Anda di halaman 1dari 7

PENGELOLAAN RADIASI LINGKUNGAN

TUGAS MATERI
PROTEKSI RADIASI

Disusun Oleh:

Christian Anggakusuma Rahman P23133117032

Tingkat 3-D4 A

Dosen :

Agus Riyanto, SKM., MKM.


Dr. Nursama Heru, Ssi., MSi.

PROGRAM STUDI DIV SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN JAKARTA II


Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641, 7397643

2020
PROTEKSI RADIASI

Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari masalah kesehatan lingkungan
yang berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada seseorang atau sekelompok orang
terhadap kemungkinan terkena akibat radiasi yang merugikan. (Dasar-Dasar Radiofarmasi ::
Pengembangan Untuk Diagnosis Dan Terapi, Muchtaridi. Hal 208).

Proteksi Radiasi menurut BAPETEN adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi
pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi.

Proteksi radiasi dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

 Proteksi radiasi kerja merupakan perlindungan pekerja.


 Proteksi radiasi medis merupakan perlindungan pasien dan radiographer, dan
 Proteksi radiasi masyarakat merupakan perlindungan individu anggota masyarakat, dan
penduduk secara keseluruhan.

Tujuan dari proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

 Mencegah penerimaan paparan radiasi baik individu maupun lingkungan dalan intensitas
yang memungkinkan terjadinya bahaya/resiko
 Mencegah meningkatnya efek somatis non stokastik (deterministik) dan mengurangi
frekuensi peluang timbulnya efek somatik stokastik

Ruang Lingkup Proteksi Radiasi, antara lain :

 Pengukuran fisika dari berbagai jenis radiasi dan radioaktif.


 Menentukan hubungan antara tingkat kerusakan biologi terhadap dosis radiasi yang
diterima oleh organ jaringan.
 Penelaahan transportasi radionuklida di lingkungan.
 Mebuat desain terhadap peralatan pekerjaan untuk melindungi keselamatan radiasi para
pekerja baik pada tempat kerja atau pun lingkungan.
PRINSIP DASAR PROTEKSI RADIASI

Ada 3 prinsip yang telah direkomendasikan oleh International Commission Radiological


Protection (ICRP) untuk dipatuhi, yaitu :

1) Pembenaran (Justifikasi)
Suatu pemanfaatan harus dapat dibenarkan jika menghasilkan keuntungan bagi satu atau
banyak individu dan bagi masyarakat terpajan untuk mengimbangi kerusakan radiasi
yang ditimbulkannya. Kemungkinan dan besar pajanan yang diperkirakan timbul dari
suatu pemanfaatan harus diperhitungkan dalam proses pembenaran.
Pajanan medik, sementara itu, harus mendapat pembenaran dengan menimbang
keuntungan diagnostik dan terapi yang diharapkan terhadap kerusakan radiasi yang
mungkin ditimbulkan. Keuntungan dan risiko dari teknik lain yang tidak melibatkan
pajanan medik juga perlu diperhitungkan.

2) Optimasi
Dalam kaitan dengan pajanan dari suatu sumber tertentu dalam pemanfaatan, proteksi dan
keselamatan harus dioptimisasikan agar besar dosis individu, jumlah orang terpajan, dan
kemungkinan terjadinya pajanan ditekan serendah mungkin (ALARA, as low as
reasonably achievable), dengan memperhitungkan faktor ekonomi dan sosial, dan dengan
pembatasan bahwa dosis yang diterima sumber memenuhi penghambat dosis. Dalam hal
pajanan medik, tujuan optimisasi adalah untuk melindungi pasien. Dosis harus
dioptimisasikan konsisten dengan hasil yang diinginkan dari pemeriksaan atau
pengobatan, dan risiko kesalahan dalam pemberian dosis dijaga serendah mungkin.

3) Pembatasan dosis (Limitasi)


Jika prosedur pembenaran dan optimisasi telah dilakukan dengan benar, sebenamya nilai
batas dosis hampir tidak perlu diberlakukan. Namun, nilai batas ini dapat memberikan
batasan yang jelas untuk prosedur yang lebih subyektif ini dan juga mencegah kerugian
individu yang berlebihan, yang dapat timbul akibat kombinasi pemanfaatan. Nilai batas
dosis (NBD) adalah dosis terbesar yang diizinkan yang dapat diterima oleh pekerja
radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek
genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir. Prinsip pembatasan
dosis tidak diberlakukan pada kegiatan intervensi (kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau menghindari terjadinya atau kemungkinan terjadinya pajanan radiasi)
mengingat dalam pelaksanaan kegiatan ini melibatkan banyak pajanan radiasi yang tidak
dapat dielakkan.

WAKTU PARUH

Waktu paruh didefinisikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh suatu radioisotop untuk meluruh
separuhnya. Ada juga pengertian lain dari waktu paruh adalah waktu yang diperlukan suatu zat
radioaktif untuk meluruh sebanyak setengah bagian dari jumlah semula. Misalnya, waktu paruh
dari sulfur-38, radium-223, karbon-14 berturut-turut adalah 3 jam, 11 hari, dan 5730 tahun,
bahkan zat radioaktif samarium-147 memiliki waktu paruh 100 miliar tahun.

ALARA (As Low As Reasonably Achievable)

Singkatan dari As Low As Reasonably Achievable. Prinsip dalam teknik radiografi yakni
menggunakan pajanan sinar radiasi sesedikit mungkin, baik untuk pasien maupun petugas
kesehatan dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan sosial.

Semakin lama dalam medan radiasi, maka dosis yang diterima semakin besar. Usahakan
sesingkat mungkin berada dalam medan radiasi.

PERATURAN NAB BAGI MASYARAKAT UMUM DAN PEKERJA

Nilai Batas Dosis

Pembatasan dosis radiasi baru dikenal pada tahun 1928 yaitu sejak dibentuknya organisasi
internasional untuk proteksi radiasi (International Commission on Radiological
Protection/ICRP). Pelopor proteksi radiasi yang terkenal adalah seorang ilmuwan dari Swedia
bernama Rolf Sievert. Ia lahir pada tahun 1896 ketika Henri Becquerel menemukan zat radioaktif
alam. Sievert kemudian diabadikan sebagai satuan dosis paparan radiasi dalam sistem Satuan
Internasional (SI). 1 Sievert (Sv) menunjukkan berapa besar dosis paparan radiasi dari sumber
radioaktif yang diserap oleh tubuh per satuan massa (berat), yang mengakibatkan kerusakan
secara biologis pada sel/jaringan.

Menurut rekomendasi ICRP, pekerja radiasi yang di tempat kerjanya terkena radiasi tidak boleh
menerima dosis radiasi lebih dari 50 mSv per tahun dan rata-rata pertahun selama 5 tahun tidak
boleh lebih dari 20 mSv. Nilai maksimum ini disebut Nilai Batas Dosis (NBD). Jika wanita
hamil yang di tempat kerjanya terkena radiasi, diterapkan batas radiasi yang lebih ketat. Dosis
radiasi paling tinggi yang diizinkan selama kehamilan adalah 1 mSv.

Di Indonesia NBD nya tertulis dalam Keputusan Ka Bapeten No. 04/Ka-BAPETEN/2013


sebagai berikut :

1) Nilai Batas Dosis untuk Pekerja Radiasi ditetapkan dengan ketentuan:


a) Dosis Efektif rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per tahun dalam
periode 5 (lima) tahun, sehingga Dosis yang terakumulasi dalam 5 (lima) tahun tidak
boleh melebihi 100 mSv (seratus milisievert);
b) Dosis Efektif sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1 (satu) tahun tertentu;
c) Dosis Ekivalen untuk lensa mata rata-rata sebesar 20 mSv (duapuluh milisievert) per
tahun dalam periode 5 (lima) tahun dan 50 mSv (limapuluh milisievert) dalam 1
(satu) tahun tertentu;
d) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per tahun; dan
e) Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 500 mSv (limaratus milisievert) per
tahun.

TIDAK MENEMPATKAN. Pekerja Radiasi wanita dalam kondisi hamil, di daerah


kerja yang memungkinkan menerima dosis lebih dari atau sama dengan 1 mSv (satu
milisievert) per tahun.
2) Nilai Batas Dosis pekerja magang untuk pelatihan kerja, pelajar, atau mahasiswa yang
berumur 16 (enambelas) tahun sampai dengan 18 (delapanbelas) tahun ditetapkan dengan
ketentuan :
a) Dosis Efektif sebesar 6 mSv (enam milisievert) per tahun;
b) Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) pertahun;
c) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 150 mSv (seratus limapuluh milisievert) pertahun;
dan
d) Dosis Ekivalen untuk tangan atau kaki sebesar 150 mSv (seratus limapuluh
milisievert) pertahun.
3) Nilai Batas Dosis untuk anggota masyarakat ditetapkan dengan ketentuan:
a) Dosis Efektif sebesar 1 mSv (satu milisievert) pertahun;
b) Dosis Ekivalen untuk lensa mata sebesar 15 mSv (seratus limapuluh milisievert)
pertahun; dan
c) Dosis Ekivalen untuk kulit sebesar 50 mSv (limapuluh milisievert) pertahun.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.batan.go.id/index.php/id/publikasi-2/bukunuklir?download=385:proteksi-dan-
keselamatan-radiasi-di-rumah-sakit-eri-hiswara

PP NO 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN


KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013


TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN
TENAGA NUKLIR

http://web.ipb.ac.id/~bedahradiologi/index.php/the-news/99-prinsip-dasar-penggunaan-radiasi-
dalam-radiodiagnostik

https://books.google.co.id/books?
id=5Y1ZnreV9EcC&pg=PA26&dq=waktu+paruh+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ-
8nM8cHoAhUGeysKHT6bCPoQ6AEIPzAD#v=onepage&q=waktu%20paruh
%20adalah&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=T_yEfEOEFtgC&pg=PA85&dq=waktu+paruh+adalah&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiZ-
8nM8cHoAhUGeysKHT6bCPoQ6AEIKDAA#v=onepage&q=waktu%20paruh
%20adalah&f=false

https://books.google.co.id/books?
id=kNORDwAAQBAJ&pg=PA208&dq=proteksi+radiasi&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiVroe
A2sHoAhWIXSsKHZM9A4YQ6AEINzAC

Anda mungkin juga menyukai