Anda di halaman 1dari 8

Pembentukan masyarakat muslim struktur dan karakter masyarakat muslim

Pendahuluan

1. Pembentukan masyarakat islam

Islam sebagai sumber dan jalan kebenaran yang berasal dari Allah ta’ala adalah pandangan hidup yang
bukan saja diperuntukkan bagi kesejahteraan dan kebahagiaan ummat Islam melainkan menjadi rahmat
bagi seluruh alam. Islam yang bersumber dari kebenaran ilahiyah baik yang terkandung dalam ayat-ayat
al Qur’an dan sunnah Rasulullah saw adalah petunjuk jalan segala zaman. Demikian pula Islam mengatur
hubungan manusia dengan sesamanya, dengan Tuhannya dan dengan alam lingkungannya.

Sebagai agama yang menjadi rahmatan lil ‘alamin, maka tujuan hidup, baik sebagai individu maupun
anggota masyarakat adalah dalam rangka merealisasikan kebenaran ajaran Allah tersebut baik dalam
skala pribadi maupun bermasyarakat dalam segala aspeknya.

Kunci kepribadian masyarakat Islam adalah akidah, syari’at dan akhlak Islam. Jika akidah memberikan
arah tujuan pergerakan masyarakat, syari’at memberikan batasan-batasan cara maupun metode
menempuh arah tujuan tersebut dengan benar maka akhlak menghiasi jalan menempuh tujuan tersebut
sehingga indah dan menyenangkan.

Da’wah Islam yang di bawa oleh Rasulullah saw adalah mata rantai terakhir dari perjalanan da’wah yang
panjang untuk mengajak manusia bertakwa dan mentauhidkan Allah ta’ala. Dari Abu Hurairah ra,
bahwasanya Rasulullah saw bersabda,

َ ‫ َو َيعْ َجب‬،ِ‫ون ِبه‬


‫ُون‬ َ ُ‫طوف‬ ُ ‫ َف َج َع َل ال َّناسُ َي‬،ٍ‫او َية‬ ِ ‫ إِاَّل َم ْوضِ َع لَ ِب َن ٍة مِنْ َز‬،ُ‫ َك َم َث ِل َرج ٍُل َب َنى َب ْي ًتا َفأَحْ َس َن ُه َوأَجْ َملَه‬،‫إِنَّ " َم َثلِي َو َم َث َل األَ ْن ِب َيا ِء مِنْ َق ْبلِي‬
َ ‫ َفأ َ َنا اللَّ ِب َن ُة َوأَ َنا َخا ِت ُم ال َّن ِبي‬:‫ت َه ِذ ِه اللَّ ِب َن ُة؟ َقا َل‬
‫ِّين‬ ْ ‫ون َهاَّل وُ ضِ َع‬ َ ُ‫ َو َيقُول‬،ُ‫لَه‬

“Perumpamaanku dan nabi-nabi sebelumku seperti seseorang yang membangun suatu rumah lalu dia
membaguskannya dan memperindahnya kecuali ada satu labinah (tempat lubang batu bata yang
tertinggal belum diselesaikan) yang berada di dinding samping rumah tersebut, lalu manusia
mengelilinginya dan mereka terkagum-kagum sambil berkata; ‘Duh seandainya ada orang yang
meletakkan labinah (batu bata) di tempatnya ini”. Beliau bersabda: ”Maka akulah labinah itu dan aku
adalah penutup para nabi”.[1]

Bagaimana Rasulullah saw mampu menciptakan bangsa Arab menjadi satu masyarakat yang memikul
risalah, menciptakan peradaban dan membuat suatu sejarah yang mengagumkan? Kerja keras, cinta dan
kesungguhan beliau berda’wah berhasil memalingkan pandangan dunia dan menorehkan catatan
gemilang dari bangkitnya sebuah generasi yang sebagian besar pengikutnya adalah orang-orang lemah
dan tertindas.

Beliau palingkan khamr, maisir, nafsu syahwat dan nafsu perang demi kekuasaan kepada kerja keras
mambangun peradaban yang modern, berkeadilan, kesamaan hak didepan hukum, terjaminnya
kepemilikan pribadi dan teraturnya kepentingan bersama. Bahkan orang-orang tertindas itu -- para
sahabat -- ketika tiba masa mereka menjadi gubernur atau kepala daerah tidak mewarisi dendam
kesewenangan atas kekuasaan dan keserakahan atas jabatan.

Buku Ma’alim Fith Thariq mencatat tiga hal utama yang memacu perubahan besar pada masyarakat
Islam pada generasi pertama da’wah Islam. Pertama, mereka menuntut ilmu untuk suatu tindakan
perubahan bukan semata-mata koleksi ilmu. Kedua, Mereka memutuskan hubungan dengan masa lalu
jahiliyyah dan tak ingin kembali ke masa lalu walaupun sekejap. Ketiga, mereka tegak dihadapan al
Qur’an dengan penuh kesiagaan, seperti seorang prajurit yang siap siaga menerima perintah.

Sukar membayangkan suatu perubahan dari masa lampau yang begitu jahiliyyah dan penuh kegelapan
kepada keadaan yang gilang gemilang. Persoalan mendasar pada masa kini adalah bagaimana
membangkitkan kembali masyarakat Islam sebagaimana masyarakat pada generasi pertama da’wah
Islam. Sementara di tengah gempuran invasi pemikiran yang demikian dahsyat justru kelompok-
kelompok ummat Islam tak segera menemukan format yang menyenangkan dalam bekerjasama,
sementara itu sebagian besar ummat Islam sedang bergelimang dalam kesenangan syahwat dunia yang
melenakan.

Pembahasan dalam makalah ini berupaya mengungkapkan pemikiran Sayyid Quthb tentang dasar-dasar
pembentukan masyarakat Islam. Masyarakat yang memiliki kesamaan persepsi tentang hakikat
kehidupan dunia dan akhirat, kesamaan cita-cita perjuangan Islam serta kesamaan komitmennya
dihadapan Allah ta’ala.

DASAR-DASAR PEMBENTUKAN MASYARAKAT ISLAM

1. Membebaskan Masyarakat dari Penghambaan Kepada selain Allah.


Menurut Sayyid Quthb dalam setiap periode sejarah manusia, seruan untuk bertakwa kepada Allah
memiliki satu sifat kesamaan, yang menjadi seruan terpenting sekaligus landasan pokok pembentukan
masyarakat, yaitu:

“ ‫ بإخراجهم من سلطان العباد في حاكميتهم> وشرائعهم وقيمهم‬،‫ وإخراجهم من عبادة العباد إلى عبادة هللا وحده‬،‫إسالم العباد لرب العباد‬
‫ إلى سلطان هللا وحاكميته وشريعته وحده في كل شأن من شؤون الحياة‬،‫”وتقاليدهم‬

“Ketundukan seorang hamba kepada tuhannya, membebaskan diri dari penghambaan atas sesama
manusia menuju penghambaan kepada Allah semata. Mengeluarkan mereka dari cengkraman
ketuhanan dan hukum-hukum buatan manusia, mengeluarkan mereka dari kungkungan sistem-sistem
nilai dan tradisi-tradisi buatan manusia kepada kekuasaan Allah, otoritas dan syari’at-Nya semata dalam
segala ruang lingkup kehidupan.”[2]

Dari pendapat Sayyid Quthb tersebut diatas dapat kita fahami bahwa pembebasan masyarakat dari
penghambaan kepada selain Allah merupakan prinsip dari sebuah komitmen awal yang pada tahap
selanjutnya menjadi dasar bagi tegaknya sistem nilai, otoritas dan syari’at Allah.

Ketauhidan difahami sebagai sebuah pondasi bagi tegaknya bangunan Islam, atau ruh kehidupan bagi
manusia. Dengannya tauhid seluruh sistem kehidupan menjadi tegak, kokoh dan memberikan arti.

Muhammad Quthb berkata[3] “ ‫ إنما أنزلها؛ لتشكل واقع‬.‫إن هللا لم ينزل "ال إله إال هللا"؛ لتكون مجرد كلمة تنطق باللسان‬
‫ ليتكون في‬،‫ ترفعه فرداً وجماعة وأمة‬....‫ الذي فضله هللا به على كثير ممن خلق‬..‫ لترفعه إلى المكان الالئق به‬،‫الكائن البشرية كله‬
‫ وتقوم في األرض أمة ال إله إال هللا‬،‫ ”األرض المجتمع الصالح الذي يريده هللا‬Sesungguhnya Allah tidak menurunkan
kalimat la ilaha illallah hanya untuk sekedar diucapkan oleh lisan belaka. Tetapi agar kalimat itu
berpengaruh dalam kehidupan nyata ummat manusia dan mengangkatnya ke tempat yang layak sesuai
dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada mereka… kalimat ini membimbing individu, kelompok dan
ummat agar menjadi suatu masyarakat yang berguna sesuai dengan keinginan Allah.

Demikianlah komitmen ketauhidan, ia tidak sekedar mengatur hubungan individu secara vertikal kepada
Allah ta’ala, melainkan juga mencakup hubungan horizontal dengan sesama manusia dan seluruh
makhluk, dan hubungan-hubungan ini harus sesuai dengan kehendak Allah. Dr. Amin Rais
berpendapat[4], “Allah berkehendak memberikan visi kepada manusia tauhid untuk membentuk suatu
masyarakat yang mengejar nilai-nilai utama dan mengusahakan tegaknya keadilan sosial. Pada gilirannya
visi ini memberikan inspirasi bagi manusia-manusia tauhid untuk mengubah dunia sekelilingnya sesuai
dengan kehendak Allah”
Pembebasan masyarakat dari penghambaan kepada selain Allah akan membawa perubahan besar
kearah kemajuan masyarakat. Hal ini di karenakan pandangan hidup tauhid tidak mempertentangkan
antara dunia dan akhirat, antara yang nyata dan yang ghaib, yang imanen (berada dalam kesadaran) dan
yang transcendental(bersifat ghaib), antara jiwa dan raga. Bahkan konsep Islam tentang hal-hal tersebut
di atas sangat jelas dan rasional. Berbeda dengan keyakinan lain selain tauhid.

Dari berbagai pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa pembebasan masyarakat dari penghambaan
kepada selain Allah berfungsi mentransformasikan masyarakat menjadi memiliki sifat-sifat yang mulia
yang terbebas dari belenggu ideologi, sosial, politik, ekonomi dan budaya yang bertentangan dengan
ketauhidan.

2. Mengorganisir Masyarakat untuk Menghilangkan Kejahiliyahan.

Sayyid Quthb menuliskan,

“ ‫ ويعملون‬...،‫ ال يتمثلون في تجمع عضوي متناسق متعاون‬،‫ال يتحقق بمجرد قيام القاعدة النظرية في قلوب أفراد مهما> تبلغ كثرتهم‬
‫”هذا تحت قيادة مستقلة عن قيادة المجتمع الجاهلي‬

“Masyarakat Islam tidak tidak dapat hadir secara sederhana dalam menegakkan kaidah-kaidah
keyakinan (syahadat) dalam hati individu-individu muslim sebanyak apapun jumlah mereka, tanpa
mereka menjadi sebuah kelimpok yang aktif, serasi dan bekerjasama dan bekerja di bawah
kepemimpinan sendiri terbebas dari kepemimpinan jahiliyyah”[5]

Inilah pergerakan yang konstruktif yang memindahkan unsur keyakinan kepada perilaku praktis. Tentu
saja hal ini tidak akan terwujud hanya dengan penjelasan lisan atau tabligh semata melainkan juga
melalui pewarisan nilai-nilai atau yang dikenal dengan pendidikan dan pembinaan.

Hasan al Banna[6] menyebut proses ini adalah “ ‫التكوين وتخير األنصار وإعداد الجنود وتعبئة الصفوف من بين هؤالء‬
‫ ”المدعوين‬pembentukan dan penempatan para juru da’wah Islam, mengordinasikan serta
menggerakkannya untuk menjalin hubungan dengan masyarakat luas sebagai objek da’wah.

Allah ta’ala mensifati mereka yang bekerjasama dalam menyeru kepada kebaikan sebagai khairu
ummah. Allah berfirman dalam surat ali Imran 104,
َ ‫ان َخيْرً ا لَ ُه ْم ِم ْن ُه ُم ْالم ُْؤ ِم ُن‬
‫ون‬ ِ ‫ون ِباهَّلل ِ َولَ ْو آ َم َن أَهْ ُل ْال ِك َتا‬
َ ‫ب لَ َك‬ َ ‫اس َتأْ ُمر‬
َ ‫ُون ِب ْال َمعْ رُوفِ َو َت ْن َه ْو َن َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َو ُت ْؤ ِم ُن‬ ْ ‫ُك ْن ُت ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ ‫ت لِل َّن‬
َ ُ‫َوأَ ْك َث ُر ُه ُم ْال َفاسِ ق‬
‫ون‬

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.

Prof. Dr. Miqdad Yaljun[7] menguraikan bahwa masyarakat terbaik atau khairu ummah memiliki
berdasarkan karakteristiknya yaitu, Pertama, Masyarakat yang senantiasa memiliki semangat
meyebarkan kebaikan. Kedua, masyarakat yang memilki semangat ukhuwwah insaniyyah. Ketiga,
masyarakat yang senantiasa memperluas persatuan dan kekuatan. Keempat, masyarakat yang
berorientasi kepada kemaslahatan bersama. Kelima, masyarakat yang memiliki semangat tunduk pada
peraturan. Keenam, masyarakat yang semangat meraih kemajuan di berbagai bidang.

Sedangkan Sayyid Quthb[8] menafsirkan masyarakat terbaik adalah dari aspek gerak da’wahnya yang
begitu membumi, “‫ لها مقام‬.‫ أمة ذات دور خاص‬.‫ حركة تخرج على مسرح الوجود أمة‬.‫ لطيفة الدبيب‬،‫إنها حركة خفية المسرى‬
‫ ولها حساب> خاص‬،‫ ”خاص‬Ia adalah suatu gerakan yang halus yang rahasia, suatu gerakan yang indah yang
merayap perlahan, namun gerakan ini sanggup mengeluarkan ummat kepentas dunia, ummat yang
memiliki peranan khusus, maqam khusus dan hisab yang khusus pula.

Karena dalam perspektif Sayyid Quthb da’wah tak mesti harus melalui podium-podium, disambut oleh
banyaknya pendengar atau gebyar kegiatan yang meriah. Melainkan da’wah merayap secara masif
melalui keluhuran akhlaq setiap da’inya. Senantiasa berwajah ceria, memuliakan tetangga, menghormati
yang tua, menyayangi yang muda, menutup aib saudaranya, meringankan beban orang lain, dsb adalah
gerakan da’wah indah yang merayap perlahan namun masif.

Al mawardi mengatakan, “]9[”‫ أَصْ لِحْ َن ْف َسك لِ َن ْفسِ ك َي ُكنْ ال َّناسُ َت َبعًا لَك‬perbaikilah dirimu niscaya manusia akan
mengikutimu. Muhammad Mahmud al Hijazi berkata “ ‫ وال شك أن مرتبة دعوة الغير إلى‬،‫أصلح نفسك ثم ادع غيرك‬
]10[”‫ وال يلقاها إال أفراد قالئل زكت نفوسهم وطهرت أرواحهم وامتألت إيمانا ويقينا‬،‫ الهدى والخير مرتبة عالية‬perbaikilah
dirimu kemudian serulah kepada orang lain, dan jangan ragu sesungguhnya berda’wah kepada orang
lain hingga mendapatkan petunjuk dan kebaikan adalah dejarat yang tinggi, dan derajat yang mulia itu
tidak diberikan Allah kecuali kepada sebagian kecil manusia yang mensucikan jiwa dan ruhnya serta
memenuhi dirinya dengan iman dan keyakinan.
Pendapat lain tentang masyarakat terbaik adalah yang dikemukakan oleh al Qurthubi. Penyebab
generasi pertama disebut sebagai masyarakat terbaik adalah karena kerapihan mereka bekerjasama
dalam kebaikan, bahwasanya Abu Hurairah ra berkata[11], “ ‫اس َنسُوقُ ُه ْم ِبال َّساَل سِ ِل إِلَى اإْل ِسْ اَل ِم‬
ِ ‫اس لِل َّن‬
ِ ‫” َنحْ نُ َخ ْي ُر ال َّن‬
Kami manusia terbaik diantara manusia karena mengajak manusia secara terkoordinir kepada Islam.”

Hamzah Manshur berkata[12],” ‫”إن الرسالة العظيمة تحتاج إلى قدر عال من االلتزام للنهوض بها‬. “Sesungguhnya
risalah yang agung ini membutuhkan semua kekuatan terbaik dari komitmen untuk kebangkitannya.

Demikianlah da’wah membangun masyarakat Islam, ia merupakan sebuah kerja besar yang
membutuhkan banyak sumber daya. Selanjutnya Hamzah Manshur menambahkan, “da’wah merupakan
kepentingan mulia yang mendesak, jalan yang tidak terukur, jalur sulit pendakian yang banyak. Hal ini
akan menumbuhkan keragu-raguan bersikap dan keinginan menarik diri dari aktifitas amal.” Lemahnya
perencanaan, minimnya keteladanan, serta tujuan yang samar adalah bukti pentingnya
pengorganisasian da’wah.

Allah ta’ala berfirman dalam surat yusuf ayat 108,

َ ‫ان هَّللا ِ َو َما أَ َنا م َِن ْال ُم ْش ِرك‬


‫ِين‬ َ ‫ير ٍة أَ َنا َو َم ِن ا َّت َب َعنِي َو ُسب َْح‬
َ ِ‫قُ ْل َه ِذ ِه َس ِبيلِي أَ ْدعُو إِلَى هَّللا ِ َعلَى بَص‬

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada
Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".

Inilah jalan da’wah yang Rasulullah teladankan bagi kita, ia memiliki beberapa unsur, gerak da’wah yang
berkesinambungan, tujuan yang jelas, metode yang paripurna, pemimpin-pemimpin yang ikhlas dan
para aktivis da’wah yang siap sedia.

3. Menjadikan Islam sebagai Landasan Prilaku Individu dan Hubungan Antar sesama
dalam Masyarakat.

Sayyid Quthb menuliskan dalam Ma’alim fith Thariq,

“‫ ويجعل‬،‫ ويقيم وجودها على أساس التجمع العضوي الحركي‬،‫ وهو يبني األمة المسلمة على هذه القاعدة وفق هذا المنهج‬- ‫فإن اإلسالم‬
‫ وإعالءها على جميع الجوانب األخرى‬،‫ إنما كان يستهدف إبراز " إنسانية اإلنسان " وتقويتها وتمكينها‬- ‫آصرة هذا التجمع هي العقيدة‬
‫”في الكائن اإلنساني‬

“Di atas kaidah dan manhaj Islam masyarakat di tegakkan, menjadi landasan bagi hubungan-hubungan
antar individu-individu dalam kelompok dan terikat atas aqidah ini. Tidak lain tujuan utamanya adalah
membangkitkan semangat kemanusiaan bagi manusia, mengembangkan, membuatnya menjadi kokoh,
dan menjadi factor yang paling berpengaruh diantara semua aspek dalam kehidupan manusia.”[13]

Tahapan ini merupakan tahapan yang progresif bagi soliditas masyarakat Islam. Berdasarkan Islam
mereka selalu melakukan penilaian terhadap kualitas kehidupannya, etika, tradisi dan faham hidupnya.
Tujuan hidupnya sangat jelas, ibadah, kerja keras dan bahkan jiwanya ditujukan kepada Allah. Sehingga
setiap individu dalam masyarakat Islam tidak akan pernah terjerat pada nilai-nilai palsu atau bekerja
tanpa nilai yang hakiki yaitu mencari keridhaan Allah.

Kembali kepada kemurnian pemahaman, ibadah serta nilai-nilai perjuangan adalah jalan yang
seharusnya ditempuh oleh masyarakat muslim. Hilangnya ashobiyah, tidak ada dosa warisan dan setiap
orang bertanggung jawab terhadap amal masing-masing, perintah taat hanya pada kebenaran
memberikan batasan yang jelas dan lugas akan posisi kemuliaan dalam Islam. Bahwa kemuliaan dalam
Islam bukanlah karena nasab, dan dapat diraih dengan upaya normal manusia serta kemuliaan diukur
dengan ketakwaan menginspirasi semangat ibadah dan pengorbanan.

Maka hubungan dalam masyarakat Islam bukanlah hubungan bangsa melainkan suatu ummat dari
keyakinan, masyarakat terbentuk di atas satu pijakan yang sama dalam hubungan kasih sayang dimana
ikatan tersebut terbentuk karena kekuatan hubungan mereka kepada Allah.

Menjadikan Islam sebagai landasan prilaku dan hubungan dalam masyarakat juga menjamin terciptanya
masyarakat yang berkeadilan secara mutlak. Perlindungan harta dan kehormatan, jaminan keamanan
serta kesamaan di hadapan hukum adalah bukti pencapaian yang tinggi dari syari’at Islam.

Kesimpulan

Untuk kebangkitannya kembali masyarakat Islam menghadapi tugas berat yang perlu keikhlasan dan
kerjasama semua kelompok pejuang da’wah. Kemunduran ummat Islam yang disebabkan bertumpuknya
persoalan intern dan ekstern memerlukan upaya yang bersungguh-sungguh. Sehingga harus dikerjakan
secara terencana, bertahap dan berkesinambungan, terwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Hal pertama yang perlu dilakukan dari kebangkitan kembali masyarakat Islam adalah menjelaskan
tuntutan kalimat la ilaha illallah serta membebaskan masyarakat dari penghambaan kepada selain Allah.
Upaya propaganda, penyiaran dan penyebaran kabar-kabar gembira tentang Islam harus dilakukan
seiring dengan upaya pendidikan, pengkaderan dan pelimpahan tanggung jawab da’wah bersama.

Terakhir adalah berupaya menjadikan Islam sebagai landasan dalam prilaku individu maupun hubungan
antar sesama, dalam pengertian ini adalah kekuatan aqidah, keadilan syari’at, dan keindahan akhlaq
terjelma dalam masyarakat Islam.

2. Struktur masyarakat muslim

Anda mungkin juga menyukai