Pengukuran Konsentrasi Debu-Kelompok 7
Pengukuran Konsentrasi Debu-Kelompok 7
Pengukuran Konsentrasi Debu-Kelompok 7
Oleh :
Mia Luise Hafellina 171000108
Michael J. Panggabean 171000121
Viktoryan M. Tarigan 171000158
Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Praktikum K3
yang berjudul “Pengukuran Konsentrasi Debu”. Ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada Bapak Ir. Gerry Silaban selaku dosen yang telah memberikan bimbingannya kepada
penulis dan kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun tugas ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan tugas ini masih banyak terdapat kekurangan,
kelemahan, dan keterbatasan. Oleh karena itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran,
saran, dan kritikan yang konstruktif demi kesempurnaan penyusunan makalah selanjutnya.
Semoga dengan tugas yang sederhana ini dapat memenuhi harapan kita semua dan
memberikan manfaat bagi pembaca, sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan. Terima
kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut International Labor Organization (ILO), setiap hari terjadi 1.1 juta kematian
yang disebakan karena penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan. Dari data
ILO tahun 1999, penyakit saluran pernapasaan merupakan salah satu penyebab kematian
yang angkanya mencapai 21%. Di Amerika penyakit paru akibat kerja merupakan
penyakit akibat kerja nomor satu yang dikaitkan dengan frekuensi, tingkat keparahan dan
kemampuan pencegahannya. Biasanya disebabkan oleh paparan, iritasi atau bahan
toksik yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun kronis. Pada tahun
2002 tercatat 294.500 kasus baru. Sedangkan di Indonesia penyakit atau gangguan paru
akibat kerja disebabkan oleh debu dan angka ini diperkirakan cukup banyak. Debu
merupakan partikel zat kimia padat yang disebabkan oleh kekuatan alami atau mekanis
seperti pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan
lain-lain dari benda, baik organis maupun anorganis, misalnya batu, kayu, biji, logam,
batu bara, butir-butir zat dan sebagainya (Suma’mur, 2009).
1
4. Alat apa yang digunakan untuk mengukur konsentrasi debu ditempat kerja ?
5. Bagaimana cara pengukuran konsentrasi debu di tempat kerja ?
6. Bagaimana pengendalian debu sesuai dengan tingkat kebutuhan ditempat kerja ?
2
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
TLV ACGIH
Penyebab NAB (Indonesia)
Pneumoconiosis 1993-1994 2007
Silika/kuarsa 0,1 mg/m3 0,1 mg/m3 0,025 mg/m3
Asbestos, krisotil 0,1 serat/ml 2 serat /cc 1 serat/cc
Karbon black 3,5 mg/m3 3,5 mg/m3 3,5 mg/m3
4
3. Ukuran dan bentuk partikel:
Distribusi ukuran partikel beberapa dalam rentang debu terespirasi;
Fiberous atau spherical dan
4. Lama paparan.
1. Komposisi Debu
Efek debu terhadap kesehatan ditentukan oleh jenis materi atau senyawa
penyusun debu itu. Debu inert (sulit bereaksi) akan berada di dalam paru-paru
lebih lama dibandingkan dengan debu batu kapur yang mudah terlarut sehingga
dapat menghilang tanpa efek berbahaya. Kandungan silika dalam debu
menentukan keparahan penyakit pneumoconiosis. Jenis penyakit pneumoconiosis
yang terjadi tergantung pada jenis senyawa debu, silika akan menyebabkan
silikosis, asbes akan menyebabkan asbestosis, antrasit dan silika akan
menyebabkan anthracosilicosis.
Debu toksik lainnya dapat terdiri atas logam, seperti arsen, antimoni,
cadmium, kromium, timah, mangan, merkuri, selenium, telurium, talium,
uranium, dan lainnya. Debu radioaktif juga berbahaya bagi kesehatan. Selain
bahaya radiasi, debu radioaktif juga dapat bersifat toksik secara kimiawi. Debu
pengganggu adalah debu yang tidak memberikan efek secara langsung, tetapi
tetap harus dijaga agar konsentrasi diudara tidak melebihi batas.
2. Konsentrasi debu
Ambang batas bagi debu toksik dan mineral dihitung berdasarkan paparan
yang diizinkan untuk 8 (delapan) jam kerja per hari dan 5 (lima) hari per minggu.
Konsentrasi debu dapat diukur dalam bentuk jumlah partikel atau berdasarkan
berat partikel.
Konsentrasi debu akan menentukan efek yang terjadi pada manusia;
konsentrasi tinggi dapat menimbulkan efek akut, sedangkan konsentrasi rendah
perlu dilihat efek kronisnya yang akan terjadi. Persentase kadar silika bebas SiO 2
dalam debu menentukan keparahan penyakit pneumoconiosis yang akan di derita.
5
Kebanyakan industri menghasilkan debu dengan ukuran variatif dengan
partikel ukuran halus yang lebih banyak daripada partikel besar. Debu yang
terlepas ke udara belum tentu mempunyai komposisi yang sama dengan senyawa
asal (induk). Hal ini ditentukan oleh ukuran partikel dan densitas komponen
senyawa asal masing-masing serta kekerasan senyawa.
Luas permukaan debu akan semakin besar dengan semakin halus ukuran
debu. Misalnya 1 cm3 kuarsa murni berbentuk kubus; bila di tumbuk halus,
kuarsa itu menjadi kubus ukuran 1 mikron maka akan terbentuk debu sebanyak
1012 dengan luas permukaan total 6 m2 dibanding dengan luas permukaan asal
kubus asal seluas 6 cm2.
4. Lama Paparan
Paparan yang berlebih dan dalam jangka waktu lama terhadap debu
terspirasi akan menyebabkan penyakit pneumoconiosis. Faktor yang
menentukan adalah usia, lama kerja dan konsentrasi debu di udara.
6
pengambilan contoh udara selama 24 jam, dan bila kandungan partikel debu sangat
tinggi maka waktu pengukuran dapat dikurangi menjadi 6 – 8 jam.
7
3. Low Volume Dust Sampler
Alat ini mempunyai prinsip kerja dan metode yang sama dengan alat low volume air
sampler.
8
e. Kertas Filter
f. Silika Gel
g. Pinset
2. Prinsip Kerja
1. Menangkap debu ditempat kerja menggunakan personal dust sampler
2. Membandingkan berat kertas filter sesudah dan sebelum menggunakan metode
gravimetri
3. Menganalisis hasil dan membandingkannya dengan NAB kadar debu
4. Membuat kesimpulan dan saran
3. Cara Kerja
1. Mengambil kertas filter dengan pinset, kemudian memasukkan ke dalam
timbangan analitik.
2. Melihat pada display berapa berat filter awal atau disebut filter kosong,
kemudian mencatatnya.
3. Mengambil filter tersebut dari timbangan analitik, kemudian memasukkannya
ke exicator.
4. PDS di-on-kan dengan flow meter berada pada posisi 2 liter/menit.
5. Memasang holder pada krah baju pekerja meubel, kemudian menunggu
sampai 3 jam 27 menit.
6. Mematikan PDS setelah batas waktu telah selesai.
7. Mengambil filter dengan pinset, kemudian menimbangnya pada timbangan
analitik kembali
8. Melihat pada display berapa berat filter setelah proses pengukuran.
9. Menghitung selisih antara berat filter sesudah dengan sebelum pengukuran
debu di industry/ Tempat kerja yang diperiksa
10. Memasukkan selisih yang diketahui kedalam rumus Gravimetry untuk
mengetahui kadar debunya.
11. Menganalisis hasil dan membuat laporan
9
Perhitungan:
Kadar debu respirabel di udara tempat kerja dihitung dengan rumus berikut:
C = (W2 – W1) – (B2 – B2) x 103mg/m3
V
V =fxt
Keterangan:
C : kadar debu respirabel (mg/m3)
W2 : berat filter sampel setelah pengambilan sampel (mg)
W1 : berat filter sampel sebelum pengambilan sampel (mg)
B2 : berat filter blanko sebelum pengambilan sampel (mg)
B1 : berat filter blanko sebelum pengambilan sampel (mg)
V : volume udara pada waktu pengambilan sampel (I)
f : kecepatan aliran udara pada waktu pengambilan sampel (I / menit)
t : waktu pengambilan sampel (menit)
10
Contoh Formulir:
11
12
2.6 Pengendalian Debu sesuai dengan tingkat kebutuhan di tempat kerja
Pengendalian dilakukan secara berurutan dari yang paling efektif ialah sebagai
berikut :
1. Substitusi
2. Isolasi
3. Ventilasi setempat/LEV, menghilangkan sumber secara langsung;
4. Ventilasi umum, apabila diperlukan, dalam arti sudah dilakukan
pengendalian lainnya tetapi hasilnya belum sempurna
5. APD.
1. Substitusi
Substitusi merupakan pergantian material ataupun proses sehingga
tidak/kurang menghasilkan debu ataupun mengganti material yang berbahaya dengan
yang kurang berbahaya. Misalnya, asbes diganti dengan keramik ataupun proses
mekanis sehingga pekerja tidak terpajan. Bila sumber tidak ada, bahaya tereleminasi.
2. Isolasi
Metode paling efektif mengendalikan debu ialah pada sumbernya; dalam hal
ini, debu isolasi disertai dengan LEV dan ruang yang bertekanan negatif sehingga
debu tidak keluar seandainya pintu tidak terbuka. Hal ini tidak selalu memungkinkan,
terutama apabila pekerja harus berada dekat alat. Sebaliknya, bila alat yang besar
tidak harus diperhatikan pekerja, alat tadi dapat diisolasi seluruhnya. Bila perlu,
pekerja diberikan APD hanya untuk dipakai apabila ia memasuki ruang demikian.
Contoh isolasi yang merupakan enclosure total ialah glovebox, dimanfaatkan di
laboratorium dan pekerjaan dengan zat radioaktif.
3. Local Exhaust Ventilation (LEV)/ ventilasi setempat
LEV diperlukan ditempat debu diproduksi dalam jumlah besar, debu toksik.
LEV yang dikombinasikan dengan ruang penutup menjadi sangat efektif.
4. Ventilasi Umum
Ventilasi umum yang dimaksud ialah ventilasi –dilusi, artinya ada suplai dan
ada udara yang dikeluarkan. Mengenai ventilasi dilusi ini, penting untuk
memperhatikan lokasi udara masuk dan keluar terhadap posisi pekerja dan arah
dispersi polutan/debu.
5. Alat Pengamanan/Pelindung Diri
13
APD yang relevan ialah respirator/alat untuk proteksi sistem pernapasan.
Kenyamanan menjadi sangat penting agar pekerja mau menggunakannya. Apabila
jumlah/konsentrasi debu tinggi, penggunaan respirator menjadi suatu keharusan dan
dipakai hanya sesaat saja. Kesulitan penggunaan respirator ialah dalam memenuhi
standar yang berlaku.
14
KESIMPULAN
Debu adalah butiran-butiran padat yang dihasilkan oleh proses mekanisme seperti
penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan, pengolahan dan lain-lain dari
bahan organik dan anorganik, contohnya debu kayu, logam, arang batu, batu, butir-butir zat
dan sebagainya. (Suma’mur, 2014).
Debu terdiri atas partikel padat kecil yang terbawa oleh aliran udara. Efek debu
terhadap kesehatan manusia ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya, Komposisi debu
baik secara kimia maupun fisika, Konsentrasi debu, Berdasarkan berat, Berdasarkan jumlah
partikel, Ukuran dan bentuk partikel, Distribusi ukuran partikel dan Lama paparan.
Ada beberapa alat yang dapat digunakan untuk mengukur debu, diantaranya adalah
High Volume Air Sampler, Low Volume Air Sampler, Low Volume Dust Sampler, dan
Personal Dust Sampler.
Pengendalian debu dilakukan secara berurutan dari yang paling efektif ialah
substitusi, isolasi, ventilasi setempat/LEV, menghilangkan sumber secara langsung, ventilasi
umum dan APD.
SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14136/05.2%20bab%202.pdf?
sequence=6&isAllowed=y
16