Anda di halaman 1dari 23

KETUBAN PECAH DINI

MAKALAH

DISUSUN OLEH :

OLSY ROSMEIRE PAAT

20180811024035

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur saya panjatkan kepada Tuhan YME , atas berkat dan karunia-Nya
saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Ketuban Pecah Dini “ tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Maternitas II, dengan ibu Ns. Diyah Astuti Nurfa’izah. M.Kep sebagai dosen pengampu.

Semoga makalah ini dapat diterima dan digunakan sebagai referensi untuk siapapun
yang membacanya, saya menyadari bahwasanya makalah ini masih jauh dari kata sempura,
karena kesempurnaan hanya milik Tuhan.

Saran dan masukan sangat saya butuhkan untuk berkembangnya makalah ini agar
menjadi lebih baik.

Jayapura,18 Febuari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................2
BAB I............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................5
1.3 Tujuan.........................................................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................................6
ISI.................................................................................................................................................6
2.1 Definisi........................................................................................................................6
2.2 Etiologi........................................................................................................................7
2.3 Manifestasi Klinik......................................................................................................8
2.4 Patofisiologi................................................................................................................8
2.5 Pengaruh Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan.................10
2.6 Komplikasi................................................................................................................11
2.7 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................11
ASUHAN KEPERAWATAN...........................................................................................................12
BAB III........................................................................................................................................22
PENUTUP...................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan...............................................................................................................22
3.2 Saran.........................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Selama masa kehamilan kesehatan ibu dan janin harus dijaga dengan baik karena
terdapat gangguan maupun penyulit yang dapat menyerang sewaktu-waktu. Gangguan
tersebut lambat laun dapat mengakibatkan kelainan atau komplikasi kehamilan. Biasanya
hal ini akan diawali dengan tanda bahaya kehamilan yang mucul. Tanda bahaya
kehamilan merupakan suatu tanda bahaya atau risiko lebih besar dari pada biasanya (baik
bagi ibu maupun janinnya, akan terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun
sesudah persalinan (Tiran, 2007).
Pada sistem reproduksi terdapat masalah-masalah kesehatan yang dapat menjadi
penyulit dalam persalinan, antara lain adalah kelainan letak kehamilan, kehamilan ganda,
hiperemesis gravidarum dan termasuk ketuban pecah dini. Salah satu dari masalah
reproduksi yang dapat berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan adalah ketuban
pecah dini (KPD).
Menurut Nur Rohmawati dan Arulita Ika Fibriana tahun 2017, jumlah kasus ketuban
pecah dini di RSUD Tugurejo merupakan salah satu jumlah kasus tertinggi (43,1%)
dibandingkan dengan jumlah kasus komplikasi persalinan lainnya seperti pendarahan
anterpartum, postpartum, pre-eklamsia berat, dan preeklamsia. Jenis penelitian ini adalah
observasional analitik dengan rancangan case-control. Sampel yang ditetapkan sebesar
46 kasus dan 46 kontrol dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan
menggunakan uji chi-square. Hasil menunjukkan ada hubungan antara malposisi
(malpresentasi) janin (p value = 0,019), umur ibu (p value = 0,033), paritas (p value =
0,003), riwayat KPD (p value = 0,005), status pekerjaan ibu (p value = 0,019), status
anemia (p value = 0,010), paparan asap dan perilaku merokok ibu (p value =
0,004)dengan kejadian ketuban pecah dini. Tidak ada hubungan antara kehamilan
kembar (ganda) (p value = 0,31), riwayat keturunan (p value = 0,315), riwayat keguguran
berulang dengan kejadian ketuban pecah dini (p value = 0,358).

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi KPD ?
2. Apa etiologi dari KPD ?
3. Apa saja manifestasi klinis pada KPD ?
4. Bagaimana patofisiologi dari KPD ?
5. Apa pengaruh KPD terhadap kehamilan dan persalinan ?
6. Apa saja komplikasi pada KPD ?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang pada KPD ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa definisi KPD
2. Mengetahui apa etiologi KPD
3. Mengetahui apa manifestasi klinis pada KPD
4. Mengetahui apa patofisiologi dari KPD
5. Mengetahui apa pengaruh KPD terhadap kehamilan dan persalinan
6. Mengetahui apa komplikasi pada KPD
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada KPD

5
BAB II

ISI

2.1 Definisi

Ketubah Pecah Dini adalah kelainan kehamilan di mana ketuban yang seharusnya
pecah dan keluar karena kontraksi rahim menjelang persalinan justru pecah sebelum
saat persalinan tiba (Arantika Meidya Pratiwi, Fatimah, 2019).

Air ketuban berfungsi sebagai pelindung yang akan menahan janin dari trauma
akibat benturan. melindungi dan mencegah tali pusat dari kekeringan, yang dapat
menyebabkannya mengerut sehingga menghambat penyaluran oksigen melalui darah
ibu ke janin, berperan sebagai cadangan cairan dan sumber nutrien bagi janin untuk
sementara, memungkinkan janin bergerak lebih bebas, membantu sistem pencernaan
janin, sistem otot dan tulang rangka, serta sistem pernapasan janin agar berkembang
dengan baik. Selaput ketuban dengan cairan ketuban di dalamnya merupakan penahan
janin dan rahim terhadap kemungkinan infeksi.

Ketuban pecah dini (KPD) atau ketuban pecah sebelum waktunya (KPSW)
didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal
ini dapat terjadi pada kehamilan aterm maupun pada kehamilan preterm
(Purwaningtyas, 2017).
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tanda-tanda
persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan
< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu
(Winkjosastro, 2011).
Ketuban pecah dini adalah keadan pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan.
Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya
melahirkan (Sarwono, 2010).
Ketuban pecah dini atau PROM (Premature Rupture Of Membran) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah 1 jam
tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya (Legawati, Riyanti,
2018).

6
Kesimpulannya Ketuban Pecah Dini atau premature ruptura of membranes
(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum waktu persalinan
maupun waktu persalinan yang cukup.

2.2 Etiologi.

Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui secara pasti. Tetapi ada
berbagai faktor yang berhubungan erat dengan ketuban pecah dini. Adapun yang
menjadi faktor adalah :

1. Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot


leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka
ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang
semakin besar (Manuaba, 2009).
2. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik permulaan berasal dari
vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus.
3. Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan
gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya
ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi karena jumlahnya berlebih, isi
rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban) relative kecil sedangkan
dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput
ketuban tipis dan mudah pecah (Saifudin. 2006).
4. Hidramnion: adalah jumlah cairan amnion >2000mL. Uterus dapat mengandung
cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan
jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume
tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam
waktu beberapa hari saja.
5. Kelainan letak janin dalam Rahim seperti, letak sungsang dan letak lintang
6. Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme yang
meyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi menyebabkan terjadinya
proses biomekanik pada selaput ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga
memudahkan ketuban pecah.
7. Benturan dari luar seperti kecelakaan kerja (Arantika Meidya Pratiwi, Fatimah,
2019).

7
2.3 Manifestasi Klinik
Demam bila sudah ada infeksi, janin mudah diraba, Inspekulo : tampak air
ketuban mengalir atau selaput ketuban tidak ada dan air ketuban sudah kering.
Keluarnya cairan berwarna putih dengan bau yang khas. Biasanya cairan ini akan
keluar begitu saja tanpa bisa ditahan atau dikendalikan. Bisa disertai dengan rasa sakit
karena kontraksi layaknya akan datang masa persalinan atau rasa sakit tertentu lainnya
(Arantika Meidya Pratiwi, Fatimah,, 2019).
Keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau
amis dan tidak seperti bau amoniak, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah.
Demam, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda
infeksi yang terjadi (Saifuddin 2010).

2.4 Patofisiologi
Mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi pembukaan premature
serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah kulit ketuban
mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis sehingga
jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya pecah daya
tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim
proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.

Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) menjelaskan bahwa KPD


biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan peningkatan tekanan intra
unterine ataupun karena sebab keduanya. Kemungkinan tekanan intrauterine yang kuat
adalah penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air ketuban.
Hubungan serviks inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa cervik yang
inkompeten adalah leher rahim yang tidak mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat
menahan kehamilan.
Selain karena infeksi dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan sexual pada
kehamilam tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin
yang terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena
faktor trauma saat hubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD
karena uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua plasenta
dan jumlah air ketuban yang lebih banyak.

8
Selain premature ruptura of membranes (PROM), ada juga ketuban pecah dini
sebelum waktu melahirkan normal yang disebut preterm premature ruptura of
membranes (PPROM), jika ketuban pecah sebelum kehamilan berusia 23 minggu, paru-
paru janin kemungkinan tidak berkembang dan menyebabkan janin tidak bisa bertahan
hidup. Walaupun janin bertahan hidup, kemungkinan mengalami cacat fisik ketika
dilahirkan. Janin berisiko mengalami beberapa masalah, seperti :
1. Penyakit paru-paru, sebelum usia kehamilan 23 minggu, janin
membutuhkan air ketuban agar paru-paru dapat berkembang secara
normal. Apabila KPD, janin akan kehilangan air ketuban yang cukup
banyak sehingga menghambat perkembangan paru-parunya. Hal ini dapat
meningkatkan risiko penyakit paru pada janin, salah satunya hipoplasia
paru. Paru-paru bayi yang lahir prematur akibat KPD adalah kondisi yang
umumnya membuat janin memiliki lebih sedikit sel paru-paru, saluran
udara, dan alveoli
2. Hidrosefalus adalah kondisi yang ditandai oleh ukuran kepala janin yang
membesar secara tidak normal akibat adanya penumpukan cairan di otak.
Penyebab pasti terjadinya bawaan sampai sekarang masih belum jelas.
Biasanya terjadi pada kehamilan muda dan disebabkan oleh :
 Kekurangan oksigen / hipoksia
 Adiasi
 Kekurangan nutrisi
 Radang atau infeksi
 Cidera / trauma
 Obat-obatan
3. Celebral palsy adalah kelainan gerakan, tonus otot, ataupun postur yang
disebabkan oleh kerusakan yang terjadi pada otak yang belum matang dan
berkembang, paling sering sebelum kelahiran.
4. Gangguan perkembangan

Selain dari risiko yang terjadi, janin bahkan akan mengalami kematian,
dikarenakan ketika ketuban pecah, tali pusat akan terjepit sehingga tali pusat tidak bisa
mensuplai nutrisi dan oksigen pada janin bahkan, tali pusat dapat melilit leher janin.
Sehingga, jika janin tidak cepat dikeluarkan dari rahim, janin akan mengalami kematian.

9
2.5 Pathways

2.6 Pengaruh Ketuban Pecah Dini Terhadap Kehamilan dan Persalinan


a. Pengaruh Terhadap Janin
Walaupun ibu belum menunjukkan gejala infeksi, tapi janin mungkin sudah
terkena infeksi, karena infeksi intra uteri lebih dulu terjadi (amnionitis, vaskulitis)
sebelum gejala pada ibu dirasakan.
b. Pengaruh Terhadap Ibu
Karena jalan telah terbuka antara lain akan dijumpai infeksi intrapartum apabila
terlalu sering dilakukan periksa dalam, infeksi puerperalis dan peritonitis dan
siptikemi.

10
2.7 Komplikasi
Pada ibu akan terjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang secara spesifik
permulaan berasal dari vagina, anus, atau rectum dan menjalar ke uterus, meningkatnya
angka kematian pada ibu. Pada bayi akan terjadi hipoksia dan asfiksia, karena dengan
pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat (Sarwono 2010).
Hal yang paling sering terjadi pada komplikasi KPD adalah terpaksanya bayi
untuk dlahirkan. Kelahiran dini atau bayi prematur biasanya tidak terelakan dari kondisi
ini. Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah masuknya kuman dan menginfeksi
rahim. Infeksi ini akan mengganggu kondisi bayi dan mungkin menyebabkan sepsis
pada bayi yakni keadaan terinfeksinya darah bayi sehingga dapat mengancam
kesehatan total maupun merusak salah satu organ tubuh bayi. Akibat paling buruk
adalah kematian setelah kelahiran lainnya (Arantika Meidya Pratiwi, S.ST., M.Kes,
Fatimah, S.Sit., M.Kes, 2019).

2.8 Pemeriksaan Penunjang


1. Pemeriksaan laboratorium
Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau dan pH
nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban mungkin juga urine atau
sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5, dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning.
a) Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi biru
menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 – 7,5, darah dan
infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif palsu.
b) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas objek dan
dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran daun
pakis.

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG).


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum
uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit. Namun sering
terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.
Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya, namun
pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa dan pemeriksaan
sedehana.

11
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas atau biodata klien
Meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa, status
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit nomor register, dan
diagnosa keperawatan.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung, hipertensi, DM,
TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelun inpartus didapatkan cairan ketuban yang keluar
pervagina secara spontan kemudian tidak diikuti tanda-tanda persalinan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT, TBC,
penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut diturunkan kepada
klien
d. Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas  biasanya cemas bagaimana cara merawat bayinya, berat
badan yang semakin meningkat dan membuat harga diri rendah.

3. Pola-pola fungsi kesehatan


a. Pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini, dan cara
pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya mrnjaga kebersihan
tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam perawatan dirinya.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena dari
keinginan untuk menyusui bayinya.

12
c. Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya,
terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah,
pada klien nifas didapatkan keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan
dan nyeri.
d. Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering /susah kencing
selama masa nifas yang ditimbulkan karena terjadinya odema dari trigono, yang
menimbulkan inveksi dari uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena
penderita takut untuk melakukan BAB.
e. Pola istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur karena adanya
kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
f. Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang
lain.
g. Pola penagulangan sters
Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas.
h. Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka janhitan dan nyeri
perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi
kurangnya pengetahuan merawat bayinya
i. Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-lebih
menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi  perubahan konsep diri
antara lain dan body image dan ideal diri
j. Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual atau fungsi
dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
k. Pola tata nilai dan kepercayaan
Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah persalinan klien akan
terganggu dalam hal ibadahnya karena harus bedres total setelah  partus
sehingga aktifitas klien dibantu oleh keluarganya.

13
 Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang terdapat adanya
cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b. Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tiroid, karena adanya
proses menerang yang salah.
c. Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kuning.
d. Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana kebersihanya, adakah
cairan yang keluar dari telinga.
e. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadang-kadang ditemukan
pernapasan cuping hidung
f. Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola mamae
dan papila mamae.
g. Abdomen
Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih terasa nyeri.
Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h. Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
i. Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena ruptur.
j. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya
uterus, karena preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.

14
k. Muskulus skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak karena adanya luka
episiotomi.
l. Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun, nadi cepat,
pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

B. Penatalaksanaan
Ketuban pecah dini merupakan sumber persalinan prematuritas, infeksi dalam
rahim terhadap ibu maupun janin yang cukup besar dan potensiil. Oleh karena itu,
tatalaksana ketuban pecah dini memerlukan tindakan yang rinci sehingga dapat
menurunkan kejadian persalinan prematuritas dan infeksi dalam rahim.
Memberikan profilaksis antibiotika dan membatasi pemeriksaan dalam merupakan
tindakan yang perlu diperhatikan. Di samping itu makin kecil umur kehamilan, makin
besar peluang terjadi infeksi dalam rahim yang dapat memacu terjadinya persalinan
prematuritas bahkan berat janin kurang dari 1 kg.
Sebagai gambabaran umum untuk tatalaksana ketuban pecah dini dapat dijabarkan
sebagai berikut:
 Mempertahankan kehamilan sampai cukup matur khususnya maturitas paru
sehingga mengurangi kejadian kegagalan perkembangan paru yang sehat.
 Terjadi infeksi dalam rahim, yaitu korioamnionitis yang menjadi peicu sepsis,
meningitis janin, dan persalinan prematuritas.
 Dengan perkiraan janin sudah cukup besar dan persalinan diharapkan
berlangsung dalam waktu 72 jam dapat diberikan kortikosteroid, sehingga
kematangan paru janin dapat terjamin (Manuaba, 2006).

15
Berikut bagan penatalaksaan ketuban pecah dini:

Masuk Rumah Sakit :


-Antibiotik
-Batasi pemeriksaan dalam
-Pemeriksaan air ketuban, kultur dan bakteri
-Observasi tanda infeksi dan distres janin

HAMIL PREMATUR HAMIL ATERM


 Observasi:
- Suhu rektal
KELAINAN OBSTETRI LETAK KEPALA
- Distres janin
- Distres janin - Letak sunsang
 Kortikosteroid
- Letak lintang - CPD INDIKASI INDUKSI
- Bed obtetic hyst  Infeksi
- Infertilitas  Waktu
- Grandemultipara
- Elderly primigravida
- Persalinan obstruktif
SEKSIO SESAREA GAGAL
 Reaksi uterus tidak ada
BERHASIL
 Kelainan letkep
 Fase laten dan aktif dan memanjang  Persalinan
 Distres janin pervaginal
 Ruptur uteri imminens
 Ternyata CPD

C. Analisa data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
Ds : klien mengeluh terasa nyeri His yang berulang Nyeri Akut
(skala 5) pada vagina dan terasa ꜜ
kencang
Peningkatan kontraksi dan
pembukaan serviks uteri
Do : klien tampak meringis
kesakitan, wajah pucat dan ꜜ

16
berkeringat Mengiritasi Uterus


Stimulasi Nyeri


Nyeri

Ds : klien mengatakan keluar cairan Tidak adanya pelindung Risiko Infeksi


merembes melalui vagina dunia luar dengan rahim


Do :
Mudahnya organisme masuk
1. cairan jernih keluar
secara asenden
pervaginam (+)
2. His (+) 2x/10 menit ꜜ
Risiko infeksi
Ds : klien mengatakan cemas dengan Klien tidak mengetahui Ansietas
kondisi janinnya penyebab dan akibat ketuban
pecah dini
Do : klien sering bertanya apakah ꜜ
kondisi janinnya tidak apa-apa
Kecemasan terhadap
kesehatan janin dan ibu


Ansietas

17
D. Diagnosa dan Rencana Keperawatan

1) Nyeri akut b.d agen cidera


Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/  Masalah Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Kolaborasi Hasil
Nyeri akut berhubungan dengan: NOC : NIC :
Agen injuri (biologi, kimia, fisik,  Pain Level,  Lakukan pengkajian nyeri
psikologis), kerusakan jaringan  Pain control, secara komprehensif  termasuk
DS:  Comfort level lokasi, karakteristik, durasi,
- Laporan secara verbal Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan faktor
DO: tindakan keperawatan presipitasi
- Posisi untuk menahan nyeri selama …. Pasien tidak  Observasi reaksi nonverbal
- Tingkah laku berhati-hati mengalami nyeri, dengan dari ketidaknyamanan
- Gangguan tidur (mata sayu, tampak kriteria hasil:  Bantu pasien dan keluarga
capek, sulit atau gerakan kacau,  Mampu mengontrol nyeri untuk mencari dan
menyeringai) (tahu penyebab nyeri, menemukan dukungan
- Terfokus pada diri sendiri mampu menggunakan  Kontrol lingkungan yang dapat
- Fokus menyempit (penurunan tehnik  nonfarmakologi mempengaruhi nyeri seperti
persepsi waktu, kerusakan proses untuk  mengurangi nyeri, suhu ruangan, pencahayaan
berpikir, penurunan interaksi dengan mencari bantuan) dan kebisingan
orang dan lingkungan)  Melaporkan bahwa nyeri  Kurangi faktor presipitasi
- Tingkah laku distraksi, contoh : berkurang dengan nyeri
jalan-jalan, menemui orang lain menggunakan manajemen  Kaji tipe dan sumber nyeri
dan/atau aktivitas, aktivitas berulang- nyeri untuk menentukan intervensi
ulang)
 Mampu mengenali nyeri  Ajarkan tentang teknik non
- Respon autonom (seperti farmakologi: napas dala,
(skala, intensitas,
diaphoresis, perubahan tekanan relaksasi, distraksi, kompres
frekuensi dan tanda nyeri)
darah, perubahan nafas, nadi dan hangat/  dingin
 Menyatakan rasa nyaman
dilatasi pupil)
setelah nyeri berkurang  Berikan analgetik untuk
- Perubahan autonomic dalam tonus
 Tanda vital dalam rentang mengurangi nyeri: ……...
otot (mungkin dalam rentang dari
normal  Tingkatkan istirahat
lemah ke kaku)
 Tidak mengalami  Berikan informasi tentang
- Tingkah laku ekspresif (contoh :

18
nyeri seperti penyebab nyeri,
berapa lama nyeri akan
gelisah, merintih, menangis,
berkurang dan antisipasi
waspada, iritabel, nafas
ketidaknyamanan dari
panjang/berkeluh kesah)
prosedur
- Perubahan dalam nafsu makan dan
 Monitor vital sign sebelum dan
minum
sesudah pemberian analgesik
gangguan tidur pertama kali

2) Risiko infeksi (faktor risiko : infeksi intra partum, infeksi uterus berat, gawat janin)
Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/  Masalah Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Kolaborasi Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif 
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif 
control  Cuci tangan setiap sebelum
- Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan  Risk control Setelah dan sesudah tindakan
dilakukan tindakan keperawatan
- Malnutrisi
keperawatan selama......  Gunakan baju, sarung tangan
- Peningkatan paparan lingkungan
patogen pasien tidak mengalami sebagai alat pelindung
- Imonusupresi infeksi dengan kriteria  Ganti letak IV perifer dan
- Tidak adekuat pertahanan hasil: dressing sesuai dengan
sekunder (penurunan Hb,  Klien bebas dari tanda petunjuk umum
Leukopenia, penekanan respon
dan gejala infeksi  Gunakan kateter intermiten
inflamasi)
 Menunjukkan untuk  menurunkan infeksi
- Penyakit kronik 
kemampuan untuk kandung kencing
- Imunosupresi
mencegah timbulnya  Tingkatkan intake nutrisi
- Malnutrisi
infeksi  Berikan terapi antibiotik
- Pertahan primer tidak adekuat
(kerusakan kulit, trauma  Jumlah leukosit dalam  Monitor tanda dan gejala
batas normal infeksi sistemik dan lokal
 jaringan, gangguan peristaltik)
 Menunjukkan perilaku  Pertahankan teknik isolasi
hidup sehat k/p
 Status imun,  Inspeksi kulit dan membran

19
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
 Monitor adanya luka
 Dorong masukan cairan
 Dorong istirahat
 Ajarkan pasien dan keluarga
gastrointestinal, tanda dan gejala infeksi
genitourinaria dalam  Kaji suhu badan pada pasien
batas normal neutropenia setiap 4 jam

3) Kecemasan (ansietas) b.d perubahan dalam : status kesehatan

Rencana keperawatan
Diagnosa Keperawatan/  Masalah Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Kolaborasi Hasil
Kecemasan berhubungan dengan NOC : NIC :
Faktor keturunan, Krisis situasional, - Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
Stress, perubahan status kesehatan, - Koping (penurunan kecemasan)
ancaman kematian, perubahan Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan yang
konsep diri, kurang pengetahuan dan selama ………klien menenangkan
hospitalisasi kecemasan teratasi dgn  Nyatakan dengan jelas harapan
kriteria hasil: terhadap pelaku pasien
DO/DS:  Klien mampu  Jelaskan semua prosedur dan
- Insomnia mengidentifikasi dan apa yang dirasakan selama
- Kontak mata kurang mengungkapkan gejala prosedur
- Kurang istirahat cemas  Temani pasien untuk
- Berfokus pada diri sendiri  Mengidentifikasi, memberikan keamanan dan
- Iritabilitas mengungkapkan dan mengurangi takut
- Takut menunjukkan tehnik  Berikan informasi faktual
- Nyeri perut untuk  mengontol cemas mengenai diagnosis, tindakan
- Penurunan TD dan denyut nadi  Vital sign dalam batas prognosis
- Diare, mual, kelelahan normal  Libatkan keluarga untuk
- Gangguan tidur  Postur tubuh, ekspresi mendampingi klien
- Gemetar wajah, bahasa tubuh dan  Instruksikan pada pasien

20
untuk menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan penuh
- Anoreksia, mulut kering perhatian
- Peningkatan TD, denyut nadi, RR  Identifikasi tingkat kecemasan
- Kesulitan bernafas  Bantu pasien mengenal situasi
- Bingung yang menimbulkan kecemasan
- Bloking dalam pembicaraan  Dorong pasien untuk
- Sulit berkonsentrasi mengungkapkan perasaan,
tingkat aktivitas ketakutan, persepsi
menunjukkan  Kelola pemberian obat anti
berkurangnya kecemasan cemas:........

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ketuban Pecah Dini atau premature ruptura of membranes (PROM) adalah


pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum waktu persalinan maupun waktu
persalinan yang cukup. Penyebab dari ketuban pecah dini ada berbagai macam, tanda
dan gejala pada Ketuban Pecah Dini juga ada berbagai macam. Komplikasi yang
terjadi sangat membahayakan ibu dan janin, sebagai perawat kita harus cepat
menanggapi komplikasi yang terjadi pada ibu dan janin. Jadi, Ketuban Pecah Dini
bukan hal baru pada ibu hamil atau ibu hamil yang menjelang waktu melahirkan
sehingga harus di antisipasi dengan baik.

3.2 Saran
Ketuban Pecah Dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan
keluarganya. Perawat harus membantu wanita mengeksplorasi rasa takut yang
menyertai perkiraan kelahiran janin premature serta risiko tambahan korioamnionitis.
Rencana penatalaksanaan yang melibatkan kemungkinan periode tirah baring dan
hospitalisasi yang memanjang harus didiskusikan dengan wanita dan keluarganya.
Pemahaman dan kerja sama keluarga merupakan hal yang penting untuk kelanjutan
kehamilan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Legawati, Riyanti (2018). Determinan Kejadian Ketuban Pecah Dini (KPD) di ruang
cempaka RSUD Dr. Doris Sylvanus Palangkaraya. Jurnal Surya Medika Volume 3.No
2
Manuaba,Ida Ayu Chandranita,dkk.2006. Buku Ajar Patologi Obstetri Untuk Mahasiswa
Kebidanan.Jakarta: EGC.
Nanda International, Nursing Diagnosis: Deffintion & Classification 2009-2011.
Pratiwi Arantika,Fatimah. 2019. Patologi Kehamilan Memahami Berbagai Penyakit &
Komplikasi Kehamilan.Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Prawirohardjo,Sarwono.2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT.Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Purwaningtyas,dkk dan Galuh, N.P. 2017. Faktor kejadian anemia pada ibu hamil. Higea
1(3) : 46.
Rohmawati. Nur, Fibriana Arulita Ika. 2018. Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum
Daerah Ungaran. Higeia Journal of Public Health Research and Development 2 (1).
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta :Tridasa
Prater.
Sujiyatini. 2006. Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta : Pustaka Nuha Medika.
https://www.academia.edu> (doc) MAKALAH KPD KEL 4 kls 6B FIX – wardania isna –
Academia.edu
warungbidan.blogspot.com> 2017/09 Makalah Konsep Dasar Ketuban Pecah Dini (KPD) –
KTI Kebidanan

23

Anda mungkin juga menyukai