Anda di halaman 1dari 30

Visi:

Pada tahun 2025 menghasilkan Ners yang unggul dalam asuhan keperawatan
lanjut usia dengan menerapkan Ilmu dan Tekonologi Keperawatan

TUGAS PRAKTIKUM KEPERAWATAN KELUARGA II


KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DALAM
TAHAP TUMBUH KEMBANG KELUARGA DENGAN USIA LANJUT

Program Studi : Program Sarjana Terapan dan Program Studi

Pendidikan Profesi Ners Program Profesi

Mata Kuliah : Keperawatan Keluarga

Pembimbing : Dra.Pudjiati, S.Kp.,M.Kep

Kelompok :5

Semester/Tingkat : 6/III

Disusun Oleh : Else Zulfia Martiyaningsih (P3.73.20.2.17.012)

PRODI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN

i
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA III
TAHUN 2020/2021

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
dalam Tahap Tumbuh Kembang Keluarga dengan Usia Lanjut” dapat selesai
untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Keluarga.
Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu tim penulis dalam
menyelesaikan makalah ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :
1. Ibu Ulty Desmarnita, S.Kp.,Ns.M.Kes.Sp.Mat selaku Ketua Jurusan
Keperawatan di Poltekkes Jakarta III
2. Ibu Dra.Pudjiati, S.Kp.,M.Kep selaku dosen pembimbing tim penulis mata
kuliah Keperawatan Keluarga di Poltekkes Kemenkes Jakarta III.
3. Orang Tua yang telah memberikan doa, arah, dukungan, dan dorongan
dari segi material maupun moral.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan dari kualitas maupun kuantitas dari ilmu pengetahuan
yang penulis kuasai. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan dimasa mendatang. Atas
perhatian dan waktunya penulis ucapkan terima kasih.

Depok, 30 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
TINJAUAN TEORI...............................................................................................1
A. Konsep Keluarga pada Tahap Perkembangan Usia Lanjut...............1
1. Pengertian Keluarga...............................................................................1
2. Fungsi Keluarga......................................................................................1
3. Tahap Perkembangan Keluarga............................................................3
4. Tugas dan Keluarga pada Tahap Perkembangan Usia Lanjut..........4
5. Definisi Lansia.........................................................................................5
6. Batasan Lansia.........................................................................................5
7. Ciri-Ciri Lansia.......................................................................................6
8. Tipe Lanjut Usia......................................................................................7
9. Karakteristik Lansia...................................................................................8
10. Klasifikasi Lansia....................................................................................8
11. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia................................8
12. Tugas Perkembangan Lansia...............................................................12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap
Perkembangan Usia Lanjut.............................................................................13
1. Pengkajian.................................................................................................13
2. Diagnosis Keperawatan............................................................................17
3. Perencanaan Keperawatan......................................................................18
4. Implementasi.............................................................................................24
5. Evaluasi......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................27

iii
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Keluarga pada Tahap Perkembangan Usia Lanjut


1. Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang
diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap
anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain (Mubarak,
2011).
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu
tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan
(Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman keluarga adalah unit dari
masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan
masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga
atau unit layanan perlu di perhitungkan.
Keluarga merupakan suatu arena berlangsungnya interaksi
kepribadian atau sebagai sosial terkecil yang terdiri dari seperangkat
komponen yang sangat tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal
dan sistem-sistem lain (Padila,2012)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu
sebuah ikatan (perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun
adopsi), tinggal dalam satu atap yang selalu berinteraksi serta saling
ketergantungan.
2. Fungsi Keluarga
(Menurut Stanhope & Lancaster, 2012) Terdapat 5 fungsi keluarga yaitu:
a. Fungsi Afektif
Yaitu pembentukan struktur dan pembatas yang menciptakan rasa
memiliki antar sesame anggota keluarga dan menciptakan identitas
sebagai bagian dari keluarganya. Fungsi afektif merupakan
kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan keluarga yang
saling asuh atau saling menyayangi. Fungsi afektif sebagai respons

1
terhadap berbagai kebutuuhan anggota keluarga secara emosional.
Ketika kebutuhan afektif anggota keluarga tidak dapat terpenuhi
secara adekuat, maka akan menimbulkan tekanan dalam keluarga,
gangguan kesehatan dan kesedihan atau kesusahan dari satu atau lebih
dari anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Yaitu fungsi keluarga untuk menanamkan nilai-nilai yang ada di
keluarga terhadap anggota keluarga yang dimilikinya. Keluarga
memiliki harapan dalam memberikan jaminan perlindungan untuk
anak-anaknya agar dapat masuk dalam lingkungan sosial yang ada di
sekitarnya. Fungsi sosialisasi adalah proses sepanjang hidup ketika
individu secara berkelanjutan memodifikasi perilaku mereka sebagai
respons terhadap keadaan yang terpola secara sosial yang mereka
alami. Fungsi sosialisasi mencakup semua proses dalam sebuah
keluarga atau komunitas melalui pengalaman selama hidup mereka
yang penuh makna dan terdiri dari unsur karakteristik yang berpola
secara sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Yaitu sebuah bentuk jaminan keberlangsungan antar generasi keluarga
dan masyarakat untuk meneruskan kelangsungan keturunan
menambah sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Yaitu keluarga memperoleh sumber-sumber penghasilan dan
pengaturan penggunaan penghasilan dalam memenuhi kebutuhan
keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Yaitu fungsi keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan
masalah kesehatan yang memberdayakan sumber daya keluarga dan
berbasis keluarga. Fungsi perawatan kesehatan keluarga bukan hanya
sebagai essensial dan dasar keluarga, tetapi fungsi yang mengemban
fokus sentral dalam keluarga agar keluarga berfungsi dengan baik.

2
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Seperti individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan
yang berturut-turut keluarga sebagai sebuah unit juga mengalami tahap-
tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun delapan tahap siklus
kehidupan keluarga menurut Mary A. Nies & Melanie McEwen 2019
antara lain:
a.Tahap I : Keluarga pemula atau pasanagn baru
b. Tahap II : Keluarga yang menanti kelahiran anak (dimulai dengan
kelahiran anak pertama sampai bayi berusia 30 bulan.
c.Tahap III : Keluarga dengan anak usia prasekolah (dimulai ketika
anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir ketika anak berusia 5
tahun)
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak usia sekolah (anak pertama telah
berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada
usia 13 tahun)
e.Tahap V : Keluarga dengan anak remaja (anak pertama melewati
berumur 13 tahun hingga 20 tahun)
f. Tahap VI : Keluarga yang melepaskan anak usia dewasa muda
(mencakup anak pertama sampai terakhir yang meninggalkan rumah)
g. Tahap VII : Orang tua usia pertengahan (tanpa jabatan, pensiunan)
h. Tahap VIII : Keluarga dalam masa pensiunan dan lansia

Adapun tahap perkembangan keluarga dengan tahap perkembangan usia


lanjut:

Tahap perkembangan keluarga usia lanjut adalah terakhir siklus


kehidupan keluarga yang dimulai ketika salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiunan, sampai salah satu pasangan meninggal dan
berakhir ketika kedua pasangan meningggal.Persepsi terhadap siklus
kehidupan ini sangat berbeda dikalangan keluarga lanjut usia. Beberapa
orang merasa menyedihkan, sementara yang lain merasa hal ini merupakan
tahun-tahun terbaik dalam hidup mereka. Banyak dari mereka yang
tergantung dari sumber-sumber finansialyang adekuat, kemampuan

3
memelihara rumah yang memuaskan dan status kesehatan individu.
Mereka yang tidak lagi mandiri karena sakit, umumnya memiliki norma
yang rendah dan kesehatan fisik yang buruk sering merupakan antersedan
penyakit mental dikalangan lansia. Karena proses menua berlangsung dan
masa pension menjadi suatu kenyataan, maka ada beberapa macam
stressor atau kehilangan-kehilangan yang dialami oleh mayoritas lansia
dan pasangan-pasangan yang mengacaukan transisi peran mereka. Hal ini
meliputi :

a. Ekonomi- Menyesuaikan terhadap pendapatan yang turun secara


substansial, mungkin kemudian menyesuaikan terhadap
ketergantungan ekonomi (ketergantungan pada keluarga atau subsidi
pemerintah)
b. Perumahan- Sering pindah tempat tinggal yang lebih kecil dan
kemudian dipaksa pindah ketatanan institusi.
c. Sosial-Kehilangan (kematian) saudara, teman-teman dan pasangan.
d. Pekerjaan- Keharusanan pension dan hilangnya peran dalam pekerjaan
dan perasaan produktivitas
e. Kesehatan-Menurun fungsi fisik, mental dan kognitif memberikan
perawatan bagi pasangan yang kurang sehat.

Orang yang lebih tua mengalami masalah dalam berbagai aktivitas


hidup sehari-hari yang termasuk mandi, berpakaian, makan, toilet.
Masalah-masalah ini kemampuan orang yang lebih tua sering berdampak
terhadap hidup mandiri, karena penurunan fungsional dimana semua
mempengaruhi kualitas hidup individu (Maryam,2008).

4. Tugas dan Peran Keluarga pada Tahap Perkembangan Usia Lanjut


Menurut Mary A. Nies & Melanie McEwen 2019 yang perlu dilakukan
ole keluarga meliputi :
a. Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan
b. Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun
c. Mempertahankan hubungan perkawinan
d. Menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan

4
e. Mempertahankan ikatan keluarga antar generasi
f. Meneruskan untuk memahami eksistensi mereka (penelaahan dan
integrasi hidup)
5. Definisi Lansia
Lansia merupakan suatu proses alami yang ditentukan oleh Tuhan
Yang Maha Esa. Semua Orang akan mengalami proses menjadi tua dan
masa tua merupakan masa hidup yang terakhir. Dimasa ini manusia
mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial secara bertahap (Azizah,
2011).
Usia lanjut (Old Age) merupakan istilah untuk tahap akhir dari
proses penuaan tersebut (Suardiman, 2011).
Semua makhluk hidup memiliki siklus kehidupan menjadi tua yang
diawali dengan proses kelahiran, kemudian tumbuh dewasa dan
berkembang biak, selanjutnya menjadi semakin tua dan akhirnya akan
meninggal. Masa usia lanjut merupakan masa yang tidak bisa dilakukan
oleh siapapun khususnya bagi yang dikaruniai umur panjang. Yang bisa
dilakukan oleh manusia hanyalah menghambat proses menua agar tidak
terlalu cepat, karena pada hakikatnya dalam proses menua terjadi suatu
kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011).
6. Batasan Lansia
WHO (2010) menggolongkan lanjut usia berdasarkan usia
kronologis atau biologis menjadi 4 kelompok yaitu usia pertengahan
(middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia
antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75–90 tahun, dan usia
sangat tua (Very old) di atas 90 tahun.

Menurut UU No. 4 tahun 1965 pasal 1 seseorang dapat dinyatakan


sebagai seorang jompo atau lanjut usia setelah yang bersangkutan
mencapai umur 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari
nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari–hari dan menerima
nafkah dari orang lain. UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun
keatas.

5
7. Ciri-Ciri Lansia
Menurut Siti Nur Kholifah 2016, Ciri-ciri lansia sebagai berikut:
Ciri-ciri lansia adalah sebagai berikut :
a. Lansia merupakan periode kemunduran.
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan
faktor psikologis. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
kemunduran pada lansia. Misalnya lansia yang memiliki motivasi
yang rendah dalam melakukan kegiatan, maka akan mempercepat
proses kemunduran fisik, akan tetapi ada juga lansia yang memiliki
motivasi yang tinggi, maka kemunduran fisik pada lansia akan
lebih lama terjadi.
b. Lansia memiliki status kelompok minoritas.
Kondisi ini sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak
menyenangkan terhadap lansia dan diperkuat oleh pendapat yang
kurang baik, misalnya lansia yang lebih senang mempertahankan
pendapatnya maka sikap sosial di masyarakat menjadi negatif,
tetapi ada juga lansia yang mempunyai tenggang rasa kepada
orang lain sehingga sikap sosial masyarakat menjadi positif.
c. Menua membutuhkan perubahan peran.
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai
mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran
pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Misalnya lansia
menduduki jabatan sosial di masyarakat sebagai Ketua RW,
sebaiknya masyarakat tidak memberhentikan lansia sebagai ketua
RW karena usianya.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia.
Perlakuan yang buruk terhadap lansia membuat mereka
cenderung mengembangkan konsep diri yang buruk sehingga
dapat memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk. Akibat dari
perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri lansia
menjadi buruk pula. Contoh : lansia yang tinggal bersama

6
keluarga sering tidak dilibatkan untuk pengambilan keputusan
karena dianggap pola pikirnya kuno, kondisi inilah yang
menyebabkan lansia menarik diri dari lingkungan, cepat
tersinggung dan bahkan memiliki harga diri yang rendah.
8. Tipe Lanjut Usia
Tipe – tipe lanjut usia menurut (Azizah,2011)
a. Tipe Arif Bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman menyesuaikan diri dengan
perubahan jaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah
hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi
panutan.
b. Tipe Mandiri
Mengganti kegiatan-kegiatan yang hilang dengan kegiatan-kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman bergaul serta
memenuhi undangan.
c. Tipe Tidak Puas
Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang menyebabkan
kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmaniah, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.
d. Tipe Pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis gelap
datang terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan
apa saja dilakukan.
e. Tipe Bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa minder,
menyesal, pasif, mental, sosial dan ekonominya.
Tipe ini antara lain :
1) Tipe optimis
2) Tipe konstruktif
3) Tipe ketergantungan (dependent).
4) Tipe defensif

7
5) Tipe militan dan serius
6) Tipe marah atau frustasi (the angry man)
7) Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau Self heating man.
9. Karakteristik Lansia
Lansia memiliki tiga karakteristik sebagai berikut (Sofia Rhosma Dewi,
2014):
a. Berusia lebih dari 60 tahun
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial hingga spiritual, serta dari kondisi
adaptif hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
10. Klasifikasi Lansia
Menurut Depkes RI (2013) klasifikasi lansia terdiri dari:
a. Pra lansia yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun
b. Lansia ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia resiko tinggi ialah seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
dengan masalah kesehatan.
d. Lansia potensial ialah lansia yang masih mampu melakukan
pekerjaan dan kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.
e. Lansia tidak potensial ialah lansia yang tidak berdaya mencari
nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
11. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia
Semakin berkembangnya umur manusia, terjadi proses penuaan
secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan-perubahan pada
diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan,
sosial dan seksual (Azizah dan Lilik, 2011 dalam Kholifah, 2016).

a. Perubahan Fisik
1) Sistem Indra

Sistem penengaran prebiakusis (gangguan pada


pendengaran) disebabkan karena hilangnya kemampuan (daya)
pendegaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara

8
atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
dimengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 60 tahun.

2) Sistem Intergumen

Kulit pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastis


kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga
menjadi tipis dan bercerak. Kekeringan kulit disebabkan atropi
glandula sebasea dan glandula sudoritera, timbul pigmen
berwarna coklat pada kulit dikenal dengan liver spot.

3) Sistem Muskuloskeletal

Perubahan sistem muskuloskeletal pada lansia: jaringan


penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan
sendi. Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang,
kartilago dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi
bentangan yang tidak teratur. Kartilago: jaringan kartilago
pada pesendian menjadi lunak dan mengalami granulasi,
sehingga permukaan sendi menjadi rata.
Kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan
degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif,
konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan
terhadap gesekan. Tulang: berkurangnya kepadatan tulang
setelah diamati adalah bagian dari penuaan fisiologi, sehingga
akan mengakibatkan osteoporosis dan lebih lanut akan
mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur. Otot: perubahan
struktur otot pada penuaan sangat bervariasi, penurunan jumlah
dan ukuran serabut otot, peningkatan jaringan penghubung dan
jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif. Sendi;
pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tondon, ligament
dan fasia mengalami penuaan elastisitas.

9
4) Sistem Kardiovaskuler

Perubahan pada sistem kardiovaskuler pada lansia adalah


masa jantung bertambah, venrikel kiri mengalami hipertropi
sehingga perenggangan jantung berkurang, kondisi ini terjadi
karena perubahan jaringan ikat. Perubahan ini disebabkan oleh
penumpukan llipofusin, klasifikasi SA Node dan jaringan
konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

5) Sistem Respirasi

Pada proses penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru,


kapasitas total paru tetap tetapi volume cadangan paru
bertambah untuk mengkonvensasi kenaikan ruang paru, udara
yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot,
kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernapasan
terganggu dan kemampuan perenggangan torak berkurang.

6) Pencernaan dan Metabolisme

Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti


penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata
karena kehilangan gigi, indra pengecap menurun, rasa lapar
menurun (kepekaan rasa lapar menurun), liver (hati) makin
mengecil dan menurunnya tmpat penyimpanan, dan
berkurangnya aliran darah.

7) Sistem Perkemihan

Pada sistem perkemihgan terjadi perubahan yang


signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran,
contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

8) Sistem Saraf

Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatonim dan


atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia

10
mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam
melakukan aktifitas sehari-hari.

9) Sistem Reproduksi

Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan


menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada
laki-laki masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.

b. Perubahan Kognitif
1) Memory (daya ingat, Ingatan).
2) IQ (Intellegent Quotient).
3) Kemampuan Belajar (Learning).
4) Kemampuan Pemahaman (Comprehension).
5) Pemecahan Masalah (Problem Solving).
6) Pengambilan Keputusan (Decision Making).
7) Kebijaksanaan (Wisdom).
8) Kinerja (Performance).
9) Motivasi.
10) Perubahan Mental
c. Perubahan Mental
Faktor-faktor yang menpengaruhi perubahan mental:
1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2) Kesehatan umum.
3) Tingkat pendidikan.
4) Keturunan (hereditas).
5) Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian.
6) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
7) Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan
dengan teman dan family.
8) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri, perubahan kensep diri.

11
d. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya. Lansia semakin matang (mature) dalam
kehidupan keagamaan, hal ini terlihat dalam berfikir dan
bertindak sehari-hari.
e. Perubahan Psikososial

Pada umumnya setelah seorang lansia mengalami


penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif
meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian,
perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat.

12. Tugas Perkembangan Lansia


Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikam diri terhadap
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada
tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun
c. Membentuk hubungan baik dengan orang yang seusianya
d. Melakukan penyesuaian terhadap kediupan sosial atau masyarakat
secara santai
e. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya

12
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga pada Tahap
Perkembangan Usia Lanjut
1. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat
untuk mengukur keadaan klien (keluarga) yang memakai patokan norma-
norma kesehatan pribadi maupun sosial serta integritas dan kesanggupan
untuk mengatasi masalah.
a. Pengkajian Tahap 1
1) Data umum
a) Identitas kepala keluarga
b) Komposisi keluarga
c) Genogram
d) Tipe keluarga
e) Latar belakang keluarga (etnis)
f) Agama
g) Status sosial ekonomi
h) Aktivitas rekreasi keluarga
2) Tahap dan riwayat perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini
b) Tahap perkembangan kelaurga yang belum terpenuhi
c) Riwayat keluarga sebelumnya
3) Data lingkungan
a) Karakteristik rumah
b) Karakteristik lingkungan komunitas
c) Mobilitas geografis keluarga
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi sosial keluarga
e) Sistem pendukung ata jaringan sosial keluarga
4) Struktur keluarga
a) Pola komunikasi
b) Struktur kekuasaan
c) Struktur peran
d) Nilai dan normal keluarga

13
5) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
b) Fungsi Sosialisasi
c) Fungsi perawatan kesehatan
d) Fungsi Reproduksi
e) Fungsi Ekonomi
6) Pemeriksaan fisik
Head to toe
7) Harapan Keluarga
8) Stress dan Koping Keluarga
a) Stressor jangka pendek dan jangka panjang
b) Kemampuan keluarga unutk berespon terhadap situasi atau
stresor
c) Penggunaan strategi koping
d) Strategi adaptasi disfungsional
b. Pengkajian Tahap 2
1) Mengenal Masalah
a) Masalah Kesehatan Keluarga
- Apa yang Bapak/Ibu Ketahui tentang masalah dan tanda
gejala pendukung masalah
- Pengertian penyakit yang dialaminya
- Penyebab penyakit yang dialaminya
- Identifikasi tingkat keseriusan masalah pada keluarga
2) Mengambil keputusan
3) Modifikasi Lingkungan
4) Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan
c. Pengkajian Status Fungsional

INDEKS KATZ
SKORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
beipakaian dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari
fungsi tersebut

14
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi,
berpakaian, berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasikan sebagai C, D, E, F dan G

d. Pengkajian Status Kognitif dan Afektif

Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


Skore
No Pertanyaan Jawaban
+ -
V - 1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, tahun)
3. Apa nama tempat ini?
4. Berapa nomor telpon Anda?
Dimana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien tidak
5
mempunyai telepon)
6. Berapa umur Anda?
7. Kapan Anda lahir?
8. Siapa presiden Indonesia sekarang?
9. Siapa presiden sebelumnya?
10. Siapa nama kecil ibu Anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
11.
baru, semua secara menurun
Jumlah kesalahan total

e. Pengkajian Status Sosial

APGAR Keluarga
No Fungsi Uraian Skore
1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada
keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada
waktu sesuatu menyusahkan saya
2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan saya dan

15
mengungkapkan masalah dengan saya
3. Pertumbuh Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya
an menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru
4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan berespons terhadap
emosi-emosi saya, seperti marah, sedih atau mencintai
5. Pemecahan Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya
menyediakan waktu bersama-sama

f. Analisa data
Dalam menganalisa ada tiga norma yang perlu diperhatikan dalam
melihat perkembangan keluarga antara lain:
1) Keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota keluarga
2) Keadaan rumah dan sanitasi lingkungan
3) Karakter keluarga

Data Fokus Masalah Keperawatan

DS : Contoh :
Ketidakefektifan pemeliharaan
DO : kesehatan pada keluarga Bpk. A
dengan asam urat/hipertensi/DM…..

2. Diagnosis Keperawatan
a. Diagnosa Aktual
Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual) adalah clinical
judgement yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu,
keluarga, kelompok, dan komunitas. Hal ini didukung oleh batasan
karakteristik kelompok data yang saling berhubungan.
Contoh:

16
1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh;
2) Gangguan pola nafas;
3) Gangguan pola tidur;
4) Disfungsi proses keluarga;
5) Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
b. Diagnosis Keperawatan Risiko/Risiko Tinggi
Adalah clinical judgement yang menggambarkan kerentanan lansia
sebagai individu, keluarga, kelompok, dan komunitas yang
memungkinkan berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan
klien terhadap kondisi kesehatan/ proses kehidupannya. Setiap label
dari diagnosis risiko diawali dengan frase: “risiko” (NANDA, 2014).
Contoh:
1) Risiko kekurangan volume cairan;
2) Risiko terjadinya infeksi;
3) Risiko intoleran aktifitas;
4) Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua;
5) Risiko distress spiritual.
c. Diagnosis Keperawatan Promosi Kesehatan
Adalah clinical judgement yang menggambarkan motivasi dan
keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan untuk
mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu, keluarga,
kelompok, atau komunitas. Respon dinyatakan dengan kesiapan
meningkatkan perilaku kesehatan yang spesifik dan dapat digunakan
pada seluruh status kesehatan. Setiap label diagnosis promosi
kesehatan diawali dengan frase: “Kesiapan meningkatkan”……
(NANDA, 2014). Contoh:
1) Kesiapan meningkatkan nutrisi;
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi;
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan;
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan;
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas
d. Diagnosis Keperawatan Sindrom

17
Adalah clinical judgement yang menggambarkan suatu kelompok
diagnosis keperawatan yang terjadi bersama, mengatasi masalah
secara bersama dan melalui intervensi yang sama. Sebagai contoh
adalah sindrom nyeri kronik menggambarkan sindrom diagnosis nyeri
kronik yang berdampak keluhan lainnya pada respon klien, keluhan
tersebut biasanya diagnosis gangguan pola tidur, isolasi sosial,
kelelahan, atau gangguan mobilitas fisik. Kategori diagnosis sindrom
dapat berupa risiko atau masalah.
Contoh:
1) Sindrom kelelahan lansia;
2) Sindrom tidak berguna;
3) Sindrom post trauma;
4) Sindrom kekerasan.
3. Perencanaan
Perencanaan disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga
dan koordinasi dengan tim kesehatan. Perencanaan mencakup penentuan
prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan.
Tahapan penyusunan perencanaan perencanaan keperawatan keluarga
adalah :

a. Menetapkan Prioritas Masalah


Menetapkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan dengan
menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009)
Penentuan prioritas masalah didasarkan dari 4 kriteria : Sifat
masalah; Kemungkinan Masalah Dapat Diubah; Potensi Masalah
untuk Dicegah dan Menonjolnya Masalah

Tabel 1. Skala Menentukan Prioritas

No Kriteria Bobot Perhitungan Pembenaran

1 Sifat Masalah Masalah yang


Skala : 1 Skor/angka sedang terjadi,
Potensial (skor 1) tertinggi X menunjukkan tanda

18
Risiko (skor 2) bobot dan gejala, atau
Aktual (skor 3) dalam kondisi
sehat

2 Kemungkinan  Pengetahuan
masalah untuk 2 Skor/angka yang ada
dirubah : tertinggi X sekarag,
Skala: bobot teknologi, dan
mudah =2 tindakan untuk
sebagian =1 menangani
tidak dapat = 0 masalah
 Sumber daya
keluarga dalam
bentuk fisik,
keuangan dan
tenaga
 Sumber daya
perawat dalam
bentuk
pengetahuan,
keterampilan
dan waktu
 Sumber daya
masyarakat
dalam bentuk
fasilitas,
organisasi
dalam
masyarakat dan
sokongan
masyarakat

19
3 Potensial masalah  Kepelikan dari
untuk di cegah 1 Skor/angka masalah, yang
Skala: tertinggi X berhubungan
Tinggi =3 bobot dengan
Cukup =2 penyakit atau
Rendah =1 masalah
 Lamanya
masalah, yang
berhubungan
dengan
penyakit atau
masalah
 Tindakan yang
sdang
dijalankan
adalah
tindakan-
tindakan yang
tepat dalam
memperbaiki
masalah
 Adanya
kelompok high
risk atau
kelompok yang
sangat peka
menambah
potensi untuk
mencegah
masalah

4 Menonjolnya Persepsi keluarga


masalah: melihat masalah

20
Skala : 1 Skor/angka
Segera ditangani tertinggi X
=2 bobot
Mslh ada tapi tdk
perlu segera
ditangani = 1
Masalah tidak
dirasakan = 0

Skoring
Dalam penyusunan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
keluarga harus didasarkan pada beberapa kriteria yaitu:
1) Sifat masalah yang dikelompokkan menjadi aktual, resiko dan
potencial
2) Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan
kebersihan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah
bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.
3) Potensial masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya
masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah
melalui tindakan keperawatan atau kesehatan.
4) Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan
menilai masalah dalam hal beratnya dan mendesaknya untuk
diatasi melalui intervensi keperawatan atau kesehatan.

Tabel: Skoring Masalah Keperawatan (Suprajitno, 2004)

No Kriteria Nilai Bobot


1 Sifat masalah
Skala :
a. Aktual 3
b. Resiko 2 1
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah

21
Skala :
a. Dengan mudah 2
b. Hanya sebagian 1 2
c. Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk dicegah
Skala :
a. Tinggi 3
b. Cukup 2 1
c. Rendah 1
4 Menonjolnya masalah
Skala :
a. Masalah berat harus segera 2
ditangani 1 1
b. Masalah yang tidak perlu segera
ditangani 0
c. Masalah tidak dirasakan
TOTAL 5
Berdasarkan kriteria di atas, maka dapat diprioritaskan suatu
masalah. Masing-masing masalah keperawatan diskoring terlebih
dahulu. Kemudian dari hasil skoring tersebut dijumlahkan nilainya.
Adapun rumus untuk mendapatkan nilai skoring tersebut adalah:

skor
x bobot
nilai tertinggi
Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah
keperawatan yang lazim terjadi pada lansia:
1) Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
Penyebab gangguan nutrisi pada lansia adalah penurunan
alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan kurang
sempurna, gigi tidak lengkap, rasa penuh pada perut dan susah
buang air besar, otot-otot lambung dan usus melemah.
Intervensi:
a) Berikan makanan sesuai dengan kalori yang dibutuhkan
b) Banyak minum dan kurangi makanan yang terlalu asin

22
c) Berikan makanan yang mengandung serat
d) Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori
e) Batasi minum kopi dan teh.
2) Gangguan Kebersihan diri
Penyebab kurangnya perawatan diri pada lansia adalah :

a) Penurunan daya ingat


b) Kurangnya motivasi
c) Kelemahan dan ketidakmampuan fisik.

Intervensi:

a) Bantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri


b) Anjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak atau
berikan skin lotion
c) Ingatkan lansia untuk membersihkan telinga dan mata
d) Membantu lansia untuk menggunting kuku

3) Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi


Intervensi:

a) Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata


b) Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan
dilakukan
c) Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
d) Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan
atau perawat tanggap terhadap respon verbal lansia
e) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan
kemampuan lansia
f) Menghargai pendapat lansia
4. Implementasi
Pada tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal, seperti bahaya-
bahaya fisik dan perlindungan pada lansia, teknik komunikasi,
kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari
lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia.

23
Implementasi ini diarakan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar
mampu mandiri dan produktif.
1) Exercise/olahraga bagi lansia sebagai individu/ kelompok
Olahraga yang dilakukan seperti berjalan, latihan senam aerobik,
latihan penguatan otot, dan latian keseimbangan
2) Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Jenis TAK pada lansia seperti stimulasi sensori(musik), stimulasi
persepsi, orientasi realita, dan sosialisasi
3) Latihan kemampuan sosial meliputi:
Melontarkan pertanyaan, memberikan salam, berbicara dengan
suara jelas, menghindari kiritik diri atau orang lain
4) Aversion therapy
Terapi ini menolong menurunkan frekuensi perilaku yang tidak
diinginkan tetapi terus dilakukan. Terapi ini memberikan stimulasi
yang membuat cemas atau penolakan pada saat tingkah laku
maladaptif dilakukan klien.
5) Contingency therapy
Meliputi kontrak formal antara klien dan terapis tentang definisi
perilaku yang akan dirubah atau konsekuensi terhadap perilaku jika
dilakukan.

5. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000) evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan yang telah ditetapkan dengan respon perilaku lansia yang
tampilkan. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, kegiatan ini untuk
mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur
hasil dari proses keperawatan. Penilaian keperawatan adalah mengukur
keberhasilan dari rencana, dan pelaksanaan tindakan keperawatan
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia.

24
Beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain:
1) Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan,
2) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang
diharapkan,
3) Mengukur pencapaian tujuan,
4) Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan
5) Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila
perlu.

Jenis Evaluasi menurut Ziegler, Voughan – Wrobel, & Erlen (1986,


dalam Craven & Hirnle, 2003), terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Evaluasi struktur
Evaluasi struktur difokuskan pada kelengkapan tata cara atau
keadaan sekeliling tempat pelayanan keperawatan diberikan.
2) Evaluasi proses
Mencakup jenis informasi yang didapat pada saat wawancara dan
pemeriksaan fisik, validasi dari perumusan diagnosa keperawatan,
dan kemampuan tehnikal perawat.
3) Evaluasi hasil
Evaluasi hasil berfokus pada respons dan fungsi klien. Hasil
evaluasi yang menentukan apakah masalah teratasi, teratasi sebagian,
atau tidak teratasi, adalah dengan cara membandingkan antara SOAP
(Subjektive-Objektive- Assesment-Planning) dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah ditetapkan.
a) S (Subjective) adalah informasi berupa ungkapan yang didapat
dari lansia setelah tindakan diberikan.
b) O (Objective) adalah informasi yang didapat berupa hasil
pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat
setelah tindakan dilakukan.
c) A (Assessment) adalah membandingkan antara informasi
subjective dan objective dengan tujuan dan kriteria hasil,

25
kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi, teratasi
sebagian, atau tidak teratasi.
d) P (Planning) adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan
dilakukan berdasarkan hasil analisis.
Contoh:
S : Lansia mengatakan sudah menghabiskan makanannya
O : Porsi makan habis, berat badan naik, semula BB=51 kg
menjadi 52 kg
A : Tujuan tercapai
P : Rencana keperawatan dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dewi, S. R. (2014). Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta: Deepublish.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan
Praktik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Freadman, M. M. (2013). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
Kholifah, Siti Nur. (2016). Keperawatan Gerontik. Jakarta Selatan : Kemenkes RI

26
Lancaster, Stanhope. (2012) Foundations of Nursing in the Community:
Community Oriented Pratice. Edisi 4. St. Louis, Missouri : Elsevier
Mubarak, Wahid Iqbal. (2010). Ilmu Pengantar Keluarga. Jakarta: Salemba
Medika.
Nies, M. A. dan McEwen, M. (2019). Keperawawatn Kesehatan Komunitas dan
Keluarga. Edisi Indonesia Pertama. Jakarta : Elsevier.
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2012). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suadirman, S. P. (2011). Psikologi Usia Lanjut.Yogyakarta: Gaja Mada
University.

Susanto, T. (2012). Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.


Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

World Health Organization, (2010). Batasan Lanjut Usia, USA.


Zaidin Ali, S. M. (2010). Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC.

27

Anda mungkin juga menyukai