Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-NYA, sehingga makalah yang berjudul “ Langkah- langkah Komunikasi
Terapeutik” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapka terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa.

2. Ibu Nurdahlia, S.Pd., MKM selaku dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah
Komunikasi Keperawatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta 3.

3. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan, baik moral maupun materil.

4. Teman-teman seperjuangan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta 3 yang selalu

memberikan bantuan dan dukungan.

Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan.Dalam penyusuan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca.

Bekasi, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Metode Penulisan

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

2.2 Fase- Fase Hubuungan Dalam Komunikasi Terapeutik

2.3 Tugas dan keterampilan untuk setiap tahap komunikasi terapeutik

2.4 Teknik Komunikasi Teraupetik Yang Efektif

BAB III : KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

3.1 Contoh Kasus Narasi Tahapan Komunikasi Terapeutik

BAB IV : PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak mungkin lepas dari berkomunikasi.
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar
manusia. Salah satu kajian ilmu komunikasi adalah komunikasi kesehatan yang
merupakan hubungan timbal balik antara tingkah laku manusia masa lalu dan masa
sekarang dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut atau partisipasi profesional dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih
besar tentang hubungan timbal balik melalui perubahan tingkah laku sehat ke arah yang
diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Pada profesi keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk
menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang lebih
besar (Abdalati, 1989). Oleh karena hal tersebut, perawat membutuhkan kemampuan
khusus dan kepedulian sosial yang mencakup kemampuan intelektual, teknikal, dan
interpersonal yang tercermin dari perilaku kasih sayang dan cinta dalam berkomunikasi
dengan orang lain (Johnson, 1989).
Seorang perawat penting sekali untuk menguasai kemampuan komunikasi terapeutik.
Komunikasi terapeutik jika dikuasai dengan baik oleh seorang perawat, maka ia akan
lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien. Tak hanya hal itu saja,
dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang baik maka perawat dapat mengatasi
masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan, dan
meningkatkan citra perawat.
Komunikasi yang baik dari seorang perawat, khususnya komunikasi terapeutik, dapat
memberikan kepercayaan diri pasien. Dalam hal ini ditekankan bahwa seorang perawat
harus mampu berbicara banyak serta bisa menunjukkan kesan low profile pada pasiennya.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada makalah ini, yaitu:
1. Apakah pengertian dari komunikasi terapeutik?
2. Bagaimanakah fase- fase hubungan dalam komunikasi terapeutik?
3. Bagaimanakah tugas dan keterampilan untuk setiap tahap komunikasi terapeutik?
4. Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik yang efektif?
5. Berikanlah satu contoh kasus yang berhubungan dengan komunikasi terupeutik?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan Penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami pengertian dari
komunikasi terapeutik.
2. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami fase- fase hubungan
dalam komunikasi terapeutik.
3. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami tugas dan keterampilan
untuk setiap tahap komunikasi terapeutik
4. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami teknik komunikasi
terapeutik yang efektif.
5. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami contoh kasus yang
berhubungan dengan komunikasi terupeutik.

1.4 Metode Penulisan

Penulis menggunakan metode studi pustaka, browsing internet, dan diskusi kelompok
dalam penulisan karya tulis ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini kami susun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORI


Pada bab ini penulis menjelaskan tentang pengertian komunikasi terapeutik, fase- fase
hubungan dalam komunikasi terapeutik, tugas dan keterampilan untuk setiap tahap
komunikasi terapeutik, dan teknik komunikasi terapeutik yang efektif.

BAB III KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Pada bab ini penulis menyajikan kasus narasi tahapan komunikasi terapeutik.

BAB IV PENUTUP

Pada bab ini penulis menuliskan kesimpulan dari makalah dan saran penulis.
BAB II
TINJAUAN MATERI

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal di mana perawat dan klien
memperoleh pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman emosional klien
yang negative (Stuart Laraia, 2000). Sieh A., Louise K., dan Brenti, (1997) mengemukakan
komunikasi terapeutik sebagai segala bentuk komunikasi yang dirancang untuk
meningkatkan kesejahteraan pasien atau menghilangkan distress psikologis. Komunikasi
terapeutik ditujukan dengan empati, rasa percaya, validasi, dan perhatian.

2.2.  Fase-Fase Hubungan dalam Komunikasi Terapeutik

Terdapat beberapa fase dalam hubungan terapeutik, yaitu :

1.      Tahap Persiapan (Prainteraksi)

Pada tahap ini, perawat berkewajiban mengidentifikasi pasien mengenai kelebihan


serta kekurangannnya. Tahap yang harus dilakukan oleh seorang perawat adalah memahami
keberadaan dirinnya agar siap berintreraksi dengan pasien. Adapun tugas yang harus
dilakukan oleh perawat dalam tahap prainteraksi adalah :
a.      Mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, pasien. Sebelum elangsungkan
komunikasi, penting bagi seorang perawat untuk melakukan pengkajian terhadap perasaannya
sendiri, yaitu berkenaaan dengan kesiapannya dalam berinteraksi dengan pasien.

b.     Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive
terhadap perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat
guna memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan
saling percaya dengan pasien.

c.      Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk mengetahui
informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling tidak,seorang
perawat bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan
interaksi.

d.      Merencanakan pertemuan pertama dengan pasien. Tentunya, sebelum bertemu, perawat


sudah merencanakan apa yang akan dilakukan, yaitu kapan, di mana,dan strategi yang hendak
dilakukan dalam pertemuan tersebut.

2.      Tahap Perkenalan

Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien.
Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun
tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang
sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap
perkenalan :
a.      Membina rasa saling percaya.

Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa
adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal
yang mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa
membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap
terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.

b.      Merumuskan kontrak dengan pasien.

Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat
dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai
peranannya supaya pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan
fungsi perawat adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena
menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam
merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata
membantu, sementara kekuatan dan keinginan  untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri
pasien.

c.       Menggali pikiran dan perasaan pasien.


Pada tahap ini, seorang perawat harus mendorong pasien guna mengekspresikan perasaannya.
Salah satu cara yang bisa dilakukan oleh seorang perawat dalm tahp ini adalah memberikan
pertannyaan terbuka sehingga bisa melakukan identifikasi terhadap masalah pasien. Efek
lainnya adalah dihrapkan pasien merasa terdorong untuk mengekspresikan pikiran dan
perasaannya.

d.      Merumuskan metode keperawatan bersama pasien. 

Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai
mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi
terhadap pasien.

Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah dibuat dan
mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan.

3.      Tahap Kerja

Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah
tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi permasalahan
yang ada. Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan
tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat analisis  yang baik terhadap
perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active
listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi
sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki kemampuan
dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah
satu bentuk usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan
sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien.

4.      Tahap Terminasi

Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan
pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :

a.       Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.
b.      Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.

Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :

a.      Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi ini
juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat
tidak diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang
perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.

b.      Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi, yaitu
dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang
dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?

c.      Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai
pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana
interaksi berikutnya.

d.      Membuat kontrak pertemuan selanjutnya. Kontrak pertemuan yang dibuat mencangkup


tempat, waktu, sekaligus tujuan dari interaksi yang hendak dilakukan.

2.3 Tabel Tugas dan Keterampilan untuk Setiap Tahap Komunikasi Teraupetik

TAHAP TUGAS KETERAMPILAN

Tahap pra- Perawat meninjau Terorganisir pengumpulan data; mengakui


interaksi bersangkutan penilaian data keterbatasan dan mencari bantuan yang
dan pengetahuan, diperlukan.
menganggap potensi daerah
perhatian, dan
mengembangkan rencana
untuk interaksi.

Tahap orientasi
1. Membuka Kedua klien dan perawat Sebuah santai, sikap menghadiri untuk
hubungan mengidentifikasi satu sama menempatkan klien tenang. Hal ini tidak
lain dengan nama. mudah bagi semua klien untuk menerima
Ketika perawat memulai bantuan.
hubungan, penting untuk
menjelaskan peran perawat
untuk memberikan klien
gambaran tentang apa yang
diharapkan. Ketika klien
memulai hubungan, perawat
perlu membantu klien
keprihatinan ekspres dan
alasan untuk mencari
bantuan. Jelas, terbuka
pertanyaan, seperti “Apa
yang ada di pikiran Anda hari
ini?” Membantu pada tahap
ini.

2. Klarifikasi Karena klien awalnya Mendengarkan penuh perhatian, parafrase,


Masalah mungkin tidak melihat mengklarifikasi, dan teknik komunikasi yang
masalah dengan jelas, tugas efektif lain yang dibahas dalam bab ini. Sebuah
utama perawat adalah untuk kesalahan umum pada tahap ini adalah dengan
membantu memperjelas mengajukan terlalu banyak pertanyaan dari
masalah klien. Bukan fokus pada prioritas.

3. Penataan dan Perawat dan klien Keterampilan komunikasi yang tercantum di


merumuskan mengembangkan tingkat atas dan kemampuan untuk mengatasi perilaku
kontrak kepercayaan dan secara lisan resistif jika mereka terjadi.
(Kewajiban yang setuju tentang
harus dipenuhi (a) lokasi, frekuensi, dan
oleh kedua panjang pertemuan,
perawat dan (b) tujuan keseluruhan dari
klien) hubungan,
(c) bagaimana materi rahasia
akan ditangani,
(d) tugas yang harus
diselesaikan , dan
(e) durasi dan indikasi untuk
pemutusan hubungan

Tahap Kerja Perawat dan klien Mendengarkan dan menghadiri


menyelesaikan tugas-tugas keterampilan, empati, rasa hormat,
yang digariskan dalam fase keaslian, konkrit, pengungkapan diri, dan
pendahuluan, meningkatkan konfrontasi. Keterampilan yang diperoleh
kepercayaan dan hubungan oleh klien yang mendengarkan
baik, dan mengembangkan nondefensive dan pemahaman diri.
peduli.

1. Menggali dan Perawat membantu klien Pengambilan keputusan dan keterampilan


memahami pikiran untuk mengeksplorasi penetapan tujuan. Juga, untuk perawat:
dan perasaan pikiran dan perasaan dan keterampilan penguatan; untuk klien:
memperoleh pemahaman pengambilan risiko.
tentang klien. Klien
mengeksplorasi pikiran dan
perasaan yang berhubungan
dengan masalah,
mengembangkan
keterampilan mendengarkan,
dan keuntungan wawasan
perilaku pribadi.

2. Memfasilitasi dan Perawat berencana program Untuk perawat: meringkas keterampilan;


mengambil tindakan dalam kemampuan klien dan untuk klien: kemampuan untuk menangani
menganggap tujuan jangka masalah secara mandiri.
panjang dan jangka pendek.
Klien perlu belajar untuk
mengambil risiko (yaitu,
menerima bahwa baik
kegagalan atau keberhasilan
mungkin hasilnya). Perawat
perlu memperkuat
keberhasilan dan membantu
klien mengenali kegagalan
realistis.

Tahap terminasi Perawat dan klien menerima


perasaan kehilangan. Klien
menerima akhir dari
hubungan tanpa perasaan
cemas atau ketergantungan

2.4   Teknik Komunikasi Terapeutik

Menurut (Stuart dan Sundeen, 1998) terdapat dua persyaratan mendasar dalam


melakukan komunikasi yang efektif dan penting untuk dipahami sekaligus dijadikan
pegangan dasar bagi seorang perawat sebelum melangkah ke pemahaman teknik komunikasi
terapeutik, yaitu :

  Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
  Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan
saran, informasi, maupun masukan.
            Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi
terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-
masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang
berbeda-beda pula. Maka secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi
dalam pelaksanaanya bisa berbeda-beda.

            Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi
terapeutik meliputi :
1.      Mendengakan dengan Penuh Perhatian
            Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non
verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh
keperhatian adalah:
a.      Pandang pasien saat bicara
b.     Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh
kesahnya
c.      Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d.     Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e.      Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
f.      Condongkan tubuh kearah lawan bicara.

2.      Menunjukkan Penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang
dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun
tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa
menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan
untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak
setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:
a.       Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.
b.      Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian
c.       Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d.      Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran
pasien.

3.      Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan


Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah
guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila
pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan
perkataan dalam konteks sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan,
selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan.
4.      Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri
Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien.
Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut.
Dalam hal ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang
bukan hanya menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang
disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien.

5.      Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang
perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi.
Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan
contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.

6.      Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan
komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi
pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak
boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila
pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.

7.      Menyampaikan Hasil Observasi


Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya.
Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga
perawat menjadi paham mengenai kondisi yang diperlukan.

8.      Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips
yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat.
Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat.
Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan
klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.

9.      Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat
dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan
ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam
mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat
berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan.

10.  Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara
singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.

11.  Menawarkan Diri
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti
menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang
terjadi, lalu menceritakan permasalahannya pada perawat.

12.  Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa
menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan
demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa
pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa
dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.
BAB III

KASUS NARASI TAHAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK

3.1 Contoh Kasus Narasi Tahapan Komunikasi Terapeutik

1. Tahap Pre-Interaksi

a. Mengumpulkan data tentang klien : Ditinjau dari catatan medis/rekam medis.

· Kondisi klien adalah post partum (anak pertama).

· Diagnosa Keperawatan dalam rangka perawatan luka operasi caesar.

· Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka melaksanakan
perawatan luka.

· Tindakan keperawatannya adalah perawatan luka post partum.

· DS :

 klien mengatakan lemas.


 Klien mengatakan lembab pada luka operasinya.

· DO: Klien tampak lemas.

 Perban tampak lembab.


 TTV : Suhu: 375 oC.

Nadi: 74x/menit.

TD : 120/70 mmHg.

b. Mengeskplorasi perasaan, fantasi dan ketakutan.

Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka post operasi.

c. Membuat rencana pertemuan dengan klien.


Saya telah membuat kontrak untuk melakukan perawatan luka hari ini pukul 10 pagi.

2. Tahap Orientasi

(Dialog)

Perawat : “Assalamualaikum ibu, selamat pagi”.

Klien : “Walaikum salam, pagi juga suster”.

Perawat : “Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu Dina?”.

Klien : “Iya suster”.

Perawat : “Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?”.

Klien : “Ibu Dina saja supaya lebih akrab, Suster”.

Perawat : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari
pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu, jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat berbicara
kepada saya, Bu”.

Klien : “Oke baik suster Ratna”.

Perawat : “Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah operasi caesar
kemarin?”.

Klien : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran anak pertama
saya. Tapi saya masih merasa lemas dan sulit bergerak”.

Perawat : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu, karena
ibu melahirkan anak pertama melalui caesar jadi wajar kalau ibu sulit bergerak karena ada
luka operasi yg masih rentan, selain lemas apakah yg ibu rasakan?”

Klien : “Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit bergerak saja”

Perawat : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan mengganti
perban luka ibu, supaya tidak terjadi infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas kembali”

Klien : “Baik Suster, berapa lama?”

Perawat : “Hanya sekitar 15 menit, ibu Dina”


Klien : “Iya Suster”

3. Tahap kerja

(Dialog)

Perawat :“Baiklah Bu, sebelumnya ada yang ingin ibu tanyakan?”

Klien :“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi
penggantian perban, Sus?

Perawat : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor akan
menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan kematian, perban itu harus diganti minimal 1x
sehari, Bu”

Klien : “Baik, Suster”

Perawat : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan ya,
Bu. Nanti jika sudah di rumah atau saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan
bantuan keluarga dapat melakukan secara mandiri”

Klien : “Alat-alatnya apa saja, Suster?”

Perawat : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan pembersih.
Ibu dapat menggunakan aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”

Klien :“Lalu caranya bagaimana, Sus?”

Perawat :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan memegang
dengan tangan telanjang, kita harus memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan luka dengan
aquabides yang dicelupkan ke kasa dan dikeringkan dengan kasa kering”

Klien :“ Apakah kasa tidak boleh dipakai berulang-ulang, Sus?”

Perawat :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa
yang baru dan jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih
kedaerah yang kotor”

Klien :“Lalu apa lagi sus ?”


Perawat :“Lalu Bu, kita tutup luka dengan kasa steril, dan direkatkan dengan
plester, lalu ditutup dengan pakaian ibu kembali dan semua bekas balutan dibuang ketempat
sampah medis”

Klien :“Saya rasa saya sudah bias melakukannya, Sus”

4. Tahap terminasi

(Dialog)

Perawat : “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah
mengerti bagaimana cara melakukan perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya bu,
apakah sudah lebih nyaman bu sekarang?”

Klien : “Iya suster sudah lebih nyaman”

Perawat : “Baik ibu kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu mengganti perban,
ibu bisa dibantu dengan keluarga, atau biasa juga didampingi saya atau perawat lainnya”

Klien : “Iya suster, terimakasih”

Perawat : “Iyah ibu Dina. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”

Klien : “Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham, Sus”

Perawat : “Baik ibu sekarang ibu dapat beristirahat kembali”

Klien : “Iyah Suster, terimakasih yah, Sus”

Perawat : “Sama-sama ibu Dina. Semoga lekas sembuh ya, Bu”

(Sumber : Makalah Komunikasi Terapeutik oleh Ratna Widyasari)

3.2 Contoh Komunikasi Terapeutik (2)

Ø Tahap Pra-Interaksi

· Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari KU
sadar, tensi 120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur,
tidak mau makan sayur, tidak mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok,
pakaian tampak kusut, dan kurang menjaga kebersihan.

· Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram dirawat
ingin menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi pasien Bram

Ø Tahap Orientasi (Perkenalan)

Perawat : “Permisi....siang bapak.....(mengetuk pintu)”

Pasien : “Iya, siang mas silahkan masuk.”

Perawat : “Benar Ini dengan Pak Bram?”

(memandang Pasien/mempertahankan kontak mata pasien)

Pasien :“Iya mas.....saya Bram.”

Perawat : “Baik pak perkenalkan nama saya Johns sebagai perawat yang akan merawat
bapak selama di rumah sakit ini, disini saya di tugaskan untuk membantu dan memberikan
masukan atau saran terhadap keluhan bapak.Privasi atau kerahasiaan bapak akan saya jaga
dengan sebaik-baiknya. Nanti untuk durasi waktunya kurang lebih 10 menit saja, apakah
bapak bersedia?”

Pasien :“Iya mas saya bersedia.”

Ø Tahap Kerja

Perawat : “Baiklah,apa yang bapak rasakan saat ini.?”

Pasien : “Saya merasakan kepala saya pusing mas, dan saya juga sulit untuk tidur,

Perawat : “apakah ada lagi yang bapak rasakan selain itu?”

Pasien :“Iya mas, kenapa ya saya merasa berat badan saya itu turun?”

Perawat : “Apakah bapak suka merokok ?”

Pasien : “Iya mas, saya seorang perokok aktif.”

Perawat : “Seberapa sering bapak merokok?”


Pasien : “Setiap hari saya merokok , saya tidak bisa lepas dari rokok.”

Perawat : "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi kebiasaan merokok bapak,
karena rokok sangat membahayakan bagi kesehatan bapak, karena didalam rokok banyak
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.”

Pasien : “Iya mas saya pernah mencoba untuk meninggalkan kebiasaan


merokok tapi saya tidak bisa, lidah saya tersa pait apabila sehari tidak merokok.”

Perawat : “Iya memang pak kebiasaan itu sangat sulit dihilangkan,tapi bapak bisa
mengganti kebiasaan tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok seperti membaca
koran atau berolah raga.”

Pasien : “Iya, baiklah mas saya akan mencobanya.”

Perawat : “Oh iya pak apakah pada saat makan sehari-hari bapak kurang suka
mengkonsumsi sayuran, seperti wortel, bayam, kol dan lainnya?”

Pasien :”Iya mas saya tidak suka makan sayur-sayuran, apakah itu
berpengaruh untuk berat badan saya?”

Perawat : “Iya pak itu juga faktor yang mempengaruhi berat badan menjadi
turun.Karena pada sayuran terdapat gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan
sayuran sangat penting untuk pertumbahan dan daya tubuh agar tetap stabil."

Pasien : “Makanan yang bergizi dan mempunyai prtoein seperti apa mas
contohnya?”

Perawat : “Bapak harus mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut, daging telur tahu
tempe, untuk lebih baiknya bapak juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah jelas
pak untuk penjelasan saya?”

Pasien : “Iya mas sudah jelas kok, terima kasih atas saran-saranya mas.”

Perawat : “Dan disamping itu bapak juga harus menjaga kebersihan badan bapak dan
lingkungan sekitar bapak.”

Pasien : “Maksud nya mas....?”

Perawat : “Misalnya dalam hal pakaian yang bapak kenakan, setiap kita akan memakai
pakaian, lebih baik pakaian tersebut dicuci dengan bersih. Setelah itu anda setrika pak karena
pakaian tersebut kemungkinan besar terdapat kuman yang tersembunyi, dengan bapak
menyetrika pakaian tersebut kuman akan mati selain itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan
bersih, apakah bapak berniat untuk melakukan hal tersebut?”

Pasien : “Iya Mas Insyalloh saya berniat untuk melakukan hal tersebut
makasih ya mas atas saran nya.”

Perawat : “Iya pak sama-sama.”

Perawat : “Apakah masih ada keluhan atau hal yang ingin anda sampaikan pak?”

Pasien : “Tidak mas, terima kasih.”

Ø Tahap Terminasi

Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya akan melajutkan
pekerjaan saya yang lain dan jika bapak perlu bantuan anda cukup memencet tombol di
sebelah anda maka saya akan datang dan menyiapkan keperluan yang anda inginkan.”

Pasien : “Iya terima kasih mas.”

Perawat : “Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan bapak kembali beristirahat
dan lekas sembuh. Permisi, Pak.”
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk kesembukan pasien.

Ø Tujuan dilakukannya komunikasi terapeutik:

- Membantu klien/pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan


pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien
percaya pada hal yang diperlukan.
- Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
mempertahankan kekuatan egonya.

Ø Tahapan dalam komunikasi terapeutik:

· Fase prainteraksi - Fase Kerja


· Fase orientasi - Fase Terminasi
Ø Teknik-teknik komunikasi terapeutik:

- Mendengarkan dengan penuh perhatian - Menyampaikan hasil observasi


- Menunjukkan penerimaan - Menawarkan Informasi
- Menanyakan pertanyaan yang berkaitan - Diam
- Mengulang ucapan klien dengan kata-kata sendiri - Meringkas
- Klarifikasi - Memberi Penguatan
- Focusing - Menawarkan Diri
- Memberi kesempatan klien memulai pembicaraan - Refleksi

4.2 Saran

Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya komunikasi terapeutik
dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang
perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik sehingga dapat
menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja
dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.

DAFTAR PUSTAKA

Zen, Pribadi.2013.Panduan Komunikasi Efektif untuk Bekal Keperawatan


Profesional.Yogyakarta:D-Medika
Nasir et al. 2009. Komunikasi dalam Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika.
https://id.scribd.com/document/374155789/TAHAP-TAHAP-KOMUNIKASI-TERAPEUTIK-docx

Anda mungkin juga menyukai