Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ryzka Amelya Mahmudah

NIM : 11180110000133
Matkul : Fiqh Siyasah dan Jinayah
Dosen : Marhamah Saleh M. A
Kelas : 4/D
Resume
Praktik-Praktik Pemerintah Islam Masa Pasca Al-Khulafa Al-Rasyidun: Dinasti Umayyah
dan Dinasti Abbasiyah serta Masa Dinasti Usmani

Masa Dinasti Umayyah

Setelah terbunuhnya Ali bin Abi Thalib, anak beliau Hasan bin Ali dibaiat oleh umat
Islam. Tapi ada kelompok umat Islam lain yang tidak setuju dan tidak puas.

Padahal kalau dipikir kurang apa Hasan bin Ali coba? Beliau adalah anak dari
Khalifah Ali bin Abu Thalib dan sekaligus adalah cucu Nabi Muhammad sendiri. Beliau
memiliki semua persyaratan untuk menjadi khalifah atau pemimpin umat Islam. Tapi
begitulah kelakuan umat Islam pada waktu itu. Mereka suka menonjolkan egoisme
kelompok dan kesukuan. Setiap kelompok ingin berkuasa dan untuk itu mereka tidak segan
untuk membangkang dan memerangi khalifahnya sendiri meski itu cucu Nabi Muhammad
sendiri.

Karena perpecahan dalam tubuh umat Islam semakin meruncing akhirnya beliau
mengalah. Beliau kemudian menyerahkan jabatan kekhalifahan ini kepada Mu’awiyah bin
Abu Sufyan, tokoh pemberontak di zaman Ali bin Abi Thalib. Beliau menyerahkan jabatan
dalam rangka mendamaikan kaum muslimin. Kekhalifahan Hasan bin Ali sangat singkat,
yaitu kurang dari satu tahun. Beliau akhirnya menyerahkan kekhalifahan dan berbaiat
kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Saat itu umat Islam sedang terpecah akibat fitnah yang
menyebabkan perang saudara. Kelompok Khalifah Hasan didukung oleh penduduk Iraq,
Makkah, Madinah, dan seluruh Hejaz. Sementara penduduk Suriah mendukung Muawiyah.
Mereka kemudian mengadakan perjanjian. Khalifah Hasan Ali bersedia turun takhta untuk
digantikan oleh Muawiyah. Tapi setelah Muawiyah turun takhta nanti persoalan penggantian
kepemimpinan setelahnya akan diserahkan kepada pemilihan umat Islam.

Begitu kekuasaan berada di tangan Muawiyah selama beberapa tahun, pikirannya


langsung goyang. Sifat khianatnya muncul. Muawiyah melanggar perjanjiannya dengan
Hasan bin Ali untuk menyerahkan kekuasaan pada pilihan umat Islam. Sebaliknya ia
mengangkat anaknya sendiri Yazid bin Muawiyah sebagai putera mahkota. Ini adalah
pengkhianatan terhadap sistem kekhilafahan Islam yang berlaku sebelumnya yang
berdasarkan pemilihan oleh umat . Sejak itu juga kekhalifahan Islam menjadi sistem dinasti,
yaitu Dinasti Umayyah, karena khalifah berikutnya tidak lagi melalui sistem pemilihan
pemimpin berdasarkan kecakapan dan keilmuan tapi berdasarkan keturunan. Muawiyah
menyerahkan kekuasaan dan kepemimpinan umat Islam pada anak dan keturunannya. Hal
ini mengakibatkan terjadinya perang sesama umat Islam beberapa kali yang berkelanjutan.
Pertentangan antara sesama keluarga dalam Dinasti Umayah juga terjadi dan semakin
memuncak. Pengkhianatan, pembunuhan, peperangan, dan pemberontakan terjadi berkali-
kali. Khalifah Umar bin Abdul Azis yang legendaris itu saja dibunuh dengan diracun. Dalam
Pertempuran Karbala Husain bin Ali, cucu Nabi terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirim
ke Damaskus, sedang tubuhnya dikubur di Karbala. Ini tragedi perebutan kekuasaan yang
sangat menyedihkan di mana cucu Nabi sendiri sampai menjadi korban kekejaman oleh
sesama muslim. Jadi jangan mengira bahwa umat Islam tidak bisa melakukan hal-hal yang
mengerikan semacam ini. Dari sinilah sejarah Kaum Syiah dimulai sehingga Islam terbagi
menjadi dua kelompok besar Sunni dan Syiah sampai dengan sekarang. Jadi politik
kekuasaanlah yang membelah umat Islam.

Dinasti Muawiyah berkuasa selama 90 tahun dengan berbagai kisah suram perebutan
kekuasaan antar umat Islam. Pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, Abu al-Abbas al-
Saffah memberontak dan berhasil meruntuhkan Daulah Umayyah dan kemudian dilantik
sebagai khalifah dari Dinasti Abbasiyah. Selamat tinggal Dinasti Umayyah dan selamat
datang dinasti baru, Dinasti Abbasiyah, dalam kepemimpinan kekhilafahan Islam.

Masa Dinasti Abbasiyah

Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan lumayan lama, yaitu


selama tiga abad. Salah satu khalifahnya, yaitu Abu Ja’far al-Manshur memperkuat
kekuasaannya dengan menyingkirkan tokoh-tokoh besar yang mungkin menjadi saingan
baginya. Abdullah bin Ali dan Shalih bin Ali, keduanya adalah pamannya sendiri yang
ditunjuk sebagai gubernur oleh khalifah sebelumnya di Syria dan Mesir, dibunuh karena
tidak bersedia membaiatnya. Abu Muslim al-Khurasani yang diperintahkannya untuk
melakukannya, kemudian justru dihukum mati karena dikhawatirkan akan menjadi pesaing
baginya. Jadi pembunuhan untuk mendapatkan baiat terjadi di zaman kekhalifahan
Abbasiyah ini.

Pemberontakan dan perebutan kekuasaan tidak pernah berhenti. Pada tahun 940
Turki dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13 mulai
memisahkan diri dari kekhalifahan.

Said bin Husain, seorang muslim Syiah dari dinasti Fatimiyyah mengklaim dirinya
sebagai Khalifah pada tahun 909, dengan menguasai Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya,
dan memperluas daerah kekuasaannya sampai ke Mesir dan Palestina. Jadi klaim bahwa
hanya ada satu kekuasaan selama sistem khilafah dijalankan adalah dusta dan kebohongan
belaka. Pada tahun 1258 M pasukan Mongol yang dipimpin Hulaghu Khan mengakhiri
kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di Baghdad. Itu adalah awal dari masa kemunduran
politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai pusat kebudayaan dan peradaban Islam
yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan.

Masa Dinasti Turki Usmani

Setelah runtuhnya Dinasti Abbasiyah maka muncullah kekuasaan kekhilafahan baru


di tangan Kesultanan Turki yang merupakan kekaisaran lintas benua yang didirikan oleh
suku-suku Turki di bawah pimpinan Osman Bey (Kekaisaran Ottoman sesuai ejaan Barat).
Sultan Mehmed II melakukan penaklukan Konstantinopel di tahun 1453, dan negara
Utsmaniyah berubah menjadi kesultanan.

Kesultanan Usmaniyah cukup lama bertahan dan berlangsung sejak Abad ke-15
sampai Abad ke-20.

Pemerintah Utsmaniyah pernah mendeportasi dan membantai penduduk etnis


Armenia. Aksi ini kemudian dikenal dengan nama Genosida Armenia. Aksi genosida juga
dilakukan terhadap etnis minoritas Yunani dan Assyria. Jadi dalam sejarah kekhalifahan
Islam genosida juga terjadi meski dalam kampanyenya Islam adalah agama damai.

Pemberontakan Arab melawan Utsmaniyah di front Timur Tengah terjadi pada tahun
1916. Hal ini menyebabkan pendudukan Konstantinopel dan pemecahan Kesultanan
Utsmaniyah. Pendudukan Konstantinopel dan Izmir melahirkan gerakan nasional Turki yang
memenangkan Perang Kemerdekaan Turki (1919–22) di bawah pimpinan Mustafa Kemal
Pasha (atau Mustafa Kemal Atatürk). Kesultanan dibubarkan tanggal 1 November 1922.
Majelis Agung Nasional Turki mendeklarasikan Republik Turki pada tanggal 29 Oktober
1923. Kekhalifahan dibubarkan tanggal 3 Maret 1924. Umat Islam Turki sudah muak dan
tidak lagi ingin berada dalam sistem kekhilafahan.

Pemberontakan bangsa Arab dari penguasaan Kesultanan Turki Ottoman adalah


salah satu penyebab utama pecahnya Revolusi Arab yang pada akhirnya berujung pada
kemunculan kerajaan Arab Saudi dengan Dinasti Saud sebagai penguasa sampai sekarang.
Otomatis dengan dibubarkannya kekhalifahan pada 3 Maret 1924 maka sistem khilafah
Islam sudah tutup buku alias tamat. Wassalam. Goodbye…

Kelak pada tahun 1953 seorang bernama Taqiyuddin an-Nabhani, seorang ulama dari
Yerusalem berupaya untuk menawarkan kembali sistem pemerintahan berbasis khilafah
kepada semua negara muslim di berbagai negara dengan mendirikan partai politik Islam
bernama Hizbut Tahrir atau Partai Pembebasan. Partai politik asing yang menyamar sebagai
organisasi dakwah ini kelak akan masuk ke Indonesia juga dengan berkedok ormas. Para
anggotanya berniat untuk mendirikan kekhilafahan Islam dengan menggantikan Pancasila
dan UUD 1945 dengan sistem pemerintahan Islam ala mereka sendiri. Anehnya, gagasan
yang absurd ini justru menarik banyak umat Islam Indonesia untuk bermimpi bangkitnya
kekhilafahan di Indonesia. Padahal di negara asal kekhilafahannya di Arab Saudi dan di
Turki, negara di mana kekhilafahan Islam pernah jaya, gagasan khilafah Islam ala Hizbut
Tahrir ini justru ditendang jauh-jauh dan organisasinya dilarang.

PETA KONSEP

Praktik-Praktik Pemerintah Islam Masa Pasca Al-Khulafa Al-


Rasyidun: Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah serta Masa Dinasti
Usmani

Masa Abu Masa Umar Masa Usman Masa Ali ibn


Bakar ibn Khattab ibn Affan Abi Thalib
Assidiq

DINASTI

Dinasti Dinasti Dinasti Turki


Umayyah Abbasiyah Usmani

661 M – 681 M 720 M – 847 M 1299 M-1326 M

Anda mungkin juga menyukai