Anda di halaman 1dari 2

Deformasi 15117048 | Bob Gamaliel Marbun

1. Analisis dimana akan menempatkan titik referensi ketika ingin melakukan monitoring
land subsidence di wilayah Jakarta, Bandung, dan Semarang!
Jawab: Dalam Penentuan titik referensi untuk melakukan monitoring land subsidence,
diupayakan lokasinya berada pada tempat yang stabil, oleh karena itu diupayakan
lokasinya jangan berada pada wilayah pesisir yang tanahnya relatif aluvial. Hal ini
diperlukan agar mendapatkan monitoring yang konsisten.
Jadi untuk wilayah Jakarta menurut saya lokasi yang tepat untuk menempatkan
titik referensi adalah titik di selatan Jakarta, sebagaimana diketahui bahwa wilayah utara
Jakarta merupakan pesisir yang mana wilayahnya kurang stabil untuk digunakan sebagai
tempat peletakan titik referensi.
Untuk wilayah Bandung sendiri lokasi yang menurut saya tepat sebagai tempat
peletakan titik referensi adalah kampus ITB karena koordinatnya telah diketahui dan
sering dilakukan survei untuk menjaga kualitas referensinya.
Untuk wilayah Semarang menurut saya lokasi titik referensi mirip seperti di
Jakarta yang mana daerah utaranya merupakan pesisir, sehingga titik referensinya
sebaiknya berada di sebelah selatannya, yakni bisa di daerah Ungaran.
Perlu diketahui juga, lokasi tempat titik referensi diupayakan tidak terlalu jauh
dari titik yang akan dimonitor.
2. Referensi lokasi land subsidence di Indonesia!
Jawab:
 Land subsidence di Jakarta: Abidin, Hasanuddin Z. & Andreas, Heri & Gumilar,
Irwan & Fukuda, Yoichi & Pohan, Yusuf & Deguchi, T.. (2011). Land subsidence of
Jakarta (Indonesia) and its relation with urban development. Natural Hazards. 59.
10.1007/s11069-011-9866-9.
 Land subsidence di Semarang: Abidin, Hasanuddin Z. & Andreas, Heri & Gumilar,
Irwan & Sidiq, Teguh. (2010). Studying Land Subsidence in Semarang (Indonesia)
Using Geodetic Methods.
 Land subsidence di Bandung: Abidin, Hasanuddin Z. & Andreas, Heri & Gumilar,
Irwan & Wangsaatmaja, S & Fukuda, Yoichi & Deguchi, T.. (2009). Land subsidence
and groundwater extraction in Bandung Basin, Indonesia. IAHS-AISH Publication.
329.
 Di beberapa wilayah di Indonesia: https://tekno.tempo.co/read/1284099/tim-geodesi-
itb-temukan-penurunan-tanah-di-23-daerah-mana-saja/full&view=ok.
3. Buat resume yang menjelaskan bahwa penanganan land subsidence adalah dengan
menghentikan atau membatasi pengambilan air tanah!
Jawab:
Referensi yang saya pilih adalah studi penurunan muka tanah (land subsidence) di
DKI Jakarta
Sumber: Hutabarat, Lolom Evita. Studi Penurunan Muka Tanah (Land
Subsidence) Akibat Pengambilan Air Tanah Berlebih di DKI Jakarta (2017).
Penelitian ini dilakukan oleh tim dosen Universitas Kristen Indonesia (UKI),
dengan tujuan mengetahui pengaruh antara pengambilan air tanah terhadap land
subsidence di Jakarta. Penelitian untuk mengetahui penurunan muka tanah dilakukan
Deformasi 15117048 | Bob Gamaliel Marbun

dengan menggunakan metode pengamatan land subsidence yaitu dengan menggunakan


metode GPS geodetic, Instrumentasi (ekstensometer) pada sumur pengamatan, dan
Sumur pengamatan secara visual. Tidak dijelaskan persebaran titik dalam pengamatan
menggunakan metode GPS.
Dalam studi ini dibandingkan variable besar air tanah yang diambil dengan
variable besarnya penurunan muka tanah. Jadi dihasilkan bahwa pengambilan volume air
tanah yang lebih tinggi akan semakin memperluas penurunan muka tanah (subsidence)
yang terjadi di zona merah. Dibandingkan antara tingkat penurunan air tanah 0,3m/tahun
dan 1,5m/tahun jelas terlihat bahwa penurunan elevasi air tanah memiliki korelasi kuat
dengan meningkatnya penurunan tanah di zona merah disekitar Jakarta utara. Maka bisa
dikatakan penurunan muka tanah (land subsidence) sangat terkait dengan adanya
pengambilan air tanah dalam.

Kesimpulan: Dari referensi tersebut dapat dilihat bahwa penanganan land subsidence
adalah dengan menghentikan atau membatasi pengambilan air tanah.

Anda mungkin juga menyukai