Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pergerakan arus informasi di era globalisasi dewasa ini menuntut semua


bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan dan strateginya agar
sesuai kebutuhan dan tidak ketinggalan zaman. Semua sistem kehidupan, baik
mikro maupun makro, perlu mengadakan pembaharuan dan pengembangan agar
dapat mengimbangi kemajuan global. Tidak terkecuali sistem pendidikan. Sistem
pendidikan nasional harus selalu dikembangkan agar dapat mengimbangi
kebutuhan masyarakat, baik lokal, regional maupun nasional.
Salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh setiap
satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara, khususnya oleh
guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan
untuk menyelenggarakan bagi anak-anak bangsanya, pemerintah mulai menyusun
kurikulum. Dalam hal ini, kurikulum dibuat oleh pemerintah pusat secara
sentralistik dan diberlakukan bagi seluruh anak bangsa di seluruh Indonesia.
Namun, memperhatikan kondisi pendidikan beberapa tahun belakangan ini,
penyelenggara pendidikan tampaknya menghadapi kesulitan dalam menerapkan
kurikulum yang berlaku. Berbagai kasus menunjukkan kurangnya pemahaman
para penyelenggara pendidikan terutama yang berkaitan dengan peran dan fungsi
pendidikan. Kekurang pahaman penyelenggara pendidikan tentang peran dan
fungsi kurikulum dapat berakibat fatal terhadap hasil belajar siswa.
Berdasarkan kenyataan ini, penyusun merasa tertarik untuk membahas lebih
jauh tentang peran dan fungsi kurikulum yang nanti diharapkan dapat menjadi
salah satu sumber belajar bagi para penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu,
pada kesempatan ini, penulis menyusun suatu karya ilmiah yang berjudul
“PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM”.

1
B. Rumusan Masalah
1. Seperti Apakah Dasar Kurikulum itu?
2. Bagaimanakah Ciri-ciri Kurikulum itu?
3. Apa maksud dari Kurikulum itu sebagai Pengukur dalam Berbagai
Aspek?
C. Tujuan Penulisan
1. Agar Mahasiswa Mengetahui Dasar Kurikulum.
2. Agar Mahasiswa Bisa Memahami Ciri-ciri Kurikulum.
3. Agar Mahasiswa mengetahui Kurikulum Sebagai Pengukur diberbagai
Aspek.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata curir atau curere yang berarti
jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish
(dunia olahraga). Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia
pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika
yang ada pada dunia pendidikan. Menurut Beuchamp (1968,6) kurikulum sebagai
suatu rencana pengajaran berisi tujuan yang ingin dicapai, bahkan yang aka di
sajikan, kegiatan pengajaran, alat-alat pengajaran, dan jadwal waktu pengjaran1.
B. Dasar Kurikulum
Kurikulum di suatu sekolah, meliputi kurikulum tingkat Institusi (biasanya
dikenal dengan sebutan Buku I) dan kurikulum tingkat mata pelajaran (dikenal
dengan Buku II) yang disebut juga GBPP ( Garis-garis Besar Program
Pengajaran) atau Syllabus Mata Pelajaran, yang merupakan pengembangan dari
kurikulum tingkat institusi (lembaga) tadi.

Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-beda
dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi yang ada,
sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa beraneka
ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut2.Pengembangan kurikulum PAI
adalah kegiatan menjabarkan Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Mata
Pelajaran PAI ke dalam Program Pengajaran Tahunan, Program Pengajaran Catur
Wulan, Program Pengajaran Mingguan dan Program Pengajaran Tatap Muka
(berupa Satuan Pelajaran dan Rencana Pengajaran ) untuk nantinya dijadikan
pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran peserta didik.

1
. Putri Siti Nadhiroh, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,
http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-pengembangan-kurikulum/ ,
September 27, 2015.
2
. Abdullah Idi. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. 2007. Yogyakarta: Ar Ruzz
Media. Hal 214

3
Ada beberapa dasar ( azas ) dalam pengembangan kurikulum, yaitu :

1. Azas Filosofis

Filsafat yang mendasari kehidupan berbangsa dan bernegara atau yang umum
di anut oleh suatu bangsa/ negara, seperti sekuler, agamis, aties, dll akan
menentukan bentuk tujuan umum pendidikan, yang tentunya akan menjadi arah
bagi pelaksanaan pendidikan suatu negara itu, dan dalam pengembangan
kurikulum itu harus diperhatikan hal ini, kalau tidak maka pendidikan dan out
putnya tidak akan diterima secara umum di negara itu.

2. Azas Sosiologis

Kehidupan sosial kemasyarakatan yang berbeda-beda juga harus menjadi azas


utama dalam pengembangan kurikulum, agar out put dan lembaga itu bisa hidup
dan diterima di lingkungan masyarakat itu. Masyarakat industri, agraris, modern
atau tradisional, masyarakat daerah pegunungan atau di daerah lembah, dsb punya
kebutuhan dan kehidupan yang berbeda-beda yang harus diakomulasikan ke
dalam muatan kurikulum agar proses dan hasil pendidikan dapat bermanfaat dan
diterima oleh masyarakat ( sesuai dengan kebutuhan mereka ). Karena memegang
azas inilah maka kurikulum hendaknya setiap saat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan dan perkembangan hidup masyarakat.

3. Azas Organisatoris

Azas organisatoris perlu mendapat perhatian, sebab akan menentukan


bagaimana penyusunan dan penyajian muatan kurikulum itu sendiri, baik
mengenai urut-urutannya atau pun keluasan cakupannya.

4. Azas Psikologis

Agar bisa dilaksanakan dengan baik dan dapat berhasil secara maksimal, maka
pengembangan kurikulum harus berdasarkan kepada psikologi, seperti memegang
prinsip perkembangan anak dan taraf pengembangannya, psikologi belajar seperti
teori teori gestalt, asosiasi, dll.

4
Azas psikologi yang dijadikan acuan dasar penyusunan sebuah kurikulum ini,
akan mempengaruhi sampai kepada bagaimana seharusnya melaksanakan dan
mengevaluasi pelaksanaan sebuah kurikulum.

C. Ciri-ciri Kurikulum

Kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu
sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2. Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.
3. Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu
rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan guru di sekolah.
4. Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-
cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam pendidikan.
5. Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Adapun di Indonesia memiliki ciri kurikulum tersendiri mulai dari awal


hingga saat ini, Perkembangan Kurikulum tersebut diantaranya :

1. Rencana pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer
plan”. Dalam bahasa belanda , artinya rencana pelajaran, lebih populer ketimbang
Curriculum (Bahasa ingris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis:
dari orientasi pendidikan belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan
ditetapkan pancasila.
Rencana pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada
1950.Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
kurikulum 1950.Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum
diawali dari kurikulum 1950. Bentuknya memuat 2 hal pokok: daftar mata
pelajaran dan dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengejaran. Rencana

5
pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran.Yang diutamakan pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan
dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap keseniaan dan pendidikan
jasmani.

2. Rencana pelajaran terurai 1952

Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut rencana
pelajaran terurai 1952. “silabus mata pelajarannya jelas sekali. Seorang guru
mengajar satu mata pelajaran,” kata djuzak ahmad, direktur pendidikan dasar
depdiknas periode 1991-1995. Ketika itu, diusia 16 tahun Djuzak adalah guru SD
Tambelan dan Tanjung Pinang, Riau.
Dipenghujung era presiden Soekarno, muncul rencana pendidikan 1964 atau
kurikulm 1964.Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral (pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok
bidang studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keterampilan, dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional
praktis.

3. Kurikulum 1968

Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti rencana pendidikan


1964 yang dicitrakan sebagai produk orde lama. Tujuannya pada pembentukan
manusia pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut kuurikulum 1968 sebagai sebagai kurikulum bulat.“Hanya
memuat mata pelajaran pokok saja,” katanya.Muatan materi pelajaran bersifat
teoritis, tak mengaitkan dengan permasalahan faktual dilapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa disetiap jenjang
pendidikan.

6
4. Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan
efektif. “yang melatarbelakangi adalah pengeruh konsep dibidang manajemen,
yaitu MBO (management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs Mudjito,
Ak, Msi, direktur pembinaan TK dan SD Depdiknas.
Metode, materi, dan tujuan pelajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan
Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan pendidikan”, yaitu
rencana in etiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk
umum, tujuan khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin sibuk
menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.

5. Kurikulum 1984

Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach meski mengutamakan


pendekatan proses tapi paktor tujuan tetap penting. Kurikuylum ini juga sering
disebut kurikulum 1975 yang disempurnakan.Posisi siswa ditempatkan sebagai
sabjek belajar dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusiakn hingga
melaporkan. Model ini disebut cara belajar siswa aktif (CBSA).
Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA.Yang terlihat adalah
suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, disana sini ada tempelan
gambar dan yang menyolok guru tak lagi model berceramah.

6. Kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan abtara kurikulum 1975 dan 1984
antara pendekatan proses.
Sayangnya perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Materi muatan local
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing, misalnya bahasa daerah,
kesenian,keterampilan daerah dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok
masyaraka juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam
kurikulum.Alhasil, kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super

7
padat.Kejatuhan rezim Suharto pada 1998 diikuti kehadiran suplemen kurikulum
1999.Tapi perubahannya lebih pada menambah sejumlah materi.

7. Kurikulum 2004

Bahasa kerennya kurikulum berbasis kompetensi (KBK) setiap pelajaran


diurai berdasar kompetensi apakah yang mesti dicapai siswa.Sayangnya
kerancuan muncul bila dikaitkan dengan alat ukur kompetensi siswa yakni
ujian.Uijian akhir nasional masih berupa pilihan ganda. Bila target kompetensi
yang ingin dicapai, evaluasinya tentu lebih banyak pada praktik atau uraian yang
mampu mengukur seberapa besar pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru
diuji cobakan di sejumlah sekolah kota-kota di pulau Jawa dan kota besar di luar
pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya tak memuaskan. Gugu-gurupun tak
paham betul apa sebenarnya kompetensi yang diinginkan pembuat kurikulum
(sumber: Depdiknas.co.id)

8. KTSP 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan muncullah kurikulum tingkat satuan


pendidikan.Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses
pencapaian target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah
banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol
adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini
disebabkan kerangka dasar (KD), setandar kompetensi lulusan( SKL), standar
kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap mata pelajaran untuk satuan
pendidikan telah ditetapkan oleh departemen pendidikan nasional. Jadi
pengembangan perangkat pembelajaran seperti silabus dan system penilaian
merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi dan
supervisi pemerintah kabupaten/kota.

9. Kurikulum 2013

Kurikumlum 2013 mempunyai ciri dan karakteristik tertentu. Karakteristik


dan ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:

8
1. Mewujudkan pendidikan berkarakter Pendidkan berkarakter sebenarnya
merupakan karakter dan ciri pokok kurikulum pendidikan sebelumnya.
Dimana dalam kurikulum tersebut dituntut bagaimana mencetak peserta
didik yang memiliki karakter yang baik, bermoral dan mmemiliki budi
pekerti yang baik. Namun pada implementasi kkurikulum ini masih
terdapat berbagai kekuragan sehingga menuaiberbagai kritik. sehingga
kurikulum berbasis kompetensi ini direvisi guna menciptakan sistem
pendidikan yang berkelanjutan dan dapat mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2. Menciptakan Pendidikan Berwawasan Lokal Wawasan lokal merupakan
satu hal yang sangat penting. NAmun pada kenyataan yang terjadi selama
ini, potensi dan budaya lokal seaan terabaikan dan tergerus oleh tingginya
pengaruh buudaya modern. Budaya yang cenderung membawa masyarakat
untuk melupakan cita-cita luhur nenek moyang dan potensi yang
dimilikinya dari dalam jiwa. Hal itulah yang mendoronggg bagaimana
penanaman budaya lokal dalam pendidikan dapat diterapkan. Sistem ini
akan diterapkan dalam konsep sintem pendidikan kurikulum 2013. Sistem
yang dapat lebih mengentalkan budaya lokal yang selamaa ini dilupakan
dan seakan diacuhkan. Olehnya itu dengan sistem pendidkan kurikulum
2013 diharapkan pilar budaya lokal dapat kembali menjadi inspirasi dan
implementasi dalam kehidupan bermasyarakat. Dihrapkan budaya lokal
dapat menjadi ciri penting dan menjadi raja di negeri sendiri dan tidak
punah ditelan zaman.
3. Menciptakan Pendidikan yang ceria dan Bersahabat Pendidikan tidak
hanya sebagai media pembelajaran. Tetapi pada dasarnya pendidikan
merupakan tempat untuk menggali seluruh potensi dalam diri. Olehnya itu,
dengan sistem pendidikan yang diterapkan pada kurikulum 2013 nantinya
akan diharapkan dapat menggali seluruh potensi diri peserta didik, baik
restasi akademik maupun non akademik. Maka dengan begitu pada
kurikulum 2013 nantinya akan diterapkan pendidikan yang lebih
menyenangkan, bersahabat, menarik dan berkompeten. Sehingga dengan

9
cara tersebut diharapkan seluruh potensi dan kreativitas serta inovasi
peserta didik dapat tereksploitasi secara cepat dan tepat.
D. Kurikulum Sebagai Pengukur diberbagai Aspek
1. Peranan Kurikulum

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan sebagai


mengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis
secara sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai
sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan
evaluative.

a. Peranan Konservatif

Peranan konservatif menekankan bahwa kurikulum dapat diajadikan sebagai


sarana untuk mentransmisikan niali-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada anak didik selaku generasi penerus.

Dengan demikian kurikulum bisa dikatakan konservatif karena


mentransmisikan dan menafsirkan warisan social kepada anak didik atau generasi
muda. Pada hakekatnya, pendidikan itu berfungsi untuk menjembatani antara
siswa selaku peserta didik dengan orang dewasa didalam suatu proses
pembudayaan yang semakin berkembang menjadi lebih kompleks. Dalam hal ini
kurikulum menjadi sangat penting, serta turut membantu dalam proses tersebut.

b. Peranan kreatif

Perkembangan ilmu pengetahuan dan aspek-aspek lainnya senantiasa terjadi


setiap saat. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,
dalam arti menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu
yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan
masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,
serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam kehidupannya.

c. Peranan Kritis dan Evaluative

10
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa niali-nilai dan
budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga
pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada anak didik perlu disesuaikan
dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang. Selai itu perkembangan yang
terjadi masa sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Oleh karena itu peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan
budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi,
melainkan juga memiliki peranan untul menilai dan memilih nilai dan budaya
serta pengetahuan baru yang akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini kurikulum
harus turut aktif berpartisipasi dalam control atau filter social. Nilai-nilai social
yang tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntunan masa kini dihilangkan dan
diadakan modifikasi atau penyempurnaan-penyempurnaan.

2. Fungsi Kurikulum

Berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum sebagaimana yang dikemukakan Alexander Inglis dalam
bukunya Principle of secondary Education (1981)3.

a.      Fungsi Penyesuaian (the adjust fine of adaptive function)


Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan anak didik agar memiliki sifat well
adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan social4.
Sebagai makhluk Allah, anak didik perlu diarahkan melalui program
pendidikan agar dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.Sebagai khalifah fil
ardhi, anak didik diharapkan mampu mengimplementasi nilai-nilai pendidikan
yang telah dimiliki untuk mengabdi kepada-Nya.

b.    Fungsi Pengintegrasian (the integrating function)


3
. Ibid . Hal 211
4
. Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. Kurkulum dan Pembelajaran.
2011. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 9

11
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh.Dalam hal ini,
orientasi dan fungsi kurikulum adalah mendidik anak didik agar mempunyai
pribadi yang integral. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian
integral dari masyarakat, pribadi yang integrasi itu akan memberikan sumbangan
dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
c.      Fungsi Perbedaan (thedifferentiating function)
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu
anak didik.Pada prinsipnya, potensi yang dimiliki anak didik itu memang berbeda-
beda dan peran pendidikanlah yang mengembangkan potensi-potensi yang ada,
sehingga anak didik dapat hidup dalam bermasyarakat yang senantiasa beraneka
ragam namun satu tujuan pembangunan tersebut.
Jadi fungsi kurikulum sebagai pembeda dapat dimulai dengan memprogram
kurikulum pendidikan yang relevan dan mengaplikasikannya dalam proses
belajar-mengajar yang mendorong perbedaan anak didik tersebut dapat berpikir
kreatif, kritis dan berorientasi kedepan.
d.   Fungsi Persiapan (The Propaedeutic Function)
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memepersiapakan anak didik agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk suatu jangkau yang lebih jauh, baik itu melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi maupun untukl belajar di masyarakat seandainya ia tidak
mungkin melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.
e.   Fungsi Pemilihan (the selective function)
Dalam fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada anak didik dalam
memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemempuan dan minatnya.

f.    Fungsi Diagnostik (the diacnostic function)

12
Salah satu aspek pelayanana pendidikan adalah membantu dan mengarahkan
anak didik agar mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Fungsi diagnostic mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan anak didik untuk dapat
memahami dan menerima potensi dan kelemahan yang dimilikinya.Apabila anak
didik sudah mampu memahami kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya,
maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahannya5.
Kurikulum merupakan cara atau sarana bagi pendidik, baik disekolah
maupun masyarakat pada umumnya sangatlah tau atau faham tentang bagaimana
ilmu dapat diserap oleh anak didik mereka, untuk itulah disini penyusun
menyimpulkan bahwa Kurikulum amatlah bermanfaat secara global, diantaranya
yaitu:
1. Peranan Kurikulum bagi Guru / Pendidik
Adapun fungsi kurikulum bagi guru atau pendidik adalah:
 Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar
para anak didik.
 Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap perkembangan anak didik
dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman yang diberikan.
 Ikut memberikan kontribusi dalam memperlancarkan pelaksanaan program
pendidikan yang membutuhkan kerjasama dengan pihak orangtua dan
masyarakat.
 Ikut memberikan kritik dan saran yang konstruktis demi penyempurnaan
program pendidikan di sekolah, agar lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat dan lapangan kerja.

5
. Ulfah Khusnaini, Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam
Ilmu Pendidikan, http://ulfahkhusnaini23.blogspot.co.id/2014/11/definisi-peran-
fungsi-prinsip-dan.html, Rabu, 12 November 2014.

13
Atau dapat pula dikatakan bahwa guru tidak hanya berfungsi sebagai pelaksana
kurikulum sesuai dengan kurikulum yang berlaku tetapi juga sebagai pengembang
kurikulum dalam rangka pelaksanaan kurikulum tersebut.
2. Peranan Kurikulum bagi Sekolah
Kurikulum bagi sekolah yang bersangkutan mempunyai peranan sebagai berikut
a.       Sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan.
b.      Sebagai pedoman mengatur segala kegiatan sehari – hari di sekolah
tersebut, peranan ini meliputi :
·         Jenis program pendidikan yang harus dilaksanakan
·         Cara menyelenggarakan setiap jenis program pendidikan
·         Orang yang bertanggungjawab dan melaksanakan program pendidikan

3. Peranan Kurikulum bagi Masyarakat


a. Kurikulum turut membantu mempengaruhi dan membina tingkah laku
para siswa dengan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat,
sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses social.
b. Kurikulum turut membantu proses pembudayaan yang semakin
berkembang menjadi lebih kompleks.
c. Kurikulum turut aktif berpartisipasidalam kontrol sosial dan
menekankan pada unsur berpikir kritis.
d. Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif,
dalam arti mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan
kebutuhan masa sekarang dan masa yang akan datang dalam
masyarakat.

14
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Secara etimologis, kurikulum berasal dari kata curir atau curere yang berarti
jarak yang harus di tempuh oleh seorang pelari dari garis start sampai garis finish
(dunia olahraga). Selanjutnya, istilah kurikulum ini digunakan dalam dunia
pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan dinamika
yang ada pada dunia pendidikan. Dan diantara Dasar atau azasnya yaitu Azas
Filosofis, Sosiologis, Organisatoris dan Psikologis.

2. Kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut:

1) Suatu bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan


suatu sekolah yang dilaksanakan dari tahun ke tahun.
2) Bahan tertulis yang dimaksudkan digunakan oleh guru dalam
melaksanakan pengajaran untuk siswa-siswanya.
3) Suatu usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu
rencana pendidikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat
dilaksanakan guru di sekolah.
4) Tujuan-tujuan pengajaran,pengalaman belajar, alat-alat belajar dan
cara-cara penilaian yang direncanakan dan digunakan dalam
pendidikan.
5) Suatu program pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.

3. Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan sebagai


pengemban peranan yang sangat penting bagi pendidikan. Apabila dianalisis
secara sederhana, paling tidak terdapat tiga jenis peranan kurikulum yang dinilai
sangat pokok, yaitu: Peranan Konservatif, Peranan Kreatif, Peranan kritis dan
evaluative.

15
DAFTAR PUSTAKA

 Idi, Abdullah. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar


Ruzz Media, 2007.
 Tim pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran.Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

 Siti Nadhiroh, Putri ,Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum,


http://putrinadhiroh.blogs.uny.ac.id/2015/09/27/dasar-dasar-
pengembangan-kurikulum/ , September 27, 2015.

 Khusnaini, Ulfah, Makalah Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum dalam


Ilmu Pendidikan, http://ulfahkhusnaini23.blogspot.co.id/2014/11/definisi-
peran-fungsi-prinsip-dan.html , Rabu, 12 November 2014.

16

Anda mungkin juga menyukai