Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan suatu faktor yang amat sangat penting dalam
kelangsungan hidup manusia, begitu juga dengan kesehatan gigi dan mulut.
Kesehatan gigi dan mulut secara tidak langsung menjadi bagian penting dan
tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum sehingga merupakan
investasi seumur hidup (Wala, 2014).
Kebersihan mulut dalam kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting.
Beberapa masalah gigi dan mulut dapat terjadi karena kita kurang menjaga
kebersihan gigi dan mulut kita. Kesadaran menjaga kebersihan mulut sangat
perlu dan merupakan obat pencegah terjadinya masalah gigi dan mulut yang
paling tepat. Lebih baik mencegah daripada mengobati (Hidayat, 2016).
Masalah kesehatan gigi dan mulut menurut Warni (2009) menjadi
perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah
satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap
gangguan kesehatan gigi, yaitu karies dan penyakit periodontal. Usia sekolah
merupakan saat yang tepat untuk meletakkan landasan kokoh bagi
terwujudnya manusia berkualitas. Faktor penting yang menentukan kualitas
sumber daya manusia adalah kesehatan (Haida, 2014). Data World Health
Organization (WHO) menunjukkan kerusakan gigi 60 % hingga 90% dialami
oleh anak usia sekolah dan hampir 100% ditemukan pada orang dewasa
(Huda, 2015). Berdasarkan data Kementrian Kesehatan Indonesia (Kemenkes
RI) tahun 2009, sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita
karies gigi (Wala, 2014).
Menurut Putri (2012) penyakit gigi dan mulut yang banyak di derita
masyarakat Indonesia adalah gingivitis dan karies gigi, sumber dari kedua
penyakit tersebut adalah akibat terabaikannya kebersihan gigi dan mulut
sehingga terjadilah akumulasi plak (Hidayati, 2016).
Menurut Houwink (2000) tingkat prevalensi plak gigi di Indonesia terbilang
tinggi hingga mencapai 70-80%. Selain mengurangi estetika, jika terjadi
penumpukan plak gigi secara berkala dapat menimbulkan karies gigi dan
peradangan gusi. Sesuai data global WHO (2008), 5 negara di Asia yang memiliki
indeks DMFT tinggi adalah India 91,84%, Thailand 89,6%, Korea 53,69%,
Indonesia 12,70% dan Maldives 7,58% (Saridewi, 2017).
Hasil dari data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 oleh
departemen kesehatan menunjukkan bahwa di Indonesia terjadi peningkatan
prevalensi terjadinya karies gigi dari 43,4% (2007) menjadi 53,2% (2013).
Adapun RISKESDAS tahun 2018 menunjukkan bahwa 57,6% masyarakat di
Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut dalam waktu satu tahun
terakhir. Diantara mereka terdapat 10,2% yang mendapatkan perawatan dan
pengobatan dari tenaga medis (dokter spesialis, dokter gigi dan perawat gigi),
sedangkan 2,8% mereka yang memiliki perilaku menyikat gigi yakni pagi hari dan
malam hari secara benar (Riskesdas, 2013; Riskesdas 2018).
Menurut Soegeng (1999) salah satu cara mudah untuk mencegah karies gigi
adalah mengatur pola makan dengan memperbanyak mengkonsumsi makanan
berserat seperti sayur dan buah-buahan. Makanan berserat perlu dikunyah lebih
lama sehingga gerakan mengunyah dapat merangsang pengeluaran saliva (air liur)
lebuh banyak. Mengunyah makanan berserat seperti buah-buahan dapat
membantu membersihkan gigi (self cleansing effect), contohnya papaya,
semangka, apel, jambu air dan jambu biji merupakan contoh dari buah-buahan
yang mudah dijumpai dan dapat langsung dikonsumsi dalam keadaan segar
(Cahyati, 2013).
Pada tahun 2016, konsumsi buah dan sayur di Indonesia kurang dari setengah
konsumsi yang direkomendasikan. Sebagian besar penduduk Indonesia
mengkonsumsi buah dan sayur sebanyak 173 gram per hari, lebih kecil dari
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan yaitu 400 gram per kapita
per hari. Konsumsi buah lebih sedikit daripada konsumsi sayur yaitu 67 gram
sedangkan sayur sebesar 107 gram per kapita per hari. Konsumsi buah dan sayur
pada penduduk perkotaan sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan.

2
Analisa tren konsumsi tingkat nasional untuk periode lima tahun terakhir juga
menunjukkan hal yang sama yaitu konsumsi buah dan sayur di perkotaan
meningkat sebesar 1,8% sedangkan di pedesaan mengalami penurunan
sebesar 10,7%. Konsumsi buah cenderung lebih tinggi di perkotaan
sedangkan konsumsi sayur lebih tinggi di pedesaan di Indonesia. Konsumsi
buah dan sayur tertinggi terdapat di provinsi Bali, Yogyakarta dan Sulawesi
sedangkan yang terendah di provinsi Nusa Tenggara Timur, Kalimantan
Utara dan Kalimantan Barat (BPS-Statistics Indonesia, 2017).
Produksi buah papaya pada tahun 2014 yakni 840. 119 ton dan pada tahun
2015 sebanyak 851. 532 ton, adapun produksi buah apel pada tahun 2014
yakni 242. 915 ton dan pada tahun 2015 sebanyak 238. 434 ton (Statistics Of
Annual Fruit And Vegetable Plants Indonesia, 2015).
Peneliti memilih buah papaya dan buah apel sebagai bahan penelitian
karena selain kandungan nutrisi, vitamin dan serat yang terkandung didalam
buah apel dan papaya sangat tinggi buah ini mudah didapatkan serta disukai
oleh anak-anak. Peneliti mengambil SD Negeri Sudiang sebagai populasi
penelitian karena belum pernah dilakukan penelitian di SDN ini, belum ada
program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) dan akses menuju ke
sekolah tersebut mudah dijangkau. Pemilihan siswa kelas IV dan V SD
Negeri Sudiang karena usia pada kelas ini merupakan usia kritis terhadap
terjadinya karies gigi dan mempunyai sifat khusus yaitu transisi pergantian
gigi susu ke gigi permanen.
Berdasarkan uraian dan data diatas peneliti tertarik untuk mengetahui
efektivitas mengunyah buah pepaya dan buah apel terhadap penurunan indeks
plak pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sudiang Kota Makassar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah
yaitu : “Apakah terdapat

3
perbedaan efektivitas mengunyah buah pepaya (Carica papaya L.) dan
buah apel (Malus domestica) terhadap penurunan indeks plak pada siswa
kelas IV dan V SD Negeri Sudiang kota Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan efektivitas mengunyah buah pepaya
(Carica papaya L.) dan buah apel (Malus domestica) terhadap penurunan
indeks plak pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sudiang kota Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah
buah pepaya pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sudiang kota
Makassar.
b. Mengetahui rata-rata indeks plak sebelum dan sesudah mengunyah
buah apel pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sudiang kota
Makassar.
c. Mengetahui perbedaan rata-rata indeks plak sesudah mengunyah buah
pepaya dan apel pada siswa kelas IV dan V SD Negeri Sudiang kota
Makassar.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Dapat menambah pengetahuan peneliti tentang perbedaan efektivitas
mengunyah buah pepaya dan buah apel terhadap penurunan indeks
plak.
b. Sebagai salah satu acuan untuk peneliti selanjutnya yang dapat
berguna bagi ilmu Kedokteran Gigi dan Bidang Kesehatan Gigi dan
Mulut terhadap perbedaan efektivitas mengunyah buah pepaya dan
buah apel terhadap penurunan indeks plak.
2. Bagi Institusi Sekolah

4
Memberikan informasi atau pengetahuan kepada pembaca tentang
perbedaan efektivitas mengunyah buah pepaya dan buah apel terhadap
penurunan indeks plak.

3. Bagi Masyarakat
a. Mendapatkan pengetahuan tentang pengaruh mengunyah buah pepaya
dan buah apel dalam meningkatkan status kebersihan gigi dan mulut.
b. Menjadikan buah pepaya dan buah apel sebagai pembersih gigi segera
setelah makan.
4. Bagi Institusi Kesehatan Gigi
Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang
Kedokteran Gigi dan Bidang Kesehatan Gigi dan Mulut tentang efektivitas
mengunyah buah pepaya dan buah apel sebagai self cleansing terhadap
penurunan indeks plak.

Anda mungkin juga menyukai