saat di RR/PACU : Pasien mengeluh dingin
c.Airway : Tidak ada masalah pada jalan nafas
d.Breathing : Pasien terpasang O2 nasal kanul 3 l/m
SPO2 : 98%
e.Sirkulasi : pasien terpasang infus RL 26 tt/m
32
Sianosis 0
2. Aktifitas Motorik
Gerak 4 anggota tubuh 2
Gerak 2 anggota tubuh 1 2
Suhu : 35,80C
Pernafasan : 25 x/m
Saturasi O2 : 98 %
i. Kesadaran : composmentis
Pukul Intake Jml (cc) Output Jml (cc)
Oral - Urine -
Enteral - Muntah 80cc
Parenteral IWL
800cc 15x55/24=34/
jam
Jumlah 800 cc Jumlah 114
DO :
Pasien tampak cemas
Pasien tampak menanyakan terus-
menerus tentang prosedur yang akan
dilakukan
TTV :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 92 x/m
Suhu : 36,3 0C
Pernafasan : 23 x/m
2. Resiko Hipotermi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor TTV tiap 10 menit
Suhu Ruangan Rendah keperawatan diharapkan hipotermi 2. Pantau tanda-tanda hipotermi
tidak terjadi dengan kriteria hasil : 3. Selimuti pasien dengan selimu thangat
1. Suhu tubuh dalam batas Pantau suhu ruangan
normal
36
2. Akral hangat
3. Hipotermi b.d Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi TTV
pascapembedahan keperawatan diharapkan hipotermi 2. Atur suhu ruangan
teratasi dengan kriteria hasil : 3. Beri selimut hangat
1. Pasien mengatakan tidak
dingin lagi
2. Pasien tidak menggigil
kedinginan
3. Suhu tubuh pasien 36,5-
37,5
37
1. 1. Memonitor tanda-tanda ansietas S:
2. Memonitor TTV Pasien mengatakan cemas berkurang dan sudah lebih rileks
3. Menciptakan suasana teraupetik untuk O :
menumbuhkan kepercayaan TTV
4. Menemani pasien untuk mengurangi TD : 130/80 mmHg
kecemasan Nadi : 92 x/m
5. Menganjurkan pasien mengungkapkan apa Suhu : 36,3 0C
ang dirasakan Pernafasan : 23 x/m
6. Menggunakan pendekatan yang tenang dan Pasien tampak lebih rileks
meyakinkan Pasien mengungkapkan apa yang diraskan
7. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Pasien sudah melakukan relaksasi nafas dalam
8. Jelaskan prosedur termasuk sensasi yang
Pasien sudah mengerti tentang prosedur dan sensasi yang
mungkin dialami
mungkin dialami
A : Masalah ansietas teratasi
P:
1. Monitor TTV
2. Anjurkan pasien melakukanteknik distraksi dan relaksasi
3. Anjurkan pasien untuk berdoa
38
2. 1. Memonitor TTV tiap 10 menit S:-
2. Memantautanda-tandahipotermi
3. Menyelimutipasiendenganselimuthangat O:
4. Memantausuhuruangan Suhuruangan 26,8 C
TD 110/90 Mmhg
RR 26X/ menit
Suhu 36 C
Nadi 90 x/menit
Pasienterpasangselimut
Akralhangat
CRT 3 detik
A : Resiko hipotermi
P : Berikan pasien selimut hangat
39
Pasien terpasang selimut
Akral hangat
CRT 3 detik
A :-
P:
1. observasi suhu tubuh pasien
2. pertahankan selimut pasien
3. pindahkan ke ruang rawat
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
1. Identitas pasien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 30 September 2019 jam 10.00 WIB
diperoleh data: Pasien bernama Ny.S, Umur: 55 tahun, Agama: Islam,
Alamat: Kemiling Bandar Lampung, NO RM : 510523.
2. Gambaran kasus
Pasien mengatakan 1 tahun yang lalu dirinya pernah menjalani operasi
penganggakatan payudara sebelah kiri, namun setelah 6 bulan kemudian
mulai tumbuh lagi benjolan di payudara kirinya, awalnya benjolan hanya
muncul sebesar kelereng namun kemudian bertambah besar seiring
berjalannya waktu. Kemudian pasien langsung berobat ke RS Urip
Sumoharjo untuk menjalani pemeriksaan ulang dan di lakukan tindakan
operasi yang kedua untuk mengangkat jaringan tumor yang mulai tumbuh
kembali di payudara kirinya.Saat tiba diruang operasi pasien tampak
cemas, pasien tampak terus menanyakan prosedur yang akan dilakukan ,
pasien mengatakan ia takut untuk melakukan prosedur operasi . Pasien
juga megatakan ini adalah operasinya yang kedua
Kesadaran : composmentis GCS: E5 V4 M6,
TD : 130/80 mmHg
Nadi : 86 x/m
Suhu : 36,7 0C
Pernafasan : 23 x/m
Pada saatdilakukan pemeriksaan fisik head to toe ditemukan data abnormal
pada bagian dada yaitu terdapat luka post op mastektomi dan benjolan
pada payudara sebelah kiri, diameter loka post op kurang lebih 8 cm dan
42
diameter benjolan kurang lebih 4 cmpasien mengatak tidak ada nyeri pada
payudara kirinya. Leukosit 11.400 u/l
B. Diagnosa keperawatan
Pasien datang di ruang bedah pada tanggal 30 September 2019 pukul 10.00
WIB. Perawat melakukan checking terhadap kelengkapan berkas dan inform
consent yang harus ditandatangani pasien atau keluarga.
1. Pre operasi
Persiapan pre operasi dilakukan dengan mengecek identitas pasien,
pemeriksaan fisik, hasil tes diagnostik, inform consent pembedahan dan
inform consent anastesi. Inform consent sudah ditandatangani oleh
penanggungjawab yaitu Tn.S. Pasien mengatakan tidak memiliki alergi
dan puasa sejak jam 24.00 WIB, pasien terpasang infus RL 20 tpm di
tangan kanan. Alat dan obat anastesi yang diberikan telah lengkap,
instrument pembedahan dalam keadaan steril, hasil USG dipasang pada X-
ray film viewer di ruang operasi sebagai wacana area yang akan dilakukan
insisi agar tidak mengalami kesalahan.
Pada hasil pengkajian diagnosa pre operasi yang ditemukan yaitu ansietas
b.d prosedur tindakan operasi data yang ditemukan yaitu pasien rencana
operasi wide excision atau mastektomy parsial, pasien mengatakan takut
untuk operasi, Pasien mengatakan takut operasinya gagal, Pasien tampak
cemas, Pasien tampak gelisah, Pasien tampak banyak bertanya tentang
tindakan operasi, pasien mengatakan ini operasi yang kedua. TD : 130/80
mmHg, Nadi : 86 x/m, Suhu : 36,7 0C, Pernafasan : 23 x/m
C. Perencanaan
Pasien bedah perlu diikutsertakan dalam pembuatan rencana perawatan.
Dengan melibatkan pasien sejak awal, kesulitan pelaksanaan rencana
asuhan keperawatan bedah, resiko pembedahan dan komplikasi post
operasi dapat diminimalkan. (Muttaqin,2009)
Sesuai dengan literatur bahwa jika perawat sudah menegakkan diagnosa
maka rencana keperawatan dapat dirumuskan menggunakan SDKI untuk
menyelesaikan masalah keperawatan. Rencana keperawatan pada pasien
pre operasi eksisi tumor atas indikasi fibroadenoma mammae (FAM) yaitu
ukur ttv, kaji tingkat kecemasan, bantu pasien menyalurkan energy secara
komperhensif dengan cara berdoa, berikan informasi operasi secara detail
dan akurat, mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri
(independen) dan tindakan kolaborasi (Tartowo & Wartonah, 2015).
Implementasi yang dilaksanakan yaitu mengkaji kecemasan klien,
membantu pasien menyalurkan energy secara komperhensif dengan cara
berdoa, memberikan informasi operasi secara detail dan akurat,
mengajarkan teknik relaksasi napas dalam.
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien pre operasi meliputi TTV dalam
batas normal, respon nyeri tidak meningkat dan perdarahan dapat
terkontrol, tingkat kecemasan pasien menurun, pasien mendapat dukungan
psikologis dan secara singkat dapat menjelaskan secara ringkas prosedur
45
2. Intra operasi
A. Pengkajian
Pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-hal yang
berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah validasi
identitas dan prosedur jenis pembedahan yang dilakukan, serta
konfirmasi kelengkapan data penunjang laboratorium dan radiologi.
(Muttaqin,2009)
Pada saat pengkajian intra operasi data-data yang di dapat yaitu pasien
operasi eksisi tumor, posisi pasien supine, posisi tangan kanan
ekstensi, pasien anastesi general, durasi operasi ±45 menit, pasien
operasi menggunakan couter.warna kulit pucat, akral dingin, suhu
46
B. Diagnosa
Pasien yang dilakukan pembedahan akan melewati berbagai prosedur.
Prosedur pemberian anastesi, pengaturan posisi bedah, manajemen
asepsis dan prosedur bedah payudara aka memberikan implikasi pada
masalah keperawatan yang akan muncul. Diagnosis keperawatan intra
operasi bedah onkologi payudara yang lazim yaitu resiko cidera
berhubungan dengan pengaturan posisi bedah dan trauma prosedur
pembedahan, resiko infeksi berhubungan dengan adanya port de entree
luka pembedahan dan penurunan imunitas sekunder efek anastesi, serta
resiko hipotermi berhubungan dengan suhu ruangan rendah dan infus
dengan cairan yang dingin.(Muttaqin,2009)
C. Perencanaan
Tujuan utama keperawatan pada jenis pembedahan bedah onkologi
payudara adalah menurunkan resiko cidera, mencegah kontaminasi
intra operasi dan optimalisasi hasil pembedahan.(Muttaqin, 2009)
Intervensi yang bisa dilakukan pada pasien intra operasi dengan
diagnosa resiko hipotermi b.d suhu ruangan rendah yaitu observasi
tanda – tanda vital pasien, atur suhu ruangan rendah dan beri selimut
hangat kepasien. Sesuai dengan intervensi pada SIKI 2018 yaitu
manajemen hipotermia, adapun tindakan yang dilakaukan adalah
monitor suhu tubuh, identifiksi penyebab hipotermi, monitor tanda dan
gejala hiportemi, sediakan lingkungan yang hangat, ganti pakaian/linen
yang basah, lakukan penghangatan pasif, lakukan penghangatan aktif
eksternal, lakukan penghangatan aktif internal dan anjurkan
makan/minum hangat.
D. Implementasi
Implementasi yang telah dilakukan pada pasien intra operasi
mastektomy parsial dengan indikasi kanker payudara dengan diagnosa
resiko cidera b.d tindakan operasi yaitu memberikan petunjuk
sederhana pada pasien tentang posisi operasi, meletakkan elektroda
penetral, menstabilkan meja operasi, melakukan fiksasi pada tubuh
pasien dengan meja operasi, diagnosa kedua yaitu resiko hipotermi b.d
suhu ruangan rendah tindakan yang dilakukan yaitu memonitor TTV
tiap 10 menit, memantau tanda-tanda hipotermi, menyelimuti pasien
dengan selimut hangat, memantau suhu ruangan.
E. Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada pasien intra operasi meliputi kondisi
TTV dalam batas normal, tidak terdapat adanya cedera tekan sekunder
48
dari pengaturan posisi bedah dan luka post operasi tertutup kassa.
( Muttaqin,2009).
3. Post operasi
A. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius.(Muttaqin, 2009)
B. Diagnosa Keperawatan
Pasien post operasi akan mengalami perubahan fisiologis sebagai efek
dari anastesi dan intervensi bedah. Efek dari anastesi umum akan
memberikan respon pada sistem respirasi dimana akan terjadi respon
depresi pernafasan sekunder dari sisa anastesi inhalasi, penurunan
kemampuan terhadap kontrol kepatenan jalan nafas dimana
kemampuan memposisikan lidah secara fisiologis masih belum
optimal, sehingga cenderung menutup jalan nafas dan juga penurunan
kemapuan untuk melakukan batuk efektif dan muntah masih belum
optimal. Kondisi ini memberikan manifestasi adanya masalah
keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif. (Muttaqin,2009)
C. Intervensi
Intervensi keperawatan bertujuan agar hipotermi teratasi dengan
kriteria hasil: pasien mengatakan tidak dingin lagi, pasien tidak
menggigil kedinginan, suhu tubuh pasien 36,5 – 37,50c. Adapun
intervensi keperawatan meliputi: observasi tanda – tanda vital pasien,
atur suhu ruangan rendah, beri selimut hangat elektrik kepasien.
Berdasarkan intervensi yang dirumuskan agar hipotermi teratasi,
penulis menggunakan intervensi pada SIKI tahun 2018. Hal ini sesuai
dengan teori Sjamsuhidajat & De Jong (2010), yang mengatakan
bahwa teknik terapi non farmakologis yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hipotermi yaitu dengan memberikan selimut hangat,
mengatur suhu lingkunngan yang memadai, serta menggunakan
penghangat cairan untuk tranfusi dan cairan lain. Hal ini juga diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan oleh Suswitha (2018), tentang
efektifitas penggunaan electricblanket pada pasien yang mengalami
hipotermi post operasi di instalasi bedah sentral (IBS) rumah sakit
umum daerah palembang bari, yang menjelaskan bahwa pasien dengan
diagnosa keperawatan hipotermi dapat diatasi dengan upaya
peningkatan suhu tubuh dengan intervensi electricblanket.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam
rencana keperawatan, tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi (Tartowo &
Wartonah, 2015). Implementasi yang dilakukan untuk mengatasi
hipotermi yaitu dengan mengobservasi tanda – tanda vital pasien,
mengatur suhu ruangan rendah, memberi selimut hangat elektrik
kepasien.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan untuk
dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan
51
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Dalam kasus ini pengkajian yang didapatkan saat pre operasi adalah pasien
merasa cemas karena akan menjalani prosedur operasi, yang ditandai
dengan meningkatnya nilai TTV , saat intra operasi pasien megalami
resiko hipotermi , akral pasien dingin , dan pasien tampak pucat, suhu
35,20C, dan saat post operasi pasien mengeluh dingin, suhu 35,20C, akral
dingin.
2. Diagnosa yang muncul saat pre operasi adalah ansietas b.d krisis
situasional, intraoperasi resiko hipotermi b.d suhu lingkungan rendah , dan
post operasi, hipotermi b.d pasca pembedahan.
Sedangkan diagnosa yang tidak muncul sesuai teori untuk pre operasi yaitu
nyeri akut, dan defisit pengetahuan , untuk intra operasi resiko jatuh dan
resiko perdarahan, sedangkan untuk post perasi yaitu bersihan jalan nafas ,
nyeri akut, dan resiko jatuh .
1. Intervensi yang dilakukan untuk diagnosa kecemasan pre operasi adalah
memonitor tanda-tanda ansietas, monitor TTV, ciptakan suasana
teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan, temani pasien untuk
mengurangi kecemasan, anjurkan pasien mengungkapkan apa ang
dirasakan, gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan, ajarkan
teknik relaksasi nafas dalam menjelaskan prosedur termasuk sensasi yang
mungkin dialami . Untuk diagnosa intraoperasi resiko hipotermi intervensi
yang dilakukan Monitor TTV tiap 10 menit, Pantau tanda-tanda hipotermi,
Selimuti pasien dengan selimut hangat Pantau suhu ruangan dan untuk
diagnosa post operasi hipotermi intervensinya adalah monitor TTV, beri
Selimut Penghangat, monitor suhu ruangan, atur suhu ruangan.
3. Implementasi tindakan dilaksanakan secara observasi , monitor, edukasi
dan kolaborasi sehingga tujuan rencana tindakan tercapai dan dilaksanakan
sesuai rencana .
53
4. Evaluasi dari setiap diagnosa yang muncul untuk pre operasi dengan
kecemasan , masalah teratasi karena kecemasan pasien hilang , pada
atahap intra operasi , resiko hipotermi tidak terjadi dan pada diagniosa post
operasi hipotermi tidak terjadi karena suhu tubuh pasien masih 360C.
4.2 Saran
1. Bagi rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan dan memfasilitasi kinerja
perawat dalam pemberian asuhan keperawatan secara komprehensif baik
saat pre operasi, intra operasi , maupun post operasi .
2. Bagi perawat
Diharapkan dapat melakukan prosedur asuhan keperawatan sesuai dengan
standar yang berlaku sesuai dengan tahapan pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, pembuatan intervensi keperawatan , pelaksanaan
implementasi dan evaluasi baik saat pre operasi, intra operasi , maupun
post operasi .
3. Bagi Institusi Poltekkes Tanjungkarang
Diharapkan agar mempertahankan mutu pembelajaran yang bermutu
tinggi terutama dalam bidang keperawatan perioperatif, dan diharapkan
hasil laporan tugas akhir ini dapat memperkaya literatur perpustakaan.