Anda di halaman 1dari 20

Persepsi Masyarakat Dusun Urung-Urung Desa Jatijejer

Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto terhadap Pendidikan


Tinggi

Proposal Penelitian

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Kualitatif yang dibina
oleh Dr. I Nyoman Ruja, M.S

Oleh:

Galuh Maulidiyahwarti

140721807102

The Learning University

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

PROGRAM PASCASARJANA

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

2014
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan. Sifatnya mutlak dalam kehidupan, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga
maupun bangsa dan negara. Seluruh warga negara tanpa terkecuali, baik warga yang
tinggal di kota maupun di desa, semuanya berhak mendapat pendidikan yang layak sesuai
dengan bakat dan minat masing-masing. Kemudian di susunlah pendidikan nasional yang
diharapkan mampu mewujudkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya
sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap manusia. Tidak
seorang pun manusia dapat hidup secara sempurna tanpa melalui pendidikan. Melalui
pendidikan potensi manusia dapat berkembang guna meningkatkan kesejahteraan
hidupnya. Bahkan maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh pendidikan
masyarakatnya.

Pendidikan dapat diartikan secara umum yaitu usaha sadar yang dilakukan oleh
pendidik melalui suatu bimbingan, pengajaran dan latihan untuk membantu peserta didik
menuju ke arah tercapainya kepribadian yang dewasa. Proses pendidikan tersebut
diperoleh dari pendidikan formal maupun pendidikan non formal.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal bertujuan untuk mendewasakan


peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan nasional sebagaimana dirumuskan dalam
Undang-Undang 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tujuan tersebut
bersifat ideal serta menggambarkan kualitas manusia Indonesia yang dicita-citakan
sebagai hasil proses pendidikan. Tujuan yang bersifat umum itu, perlu dijabarkan
kembali dalam tujuan yang bersifat khusus, agar dalam prakteknya mudah di capai.

Jadi pada hakekatnya pendidikan adalah kebutuhan yang sangat penting bagi
perkembangan anak. Melalui pendidikan, anak dapat memperluas wawasan dan daya
pemikirannya dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sehingga apa yang menjadi
tujuan hidupnya akan lebih terarah dan tercapai serta dapat melihat dan menyesuaikan
diri dengan segala perkembangan dan perubahan yang ada dalam masyarakat.

Begitu pentingnya pendidikan bagi masa depan anak, namun sangat disayangkan
masih banyak orang yang tidak dapat menikmati pendidikan terlebih lebih pendidikan
perguruan tinggi yang pada era modernisasi sekarang ini sangat diharapkan
keberadaannya. Seiring dengan peningkatan dan perkembangan tehnologi dalam era
globalisasi, maka peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi perhatian
serius, karena hanya SDM yang berkualitas yang dapat bersaing dalam era globalisasi.

Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas


sumber daya manusia, mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Dengan
tingginya biaya pendidikan, maka timbullah suatu persepsi atau pandangan orang tua
tentang pendidikan anak. Dimana pendidikan orang tua yang berpendidikan formal dan
berpendapatan tinggi akan berusaha untuk dapat menyekolahkan anaknya agar merasa
dunia pendidikan. Namun bukan berarti orang tua yang akan peduli terhadap pendidikan
anaknya melainkan dengan banyaknya informasi yang dapat dilihat dari berbagai media
informasi, maka akan terus berusaha untuk menyekolahkan anaknya dengan harapan
kelak anak-anaknya memiliki kehidupan yang baik dari orang tuanya.

Kondisi ekonomi yang beragam dilihat dari mata pencaharian, pendidikan, dan
pendapatan. Kondisi social ekonomi tersebut kaitanya dengan anak tidak melanjutkan
pendidikan ke perguruan tinggi adalah sangat erat dimana dengan adanya mata
pencaharian yang bagus, maka akan mempengaruhi pendapatan orang tua sehingga dapat
mempengaruhi anak akan tidak melanjutkan pendidikan perguruan tinggi, begitu juga
dengan tingkat pendidikan orang tua, para orang tua yang memiliki pendidikan yang
tinggi, maka orang tua untuk menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi, tetapi
sebaliknya karena pendidikan orang tua rendah, maka untuk menyekolahkan anaknya
akan rendah karena pengetahuan orang tua tentang perguruan tinggi rendah.

Pada umunya semua orang tua berharap mampu untuk menyekolahkan anaknya
mulai dari tingkat dasar sampai pada peguruan tinggi, karena melakukan hal ini berarti
membekali anak dengan ilmu pengetahuan (pendidikan). Selanjutnya harapan orang tua
akan lebih bersifat spisifik tergantung dati tujuan orang tua akan diarahkan kemana
pendidikan untuk anak dan itu juga terlepas dari tingkat pendidikan orang tua serta factor
ekonomi yang turut mendukung dalam pendidikan anaknya.
Banyaknya anak tidak melanjut ke perguruan tinggi sebagian besar terjadi di
daerah pedesaan. Salah satunya terjadi di Dusun Urung-Urung Desa Jatijejer Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto yang dapat diketahui dari jumlah anak yang lulus SMA
tahun 2010 sampai 2013 sebagai berikut:

Tabel 1 Tamatan SMA di Dusun Urung-Urung Desa Jatijejer Kecamatan Trawas


KAbupaten Mojokerto tahun 2010-2013

Tidak
Melanjutkan
melanjutkan
Tahun Jumlah Tamatan pendidikan ke
pendidikan ke
perguruan tinggi
perguruan tinggi
2010 34 jiwa 4 jiwa 30 jiwa
2011 38 jiwa 3 jiwa 35 jiwa
2012 43 jiwa 5 jiwa 38 jiwa
2013 54 jiwa 7 jiwa 47 jiwa
Jumlah 169 jiwa 19 jiwa 150 jiwa
Sumber : Data Kantor Desa Jatijejer

Di Dusun Urung-Urung prasarana untuk pendidikan hanya ada taman kanak-


kanak (TK) dan sekolah dasar (SD). Sementara untuk sekolah menengah pertama (SMP)
dan sekolah menengah atas (SMA) tidak terdapat di dusun ini. Oleh Karen aitu, setelah
tamat SD sebagian anak melanjutkan pendidikannya di luar dusun ini dan ada juga
sebagian anak yang tidak melanjutkan pendidikannya dengan alas an jauh dari tempat
tinggal dan juga alasan ekonomi.

Banyak anak di Dusun Urung-Urung yang tamat SMA tidak melanjutkan


pendidikan ke perguruan tinggi karena letak perguruan tinggi jauh dari dusun. Selain itu
orang tua anak-anak tersebut juga beranggapan bahwa pendidikan tinggi tidak penting
karena hanya menghabiskan uang. Mereka beranggapan tamatan SMA sudah cukup
untuk bisa untuk mendapatkan pekerjaan, misalnya menjadi pembantu rumah tangga dan
buruh pabrik.

Selain anggapan pendidikan tinggi tidak penting, kondisi eknomi juga


mempengaruhi keputusan mereka untuk tidak melanjutkan pendidikan tinggi. Sebagian
besar orang tua anak-anak tamatan SMA tersebut adalah petani, buruh tani, pembantu
rumah tangga, dan buruh pabrik. Kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan untuk
melanjutkan pendidikan tinggi di kota besar membuat mereka beranggapan lebih baik
mencari pekerjaan setelah tamat SMA. Mereka beranggapan melanjutkan pendidikan
tinggi di kota besar hanya menghabiskan uang.

Menurut pendapat Slameto (2010:57) faktor keluarga dapat mempengaruhi


pendidikan anak, yaitu: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana
rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan atar belakang kebudayaan.
Factor-faktor yang menyebabkan anak-anak di Dusun Urung-Urung tidak melanjutkan ke
perguruan tinggi adalah persepsi orang tua yang rendah terhadap kelanjutan pendidikan
tinggi, kondisi ekonomi orang tua yang rendah, serta lingkungan masyarakat yang kurang
mendukung dan faktor internal yaitu minat anak untuk memasuki perguruan tinggi yang
rendah, motivasi anak untuk melanjut ke perguruan tinggi, dan intelegensi anak.
Berdasarkan latar belakang maslaah di atas peneliti akan meneliti tentang persepsi
masyarakat Dusun Urung-Urung Besa Jatijejer Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto
terhadap pendidikan tinggi.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan berbagai kajian yang diuraikan pada latar belakang diatas, fokus
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi masyarakat Dusun Urung-Uurng Desa Jatijejer Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto terhadap pendidikan tinggi?
C. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta memberikan kontribusi dengan
temuan-temuan yang diteliti bagi pribadi maupun program studi sebagai pengembangan
khasanah keilmuan terutama dalam ilmu Geografi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermafaat bagi peneliti dalam memahami dan
mengetahui persepsi masyarakat Dusun Urung-Urung Desa Jatijejer Kecamatan Trawas
Kabupaten Mojokerto terhadap Pendidikan Tinggi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Persepsi
1. Konsep Persepsi
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam
merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Persepsi mengandung
pengertian yang sangat luas, menyangkut intern dan ekstern. Berbagai ahli telah
memberikan definisi yang beragam tentang persepsi, walaupun pada prinsipnya
mengandung makna yang sama. Sugihartono (2007: 8) mengemukakan bahwa “persepsi
adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk
menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia”.
Persepsi manusia terdapat perbedaan sudut pandang dalam penginderaan. Ada
yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi yang positif maupun persepsi negatif
yang akan mempengaruhi tindakan manusia yang tampak atau nyata. Walgito (2004: 70)
mengungkapkan bahwa “persepsi merupakan suatu proses pengorganisasian,
penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau individu
sehingga menjadi sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu.
Respon sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai
macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu tergantung
pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan,
kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka
dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar individu
satu dengan individu lain.
Setiap orang mempunyai kecenderungan dalam melihat benda yang sama dengan
cara yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut bisa dipengaruhi oleh banyak faktor,
diantaranya adalah pengetahuan, pengalaman dan sudut pandangnya. Persepsi juga
bertautan dengan cara pandang seseorang terhadap suatu objek tertentu dengan cara yang
berbeda-beda dengan menggunakan alat indera yang dimiliki, kemudian berusaha untuk
menafsirkannya.
Rakhmat (2007: 51) menyatakan persepsi adalah pengamatan tentang objek,
peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Sedangkan, Suharman (2005: 23) menyatakan: “persepsi merupakan
suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui system
alat indera manusia”. Menurutnya ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap
relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan yang
terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu dalam
lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
2. Syarat Terjadinya Persepsi
Menurut Rakhmat (2007: 56) dalam mempersepsi sesuatu, individu akan melalui
tahapan-tahapan berikut ini:
a. Tahap pertama, individi menghadapi stimulus dari suatu
objek
b. Tahap kedua, individu menyadari bahwa di hadapannya ada
stimulus sehingga individu mengamati stimulus yang ada
kemudia menerimanya.
c. Tahap ketiga, melalui pengetahuan yang dimiliki individu
dapat mengenal objek yang dihadapi.
d. Tahap keempat, individu menanggapi serta berusaha
menampilkan kembali apa yang telah mereka peroleh dari
pengamatan.
e. Tahap kelima, individu menentukan suatu keputusan
menerima atau menolak objek yang ada.
f. Tahap keenam, individu melaksanakan keputusan yang
diambil dengan segala konsekuensinya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi


Menurut Toha (2003: 154), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal: perasaan, sikap dan kepribadian individu, prasangka, keinginan
atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan,
nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi.
b. Faktor eksternal: latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan
dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-
hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
Menurut Walgito (2004: 70) faktor-faktor yang berperan dalam persepsi dapat
dikemukakan beberapa faktor, yaitu:

a. Objek yang dipersepsi


Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor. Stimulus
dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga dapat datang dari
dalam diri individu yang bersangkutan yang langsung mengenai syaraf penerima
yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, disamping
itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang
diterima reseptor ke pusat susunan syaraf, yaitu otak sebagai pusat kesadaran.
Sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan motoris yang dapat
membentuk persepsi seseorang.
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya perhatian,
yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan dalam rangka
mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari
seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada sesuatu sekumpulan objek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda satu sama lain dan
akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi suatu objek, stimulus, meskipun
objek tersebut benar-benar sama. Persepsi seseorang atau kelompok dapat jauh berbeda
dengan persepsi orang atau kelompok lain sekalipun situasinya sama. Perbedaan persepsi
dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-perbedaan individu, perbedaanperbedaan dalam
kepribadian, perbedaan dalam sikap atau perbedaan dalam motivasi. Pada dasarnya
proses terbentuknya persepsi ini terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga
dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar, dan pengetahuannya.
4. Proses Persepsi
Menurut Thoha (2003: 145), proses terbentuknya persepsi didasari pada beberapa
tahapan, yaitu:
a. Stimulus atau Rangsangan
Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu
stimulus/rangsangan yang hadir dari lingkungannya.
b. Registrasi
Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang
berupa penginderaan dan syarat seseorang berpengaruh melalui alat indera yang
dimilikinya. Seseorang dapat mendengarkan atau melihat informasi yang terkirim
kepadanya, kemudian mendaftar semua informasi yang terkirim kepadanya
tersebut.
c. Interpretasi
Interpretasi merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting
yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses
interpretasi tersebut bergantung pada cara pendalaman, motivasi, dan kepribadian
seseorang.
B. Masyarakat Desa
Desa ialah suatu kesatuan hukum, di mana bertempat tinggal suatu masyarakat,
yang berkuasa mengadakan peemrintahan sendiri. Desa terjadi dari hanya satu tempat
kediamana masyarakat saja, ataupun dari satu induk desa dan ebebrapa tempat kediaman
sebagian dari apda msyarakat hokum yang terpisah, yang merupakan keatuan-kesatuan
tempat tinggal sendiri, kesatuan-kesatuan mana yang dinamakan padukuhan, ampean,
kampong, cantilan, beserta tanah pertanian, tanah perikanan-darat (empang, tambak dan
sebagainya), atau hutan dan tanah belukar (Simandjuntak, 1986:126).
Masyarakat desa merupakan komunitas masyarakat yang unik, di mana di
dalamnya kita bias melihat homogeneitas suatu masyrakat. Beratha (1982:21)
menunjukkan bahwa dalam dua dasawarsa terakhir ini masyarakat desa masih
menunjukkan ciri-ciri karakteristiknya sebagai berikut:
1. Masyarakat desa masih sangat erat hubungannya dengan lingkungan alam
2. Masyarakat desa dalam emnjalankan kehidupan dan penghidupannya berdasarkan
pada sifat hubungan paguyuban. Jadi hidupny erdasarkan pada ikatan keekluargaan
atau gotong-royong yang erat.
3. Proses soial masih berjalan lambat, hal ini tentu disebabkan oleh beberapa faktor
antara lain:
a. Pemanfaatan waktu yang masih kurang efisien
b. Sikap dan cara berpikir yang sederhana dan jangka pendek
c. Cara berpikir yang tidak kritis dan kurang demokratis disertai kurang mampu
mengemukakan pendpat dengan isi hatinya sehingga mereka kadangkala masih
sangat tergantung kepada apa yang diakatakn oleh pemimpin formal dan
pemimpin informal.
4. Sosial kontrol masih berdasarkan pada moral dan hokum-hukum yang informal.
Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan ikatan batin yang kuat sesame
warga desa, yaitu perasaan setiap warga atau anggita masyarakat yang amat kuat
hakikatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisah dimana
ia hidup dicintainya serta mempnuyai perasaan utnuk berkorban setiap waktu demi
masyarakatnya atau anggota masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai
anggota masyarakat yang saling mencintai, saling menghormati, mempunyai tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat
(Ahmadi, 1991:241).
Di Indonesia, khususnya di Jawa, aktivitas gotong royong masyarakat desa
bisanya tidak hanya menyangkut lapangan bercocok tanam saja, tetapi juga menyangkut
lapangan kehidupan social lainnya, seperti:
1. Dalam hal kematian, sakit atau kecelakaan, diamna keluarga yangs erring menederita
itu mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga-tetangganya dari
orang-orang lain di desa.
2. Dalm hal peekerjaan sekitar rumahnya, misalnya memperbaiki tiap rumah, mengganti
dinding rumah, emembersihkan rumah dari hama tikus, menggali sumur. Pemilik
rumah dapat meminta bantuan tetangga-tetangganya yang dekat dengan memberi
jamuan makanan.
3. Dalam hal pesta-pesta, misalnya pada waktu mengawinkan anaknya, bantuan tidak
hanya diminta dari kaum kerabatnya, tetapi juga dari tetangganya, untuk
mempersiapkan dan menyelenggarakan pestanya.
4. Dalam mengerjakan pekerjaan yang berguna untuk ekepentingan umum dalam
masyrakat desa, seperti memperbaiki jalan-jembatan, bendungan irigasi, bangunan
umum dan sebagainya. Pendidikan desa dapat tergerak untuk bekerja bakti atas
perintah dari kepala desa. (Koentjaraningrat, 1984:7).
Desa terjadi dari hanya satu tempat kediaman masyarakats aja, satupun terjadi
dari hanya satu induk desa dan beberapa tenpat kediaman sebagian dari pada masyarakat
hokum yang terpisah yang merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal sendiri. Pada
awalnya desa sebagai masyarakat kecil membutuhkan sumber daya untuk bertahan hidup,
bahkan untuk berkembang lebih lanjut, tetapi desa bukan semata-mata merupakan satuan
ekonomi. Ada desa yang mempunyai kaitan erat dengan pemujaan dan agama. Desa
dahulu mungkin lebih genealogis, tetapi setelah komunikasi antar satuan masyarakat
lebih terbuka juga menjadi territorial (Soejono, 1999:11).
C. Konsep Pendidikan
UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyebutkan
bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensipotensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara
Pengertian di atas mengindikasikan betapa peranan pendidikan sangat besar
dalam mewujudkan manusia yang utuh dan mandiri serta menjadi manusia yang mulia
dan bermanfaat bagi lingkungannya. Dengan pendidikan, manusia akan paham bahwa
dirinya itu sebagai makhluk yang dikaruniai kelebihan dibandingkan dengan makhluk
lainnya. Bagi negara, pendidikan memberi kontribusi yang sangat besar terhadap
kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesanpesan
konstitusi serta membangun watak bangsa.
Menurut Mulyahardjo (2008: 18) pengertian pendidikan dapat dibagi menjadi
tiga, yakni secara sempit, luas dan alternatif. Definisi pendidikan secara luas adalah
mengartikan pendidikan sebagai hidup. Pendidikan adalah segala pengalaman belajar
yang berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup (long life education)
Pendidikan adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan
individu. Secara simplistik pendidikan didefinisikan sebagai sekolah, yakni pengajaran
yang dilaksanakan atau diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal.
Pendidikan adalah segala pengaruh yang diupayakan terhadap anak dan remaja yang
diserahkan kepadanya agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh
terhadap hubunganhubungan dan tugas sosial mereka.
Secara alternatif pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar yang dilakukan
oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau
latihan yang berlangsung di sekolah dan luar sekolah sepanjang hayat untuk
mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan
secara tepat di masa yang akan datang.
Pendidikan adalah pengalamanpengalaman belajar yang memiliki program-
program dalam pendidikan formal, nonformal ataupun informal di sekolah yang
berlangsung seumur hidup yang bertujuan mengoptimalisasi pertimbangan kemampuan-
kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan secara tepat.
Sekolah adalah institusi sosial yang didirikan oleh masyarakat untuk
melaksanakan tugastugas pendidikan kepada generasi muda. Dalam konteks ini
pendidikan dimaknai sebagai proses untuk memanusiakan manusia untuk menuju kepada
kemanusiaannya yang berupa pendewasaan diri. Melalui pendidikan disemaikan pola
pikir, nilainilai, dan normanorma masyarakat dan selanjutnya ditransformasikan dari
generasi ke generasi untuk menjamin keberlangsungan hidup sebuah masyarakat.
Dalam konteks sekolah sebagai lembaga yang melaksanakan transformasi nilai-
nilai budaya masyarakat, terdapat tiga pandangan untuk menyoal hubungan antara
sekolah dengan masyarakat, yakni perenialisme, esensialisme dan progresivisme
Pada pandangan perenialisme, sekolah bertugas untuk mentransformasikan
seluruh nilainilai yang ada dalam masyarakat kepada setiap peserta didik, agar peserta
didik tidak kehilangan jati diri dan konteks sosialnya. Esensialisme melihat tugas sekolah
adalah menyeleksi nilainilai sosial yang pantas dan berguna untuk ditransformasikan
pada peserta didik sebagai persiapan bagi perannya di masa depan. Peran sekolah yang
lebih maju ada pada progresivisme yang menempatkan sekolah sebagai agen perubahan
yang tugasnya adalah mengenalkan nilainilai baru kepada peserta didik yang akan
mengantarkan peran mereka di masa depan.
Menurut Hoy dan Kottnap (dalam Harmanto, 2008:7) terdapat sejumlah nilai
budaya yang dapat ditransformasikan sekolah kepada diri setiap peserta didik agar
mereka dapat berperan secara aktif dalam era global yang bercirikan persaingan yang
sangat ketat, yakni: (1) nilai produktif, (2) nilai berorientasi pada keunggulan, dan (3)
kejujuran. Nilai yang berorientasi pada keunggulan adalah identik dengan motivasi
berprestasi seseorang.
D. Pendidikan Tinggi
Pendidikan telah ada sejak lama, sejak manusia pertama kali diciptakan dan terus
berkembang dengan berbagai macam cara baik secara informal ataupun secara formal.
Sejalan dengan perkembangannya, pendidikan formal dilakukan dengan terstruktur atau
bertingkat sesuai dengan usia belajar seseorang. Secara umum ada beberapa jenjang atau
tingkatan pendidikan berdasarkan usia belajar seseorang yang terbagi atas:
1. Sekolah Dasar (Elementary School), yaitu usia 6-12 tahun.
2. Sekolah Menengah Pertama (Junior High School), yaitu usia 13-15 tahun.
3. Sekolah Menengah Umum (Senior High School), yaitu usia15-18 tahun.
4. Perguruan Tinggi (University/Academic Institution/Higher Education), yaitu untuk
usia 19 tahun.

Awal mula tonggak pendidikan tinggi di Indonesia berawal pada masa kolonial
yang dimotori oleh tiga pendidikan tinggi yang didirikan oleh bangsa penjajah.
Pendidikan tinggi tersebut ialah pendidikan tinggi hokum, pendidikan tinggi kedokteran,
pendidikan tinggi teknik. Pendidikan tinggi pada waktu itu telah menghasilkan tokoh-
tokoh nasional bangsa.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal 19
menyebutkan bahwa pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan
doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Perguruan tinggi merupakan tempat
dihasilkannya para pemikir yang menemukan serta menyebarluaskan berbagai
pengetahuan dan teknologi baru. Perguruan tinggi dan sekolah meruapakan lembaga yang
bertanggung jawab mempertimbangkan dan menyaring nilai-nilai yang mana tidak sesuai
dan diperkirakan akan menghambat kemajuan dan mencari upaya untuk memaparkan
nilai-nilai baru yang akan dapat mempercepat proses perubahan sosial.

Pendidikan tinggi yang merupakan kegiatan dalam upaya menghasilkan manusia


terdidik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau
profesional yang dapat menerapkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan/atau kesenian untuk dapat terlaksananya fungsi pendidikan tinggi.

Lembaga pendidikan tinggi mempunyai 2 ciri. Pertama yang bersifat akademik


dan yang kedua bersifat professional kejuruan. Dalam tingkat pertama ada tiga strata.
Dalam terminology internasional ketiga strata terebut lebih atau kurang sejajar dengan
bachelor; gelar sarjana di Indonesia adalah S-1; master atau S-2 dan doktor S-3.
Program-program berlajar berdasarkan pada system satuan kredit semester.
E. Masyarakat Desa dengan Pendidikan

Sebelum Indonesia dijajah oleh bangsa lain, terutama di pedesaan selalu


mempunyai cara-cara sendiri untuk mendidik anak-anak untuk hidup di masyarakatnya,
secara tradisional ada pengajran informal yang diselenggarakan oleh keluarga atau oleh
saudara-saudra pada kelaurga besar. Pada kebanyakan masyarakat desa pengajaran
ditunjang oleh orang-orang tua dan pemuka agama yang dianut masyarakat setempat.

Salah satu wujud dari pendidikan masyrakat desa adala sekolah dasar. Sekolah
dasar merupakan lembaga usaha pembangunan desa atau lebih tepat lembaga pendidikan
dalam rangka pembangunan desa, maka dalam lembaga ini dididik anak-anak dan
pemuda serta dibina orang dewasa.

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dalah penelitian kualitatif
yang bersifat deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendektatan fenomenologis. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti
peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.
Pendekatan fenomenologis dimaksud untuk mendapatkan gambaran secara mendalam
mengenai masalah-masalah yang ada dan berusaha melukiskan kondisi yang ada di dalam
suatu situasi. Penelitian ini berusaha melukiskan kondisi mengenai persepsi masyarakat
desa di Dusun Unrung-Urung Desa Jatijeejr Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto
terhadap pendidikan tinggi.

B. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti di sini merupakan suatu upaya pendekatan terhadap subjek
penelitian. Peneliti sendiri bertindak sebagi instrumen kunci sekaligus sebagai alat
pengumpul data. Peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berisikan kerangka
dasar dari fokus yang akan diteliti. Pedoman wawancara tersebut digunakan untuk
menemukan data yang dibutuhkan dalam penelitian,
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dusun Urung-Urung Desa Jatijeejr
Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto karena di desa ini jumlah warga yang
berpendidikan tinggi rendah.
D. Data dan Sumber Data
Jenis data yang dipakai dalam penelitian kualitatif ini berupa kata-kata, dan data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata merupaka sumber utama dalam
penelitian kualitatif yang diperoleh melalui wawancara dengan infroman. Data tertulis
dan keadaan tempat penelitian diperoleh dari dokumen atau laporan dan catatan tertulis
serta foto yang merupakan gambaran kondisi tempat penelitianyang menjadi sumber data.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:

a. Data primer
Data primer merupakan data utama yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian
melalui wawancara, pengamatan dan pencatatan. Data primer berupa kata-kaa dari
warga maupun perangkat desa.
b. Data sekunder
Datas sekunder yang menjadi data pendudukung dalam penelitian ini adalah data
tertulis berupa dokumen, arsip maupun tulisan yang dapat mendukung kelengkapan
data di dalam penelitian ini.
Sumber data dalam penelitian ini adalah warga dan perangkat Dusun Urung-
Urung Desa Jatijejer Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto. Mereka adalah seubjek
penelitian yang mengalami fenomena-fenomena yang menjadi landasan ketertarikan
peneliti untuk melakukan penelitian ini sekaligus sebagai sumber data primer.
E. Subjek Penelitian
Penentuan subjek penelitian dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling atau sample bertujuan. Subjek penelitian disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Subjek penelitian yang dimaksud adalah tokoh-tokoh perangkat desa, tokoh-tkoh
masyarakat, dan masyarakat desa setempat.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
a. Observasi
Observasi digunakan untuk mengetahui secara langsung kegiatan manusia dan
situasi sosial serta konteks dimana kegiatan-kegiatan itu terjadi. Kegiatan
observasi dapat melalui 2 cara yaitu observasi sistematis, dan observasi non
sistematis. Dalam observasi sistematis peneliti sebagai pengamat telah
mempersiapkan pedoman sebagai insturmuen pengmtan. Sedangkan dalam
observasi non sistemtis peneliti tidak perlu menggunakan instrumen pengamatan
secara khusus selain indranya.Penelitian ini menggunakan kedua jenis observasi
ini. Penggunaan jenis observasi tergantng situasi dan kondisi.
b. Wawancara
Wawancara merupaka metode pengumulan data yang utama untuk menggali data
yang tidak dapat digali dengan metode lainnya.Wawancara adalah percakapan
atau dialog antara peneliti dengan informan yang bertujuan untuk menggali data
atau informasi lebih mendalam yang dibutuhkan oleh peneliti. Dalam penelitian
ini peneliti berposisi sebagai pewawancara dan yang menjaid sasaran wawancara
adalah warga dan perangkat Dusun Urung-Urung Desa Jatijejer Kecamatan
Trawas Kabupaten Mojokerto.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini adalah metode untuk mendapatkan data melalui catatan
atau laporan tentang kejadian lampau atau peraturan, instruksi, dan undang-
undang yang menjadi pedoman kegaitan yang ada pada tempat peenlitian.
Dokumentasi berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian dan dapat dijadikan
untuk mengecek keabsahan data.
G. Analisis Data
Langkah-langkah analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Reduksi data
Reduksi data termasuk di dalam kategori pekerjaan analisis data. Data yang
berupa catatan-catatan lapangan sebagai bahan mentah diikhtisarkan dan diseleksi
sesuai dengan focus penelitian.
b. Display data.
Hasil reduksi didisplay secara tertentu untuk masing-msing pola kategori, fokus,
tema yang hendak diapahmi dan dimengerti persoalannya.
c. Mengambil kesimpulan dan verifikasi
Akhir dari semua kegiatan analisis data kualitatif adalah pelukisan atau penuturan
tentang apa yang berhasil dimengerti berkenaan dengan suatui masalah yang
diteliti. Dari sinilah lahir kesimupulan atau pemaknaan yang komprehensif dan
mendalam.

Gambar 3.1 Pengumpulan Data


H. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan antara lain
a. Perpanjangan Keikutsertaan
Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan. Perpanjangan keikutsertaan dimaksudkan
untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti.
b. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan ini bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur yang
relevan dengan pesoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut secara rinci dengan kata lain pengamatan peneylidikan
ke dalam. Jadi pengataman yang dilakukan peneliti difokuskan pada warga dan
perangkat desa dengan segala unsurnya.
c. Triangulasi
Tringaulasi adalah teknik pemerikasaan data yang memanfaatkan sesuatu yang
lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu. Hal ini dapat dicapai dengan jalan membanndingkan data hasil
pengamatan dengan hasil wawancara, membandingkan keadaan dan perspektif
seiring dengan berbagai pendapat dan pandangan dari orang lain dan
membandingkan hasil wawancra dengan suatu dokumen yang berkaitan. Jadi
dalam peneltian ini triangulasi yang digunakan adalah triangualsi sumber data
wawancara antara informan yang satu dengan yang lain. Hal ini dapat
dibandingkan perolehan data diantaranya untuk menanyakan kembali bila ada
informasi yang kurang jelas dan setelah data diperoleh, dianalisis dan dipahami.
Pemhaman tersebut oleh peneliti dikonfirmasikan pada pihak terkait baik pihak
bersangkutan maupun sumberlain yang berbeda guna mendapatkan kebenaran
informasi.
I. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian kualitatif mempunyai beberapa langkah, sehingga peneliti harus
menempuh langkah-langkah tersebut. Adapun langkah-langkah penelitian kualitatif
menurut Fatchan (2011:58-94) adalah sebagai berikut:
1. Menyusun pertanyaan, tujuan, dan fokus penelitian
2. Menyusun kajian pustaka dan menyususn theoretical framework
3. Menyusun rencana, pendekatan, lingkup, dan setting penelitian
4. Informan penelitian, proses, dan teknik pengumpulan data
5. Mengoreksi keabsahan data
6. Teknik analisis data
7. Peneliti dalam menginterpretasikan makna
Berdasarkan hal diatas, peneliti membagi 4 tahapan dalam penelitian ini. Adapun
4 Tahapan tersebut sebagai berikut.
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahap sebelum peneliti terjun ke lapangan dan
melakukan penelitian dilakukan atau bisa disebut juga dengan tahap persiapan. Dalam
tahap pra lapangan ini yang dilakukan oleh peneliti antara lain
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang dijadikan objek penelitian,
membuat rancangan usulan judul penelitian sebelum melaksanakan penelitian hingga
membuat proposal penelitian. Peneliti terlebih dahulu membuat permasalahan yang
dijadikan objek penelitian, kemudian membuat rancangan usulan judul penelitian
sebelum melaksanakan penelitian hingga membuat proposal penelitian.
b. Menentukan Lokasi Penelitin
Peneliti sebelum membuat usulan pengajuan judul penelitian, peneliti terlebih
dahulu menggali data atau informasi tentang objek yang akan di teliti, kemudian timbul
ketertarikan pada diri peneliti. Untuk menjadikan sebagai objek penelitian, karena sesuai
dengan disiplin ilmu yang peneliti tekuni selama ini
c. Penjajakan dan Penelitian
Peneliti terlebih dahulu melakukan penelitian lapangan terhadap objek yang akan
dijadikan permasalahan dalam penelitian. Kemudian peneliti menganggap objek tersebut
menarik untuk dijadikan bahan penelitian, dengan pertimbangan bahwa objek tersebut
juga relevan jika dibedah dari sudut ilmu yang selama ini ditekuni.
d. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Hal ini dilakukan untuk membantu dalam penelitian agar dapat secepatnya dan
seteliti mungkin dilakukan penelitian selain itu juga agar dalam waktu yang relatif
singkat peneliti dapat mendapatkan informasi yang diperlukan sebagai bahan penelitian.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap ini peneliti akan memulai memahami latar penelitian dan berbaur langsung
dengan subyek penelitian sambil mengumpulkan data. Dalam tahap ini peneliti secara
langsung akan menjadi anggota kelompok, sehingga memudahkan peneliti dalam
memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Tahap Analisi Data
Analisis data merupakan proses mengatur runtutan data, mensistematiskan ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar. Pada tahap ini data akan diperoleh
dari berbagai sumber, dikumpulkan, disaring dan diklasifikasi, serta dianalisis sesuai
dengan metode analisis data yang peneliti gunakan.
4. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan laporan merupakan hasil akhir dari suatu penelitian, yang tertulis dan
tesekema dengan baik dan sistematis serta dapat dipertanggung jawabkan di hadapan
publik.
Daftar Rujukan

Ahmadi, Abu. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Beratha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyaraat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta:
Ghalia Indonesia.

Koentjaraningrat. 1984. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbitan


Fakultas Ekonomi Universitas Indoensia

Mudyahardjo. 2008. Pengantar Pendidikan Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar


Pendidikan pada Umumnya dan Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Raja Grafindo
Persada.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remaja Karya.

Simandjuntak. 1986. Pendidikan dan Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Tarsito

Slameto. 2010. Belajar & Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soejono. 1999. Keping-Keping Sosiologi Pedesaan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sugihartono. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press

Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi

Thoha, Miftah. 2003. Kepemimpinan dalam Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo 

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional. (Online). (http://www.tatanusa.co.id/nonkuhp/2003UU20.pdf), diakses
tanggal 28 Oktober 2014.
Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andy

Anda mungkin juga menyukai