Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
dan hidayah-NYA, sehingga makalah yang berjudul “ Langkah- langkah Komunikasi
Terapeutik” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan, untuk itu pada kesempatan ini
penulis mengucapka terima kasih kepada:
2. Ibu Nurdahlia, S.Pd., MKM selaku dosen pembimbing dan pengajar mata kuliah
Komunikasi Keperawatan di Jurusan Keperawatan Poltekkes Jakarta 3.
3. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan, baik moral maupun materil.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
dijadikan.Dalam penyusuan makalah ini penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
BAB IV : PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Penulis menggunakan metode studi pustaka, browsing internet, dan diskusi kelompok
dalam penulisan karya tulis ini.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Pada bab ini penulis menyajikan kasus narasi tahapan komunikasi terapeutik.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini penulis menuliskan kesimpulan dari makalah dan saran penulis.
BAB II
TINJAUAN MATERI
b. Melakukan analisis terhadap kekuatan sekaligus kelemahan yang terdapat dalam diri sendiri.
Semisal, seorang perawat memiliki kekuatan dalam memulai pembicaraan dan sensitive
terhadap perasaan orang lain. Tentunya, keadaan ini bisa dimanfaatkan oleh seorang perawat
guna memudahkan dirinya dalam membuka pembicaraan sekaligus membina hubungan
saling percaya dengan pasien.
c. Mengumpulkan data berkenen dengan pasien. Kegiatan tersebut berfungsi untuk mengetahui
informasi tentang pasien, sekaligus media guna memahami pasien. Paling tidak,seorang
perawat bisa mengetahui identitas pasien, yang bisa digunakan ketika hendak melangsungkan
interaksi.
2. Tahap Perkenalan
Pada tahap ini, seseorang perawat harus mengawalinya dengan memperkenalkan diri
kepada pasien. Dengan demikian, seseorang perawat telah bersikap terbuka terhadap pasien.
Diharapkan, hal itu mampu membuat pasien terdorong pula untuk membuka dirinya. Adapun
tujuan dari tahap perkenalan adalah guna memvalidasi keakuratan data sekaligus rencan yang
sudah dibuat. Berikut adalah tugas yang harus dilakukan oleh seorang perawat dalam tahap
perkenalan :
a. Membina rasa saling percaya.
Rasa saling percaya dapat membantu keberhasilan dalam hubungan terapeutik. Sebab tanpa
adannya saling percaya maka keterbukaaan antara kedua belah pihak akan menjadi suatu hal
yang mustahil terjad. Dengan demikian penting bagi seorang perawat untuk senantiasa
membina hubungan saling percaya dengan pasien. Dalam hal ini perawat harus bersikap
terbuka, jujur, menerima apa adanya, menepati janji, dan menghargai pasien.
Keberadaan kontrak sangat penting guna menjamin kelangsungan interaksi antara perawat
dengan pasien. Saat merumuskan kontrak, seorang perawat harus menjelaskan mengenai
peranannya supaya pasien tidak salah paham terhadap kehadirannya. Tujuan dari penjelasan
fungsi perawat adalah menghindari harapan yang terlalu tinggi dari pasien karena
menempatkannya sebagai dewa penolong yang serba bisa dan serba tahu. Dalam
merumuskan sebuah kontrak, perawat harus menegaskan bahwa kehadirannya semata-mata
membantu, sementara kekuatan dan keinginan untuk berubah tetap sepenuhnya ada pada diri
pasien.
Pada dasarnya tanpa ada keterlibatan pasien dalam keperawatan tujuan yang hendak dicapai
mungkin menjadi sulit. Tujuan ini dirumuskan setelah perawat melakukan identifikasi
terhadap pasien.
Fase orientasi dilaksanakan pada setiap awal pertemuan. Tujuan dari fase orientasi
adalah memvalidasi keakuratan data mengenai rencana yang sebelumnnya sudah dibuat dan
mengevaluasi hasil tindakan yang sudah dilakukan.
3. Tahap Kerja
Dalam proses komunikasi terapeutik, tahap inti dari keseluruhan prosesnya adalah
tahap kerja. Pada tahap ini seorang perawat dan pasien bekerja sama mengatasi permasalahan
yang ada. Perawat dituntut memfungsikan kemampuannya dalam mendorong pasien untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaannya perawat juga dituntut memiliki kepekaan dan
tingkat analisis yang mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang baik terhadap
perubahan pasien.
Pada tahap kerja perawat harus melakukan active listening. Melalui active
listening perawat membantu pasien dalam mendefinisikan masalah yang sedang dihadapi
sekaligus mencari solusi dan cara mengatasinnya. Diharapkan perawat memiliki kemampuan
dalam menyimpulkan kondisi pasien secara tepat dan benar. Teknik menyimpulkan adalah
satu bentuk usaha untuk memadukan dan menegaskan hal-hal penting dalam percakapan
sekaligus menyamakan pikiran dan ide dengan tujuan membantu pasien.
4. Tahap Terminasi
Tahap terminasi ialah tahap akhir dari pertemuan antara perawat dan dengan
pasien. Tahap terminasi dipetakan menjadi dua, yaitu :
a. Terminasi sementara, yaitu dilakukan saat akhir dari setiap pertemuan dengan pasien.
b. Terminasi akhir, dilakukan saat perawat menyelesaikan proses keperawatan secara
keseluruhan.
Pada tahap terminasi, terdapat beberapa tugas yang harus diperhatikan sekaligus
diaplikasikan secara sungguh-sungguh oleh perawat, yaitu :
a. Melakukan evaluasi terhadap pencapaian dari interaksi yang sudah dilaksanakan. Evaluasi ini
juga disebut sebagai evaluasi objektif, di mana dalam melakukan evaluasi, seorang perawat
tidak diperbolehkan menunjukkan kesan menguji kemampuan pasien. Akan tetapi, seorang
perawat menunjukkankesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan seusai melakukan interaksi, yaitu
dengan menanyakan perasaan pasien setelah melakukan interaksi, yaitu apakah interaksi yang
dilakukan bisa mengurangi kecemasan atau tidak ?
c. Menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan. Tindakan tersebut bisa disebut sabagai
pekerjaan rumah bagi pasien. Tindak lanjut yang diberikan harus relevan dengan rencana
interaksi berikutnya.
2.3 Tabel Tugas dan Keterampilan untuk Setiap Tahap Komunikasi Teraupetik
Tahap orientasi
1. Membuka Kedua klien dan perawat Sebuah santai, sikap menghadiri untuk
hubungan mengidentifikasi satu sama menempatkan klien tenang. Hal ini tidak
lain dengan nama. mudah bagi semua klien untuk menerima
Ketika perawat memulai bantuan.
hubungan, penting untuk
menjelaskan peran perawat
untuk memberikan klien
gambaran tentang apa yang
diharapkan. Ketika klien
memulai hubungan, perawat
perlu membantu klien
keprihatinan ekspres dan
alasan untuk mencari
bantuan. Jelas, terbuka
pertanyaan, seperti “Apa
yang ada di pikiran Anda hari
ini?” Membantu pada tahap
ini.
2.4 Teknik Komunikasi Terapeutik
Komunikasi harus ditujukan guna menjaga harga diri pemberi maupun penerima pesan.
Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus didahulukan sebelum memberikan
saran, informasi, maupun masukan.
Dua persyaratan tersebut harus diperhatikan oleh perawat. dalam teknik komunikasi
terapeutik, yang penting untuk diperhatikan oleh perawat adalah tingkat pemahaman masing-
masing pasien tidaklah sama. Dengan demikian, maka dibutuhkan teknik komunikasi yang
berbeda-beda pula. Maka secaa substansia teknik komunikasi terapeutik hampir serupa, tetapi
dalam pelaksanaanya bisa berbeda-beda.
Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi
terapeutik meliputi :
1. Mendengakan dengan Penuh Perhatian
Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non
verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam
menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh
keperhatian adalah:
a. Pandang pasien saat bicara
b. Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam mengeluarkan segala keluh
kesahnya
c. Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan
d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan
e. Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau membutuhkan umpan balik
f. Condongkan tubuh kearah lawan bicara.
2. Menunjukkan Penerimaan
Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang
dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun
tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa
menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan
untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak
setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala.
Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah:
a. Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.
b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian
c. Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan
d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran
pasien.
5. Klarifikasi
Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang
perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi.
Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan
kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan
contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien.
6. Memfokuskan
Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan
komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi
pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak
boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila
pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan.
8. Menawarkan Informasi
Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips
yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat.
Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat.
Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan
klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya.
9. Diam
Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat
dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan
ketepatan waktu. Diam dapat membuat pasien berkomunikasi dengan dirinya sendiri dalam
mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat
berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan.
10. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara
singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi.
11. Menawarkan Diri
Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus
mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti
menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi rileks dalam menghadapi kenyataan yang
terjadi, lalu menceritakan permasalahannya pada perawat.
12. Refleksi
Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari
dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa
menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan
demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa
pasien memiliki hak untuk mengatur dirinya sendiri, sehingga memunculkan pikiran bahwa
dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan.
BAB III
1. Tahap Pre-Interaksi
· Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam rangka melaksanakan
perawatan luka.
· DS :
Nadi: 74x/menit.
TD : 120/70 mmHg.
Saya siap berinteraksi dengan klien (Ny. Dina) dengan tindakan perawatan luka post operasi.
2. Tahap Orientasi
(Dialog)
Perawat : “Saya perawat Ratna, apakah benar ini dengan ibu Dina?”.
Perawat : “Ibu Dina, ibu lebih suka saya panggil apa ibu?”.
Perawat : “Baik ibu Dina, saya Ratna, hari ini saya yang akan merawat ibu dari
pukul 07.00 -14.00 siang nanti Bu, jadi kalau ada masalah atau keluhan ibu dapat berbicara
kepada saya, Bu”.
Perawat : “Baiklah, Ibu bagaimana keadaannya hari ini setelah operasi caesar
kemarin?”.
Klien : “Alhamdulillah Suster, saya senang sekali dengan kelahiran anak pertama
saya. Tapi saya masih merasa lemas dan sulit bergerak”.
Perawat : “Alhamdulillah saya turut senang atas kelahiran anak pertama ibu, karena
ibu melahirkan anak pertama melalui caesar jadi wajar kalau ibu sulit bergerak karena ada
luka operasi yg masih rentan, selain lemas apakah yg ibu rasakan?”
Klien : “Oh begitu ya Suster. Tidak, hanya lemas dan sulit bergerak saja”
Perawat : “Baik Bu, sesuai dengan perjanjian kita kemarin, saya akan mengganti
perban luka ibu, supaya tidak terjadi infeksi dan supaya ibu bisa segara beraktivitas kembali”
3. Tahap kerja
(Dialog)
Klien :“Apakah perawatan luka ini penting, Sus? Dan berapa frekuensi
penggantian perban, Sus?
Perawat : “Iya Ibu, perawatan luka ini sangat penting karena jika luka kotor akan
menimbulkan infeksi dan dapat menyebabkan kematian, perban itu harus diganti minimal 1x
sehari, Bu”
Perawat : “Oke ibu Dina, pertama maaf ibu bajunya sedikit saya singkapkan ya,
Bu. Nanti jika sudah di rumah atau saat ibu sudah merasa tidak nyaman, ibu atau dengan
bantuan keluarga dapat melakukan secara mandiri”
Perawat : “Sarung tangan, pinset, gunting, plester, kasa steril, cairan pembersih.
Ibu dapat menggunakan aquabides sudah ada yang menjual di apotek, Bu”
Perawat :“Pertama-tama kita buka balutan yang lama namun jangan memegang
dengan tangan telanjang, kita harus memakai sarung tangan, lalu kita bersihkan luka dengan
aquabides yang dicelupkan ke kasa dan dikeringkan dengan kasa kering”
Perawat :“Benar sekali ibu, setiap kali kita membersihkannya kita tukar dengan kasa
yang baru dan jangan lupa ibu kita harus membersihkan luka dari daerah yang bersih
kedaerah yang kotor”
4. Tahap terminasi
(Dialog)
Perawat : “Baik ibu Dina, perawatan lukanya sudah selesai dan ibu pun sudah
mengerti bagaimana cara melakukan perawatan luka. Sekarang bagaimana rasannya bu,
apakah sudah lebih nyaman bu sekarang?”
Perawat : “Baik ibu kalau begitu nanti jika sudah waktunya ibu mengganti perban,
ibu bisa dibantu dengan keluarga, atau biasa juga didampingi saya atau perawat lainnya”
Perawat : “Iyah ibu Dina. Apakah ada yang ingin ibu tanyakan?”
Klien : “Tidak, Sus. Saya rasa cukup dan saya sudah paham, Sus”
Ø Tahap Pra-Interaksi
· Seorang pasien bernama Mr. Bram, menderita sakit dirawat di rumah sakit 5 hari KU
sadar, tensi 120/70 mmHg, nadi 88X/menit, suhu 37 derajat Celcius, badan kurus, sulit tidur,
tidak mau makan sayur, tidak mengerti menu makan 4 sehat 5 sempurna, suka merokok,
pakaian tampak kusut, dan kurang menjaga kebersihan.
· Perawat bernama Johns saat itu bertugas jaga di rumah sakit tempat pasien Bram dirawat
ingin menyampaikan pendidikan kesehatan terkait dgmasalah yang dihadapi pasien Bram
Perawat : “Baik pak perkenalkan nama saya Johns sebagai perawat yang akan merawat
bapak selama di rumah sakit ini, disini saya di tugaskan untuk membantu dan memberikan
masukan atau saran terhadap keluhan bapak.Privasi atau kerahasiaan bapak akan saya jaga
dengan sebaik-baiknya. Nanti untuk durasi waktunya kurang lebih 10 menit saja, apakah
bapak bersedia?”
Ø Tahap Kerja
Pasien : “Saya merasakan kepala saya pusing mas, dan saya juga sulit untuk tidur,
Pasien :“Iya mas, kenapa ya saya merasa berat badan saya itu turun?”
Perawat : "Kalau boleh saya sarankan, bapak tolong kurangi kebiasaan merokok bapak,
karena rokok sangat membahayakan bagi kesehatan bapak, karena didalam rokok banyak
mengandung zat-zat kimia yang berbahaya.”
Perawat : “Iya memang pak kebiasaan itu sangat sulit dihilangkan,tapi bapak bisa
mengganti kebiasaan tersebut dengan aktifitas yang lain selain merokok seperti membaca
koran atau berolah raga.”
Perawat : “Oh iya pak apakah pada saat makan sehari-hari bapak kurang suka
mengkonsumsi sayuran, seperti wortel, bayam, kol dan lainnya?”
Pasien :”Iya mas saya tidak suka makan sayur-sayuran, apakah itu
berpengaruh untuk berat badan saya?”
Perawat : “Iya pak itu juga faktor yang mempengaruhi berat badan menjadi
turun.Karena pada sayuran terdapat gizi dan protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dan
sayuran sangat penting untuk pertumbahan dan daya tubuh agar tetap stabil."
Pasien : “Makanan yang bergizi dan mempunyai prtoein seperti apa mas
contohnya?”
Perawat : “Bapak harus mengkonsumsi sayur-sayuran, ikan laut, daging telur tahu
tempe, untuk lebih baiknya bapak juga saya sarankan untuk minum susu,apakah sudah jelas
pak untuk penjelasan saya?”
Pasien : “Iya mas sudah jelas kok, terima kasih atas saran-saranya mas.”
Perawat : “Dan disamping itu bapak juga harus menjaga kebersihan badan bapak dan
lingkungan sekitar bapak.”
Perawat : “Misalnya dalam hal pakaian yang bapak kenakan, setiap kita akan memakai
pakaian, lebih baik pakaian tersebut dicuci dengan bersih. Setelah itu anda setrika pak karena
pakaian tersebut kemungkinan besar terdapat kuman yang tersembunyi, dengan bapak
menyetrika pakaian tersebut kuman akan mati selain itu bapak pasti akan kelihatan rapi dan
bersih, apakah bapak berniat untuk melakukan hal tersebut?”
Pasien : “Iya Mas Insyalloh saya berniat untuk melakukan hal tersebut
makasih ya mas atas saran nya.”
Perawat : “Apakah masih ada keluhan atau hal yang ingin anda sampaikan pak?”
Ø Tahap Terminasi
Perawat : “Baiklah kalau memang sudah tidak ada keluhan lagi, saya akan melajutkan
pekerjaan saya yang lain dan jika bapak perlu bantuan anda cukup memencet tombol di
sebelah anda maka saya akan datang dan menyiapkan keperluan yang anda inginkan.”
Perawat : “Terima kasih juga atas waktunya, Pak. Silahkan bapak kembali beristirahat
dan lekas sembuh. Permisi, Pak.”
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi secara sadar yang dilakukan oleh seorang perawat
untuk kesembukan pasien.
4.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami pentingnya komunikasi terapeutik
dalam proses keperawatan. Khususnya bagi pembaca yang berprofesi sebagai seorang
perawat atau tenaga medis lainnya agar dapat berkomunikasi yang baik sehingga dapat
menjalin kerjasama dengan pasien dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan pasien serta berkomunikasi dengan baik terhadap rekan kerja
dan siapapun yang terdapat di lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA