Laporan Genetika Golongan Darah
Laporan Genetika Golongan Darah
Oleh
Tata Zettya Parawita
1413024073
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2016
A. TINJAUAN PUSTAKA
Setelah darah ditetesi serum, maka akan terjadi beberapa kemungkinan yang
akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa kemungkinan tersebut,
yaitu jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada tetes darah, maka
individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan darah A). Jika serum
anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut memiliki aglutinogen tipe B
(golongan darah B). Jika kedua serum anti-A dan anti-B menyebabkan
aglutinasi induvidu tersebut memiliki aglutinogen tipe A dan tipe B
(golongan darah AB). Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak
mengakibatkan aglutinasi,maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen
(golongan darah O) (Wijaya. 2009).
B. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Pada percobaan tentang golongan darah, prosedur kerja yang dilakukan, yaitu
masing-masing mahasiswa mengambil kartu golongan darah dari asisten.
Kemudian mensterilkan salah satu ujung jari (misalnya menggunakan jari
tengah), dengan cara mengusapkan kapas yang telah ditetesi alkohol.
Selanjutnya, ujung jari yang telah steril tersebut ditusuk dengan
menggunakan blood lanset sehingga darah menetes keluar. Lalu meneteskan
darah tersebut pada ke-empat kolom yang telah tersedia pada kartu golongan
darah. Langkah selanjutnya, dilakukan dengan meneteskan serum anti-A pada
kolom pertama, meneteskan serum anti-B pada kolom kedua, meneteskan
serum anti-AB pada kolom ketiga, dan meneteskan serum anti-Rh pada
kolom rhesus. Masing-masing kolom tersebut diaduk menggunakan tusuk
gigi dengan hati-hati. Setelah itu mengamati kolom mana yang mengalami
penggumpalan.
Berdasarkan teori, setelah darah ditetesi serum, maka akan terjadi beberapa
kemungkinan yang akan menunjukkan golongan darah tersebut. Beberapa
kemungkinan tersebut, yaitu jika serum anti-A menyebabkan aglutinasi pada
tetes darah, maka individu tersebut memiliki aglutinogen tipe A (golongan
darah A). Jika serum anti-B menyebabkan aglutinasi, individu tersebut
memiliki aglutinogen tipe B (golongan darah B). Jika kedua serum anti-A dan
anti-B menyebabkan aglutinasi induvidu tersebut memiliki aglutinogen tipe A
dan tipe B (golongan darah AB). Jika kedua serum anti-A dan anti-B tidak
mengakibatkan aglutinasi, maka individu tersebut tidak memiliki aglutinogen
(golongan darah O) (Wijaya, 2009). Hal tersebut menunjukkan bahwa
prosedur kerja dan hasil pengamatan dalam praktikum yang telah dilakukan
sudah sesuai dengan teori yang ada.
Dalam sistem ABO, golongan darah manusia terbagi atas golongan darah A,
B, AB, dan O. Golongan darah A mengandung antigen A dalam eritrosit dan
aglutinin β dalam plasma. Golongan darah B mengandung antigen B dalam
eritrosit dan aglutinin α pada plasma. Golongan darah AB mengandung
antigen A dan B dalam eritrosit tetapi tidak satupun terdapat aglutinin α dan
β. Sedangkan golongan darah O tidak mengandung antigen Adan B dalam
eritrosit, tetapi terdapat kedua aglutinin α dan β dalam plasma (Yatim, 1987:
212).
IA IAIB IAIo
Gol. Darah AB Gol. Darah A
o
I IB Io IoIo
Gol. Darah B Gol. Darah O
Sistem golongan darah Rhesus (Rh) pertama kali ditemukan pada jenis kera
Macaca Rhesus pada tahun 1940 oleh K. Landsteiner dan Wiener. Pada jenis
ini ditemukan antigen Rhesus pada eritrositnya. Sistem penggolongan darah
rhesus juga berlaku pada manusia karena antigen Rhesus juga dimiliki oleh
manusia. Orang yang memilki antigen rhesus dinamakan rhesus positif (Rh+),
sedangkan yang tidak memilikinya dinamakan rhesus negative (Rh–). Sistem
rhesus ini dikendalikan oleh gen dengan alel Rh dan rh. Alel Rh bersifat
dominan terhadap alel rh. Pada wanita Rh– , kalau mengandung embrio
bergolongan Rh+, untuk kandungan pertama tidak apa-apa. Tetapi untuk
kandungan kedua bergolongan Rh+ juga, maka akan terjadi eritroblastolis
fetalis, artinya bayi yang lahir akan menderita anemia yang parah dan di dalam
darah bayi banyak beredar eritroblast, yaitu eritrosit yang belum matang
sehingga tubuh menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena eritrosit janin akan
kemasukan zat antibodi Rh+ dari darah dan mengaglutinasi eritrosit janin
(Waluyo, 2006: 180-181).
Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum, antara lain blood lanset,
serum anti-A, serum anti-B, serum anti-Rh, kartu golongan darah, pipet tetes,
alkohol, kapas, dan tusuk gigi. Blood lanset berfungsi untuk menusuk ujung
jari agar darah dapat keluar. Serum anti-A dan serum anti-B berfungsi untuk
mengetahui golongan darah seseorang, dengan cara meneteskannya dan
mencampurnya dengan darah seseorang agar mengetahui apakah terjadi
penggumpalan atau tidak . Serum anti-RH berfungsi untuk menguji Rh
seseorang, (+) apabila darah menggumpal, dan (-) bila darah tidak
menggumpal. Kartu golongan darah berfungsi sebagai tempat meneteskan
darah dan mencampurnya dengan serum, yang terdiri dari 4 kolom, yaitu anti-
A, anti-B, anti-AB, dan anti-Rh. Pipet tetes digunakan untuk meneteskan
serum ke kertas golongan darah. Alkohol dan kapas berfungsi untuk
mensterilkan ujung jari yang akan ditusuk. Sedangkan tusuk gigi digunakan
sebagai pengaduk antara darah dengan serum agar bercampur dengan baik.
Kelainan yang dapat terjadi dalam darah, antara lain: anemia, thalassemia,
leukimia, dan hemofilia. Anemia adalah rendahnya kadar hemoglobin
dalam darah. Hal ini akan mengganggu lancarnya pengangkutan oksigen.
Anemia disebabkan oleh beberapa hal diantaranya: kehilangan banyak darah,
misalnya karena pendarahan hebat, luka bakar, infeksi cacing tambang;
gangguan pembentukan darah, misalnya karena kekurangan vitamin dan zat-
zat makanan tertentu; ada gangguan dan kerusakan pada sumsum tulang
sehingga pembentukan sel darah merah (eritrosit) terhambat; dan
penghancuran sel-sel darah merah yang terlalu cepat dan banyak, misalnya
karena penyakit malaria; Untuk mengatasi anemia maka dilakukan transfusi
darah. Thalassemia adalah penyakit anemia hemolitik atau kondisi kelainan
genetika dimana tubuh tidak mampu memproduksi globin, suatu protein
pembentuk hemoglobin. Kalaupun penderita thalasemia mampu memproduksi
eritrosit, biasanya usia sel darahnya lebih singkat dan lebih rapuh atau lebih
mudah rusak. Penyakit ini bersifat genetis, artinya diturunkan dari kedua
orang tua kepada anak-anaknya,secara resesif. Leukemia ditandai dengan
meningkatnya jumlah leukosit secara tajam, mencapai 1 juta per mm darah
atau lebih. Keadaan ini sangat berbahaya karena sel-sel pada sumsum tulang
yang menghasilkan eritrosit digantikan oleh leukosit sehingga menghambat
pembentukan eritrosit.Untuk mengatasi leukemia, selain pemberian obat-
obatan, pasien diberi transfusidarah atau dilakukan transplantasi sumsum
tulang belakang. Hemofilia adalah kelainan yang bersifat genetis. Penderita
tidak mampu melakukan proses pembekuan darah pada saat luka atau
pembuluh darahnya pecah, atau proses pembekuannya sangat lama sehingga
darah terus mengalir. Hal ini terjadi karena tubuh tidak memiliki faktor
pembeku darah, seperti AHG (Anti Hemophilic Globulin) atau PTC (Plasma
Thromboplastin Component). Hemofili dapat diatasi dengan cara transfusi
darah selama penderita mengalami pendarahan.
C. KESIMPULAN
D. DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
E. DISKUSI
IA IAIB IAIB
Gol. Darah AB Gol. Darah AB
A
I IAIB IAIB
Gol. Darah AB Gol. Darah AB
Maka kemungkinan anaknya bergolongan darah AB.
b. Apabila laki-laki bergolongan darah A (homozigot) menikah dengan
perempuan bergolongan darah B (heterozigot), maka persilangannya:
P = ♀B >< ♂A
IB Io IAIA
F1 =
IB Io
IA IAIB IAIo
Gol. Darah AB Gol. Darah A
A
I IAIB IAIo
Gol. Darah AB Gol. Darah A
Maka kemungkinan anaknya bergolongan darah AB dan A.
c. Apabila laki-laki bergolongan darah A (heterozigot) menikah dengan
perempuan bergolongan darah B (homozigot), maka persilangannya:
P = ♀B >< ♂A
IB IB IAIo
F1 =
IB IB
IA IAIB IAIB
Gol. Darah AB Gol. Darah AB
Io IB Io IBIo
Gol. Darah B Gol. Darah B
Maka kemungkinan anaknya bergolongan darah AB dan B.
d. Apabila laki-laki bergolongan darah A (heterozigot) menikah dengan
perempuan bergolongan darah B (heterozigot), maka persilangannya:
P = ♀B >< ♂A
IB Io IAIo
F1 =
IB Io
IA IAIB IAIo
Gol. Darah AB Gol. Darah A
Io IB Io IoIo
Gol. Darah B Gol. Darah O
Maka kemungkinan anaknya bergolongan darah AB, A, B, dan O.
3. Selain golongan darah ABO, dikenal juga penggolongan darah Rh. Rh+
dominan terhadap Rh-. Apabila seseorang perempuan bergolongan darah
Rh- kawin dengan seorang pria Rh+, apakah yang akan terjadi pada
anaknya?
Jawab:
Apabila perempuan itu hamil, maka bayi di dalam kandungan bersifat Rh+.
Darah bayi mengalir melalui plasenta ke tubuh ibunya membawa eritrosit
yang mengandung antigen Rh. Serum dan plasma darah itu distimulir
untuk membentuk anti-Rh, sehingga darah ibu yang mengalir kembali ke
tubuh bayi memiliki anti-Rh. Sel darah merah dari bayi diliputi oleh anti-
Rh, sehingga rusak dan bayi menderita anemia. Jika ibu hamil pertama
kali, maka anti-Rh yang dibentuk oleh ibu masih sedikit, sehingga
konsentrasinya belum membahayakan bagi bayi dan bayi dapat selamat.
Akan tetapi, apabila ibu hamil untuk kedua kalinya, dan tentunya bayi
akan bersifat Rh+ lagi, maka serum dan plasma darah ibu akan
mengandung lebih banyak anti-Rh. Eritrosit bayi bertambah banyak yang
rusak dan darah bayi mengandung sejumlah besar eritroblast. Biasanya
bayi mati dalam kandungan ibu. Apabila bayi lahir, maka sel yang rusak
akan menghasilkan bilirubin dalam jumlah besar, yang menyebabkan
kuning. Apabila tidak ditangani akan merusak otak dan berakibat fatal.