Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Jong (2005) apendisitis merupakan kasus infeksi intraabdominal


yang sering dijumpai di negara-negara maju, sedangkan pada negara berkembang
jumlahnya lebih sedikit, hal ini mungkin terkait dengan diet serat yang kurang pada
masyarakat modern (perkotaan) bila dibandingkan dengan masyarakat desa yang
cukup banyak mengkonsumsi serat. Apendisitis dapat terjadi pada semua tingkat
usia.
Kesehatan dan gaya hidup dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Salah
satu contohnya adalah kurangnya konsumsi makanan berserat dalam menu sehari-
hari, diduga sebagai salah satu penyebab terjadinya masalah kesehatan yaitu
apendisitis. Perbandingan antara pria dan wanita mempunyai kemungkinan yang
sama untuk penderita penyakit ini. Namun penyakit ini paling sering di jumpai
pada dewasa muda antara umur 13-30 tahun (Bambang, 2010). Pada penelitian
Omran et al (2003) di Kanada pada 65.675 penderita appendicitis didapat 38.143
orang (58%) laki-laki dan 27.532 orang (42%) perempuan.
Komplikasi utama apendisitis adalah perforasi apendiks yang dapat
berkembang menjadi abses, peritonitis bahkan shock. Perforasi terjadi secara
umum 24 pertama setelah awal nyeri. Angka kematian yang timbul akibat terjadi
perforasi adalah 10-15% dari kasus yang ada. Sedangkan angka kematian pasien
apendisitis akut adalah 0,2% – 0,8%. yang berhubungan dengan komplikasi
penyakitnya dari pada akibat intervensi tindakan. (Sjamsuhidayat,R., & Jong, W.
2005).
Pasien-pasien dengan post apendiktomi menjalani proses perawatan di

ruang perawatan bedah di rumah sakit. Lama hari rawat inap pasien bervariasi

tergantung jenis appendicitis yang dideritanya. Jika apendiks tidak ruptur, pasien

dapat pulang dalam 1-2 hari, jika terdapat perforasi, ia dapat tinggal selama 4-7

hari, terutama jika terjadi peritonitis. (Sjamsuhidajat,R., & Jong, W., 2005)

Sangat penting untuk segera memberikan pengobatan kepada pasien

apendisitis. Pengobatan apendisitis dapat melalui dua cara yaitu operasi dan non

1
operasi, pada kasus ringan apendisitis dapat sembuh hanya dengan pengobatan

tetapi untuk apendisitis yang sudah luas infeksinya maka harus segera di lakukan

operasi apendiktomi. Apendiktomi adalah pembedahan untuk mengangkat

apendisitis yang meradang (Smeltzer, S., & Bare., B., 2002).

Insiden perforasi adalah 10% sampai 32% dan yang tertinggi adalah pada

anak. Oleh karena melalui makalah seminar ini kelompok tertarik untuk

mengkaji asuhan keperawatan pada anak dengan ILO Pasca operasi Apendiks

Perforasi di ruang rawat inap Edelwies RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau

tahun 2020.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksanaan asuhan keperawatan dengan ILO Pasca operasi


Apendiks Perforasi pada kasus An.M (16 tahun ) di ruang rawat inap Edelwies?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum

Melakukan dan melaporkan asuhan keperawatan ILO Pasca operasi


Apendiks Perforasi pada kasus An.M (16 tahun ) di ruang rawat inap Edelwies?
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah seminar ini adalah untuk
menganalisa tentang :
a. Untuk mengetahui definisi ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada
anak di ruang rawat inap edelwies.
b. Untuk mengetahui etiologi ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada
anak di ruang rawat inap edelwies.
c. Untuk mengetahui anatomi fisiologi Apendiks pada anak di ruang rawat
inap edelwies.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi
pada anak di ruang rawat inap edelwies.
e. Untuk mengetahui patofisiologi ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada
anak di ruang rawat inap edelwies.
f. Untuk mengetahui komplikasi ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada
anak di ruang rawat inap edelwies.
2
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ILO Pasca operasi Apendiks
Perforasi pada anak di ruang rawat inap edelwies
h. Untuk mengetahui penatalaksanaan ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi
pada anak di ruang rawat inap edelwies

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pendidikan


Penulisan makalah seminar ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
informasi dan referensi kepustakaan khususnya asuhan keperawatan pada pasien
dengan ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada anak.
2. Bagi Pasien (anak)
Diharapkan pasien dengan ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada anak
bisa mendapat penanganan yang tepat dan meminimalisir komplikasi yang akan
terjadi sehingga kualitas hidup pasien (anak) meningkat.
3. Bagi Penulis
Penulisan makalah seminar ini diharapkan dapat menambah wawasan
dalam mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan
menginformasikan data, meningkatkan pengetahuan dalam bidang keperawatan
serta dapat menjadi bahan masukan bagi penulis lain.
4. Bagi Rumah Sakit
Penulisan makalah seminar ini diharapkan dapat memaksimalkan asuhan
keperawatan serta menjadi bahan masukan dalam pelaksanaan intervensi pada
pasien ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi pada anak di ruang rawat inap
Dahlia RSUD Arifin Achmd.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Post Apendiktomi

1. Pengertian
Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks
(Haryono, 2012). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur
tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau
penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi dilakukan
sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti
peritonitis atau abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas, 2015).
Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan
pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi pasca
operasierasi dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir
sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan
dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan
(memperoleh istirahat dan kenyamanan) (Muttaqin, 2009).
Aktivitas keperawatan pasca operasierasi berfokus pada peningkatan
penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan. Peran perawat yang
mendukung proses kesembuhan pasien yaitu dengan memberikan dorongan
kepada pasien untuk melakukan mobilisasi setelah operasi (Potter & Perry,
2010). Mobilisasi penting dilakukan karena selain mempercepat proses
kesembuhan juga mencegah komplikasi yang mungkin muncul (Muttaqin,
2009).
2. Etiologi
Etiologi dilakukannya tindakan pembedahan pada penderita apendiksitis
dikarenakan apendik mengalami peradangan. Apendiks yang meradang dapat
menyebabkan infeksi dan perforasi apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan.
Berbagai hal berperan sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks
merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus. Disamping hiperplasia
jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askariasis dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

4
apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasite
sepertiE.histolytica(Sjamsuhidayat,2011).
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks menurut
Haryono (2012) diantaranya:

a. Faktor sumbatan
Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh
hyperplasia jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4%
karena benda asing, dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit
dan cacing.

b. Faktor bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada
apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi
dapat memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjdi peningkatan
stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur yang banyak ditemukan
adalah kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchius, Lacto-
bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih
dari 10%.

c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter
dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan
kebiasaan makan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat
memudahkan terjadinya fekolit dan menyebabkan obstruksi lumen.

5
d. Faktor
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-
hari. Bangsa kulit putih yang dulunya mempunyai resiko lebih tinggi dari
negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang kejadiannya
terbalik. Bangsa kulit putih telah mengubah pola makan mereka ke pola makan
tinggi serat. Justru negara berkembang yang dulunya mengonsumsi tinggi serat
kini beralih ke pola makan rendah serat, kini memiliki risiko apendisitis yang
lebih tinggi.
3. Anatomi fisiologi

a. Anatomi
Apendik merupakan organ yang berbentuk tabung dengan panjang
kira-kira 10 cm dan berpangkal pada sekum. Apendik pertama kali tampak
saat perkembangan embriologi minggu kedelapan yaitu bagian ujung dari
protuberans sekum. Pada saat antenal dan post, pertumbuhan dari sekum
yang berlebih akan menjadi apendik yang akan berpindah dari medial
menuju katub ileocaecal.
Pada bayi apendik berbentuk kerucut, lebar pada pangkal dan
menyempit kearah ujung. Keadaan ini menjadi sebab rendahnya insiden
apendisitis pada usia tersebut. Apendik memiliki lumen sempit dibagian
proksimal dan melebar pada bagian distal. Pada apendik terdapat taneacoli
yang menyatu dipersambungan secum dan berguna untuk mendeteksi
posisi apendik. Gejala klinik apendisitis ditentukan oleh letak apendik.
Posisi apendik adalah retrocaecal ( dibelakang secrum). 65,28%, pelvik
(panggul ) 31,01%, subcaecal ( dibawah secum ) 2,26%, preileal ( didepan
usus halus) 1%, dan postileal ( dibelakang usus halus ) 0,4 %.

6
b. Fisiologi
Apendik menghasilkan lendir 1-2 ml/ hari. Lendir itu secara normal
dicurahkan kedalam lumen dan selanjutnya mengalir kesecum. Hambatan
aliran lendir di muara apndik tampaknya berperan pada pathogenesis
apendisitis. Imunoglobin sekretoar yang dihasilkan oleh Good Associated
Lymphoid Tissue ( GALT ) yang terdapat disepanjang saluran cerna
termasuk apendik ialah imonuglobin a (ig-A). imunoglobin ini sangat
efektif sebagai pelindung terhadap infeksi yang mengontrol prolisasi
bakteri,netralisasi virus, serta mencegah penitrasi enterotoksin dan atigen
intestinal lainnya. Namun pengangkatan apendik tidak mempengaruhi
system imun tubuh sebab jumlah jaringan sedikit sekali jika dibandingkan
dengan jumlah saluran cernah seluruh tubuh.

4. Manifestasi klinis
Masalah yang banyak terjadi pada penderita pasca apendiktomi menurut
Wilkinson & Ahern (2013):
a. Nyeri akut
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
c. Hambatan mobilitas fisik
d. Konstipasi
e. Resiko kekurangan volume cairan
f. Ansietas
g. Resiko infeksi
h. Bersihan jalan napas tidak efektif
i. Kurang pengetahuan

7
5. Patofisiologi

Patofisiologi apendisitis menurut Masjoer (2007)

Apendiks

Hip
erpl
asi Erosi
Foli Benda asing
kel mukosa Fekalit Striktur Tumor
Li
mfo
id apendiks

Sumbatan

Mukosa terbendung

Apendiks teregang

Tekanan intraluminal

Aliran darah terganggu


Ulserasi dan invasi bakteri pada dinding
apendiks
Trombosis pada
Apendisitis vena
intramural

Ke peritonium Pembengkakan dan iskemia

Peritonitis Pembedahan Perforasi

Luka
Cemas
insisi Risiko infeksi

Defisit self Nyeri Hambatan mobilitas fisik

8
Care

6. Komplikasi Post Apendiktomi


Komplikasi setelah pembedahan apendik menurut Muttaqin (2009):
a. Infeksi pada luka, ditandai apabila luka mengeluarkan cairan kuning atau
nanah, kulit di sekitar luka menjadi merah, hangat, bengkak, atau terasa
semakin sakit,
b. Abses (nanah), terdapat kumpulan di dalam rongga perut dengan gejala
demam dan nyeri perut.
c. Perlengketan usus, dengan gejala rasa tidak nyaman di perut, terjadi sulit
buang air besar pada tahap lanjut, dan perut terasa sangat nyeri
d. Komplikasi yang jarang terjadi seperti ileus, gangren usus, peritonitis, dan
obstruksi usus.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada pasien pasca operasi apendik yaitu :
a. Anamnesa
Gejala pasca operasi apendik ditegakkan dengan anamnesa ada 4 hal
yang penting yaitu :
1) Nyeri mula mula di epigastrium ( nyeri fiseral )yang beberapa waktu
kemudian menjalar ke perut kanan bawah.
2) Muntah oleh karena nyeri viseral
3) panas karena kuman yang menetap di dinding usus
4) gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita
Nampak sakit,menghindarkan pergerakan,di perut terasa nyeri.

b. Pemeriksaan radiologi
Pada foto pemeriksaan radiologi dapat menolong menegakkan diagnose
adanya sedikit fluitlefel yang di sebabkan karena adanya udara dan cairan.
Kadang ada sumbatan pada keadaan perforasi di temukan adanya udara bebas
dalam diafragma

c. Laboratorium

9
Pemeriksaan darah : pada perforasi apendiks akan terjadi leukositosis yang
lebih tinggi HB tampak normal , LED meningkat pada keadaan apendisitis
infiltrate. Urin rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal .
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pasca operasi apendiksitis menurut mansjoer, (2013) :
a. Observasi TTV
b. Baringkan pasien dengan posisi semi fowler
c. Berikan makanan lunak
d. Konserfatif dengan pemberian antibiotic dan istirahat di tempat tidur
e. Pembedahan ulang apendik

B. Asuhan Keperawatan Post Apendiktomi

1. Pengkajian keperawatan
Pengkajian pada penderita pasca operasierasi (Haryono, 2012) adalah:

a. Jalan napas dan pernapasan


Agen anestesi tertentu menyebabkan depresi pernapasan. Waspadai
pernapasan dangkal, lambat, dan batuk lemah. Kaji patensi jalan napas,
irama, kedalaman ventilasi, simetri gerakan dinding dada, suara napas, dan
warna mukosa.

b. Sirkulasi
Penderita berisiko mengalami komplikasi kardiovaskular yang
disebabkan oleh hilangnya darah aktual atau potensial dari tempat
pembedahan, efek samping anestesi, ketidakseimbangan elektrolit, dan
depresi mekanisme yang mengatur sirkulasi normal. Masalah umum awal
sirkulasi adalah perdarahan. Kehilangan darah dapat terjadi secara eksternal
melalui saluran atau sayatan internal. Kedua tipe ini menghasilkan
perdarahan dan penurunan tekanan darah, jantung, dan laju pernapasan
meningkat, nadi terdengar lemah, kulit dingin, lembab, pucat, dan gelisah.

10
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit

Kaji status hidrasi dan pantau fungsi jatung dan saraf untuk tanda-tanda
perubahan elektrolit. Monitor dan bandingkan nilai-nilai laboratorium
dengan nilai-nilai dasar dari penderita. Catatan yang akurat dari asupan dan
keluaran dapat menilai fungsi ginjal dan peredaran darah. Ukur semua
sumber keluaran, termasuk urine, keluaran dari pembedahan, drainase luka
dan perhatikan setiap keluaran yang tidak terlihat dari diaforesis.

d. Intergritas kulit dan kondisi luka


Perhatikan jumlah, warna, bau dan konsistensi drainase diperban. Pada
penggantian perban pertama kalinya perlu dikaji area insisi, jika tepi luka
berdekatan dan untuk perdarahan atau drainase.
e. Fungsi perkemihan
Anestesi epidural atau spinal sering mencegah penderita dari sensasi
kandung kemih yang penuh. Raba perut bagian bawah tepat di atas simfisis
pubis untuk mengkaji distensi kandung kemih. Jika penderita terpasang
kateter urin, harus ada aliran urine terus menerus sebanyak 30-50 ml/jam
pada orang dewasa.

f. Fungsi gastrointestinal
Inspeksi abdomen untuk memeriksa perut kembung akibat akumulasi
gas. Kaji kembalinya peristaltik setiap 4 sampai 8 jam. Auskultasi perut
secara rutin untuk mendeteksi suara usus kembali normal, 5-30 bunyi
keras per menit pada masing-masing kuadran menunjukkan gerak
peristaltik yang telah kembali.

g. Kenyamanan
Penderitya merasakan nyeri sebelum mendapatkan kembali kesadaran
penuh. Kaji nyeri penderita dengan skala nyeri.

11
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan dengan penderita pasca operasi apendisitis menurut
Wilkinson, J dan Ahern (2013)
1. Nyeri akut
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Gangguan mobilitas fisik
4. Konstipasi
5. Ansietas
6. Resiko infeksi
7. Kurang pengetahuan

3. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri Akut
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri secara
Agen injuri (biologi, kimia,pain control, komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
fisik, psikologis), kerusakancomfort level durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
jaringan Setelah dilakukan tinfakan presipitasi
DS: keperawatan selama  Observasi reaksi nonverbal dari
-    Laporan secara verbal …. Pasien tidak mengalami ketidaknyamanan
DO: nyeri, dengan kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
-    Posisi untuk menahan nyeri   Mampu mengontrol nyeri dan menemukan dukungan
-    Tingkah laku berhati-hati (tahu penyebab nyeri, mampu  Kontrol lingkungan yang dapat
-    Gangguan tidur (mata sayu, menggunakan tehnik mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
tampak capek, sulit atau nonfarmakologi untuk pencahayaan dan kebisingan
gerakan kacau, menyeringai) mengurangi nyeri, mencari  Kurangi faktor presipitasi nyeri
-    Terfokus pada diri sendiri bantuan)  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
-    Fokus menyempit   Melaporkan bahwa nyeri menentukan intervensi
(penurunan persepsi waktu, berkurang dengan  Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
kerusakan proses berpikir, menggunakan manajemen napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
penurunan interaksi dengan nyeri hangat/ dingin
orang dan lingkungan)   Mampu mengenali nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi
-    Tingkah laku distraksi, (skala, intensitas, frekuensi nyeri: ……...
contoh : jalan-jalan, menemui dan tanda nyeri)  Tingkatkan istirahat
orang lain dan/atau aktivitas,   Menyatakan rasa nyaman  Berikan informasi tentang nyeri seperti

12
aktivitas berulang-ulang) setelah nyeri berkurang penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
-    Respon autonom (seperti   Tanda vital dalam rentang berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan
diaphoresis, perubahan normal dari prosedur
tekanan darah, perubahan   Tidak mengalami gangguan  Monitor vital sign sebelum dan sesudah
nafas, nadi dan dilatasi pupil) tidur pemberian analgesik pertama kali
-    Perubahan autonomic dalam
tonus otot (mungkin dalam
rentang dari lemah ke kaku)
-    Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel,
nafas panjang/berkeluh kesah)
-    Perubahan dalam nafsu
makan dan minum

13
b. Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuha.     Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
Berhubungan dengan : Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
Ketidakmampuan untuk b.     Nutritional Status : food dibutuhkan pasien
memasukkan atau mencerna and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
nutrisi oleh karena faktor c.      Weight Control tinggi serat untuk mencegah konstipasi
biologis, psikologis atau Setelah dilakukan tindakan  Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
ekonomi. keperawatan makanan harian.
DS: selama….nutrisi kurang  Monitor adanya penurunan BB dan gula
-    Nyeri abdomen teratasi dengan indikator: darah
-    Muntah   Albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
-    Kejang perut   Pre albumin serum  Jadwalkan pengobatan  dan tindakan tidak
-    Rasa penuh tiba-tiba setelah   Hematokrit selama jam makan
makan   Hemoglobin  Monitor turgor kulit
DO:   Total iron binding capacity  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
-    Diare   Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
-    Kurang nafsu makan  Monitor mual dan muntah
-    Bising usus berlebih  Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan
-    Konjungtiva pucat jaringan konjungtiva
-    Denyut nadi lemah  Monitor intake nuntrisi
   Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti NGT/
TPN sehingga intake cairan yang adekuat
dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas oval

c. Gangguan Mobilitas Fisik

14
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan
Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Gangguan mobilitas fisik NOC : NIC :


Berhubungan dengan :   Joint Movement : Active Exercise therapy : ambulation
-    Gangguan metabolisme sel   Mobility Level   Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan
-    Keterlembatan perkembangan   Self care : ADLs lihat respon pasien saat latihan
-    Pengobatan   Transfer performance   Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
-    Kurang support lingkungan Setelah dilakukan tindakan ambulasi sesuai dengan kebutuhan
-    Keterbatasan ketahan kardiovaskuler   Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat
keperawatan selama….gangguan
-    Kehilangan integritas struktur tulang mobilitas fisik teratasi dengan berjalan dan cegah terhadap cedera
-    Terapi pembatasan gerak kriteria hasil:   Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang
-    Kurang pengetahuan tentang   Klien meningkat dalam aktivitas teknik ambulasi
kegunaan pergerakan fisik fisik   Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
-    Indeks massa tubuh diatas 75 tahun  Mengerti tujuan dari peningkatan  Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
percentil sesuai dengan usia mobilitas secara mandiri sesuai kemampuan
-    Kerusakan persepsi sensori   Memverbalisasikan perasaan   Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
-    Tidak nyaman, nyeri dalam meningkatkan kekuatan bantu penuhi kebutuhan ADLs ps.
-    Kerusakan muskuloskeletal dan dan kemampuan berpindah   Berikan alat Bantu jika klien memerlukan.
neuromuskuler  Memperagakan penggunaan alat   Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan
-    Intoleransi aktivitas/penurunan Bantu untuk mobilisasi (walker) berikan bantuan jika diperlukan
kekuatan dan stamina
-    Depresi mood atau cemas
-    Kerusakan kognitif
-    Penurunan kekuatan otot, kontrol
dan atau masa
-    Keengganan untuk memulai gerak
-    Gaya hidup yang menetap, tidak
digunakan, deconditioning
-    Malnutrisi selektif atau umum
DO:
-    Penurunan waktu reaksi
-    Kesulitan merubah posisi
-    Perubahan gerakan (penurunan
untuk berjalan, kecepatan, kesulitan
memulai langkah pendek)
-    Keterbatasan motorik kasar dan
halus
-    Keterbatasan ROM
-    Gerakan disertai nafas pendek atau
tremor
-    Ketidak stabilan posisi selama ADL

d. Konstipasi

15
Diagnosa Keperawatan/ Masalah Rencana keperawatan

Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Konstipasi berhubungan dengan NOC: NIC :

o  Fungsi:kelemahan otot abdominal,  Bowl Elimination Manajemen konstipasi


  Hidration          Identifikasi faktor-faktor yang menyebabkan
Aktivitas fisik tidak mencukupi
Setelah dilakukan tindakan konstipasi
o  Perilaku defekasi tidak teratur
keperawatan selama ….          Monitor tanda-tanda ruptur bowel/peritonitis
o  Perubahan lingkungan
konstipasi pasien teratasi          Jelaskan penyebab dan rasionalisasi tindakan
o  Toileting tidak adekuat: posisi
dengan kriteria hasil: pada pasien
defekasi, privasi  Pola BAB dalam batas          Konsultasikan dengan dokter tentang
o  Psikologis: depresi, stress emosi, normal peningkatan dan penurunan bising usus
gangguan mental  Feses lunak          Kolaburasi jika ada tanda dan gejala konstipasi
o  Farmakologi: antasid,  Cairan dan serat adekuat yang menetap

antikolinergis, antikonvulsan,  Aktivitas adekuat          Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan
 Hidrasi adekuat serat) terhadap eliminasi
antidepresan, kalsium
         Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan
karbonat,diuretik, besi, overdosis
laxative dalam waktu yang lama
laksatif, NSAID, opiat, sedatif.
         Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan
o  Mekanis: ketidakseimbangan cairan
elektrolit, hemoroid, gangguan          Dorong peningkatan aktivitas yang optimal
neurologis, obesitas, obstruksi          Sediakan privacy dan keamanan selama BAB
pasca bedah, abses rektum, tumor
o  Fisiologis: perubahan pola makan
dan jenis makanan, penurunan
motilitas gastrointestnal, dehidrasi,
intake serat dan cairan kurang,
perilaku makan yang buruk
DS: Nyeri perut
-    Ketegangan perut
-    Anoreksia
-    Perasaan tekanan pada rektum
-    Nyeri kepala
-    Peningkatan tekanan abdominal
-    Mual
-    Defekasi dengan  nyeri
DO: Feses dengan darah segar
-    Perubahan pola BAB
-    Feses berwarna gelap
-    Penurunan frekuensi BAB
-    Penurunan volume feses
-    Distensi abdomen

e. Ansietas

16
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
Faktor keturunan, Krisis          Kontrol kecemasan Anxiety Reduction (penurunan
situasional, Stress, perubahan          Koping kecemasan)
status kesehatan, ancaman Setelah dilakukan          Gunakan pendekatan yang menenangkan
asuhan
kematian, perubahan konsep selama          Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
……………klien
diri, kurang pengetahuan dan kecemasan teratasi dgn pelaku pasien
hospitalisasi kriteria hasil:          Jelaskan semua prosedur dan apa yang
  Klien mampu dirasakan selama prosedur
DO/DS: mengidentifikasi          Temani
dan pasien untuk memberikan
-    Insomnia mengungkapkan gejala keamanan dan mengurangi takut
-    Kontak mata kurang cemas          Berikan informasi faktual mengenai
-    Kurang istirahat   Mengidentifikasi, diagnosis, tindakan prognosis
-    Berfokus pada diri sendiri mengungkapkan          Libatkan keluarga untuk mendampingi
dan
-    Iritabilitas menunjukkan tehnik untuk klien
-    Takut mengontol cemas          Instruksikan pada pasien untuk
-    Nyeri perut   Vital sign dalam batas normal menggunakan tehnik relaksasi
-    Penurunan TD dan denyut   Postur tubuh, ekspresi wajah,
         Dengarkan dengan penuh perhatian
nadi          Identifikasi tingkat kecemasan
bahasa tubuh dan tingkat
-    Diare, mual, kelelahan aktivitas          Bantu pasien mengenal situasi yang
menunjukkan
-    Gangguan tidur berkurangnya kecemasan menimbulkan kecemasan
-    Gemetar          Dorong pasien untuk mengungkapkan
-    Anoreksia, mulut kering perasaan, ketakutan, persepsi
-    Peningkatan TD, denyut nadi,          Kelola pemberian obat anti cemas:........
RR
-    Kesulitan bernafas
-    Bingung
-    Bloking dalam pembicaraan
-    Sulit berkonsentrasi

17
f. Risiko Infeksi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Risiko infeksi NOC : NIC :
  Immune Status    Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :   Knowledge : Infection    Batasi pengunjung bila perlu
-    Prosedur Infasif control    Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
-    Kerusakan jaringan dan   Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan    Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan keperawatan pelindung
-    Malnutrisi selama…… pasien tidak    Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
-    Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil:    Gunakan kateter intermiten untuk
-    Imonusupresi   Klien bebas dari tanda dan menurunkan infeksi kandung kencing
-    Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi    Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,   Menunjukkan kemampuan    Berikan terapi
Leukopenia, penekanan respon untuk mencegah timbulnya antibiotik:.................................
inflamasi) infeksi    Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
-    Penyakit kronik   Jumlah leukosit dalam batas dan lokal
-    Imunosupresi normal    Pertahankan teknik isolasi k/p
-    Malnutrisi   Menunjukkan perilaku hidup    Inspeksi kulit dan membran mukosa
-    Pertahan primer tidak sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,   Status imun, gastrointestinal,    Monitor adanya luka
trauma jaringan, gangguan genitourinaria dalam batas    Dorong masukan cairan
peristaltik) normal    Dorong istirahat
   Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
   Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

18
g. Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :   Kowlwdge : disease process         Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
keterbatasan kognitif,   Kowledge : health Behavior keluarga
interpretasi terhadap informasi Setelah dilakukan tindakan         Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan
yang salah, kurangnya keperawatan selama …. bagaimana hal ini berhubungan dengan
keinginan untuk mencari pasien menunjukkan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
informasi, tidak mengetahui pengetahuan tentang proses tepat.
sumber-sumber informasi. penyakit dengan kriteria         Gambarkan tanda dan gejala yang biasa
hasil: muncul pada penyakit, dengan cara yang
 Pasien dan keluarga tepat
DS: Menyatakan secara verbal menyatakan pemahaman         Gambarkan proses penyakit, dengan cara
adanya masalah tentang penyakit, kondisi, yang tepat
DO: ketidakakuratan mengikuti prognosis dan program         Identifikasi kemungkinan penyebab,
instruksi, perilaku tidak sesuai pengobatan dengan cara yang tepat
 Pasien dan keluarga mampu         Sediakan informasi pada pasien tentang
melaksanakan prosedur yang kondisi, dengan cara yang tepat
dijelaskan secara benar         Sediakan bagi keluarga informasi tentang
 Pasien dan keluarga mampu kemajuan pasien dengan cara yang tepat
menjelaskan kembali apa         Diskusikan pilihan terapi atau
yang dijelaskan perawat/tim penanganan
kesehatan lainnya         Dukung pasien untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan second opinion dengan
cara yang tepat atau diindikasikan
        Eksplorasi kemungkinan sumber atau
dukungan, dengan cara yang tepat

19
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal / jam MRS : 09 Februari 2020


Ruang : Edelwies
Diagnosa Medis : ILO Pasca operasi Apendiks Perforasi
Tanggal Pengkajian : 21 Februari 2020
INFORMASI IDENTITAS
1. Nama : An.M
2. Tempat, tgl lahir : Balai Jering,11 Juli 2003
3. Usia : 16 Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Agama : Islam
6. Suku* : Melayu
7. Bahasa : Indonesia
8. Alamat* : Dusun 1,Balai Jering Kampar

A. KELUHAN UTAMA
Pasien masuk via IGD dengan keluhan nyeri bagian luka pasca operasi
apendiks dengan sekala nyeri sedang. Pasien mengatakan satu bulan yang lalu telah
melakukan operasi apendiks di RSUD Bangkinang. Saat masuk rumah sakit Pasien
mengatakan luka pasca operasinya memerah, berair dan bernanah. Saat pengkajian
kesadaran pasien compos mentis dengan GCS 15 E:4 V:5 M:6. TD: 111/90 RR:
18X/M S:36,5 N: 90 X/M

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Pada saat pengkajian tanggal 21-24 Februari 2020 pada abdomen An. M
terdapat luka pasca operasi yang berukuran ≠ 20cm × 7cm dengan kondisi terbalut
perban, tampak kemerahan, pasien mengeluhkan nyeri pada luka pasca operasi
dengan skala nyeri sedang . An.M juga mengeluhkan muntah setiap kali makan.

20
C. RIWAYAT KELAHIRAN*
1. (Riwayat Prenatal) Riwayat ibu sakit : Tidak ada
2. (Riwayat Prenatal) perdarahan : Tidak ada
3. Riwayat Kelahiran : Normal
4. Usia kehamilan (minggu) : 38-39 minggu
5. Ditolong oleh : Bidan
6. Berat badan lahir : 3500 gram
7. Panjang Badan : 39 cm

D. RIWAYAT IMUNISASI*
1. Saat baru lahir
- Hepatitis B
- Vit K

E. RIWAYAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN


A. Anak mendapatkan ASI di umur 1,5 Tahun
B. Anak mendapatkan susu formula sejak usia 2,5 tahun
C. Anak mendapatkan makan tambahan di usia : 6 Bulan
D. Berbicara : Saat umur 3 tahun anak sudah berbicara
dengan baik
E. Mulai bicara umur : 7 bulan
F. Duduk : Saat anak usia 9 bulan
G. Mulai duduk umur : Saat umur 6 bulan
H. Berdiri : Saat umur 12 bulan anak sudah berdiri kokoh
I. Mulai berdiri umur : 10 bulan
J. Motorik kasar : Sudah matang anak sudah bisa miring kanan
kiri dan mengangkat kepala.
K. Motorik halus : Reflex menggenggam kuat.

21
F. RIWAYAT ALERGI*
1. Ada riwayat alergi : Tidak
2. Penyebab alergi : Tidak ada
3. Riwayat alergi terakhir : Tidak
4. Kapan : Tidak ada
5. Bentuk reaksi : Tidak ada

G. PENGKAJIAN INTERAKSI KESEHATAN ANAK, IBU DAN LINGKUNGAN

1. KARAKTERISTIK ANAK
a. Observasi Keadaan Umum
1) Kesadaran : Compos Mentis
2) Tekanan darah (mmHg) : 110/90 mmhg
3) Frekuensi nadi (x/menit) : 90 x/menit
4) Irama : Teratur
5) Pernafasan (x/menit) : 20 x menit
6) Irama pernafasan : Teratur
7) Suhu ( Derajat Celcius) : 36,9 C
8) Berat badan (kg) : 42 kg
9) Tinggi badan (cm) : 150 cm

b. Tampilan Fisik
1) Mata
Inspeksi
Kesimetrisan : Simetris
Sclera : tidak icterik
Conjungtiva : tidak anemis
Pelpebra : tidak edema
Pupil : isokor
Gerakan bola mata : ada
Palpasi
Tekanan bola mata : Ada

22
2) Telinga
Inspeksi
Kesimetrisan : simetris
Lubang telinga : bersih
Pemakaian alat bantu : tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : tidak ada
Pemeriksaan uji pendengaran : normal
3) Hidung dan Sinus
Inspeksi
Kesimetrisan lubang hidung : simetris
Bentuk hidung : bersih
Keadaan septum : normal
Secret / cairan : tidak ada
4) Mulut
Inspeksi
a) Gigi
 Keadaan gigi : lengkap dan bersih
 Karang gigi/ karies : tidak ada
b) Gusi : tidak radang
c) Lidah : tidak kotor
d) Bibir : tidak pucat
e) Mulut : tidak berbau
f) Kemampuan bicara : baik
g) Tenggorokan
 Warna mukosa : kemerahan
 Nyri tekan : tidak ada
 Nyri menelan : tidak ada

23
5) Dada
Inspeksi
Bentuk : barrel chest
Kesimetrisan : simetris
Tipe pernapasan : dada
Palpasi
Vokal fremitus : bergetar
Massa / nyeri : tidak ada
Auskultasi
Suara nafas : vesikuler
Suara tambahan : tidak ada suara bunyi nafas tambahan
Massa / nyeri : tidak ada
Perkusi : sonor
6) Pemeriksaan jantung
Inspeksi
Dinding dada : simetris
Palpasi
Pengisian kapiler : (x) < 3 detik
Perkusi : redup
Auskultasi
BJ I, BJ II jelas, jernih : ya
BJ III :tidak ada
Bunyi jantung tambahan : tidak ada
.........................................................................................................................Kulit
Warna : lembab
Tektur : elastis
Lesi kulit : tidak ada
Suhu : hangat
Turgor : baik
Kelembapan : lembab
Pruritus/pigmentasi/jerawat/erupsi: tidak ada
Gangguan pada kuku : tidak ada
Kerontokan rambut : tidak ada
Perubahan warna rambut : tidak ada

24
7) Punggung dan ekstermitas
Tulang belakang : simetris
Mobilitas tulang belakang : normal
Ekstermitas : normal
ROM : 30 x/m
8) Abdomen
Inspeksi
Membuncit : tidak
Ada luka : ya
Lokasi : luka pasca operasi apendiks di perut
Palpasi
Hepar : teraba
Lien : teraba
Nyeri tekan : tidak
Auskultasi
Bising usus : normal
Perkusi : tympani
9. Genitalia dan Anus
Keluhan : normal, tidak ada masalah
Pola Nutrisi Dan Metabolisme
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 12 12
Jenis Susu formula Susu formula
Porsi 100 ml 100 ml
Total Konsumsi 420 ml 420 ml
Keluhan Tidak ada Tidak ada

c. Pola Eliminasi
Eliminasi Urin

25
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi 6-10 6-10
Pancaran Baik Baik
Warna Kuning Kuning
Total Produksi

Eliminasi Alvi
Keterangan Sehat Sakit
Frekuensi Tidak dapat diketahui Tidak dapat diketahui
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada

d. Pola Tidur dan Istirahat


Keterangan Sehat Sakit
Jam tidur siang Sedikit tidur Lebih banyak tidur
Jam tidur malam 8 jam / hari 10 jam / hari
Pengantar tidur HP Tidak ada
Gangguan tidur Tidak ada Tidak ada

e. Tempramen (Gaya/Prilaku Anak Dalam Memberi Tanggapan)


Jika An. M merasakan nyeri pada daerah pasca operasinya An.M akan menangis.
pasien akan marah jika di bangunkan saat tidur

2. KARAKTERISTIK IBU
a. Kondisi Umum
1) Nama : NY.M
2) Usia : 39 Tahun
3) Gestasi : G2 P2 A0 H2

b. Psikososial
Psikologi Ibu saat ini sudah mulai membaik karena nyeri anak sudah mulai
berkurang dan nafsu makan sudah ada.

c. Perhatian (Pusat Perhatian Ibu Saat Ini)


ibu fokus bagaimana kondisi anak saat ini dan apa yang dapat ibu lakukan untuk
merawat anak dengan baik

26
d. Harapan (Harapan ibu terhadap anaknya)
Ibu berharap agar anak segara diperbolehkan pulang dan berkumpul dengan
keluarga lainnya.

e. Jumlah Perubahan Dalam Hidup (Seberapa Banyak Perubahan Yang Terjadi


Dalam Hidup Ibu Karena Penyakit Anaknya)
Beberapa perubahan terjadi dalam kehidupan ibu seperti waktu ibu akan lebih
banyak berfokus pada anak yang membutuhkan perawatan yang maksimal.

f. Gaya Mengasuh Anak (Bagaimana Cara Ibu Mengasuh Anaknya)


Ibu merawat anaknya dengan baik saat sakit, ibu merasa canggung saat merawat
luka pasca operasinya karena ibu tidak bisa menutup kembali perban dengan baik.
Ibu merasa takut jika luka pasca operasi anaknya terjadi infeksi.

g. Keterampilan Beradaptasi, (Bagaimana Kemampuan Ibu Dalam Beradaptasi


Terhadap Masalah)
Ibu tampak canggung ketika membersihkan luka pasca operasi anaknya karena
takut inpeksi.
h. Nada Suara, Sentuhan, Verbalisasi Saat Interaksi Antara Caregiver Dan
Anak.
1) Nada Suara : terlihat ibu menyalurkan kasih saying dengan nada suara yang
lembut
2) Sentuhan : ibu memberikan sentuhan dengan lembut pada anaknya saat
anak mengatakan nyeri bagian pasca operasinya.
3) Verbalisasi : tanpak verbalisasi kasih sayang ibu kepada anaknya.

i. Parent’s Sensitivity ti The Child’s Cues (Rasa Sensitif Orang Tua erhadap
Anak)
Ibu memiliki respon yang baik terhadap keluhan anaknya

j. Parent’s Ability To Alleviate The Infant’s Distress (Kemampuan Orag Tua


Mengurangi Distress Pada Anak)
Ibu dapat menenangkan anak, ketika anak merengek saat merasakan nyeri, ibu

27
mendekap, merangkul dan mengelus anak.

k. Parent’s Social And Emotional Growth-Fostering Activities (Orang Tua


Membantu Pertumbuhan Sosial dan Emosional)
Ibu memiliki interaksi terhadap anak.

l. Parent’s Cognitive Growth Fostering Activities (Orang Tua Membantu


Meningkatkan Kemampuan Kognitif)
Baik

3. KARAKTERISTIK LINGKUNGAN
a. Keterlibatan ayah
Ayah jarang menemui anaknya saat dirawat di rumah sakit .
Kondisi Lingkungan
1) Suhu : 36,5
2) Kebersihan : bersih
3) Kelembaban : Anak berada di ruang yang terjaga kelembaan udaranya.
H. OBAT-OBATAN*
1. Keterolak 3 x 30 mg
2. Ceftriaxsone 2 x 1 gram

I. PEMERIKSAAN LABORATORIUM*

1. Pemeriksaan darah lengkap 20 Februari 2020


No pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal Keterangan
1 Hematologi
Hemoglobin 11,7 g/gL 14.0 - 18.0 Rendah
Leukosit 6.55 103/µL 4.80 – 10.80 Normal

28
Trombosit 303 103/µL 150 – 450 Normal
Eritrosit 4.13 106/µL 4.70 – 6.10 Rendah
Hematokrit 35.0 % 42.0 – 52.0 Rendah
MCV 84.7 fL 79.0 – 99.0 Normal
MCH 28.3 Pg 27.0 – 31.0 Normal
MCHC 33.4 g/dL 33.0 – 37.0 Normal
RDW-CV 13.7 % 11.5 – 14.5 Normal
RDW-SD 42.5 fL 35.0 – 47.0 Normal
PDW 9.3 fL 9.0 – 13.0 Normal
MPV 9.2 fL 7.2 – 11.1 Normal
P-LCR 18.3 % 15.0 – 25.0 Normal

Hitung Jenis
Basofil 0.8 % 0–1 Normal
Eosinofil 5.6 % 1.0 – 3.0 Tinggi
Neutrofil 67.5 % 40.0 – 70.0 Normal
Limfosit 19.1 % 20.0 – 40.0 Rendah
Monosit 7.0 % 2.0 – 8.0 Normal

J. PEMBERIAN TERAPI

a. Injeksi ceftriaxone 2x1gr (jam 10.00 dan jam 22.00 WIB)


b. Injeksi ketorolax 3x1 Ampul (jam 10.00 WIB, jam 18.00 WIB , jam 02.00 WIB
c. Infuse Nacl 0,9 % 10 tpm (jam 10 WIB, jam 22.00

K. ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


DS : pasca operasierasi
laparatomi
- pasien mengatakan nyeri daerah
bekas luka pasca operasi apendik
satu bulan lalu
Kerusakan jaringan
padaabdominalkuadran
DO : kanan bawah Nyeri akut
- pasein tampak meringis menahan

29
nyeri Pelepasan mediator nyeri

- Skala nyeri 6
Diterima respon nyeri

Nyeri akut
DS Pasca operasierasi Ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan tidak nabsu laparatomi
nutrisi kurang dari
makan karena setiap makan selalu
kebutuhan tubuh
mual dan muntah
Peningkatan peristaltic
mendadak

DO
- Pasien tampak mual
Anoreksia, mual, muntah
- BB berkurang selama sakit

 Bb sehat : 47kg
 Bb sakit : 42 Ketidak seimbangan
nutrisikurang dari
kebutuhan tubuh
DS Pasca operasi laparotomy
 Pasien mengatakan cemas karena
akan dioperasi lagi dan takut luka
bekas operasinya infeksi kembali.
Terjadi infeksi
DO
 Pasien tampak banyak bertanya

 Pasien tampak gelisa


Kurang informasi Ansietas
 Pasien tampak cemas

Ansietas
Pasca operasi laparatomi
DO
- Pasien mengatakan tidak tahu
tentang penyebab penyakitnya Kurang keinginan untuk
mencari informasi Kurang
DS
Pengetahuan
- Pasien tampak banyak bertanya

- Pasien tampak bingung ketika


ditanya penyebab penyakitnya Deficit pengetahuan

30
L. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nausea
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi ulang laparatomi apendik
4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

M. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut berhubungan NOC : NIC :
dengan: Pain Setelah dilakukan tindakan  Lakukan pengkajian nyeri secara
kerusakan jaringan keperawatan Pasien tidak komprehensif termasuk lokasi,
mengalami nyeri, dengan karakteristik, durasi, frekuensi,
DS: kualitas dan faktor presipitasi

31
-    pasien Kriteria Hasil:   Observasi reaksi nonverbal dari
mengatakan nyeri  Mampu mengontrol ketidaknyamanan
daerah bekas luka nyeri (tahu penyebab  Kontrol lingkungan yang dapat
pasca operasi nyeri, mampu mempengaruhi nyeri seperti suhu
apendik satu bulan menggunakan tehnik ruangan, pencahayaan dan
lalu nonfarmakologi untuk kebisingan
mengurangi nyeri,  Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
mencari bantuan) menentukan intervensi
DO:
 Melaporkan bahwa  Ajarkan tentang teknik non
- pasein tampak
nyeri berkurang dengan farmakologi: napas dalam, relaksasi,
meringis menahan
menggunakan distraksi, kompres hangat/ dingin
nyeri
manajemen nyeri  Berikan analgetik untuk mengurangi
- Skala nyeri 5  Mampu mengenali nyeri
nyeri (skala, intensitas,  Tingkatkan istirahat
frekuensi dan tanda  Monitor vital sign sebelum dan
-    
nyeri) sesudah pemberian analgesik
 Menyatakan rasa pertama kali
nyaman setelah nyeri
berkurang
 Tanda vital dalam
rentang normal
 Tidak mengalami
gangguan tidur

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan nausea


Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

32
Ketidakseimbangan nutrisi NOC:  Kaji adanya alergi makanan
kurang dari kebutuhan tubuh  Setelah dilakukan  Kolaborasi dengan ahli gizi
berhubungan dengan nausea tindakan keperawatan untuk menentukan jumlah
DS: nutrisi anak tercukupi kalori dan nutrisi yang
 Pasien mengatakan tidak atau teratasi dengan dibutuhkan pasien
nafsu makan karena  Yakinkan diet yang dimakan
setiap makan selalu mual Kriteria Hasil : mengandung tinggi serat untuk
dan muntah  Memperlihatkan mencegah konstipasi
DO: status gizi: asupan  Ajarkan pasien bagaimana
- Pasien tampak mual makanan dan cairan membuat catatan makanan
- BB berkurang selama  Mempertahankan harian.
sakit berat badan ideal  Monitor adanya penurunan BB
 Bb sehat : 47kg  Memiliki nilai  Monitor lingkungan selama
 Bb sakit : 42 kg laboratorium makan
- Kurang nafsu makan (misalnya, transferin,  Jadwalkan pengobatan  dan
albumin, dan tindakan tidak selama jam
  elektrolit dalam batas makan
normal).  Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein, Hb dan
kadar Ht
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor intake nuntrisi
 Informasikan pada klien dan
keluarga tentang manfaat nutrisi
 Kolaborasi dengan dokter
tentang kebutuhan suplemen
makanan seperti NGT/ TPN
sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau
fowler tinggi selama makan
 Anjurkan banyak minum
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi ulang laparatomi apendik
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

33
Ansietas berhubungan dengan NOC : NIC :
Tindakan operasi ulang  Setelah dilakukan  Gunakan pendekatan yang
laparatomi apendik asuhan keperawatan menenangkan
kecemasan pada   Jelaskan semua prosedur dan apa
DO anak teratasi dgn yang dirasakan selama prosedur
 Pasien mengatakan pengurangan cemas
cemas karena akan Kriteria Hasil:  Temani pasien untuk memberikan
dioperasi lagi dan  anak mampu keamanan dan mengurangi takut
takut luka bekas mengidentifikasi  Berikan informasi faktual mengenai
operasinya infeksi dan mengungkapkan tindakan ulang operasi
kembali. gejala cemas  Libatkan keluarga untuk
 anak mampu mendampingi anak
DS
Mengidentifikasi,  Instruksikan pada anak untuk
 Pasien tampak banyak
mengungkapkan dan menggunakan tehnik relaksasi
bertanya
menunjukkan tehnik  Dengarkan dengan penuh perhatian
 Pasien tampak gelisa untuk mengontol  Identifikasi tingkat kecemasan
cemas  Bantu pasien mengenal situasi yang
 Pasien tampak cemas  Vital sign dalam menimbulkan kecemasan
batas normal  Dorong pasien untuk
 Postur tubuh, mengungkapkan perasaan,
ekspresi wajah, ketakutan, persepsi
bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan

4. Kurang Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya keinginan untuk mencari


informasi
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan

34
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Kurang Pengetahuan NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Setelah dilakukan  Kaji tingkat pengetahuan pasien dan
kurangnya keinginan untuk tindakan keluarga
mencari informasi, tidak keperawatan pasien  Jelaskan patofisiologi dari penyakit
mengetahui sumber-sumber menunjukkan dan bagaimana hal ini berhubungan
informasi. pengetahuan tentang dengan anatomi dan fisiologi,
proses penyakit dengan cara yang tepat
DS: dengan  Gambarkan tanda dan gejala yang
 Pasien mengatakan Kriteria Hasil: biasa muncul pada penyakit, dengan
tidak tahu tentang  Pasien dan keluarga cara yang tepat
penyebab penyakitnya menyatakan paham  Gambarkan proses penyakit, dengan
DO : tentang penyakit, cara yang tepat
- Pasien tampak banyak kondisi, prognosis  Identifikasi kemungkinan penyebab,
bertanya dan program dengan cara yang tepat
pengobatan  Sediakan informasi pada pasien
- Pasien tampak
 Pasien dan keluarga tentang kondisi, dengan cara yang
bingung ketika
mampu tepat
ditanya penyebab
melaksanakan  Sediakan bagi keluarga informasi
penyakitnya
prosedur yang tentang kemajuan pasien dengan
dijelaskan secara cara yang tepat
benar  Diskusikan pilihan terapi atau
 Pasien dan keluarga penanganan yang tepat
mampu menjelaskan  Berikan penjelasan yang mudah
kembali apa yang dimengerti apabila klien bertanya
dijelaskan perawat

N. Implementasi dan Evaluasi

Tanggal Diagnosa Waktu Implementasi Waktu Evaluasi


dan Hari

35
21-02- Nyeri Jam Jam S : Pasien mengatakan
2020 akut  09 .00 1. Mengkaji 13.00 nyeri berkurang
berhubun WIB karakteristik nyeri, WIB O:
gan frekuensi nyeri dan
 kesadaran
dengan lokasi nyeri : pasien
composmentis
kerusakan mengatakan nyeri
 Pasien tampak
jaringan berulang dengan
lebih rileks
skala nyeri 4-6 dan
 Skla nyeri 3
lokasi nyeri di
perut. - TD :
10: 30 110/90
2. Mengatur posisi
WIB
pasien dengan semi mmH

fawler dan - RR :

memberikan 20x/m

lingkungan yang - N :90x/

nyaman - S:
11:30 36,5ºC
3. Mengajarkan teknik
WIB
rilekssasi nafas
A : Masalah nyeri
dalam
teratasi sebagian
13:30 4. melakukan ttv :
WIB
 Td:130/90mmHG P : lanjutkan intervensi
 RR:22x/m
 S:36,5ºC
 N:100x/m
14:00
WIB 5. Kolaborasi
pemberian
analgetik Ketorolac
(3x30 mg)

21-02- Ketidaksei Jam Jam S : Pasien mengatakan


2020 mbangan 09.30 13.20 mual-muntah berkurang
1. Memonitor intak
nutrisi WIB WIB

36
kurang dan output O:
dari 10: 30 2. mengkaji adanya  pasien tampak
kebutuha WIB elergi dan penyebab lemas
n tubuh mual muntah  BB menurun
berhubun 11:30 3. memotivasi pasien
WIB
gan untuk A : masalah mual teratasi
dengan menghabiskan sebagian
nausea makanan yang
disediakan P : lanjutkan intervensi

12:30 dan kolaborasi dengan


4. menjelaskan pada
WIB ahli gizi tentang
pasien dan keluarga
makanan yang tepat
petingnya
untuk pasien agar
memenuhi
mencegah mualnya.
kebutuhan nutrisi
12.45
WIB 5. menganjurkan diet
makan sedikit tapi
sering

22-02- Nyeri Jam 1. Mengkaji Jam S : Pasien mengatakan


2020 akut  09 .30 karakteristik nyeri, 13.20 nyeri berkurang
berhubun WIB frekuensi nyeri dan WIB

37
gan lokasi nyeri : perut. O:
10: 40
dengan 2. Mengatur posisi
WIB  kesadaran
kerusakan pasien dengan semi
composmentis
jaringan fowler
11:30
 Pasien tampak
WIB 3. menganjurkan
13:30 lebih rileks
teknik relaksasi
WIB
 Skla nyeri 3
nafas dalam pada
pasien - TD :

4. melakukan ttv : 110/90


14:00 mmH
 Td:120/90mmHG
WIB - RR :
 RR:22x/m
20x/m
 S:36,5ºC
- N :90x/
 N:100x/m
- S:
6. Kolaborasi
36,5ºC
pemberian
analgetik Ketorolac A : Masalah nyeri
(3x30 mg) teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

22-02- Ketidaksei Jam Jam S : Pasien mengatakan


2020 mbangan 09.40 1. Memonitor intak 13.20 mual-muntah berkurang
nutrisi WIB dan output WIB
kurang 2. memotivasi pasien O:
dari 10: 30 untuk  kesadaran :
kebutuha WIB menghabiskan compos mentis
n tubuh makanan yang  gcs : 15
berhubun disediakan  BB menurun
12:30
gan WIB 3. menganjurkan
dengan makan sedikit tapi A : masalah mual teratasi
nausea sering sebagian

P : lanjutkan intervensi

24-02- Nyeri Jam 1. Mengkaji 13.00 S : Pasien mengatakan


2020 akut  09.40 karakteristik nyeri, WIB tidak nyeri lagi
berhubun WIB frekuensi nyeri dan O:

38
gan lokasi nyeri : perut.  kesadaran
dengan 10: 30 2. Mengatur posisi composmentis
kerusakan WIB pasien dengan semi  Pasien tampak
jaringan fowler rileks
3. menganjurkan  ttv
12:30
WIB teknik relaksasi - TD :
nafas dalam pada 110/90
pasien mmhg
4. melakukan ttv : - RR :
 Td:130/90mmhg 20x/m
 RR:22x/m - N :90x/
 S:36,5ºC - S:
 N:100x/m 36,5ºC
5. Kolaborasi
A : Masalah nyeri
pemberian
teratasi
analgetik Ketorolac
P : hentikan intervensi
(3x30 mg)

24-02- Ketidaksei Jam 1. Memonitor intak S : Pasien mengatakan


2020 mbangan 09.40 dan output mual-muntah hilang
nutrisi WIB 2. memotivasi pasien
kurang untuk O:
dari 10: 30 menghabiskan  kesadaran :
kebutuha WIB makanan yang compos mentis
n tubuh disediakan  gcs : 15
berhubun 3. menganjurkan  BB stabil
12:30
gan WIB makan sedikit tapi
dengan sering A : masalah mual teratasi
nausea P : hentikan intervensi

24-02- Ansietas Jam 13.00 S : pasien mengatakan


2020 berhubun 10.00 1. menjelaskan WIB sudah tidak cemas lagi
gan WIB prosedur
dengan pengurangan cemas O:

39
tindakan 11.15 2. memberikan  kesadaran
operasi WIB informasi faktual pasien compos
ulang mengenai tindakan mendis
laparatom ulang operasi
 gcs : 15
i 11.30 3. mengajarkan anak
WIB tehnik relaksasi
 Pasien tampak
nafas dalam untuk
tenang
mengurangi cemas
11.45 4. membantu pasien  Pasien tampakm
WIB mengenal situasi rileks
yang menimbulkan
 A: masalah
kecemasan
teratasi sebagian
10.00 5. mendorong pasien
WIB untuk A : masalah ansietas
mengungkapkan teratasi
perasaan dan
P: hentikan intervensi
ketakutan
25-02- Kurang Jam 1. mengkaji tingkat Jam S : pasien dan keluarga
2020 Pengetahu 11.00 pengetahuan pasien 13.45 mengatakan mengerti
an WIB dan keluarga WIB tentang penyakit
berhubun 12:30 2. menjelaskan
gan WIB patofisiologi O:
dengan penyakit  kesadaran
kurangny 13:00 3. menggambarkan composmentis
a WIB proses penyakit  GCS : 15
informasi pada pasien  Pasien dan
13:30 4. menjelaskan tanda keluarga lebih
WIB dan gejala yang tampak tenang
akan mucul pada
pasien A: Masalah kurangnya
pengetahuan teratasi

P: Intervensi dihentikan

N. Evaluasi

Dilakukan dengan pemeriksaan penunjang seluruh tubuh, dikombinasikan dengan


pemeriksaan darah secara berkala pada 1-2 minggu pertama. Evaluasi berkala sangat

40
penting karena anak dengan ILO pasca operasierasi apendik perforasi yang dikatakan
berhasil ternyata 7-10 hari proses infeksinya bisa datang kembali.dianjurkan control
1bulan sekali untuk 6 bulan pertama setelah dinyatakan pengobatannyaberhasil.

BAB IV
PEMBAHASAN

41
Setelah penulis menguraikan landasan teoritis kemudian menerapkan langsung
dalam asuhan keperawatan pada an.M dengan Infeksi Luka Operasi diruang rawat
inap edelweis di RSU Arifin Achmad, perlukiranya pembahasan untuk
mengetahui pebedaa secara teori dan praktek di lapangan.

A. Pengkajian

Pasien bernama An.Mberumur 16 tahun dirawat di ruangan edelweis RSU


Arifin Achmad provinsi riau dengan diagnose medis ILO Pasca operasi Apendiks
Perforasi penulis melakukan pengkajian pada tanggal 21 Februari 2020.
Didapatkan data subjektif yaitu klien mengatakan nyeri luka operasi dengan skala
nyeri 6. Menurut Potter & Perry (2006) nyeri timbul karena terdapat terputusnya
kontinuitas jaringan sehingga menjadi stimulus myeri akan menyebabkan
pelepasan substansi kimia seperti histamin, bradikin dan kalium. Nyeri adalah
pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya
kerusakan jaringan yang actual dan potensial, digambarkan istilah seperti
kerusakan (international Association for the Study of Pain), awitan tiba-tiba atau
perlahan dari intensitas ringan sampat berat yang dapat diantisipasi atau
diramalkan durasinya kurang dari enam bulan (NICNOC,2006).

B. Diagnosa Keperawatan

Tahap ini merupakan langkah awal yang dilakukan penulis dalam melakukan
asuhan keperawatan pada An.M. diagnosa yang muncul pada kasus An.M adalah,
sebagai berikut:
1. Diagnosa yang muncul
a. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan

Nyeri akut adalah keadaan dimana individu mengalami dan melaporkan


adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi yang tidak
menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data : klien
mengatakan nyeri pada luka operasi, nyeri seperti disayat, nyeri hilang timbul
dengan skala nyeri 4-6. Saat pengkajian klien tampak meringis menahan nyeri.
Oleh karena itu penulis mengangkat nyeri sebagai diagnosa utama karena

42
merupakan faktor yang utama yang membuat pasien mengalami berbagai
macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola makan, dan
melakukan kegiatan mobilisasai, sehingga nyeri merupakan tersangka utama
yang membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas secara normal.
An. M merasakan nyeri pada luka operasi dengan skala 4-6, itu artinya nyeri
yang dirasakan An.M dapat dikategorikan nyeri sedang. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Smeltzer & Bare (2012), menyatakan bahwa laki-
laki memiliki sensitifitas yang lebih rendah (kurang mengekspresikan nyeri
yang dirasakan secara berlebih) dibanding wanita atau kurang merasakan nyeri.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nausea
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat yang lain berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk proses keseluruhan dalam tubuh manusia
untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya
danmenggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya
serta mengeluarkan zat-zat sisa.
Sedangkan mual-muntah adalah keluarnya kembali atau sebagian besar
isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi
lambung dan abdomen.

Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data : klien
mengatakan muntah ketika perut diisi, makan hanya dua sendok. Saat
pengkajian makanan yang di sediakan tidak pernah habis, berat badan menurun
10 kg. Oleh karena itu penulis mengangkat Ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan sebagai nausea diagnosa kedua.

3. Ansietas berhubungan dengan tindakan ulang operasi laparatomi

43
Menurut (Riyadi & Purwanto, 2010) ansietas adalah suatu perasaan takut
yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai
dengan gejala fisiologis, sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur
penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan oleh
kecemasan tersebut.
Alasan diagnosa ansietas tersebut di angkat karena pasien mengatakan
cemas akan dioperasi ulang dan takut luka pasca operasinya terjai infeksi lagi.
ditemukan faktor-faktor resiko yang mendukung yaitu secara subjektif pasien
mengatakan cemas akan dioperasi karena takut luka operasi infeksi kembali.
dan data objektif yaitu pasien tampak cemas. Oleh karena itu penulis
mengangkat diagnosa Ansietas berhubungan dengan tindakan ulang operasi
laparatomi menjadi diagnosa ke tiga.

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi


Suatu kedaan dimana seorang individu atau kelompok mengalami defisiensi
pengetahuan kognitif atau keterampilan-keterampilan psikomotor berkenaan
dengan kondisi atau rencana pengobatan.
Diagnosa ini penulis angkat karena saat pengkajian didapat data : pasien
dan keluarga tidak mengetahuai apa penyebab dari penyakit yang diderita,
keluarga juga tidak mampu menjelaskan bagai mana perjalanan penyakit
sehingga terjadi infeksi, pasien dan keluarga juga tidak mengetahui bagai mana
perawatan yang harus dilakukan. Oleh karena itu penulis mengangkat
Kurangnya pengetahuan berhubungan denga kurang informasi menjadi diagnosa
ke empat.

2. Diagnosa yang tidak muncul

44
a. Hambatan mobilitas fisik
Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak mengeluhkan hambatan
pergerakan.
b. Konstipasi
Diagnosa ini tidak muncul karena pasien tidak mengeluhkan susah BAB
c. Ansietas
Diagnosa ini tidak muncul karena pasien sudah pernah melalukan opersi
sebelumnya.
d. Resiko infeksi
Diagnosa ini tidak muncul karena luka pasca operasi pasien telah infeksi.

C. Intervensi
Menurut UU perawat No. 38 th 2014, perencanaan merupakan semua rencana
tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah keperawatan yang diberikan
kepada pasien.
Perencanaa menurut NANDA (2013) pada kasus asuhan keperawatan pada
pasien pasca operasierasi pengakatan apendik atau usus buntu. Diagnosa yang
pertama yaitu yeri akut berhubungan dengan luka pasca operasierasi. Perencanaan
yang dilakukan untuk diagnosa pertama ini yaitu mempertahankan tirah baring
dan posisi nyaman, mengkaji nyeri,mengajarkan teknik rileksasi teknik nafas
dalamuntuk mengurangi nyeri,monitor TTV untuk mengetahui perkembangan
kesehatan pasien, melakukan kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi
nyeri. Berdasarkan perencaan tersebut, penulis juga melakukan perencaan yang
tidak jauh berbeda dengan tijuan teori tersebut.
Diagnosa kedua Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nausea, memonitor intak dan output, mengkaji adanya elergi
dan penyebab mual muntah, memotivasi pasien untuk menghabiskan makanan
yang disediakan, menjelaskan pada pasien dan keluarga petingnya memenuhi
kebutuhan nutrisi, menganjurkan diet makan sedikit tapi sering.

Diagnosa ke tiga yaitu ansietas berhubungan dengan tindakan ulang operasi


laparatomi, menjelaskan prosedur pengurangan cemas, memberikan informasi

45
faktual mengenai tindakan ulang operasi, mengajarkan pasien tehnik relaksasi
nafas dalam untuk mengurangi cemas , membantu pasien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan dan
ketakutan

Diagnosa ke empat kurang pengetahuan berhubunga dengan kurang informasi,


kaji tingkat pengetahuan pasien dan keluarga,.menjelaskan patofisiologi penyakit,
.menggambarkan proses penyakit dengan tepat, .menjelaskan tanda dan gejala
yang muncul.

D. Implementasi
Penyusun intervensi keperawatan dilakukan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang telah ditegakkan, adapun acuan dalam penyusunan dalam
intervensi keperawatan, penulis menggunkan referensi diagnosa NANDA.
Bedasakan hal tersebu penulis dalam mengelola pasien dalam implementasi
dengan masing-masing diagnosa.
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan. Pada diagnosa ini
penulis melakukan pengkajian 3x24 jam. Data yang mendukung yaitu
secara subjektif pasien mengatakan nyeri pada bagian perut, data objektif
perut tampak ada luka pasca operasi di perut yang terbalut perban, skala
nyeri sedang , luka tampak merah kemerahan, Tanda-tanda Vital : Td:
130/90mmHG RR: 22x/m S:36,5ºC N:100x/m. Tujuan untuk dilakukan
pengkajian nyeri untuk mengurangi nyeri, pasien diberi ketorolac 1 ampul
yang berfungsi untuk meringankan rasa nyeri pasca operasi. Untuk
diagnosa pertama penulis juga mengajarkan teknik releksasi nafas dalam
dengan respon subjektif pasien mengatakan rasa nyeri berkurang.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nausea. Pada diagnosa ini penulis melakukan pengkajian 3x24 jam.
data yang mendukung yaitu pasien mengatakan mual-muntah ketik perut
diisi, makanan yang disediakan tidak pernah habis, kolaborasi dengan ahli
gizi untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pasien.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi ulang laparatomi apendik.
Pada diagnosa ini penulis melakukan pengkajian 1x24 jam data yang

46
mendukung yaitu pasien mengatakan cemas karena akan melakukan operasi
ulang dan takut luka pasca operasinya infeksi kembali. Tindakan yang
dilakukan untuk menghilangkan cemas pasien yaitu memberikan informasi
faktual mengenai tindakan ulang operasi
4. Kurang pengetahuan berhubungan denga kurang informasi. Pada diagnosa
ini penulis melakukan pengkajian 1x24 jam pasien dan keluarga
mengetahuai perjalanan penyakit. Hal pertama penulis lakukan memberikan
edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit yang diderita pasien,
penyebab penyakit, perjalanan penyakit serta cara pengobatannya sehingga
pasien dan keluarga mampu menjelaskan dan mengerti tentang penyakit
yang diderita pasien

E. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan langkah akhir atau tahap akhir dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai atau tidak dan apakah perlu dilakukan pengkajian ulang.
Dalam memberikan asuhan keperawatan penulis terus-menerus mengumpulkan
data baru dari pasien yang nantinya digunakan sebagai bahan evaluasi selanjutnya.
Berdasarkan hal tersebut penulis melakukan evaluasi keperawatan pada kasus ini
antara lain :
1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan
Pada proses keperawatan yaitu implementasi keperawatan dijabarkan. Dan
evaluasi keperawatan diperoleh penulis dari asuhan keperawatan pengkajian
selama 3x24 jam, masalah nyeri teratasi sebagian karena pasien masih
merasakan nyeri akut hilang timbul dan sekala nyeri berkurang menjadi 3
pada pengkajian hari ke 3 nyeri hilang. Untuk mengatasi masalah nyeri akut
harus melanjutkan intervensi keperawatan pengkajian nyeri,mengajarkan
teknik rileks sasi nafas dalam dan pemberian analgetik. Dalam hal ini kreteria
hasil sudah terpenuhi.

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


nausea. Evaluasi yang didapat dari diagnosa ini yaitu masalah nutrisi yang
berhubungan dengan mual-muntah yang belum teratasi. Pasien masih

47
mengeluhkan mual-muntah ketika makan atau perut disi maka implementasi
dilanjutkan pada hari berikutnya dan pada hari kedua masalah
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
nausea masih belum teratasi dan dilanjutkan pada hari ke tiga. Pada hari ketiga
masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan nausea teratasi didukung dengan data subjektif pasien mengatakan
tidak mual lagi saat makan dan intervensi dihentikan.
3. Ansietas berhubungan dengan tindakan operasi ulang laparatomi apendik
Berdasarkan kritia hasil dari evaluasi yang telah dijelaskan pada tinjauan teori
dimana pasien sudah tidak cemas lagi dan tampak lebih tenang. Dari masalah
tersebut dapat diperoleh evaluasi keperawatan Ansietas sudah teratasi dengan
memberikan informasi faktual mengenai tindakan ulang operasi
4. Kurang pengetahuan. Berdasarkan kritia hasil dari evaluasi yang telah
dijelaskan pada tinjauan teori dimana pasien dan keluarga mampu menjelaskan
kembali bagai mana penyebaran penyakit dan perawatan penyakit yang
diderita pasien. Dari masalah tersebut dapat diperoleh evaluasi keperawatan
kurangnya pengetahuan sudah teratasi dengan memberikan penkes kepada
pasien dan keluargan.

48
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Proses keperawatan merupakan metode ilmiah dalam menjalankan proses
keperawatan dan menyelesaikan masalah secara sistematis yang digunakan oleh
perawat dan peserta didik keperawatan. Penerapan keperawatan dapat meningkatkan
otonomi, peracaya diri, cara berpikir yang logis, ilmiah, sistematis dan memperlihatkan
tanggungjawab serta pengembangan diri perawat. Disamping itu perawat dapat
melaksanakan mutu pelayanan keperawatan yang baik khususnya pada pasien, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengkajian yang dilaksanakan sesuai dengan pengkajian teoritis, dan pengkajian
sudah lengkap didapatkan.
2. Dalam usaha mengatasi masalah yang dihadapi pasien kelompok menyusun
tindakan keperawatan sesuai dengan teoritis.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan
dapat dilaksanakan walaupun belum optimal.
4. Pada tahap evaluasi terhadap tindakan keperawatan masalah yang dihadapi pasien
belum teratasi semua sesuai dengan masalah pasien.

B. SARAN
1. Ilmu Keperawatan
Agar meningkatkan penerapan asuhan keperawatan pada pasien dengan ILO Post
Apendicitis Perforasi pada anak
2. Rumah sakit
Agar melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan ILO Post Apendicitis
Perforasi pada anak dan dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap klien dengan
ILO Post Apendicitis Perforasi pada anak
3. Institusi Pendidikan
Agar dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penelitian tentang asuhan
keperawatan pada pasien dengan ILO Post Apendicitis Perforasi pada anak.

49
DAFTAR PUSTAKA

50
LEMBAR KONSULTASI

Judul penelitian : Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan I LO Pasca


Operasi Apendisiks Perforasi Di Ruang Rawat Inap
Edelweis
Nama Preseptor RSUD : Ns. Sri Haryani, S.Kep

N T Masukan Pembimbing Ttd


o a pem
n bim
g bing
g
a
l

51
52
53

Anda mungkin juga menyukai