Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI)

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA


NEGERI 1 MEJAYAN KABUPATEN MADIUN

Wahyu Wijayanti1, Sudarno Herlambang, dan Marhadi Slamet K2


Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

ABSTRACT: Group Investigation is a cooperative learning involving small


groups, using cooperative inquiry then present invention can improve critical
thinking skills. Critical thinking is a mental activity in scrutinizing a question
and thought that emphasizes making decisions about alternative correct answers.
The purpose of this study was to determine the influence of the Group
Investigation model of learning critical thinking skills class X SMA Negeri 1
Mejayan Madiun. The results of research is the model of learning Group
Investigation (GI) influence of critical thinking skill student X Senior High
School of 1 Mejayan Madiun.

Key Words: Group Investigation, Critical Thingking Skill

Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang penting bagi manusia.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
adalah dengan menyempurnakan kurikulum. Penyempurnaan tersebut adalah
dengan menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP) yang
menggunakan paradigma pembelajar aktif (Student Centered) yang mengacu pada
pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang
bersifat konstruktivistik. Holubec (2001 dalam Nurhadi dkk, 2004:60)
menyatakan bahwa Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa

1
Wahyu Wijayanti adalah mahasiswa jurusan geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Malang.
2
Sudarno Herlambang dan Marhadi Slamet K adalah dosen geografi Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Malang .
untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan
belajar.
Model pembelajaran kooperatif dipilih yaitu model Group Investigation
(GI). Group Investigation (GI) menurut Sumarmi (2012: 123) merupakan
pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil, siswa menggunakan
inkuiri kooperatif (perencanaan dan diskusi kelompok) kemudian mempre-
sentasikan penemuan mereka di kelas. Model pembelajaran ini menuntut siswa
untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun
keterampilan proses kelompok (Group Process Skills) (Nurhadi, dkk, 2004:64).
Model pembelajaran dirancang untuk membimbing siswa mendefinisikan
masalah, mengeksplorasi berbagai masalah, mengumpulkan data yang relevan,
mengembangkan dan mengetes hipotesis. Model pembelajaran ini melatih siswa
untuk membangun kemampuan berfikir secara mandiri dan kritis serta melatih
siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan dalam kelompok. Tahapan dalam
menerapkan model pembelajaran Group Investigation (GI) menurut Slavin
(2010:216-229) adalah sebagai berikut: 1) tahap pengelompokan dan pemilihan
topik, 2) tahap perencanaan, 3) tahap investigasi, 4) tahap pengorganisasian, 5)
tahap presentasi, dan 6) evaluasi. Setiap tahapan dalam model pembelajaran
tersebut mengarahkan siswa untuk berpikir kritis.
Model pembelajaran Group Investigation (GI) memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan model pembelajaran kooperatif lainnya.
Kelebihan Group Investigation (GI) menurut Sharan (dalam Sumarmi, 2012:127)
yaitu: 1) siswa yang berpartisipasi dalam GI cenderung berdiskusi dan menyum-
bangkan ide tertentu, 2) gaya bicara dan kerjasama siswa dapat diobservasi, 3)
siswa dapat belajar kooperatif lebih efektif, dengan demikian dapat meningkatkan
interaksi sosial mereka, 4) GI dapat mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif,
sehingga pengetahuan yang diperoleh dapat ditransfer ke situasi diluar kelas, 5)
GI mengijinkan guru untuk lebih informal, 6) GI dapat meningkatkan penampilan
dan prestasi belajar siswa.
Menurut Sumarmi (2012:132) kelemahan dari model pembelajaran Group
Investigation (GI) yaitu: 1) GI tidak ditunjang oleh adanya hasil penelitian yang
khusus, 2) proyek-proyek kelompok sering melibatkan siswa-siswa yang mampu,
3) GI terkadang memerlukan pengaturan situasi dan kondisi yang berbeda, jenis
materi yang berbeda, dan gaya mengajar yang berdeda pula, 4) keadaan kelas
tidak selalu memberikan lingkungan fisik yang baik bagi kelompok, dan 5)
keberhasilan model GI bergantung pada kemampuan siswa memimpin kelompok
atau bekerja mandiri.
Group Investigation (GI) merupakan model pembelajaran kooperatif yang
salah satunya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Berpikir kritis
adalah kegiatan mental dalam mencermati suatu pertanyaan dan berpikir yang
menekankan pembuatan keputusan tentang jawaban alternatif yang benar.
Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan yang harus dikembangkan pada
siswa yang bermanfaat untuk memecahkan masalah yang terkait dengan pelajaran.
Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis hendaknya dikembangkan oleh guru
untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kemampuan berpikir kritis memiliki beberapa keterampilan yang
dijadikan sebagai landasan. Menurut Glaser (dalam Fisher, 2009:7) keterampilan
berpikir kritis yaitu: (1) mengenal masalah, (2) menemukan cara-cara yang dapat
dipakai untuk menangani masalah-masalah itu, (3) mengumpulkan dan menyusun
informasi yang diperlukan, (4) menganalisis data, (5) menilai fakta dan mengeva-
luasi pertanyaan-pertanyaan, (6) mengenal adanya hubungan yang logis antara
masalah-masalah, (7) menarik kesimpulan-kesimpulan dan kesamaan, (8) menguji
kesamaan dan kesimpulan yang diambil, dan (9) membuat penilaian yang tepat
tentang hal-hal dan kualitas tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Indikator
berpikir kritis menurut Ennis (1991:9) adalah sebagai berikut: (1)
mengidentifikasi inti dari masalah, pertanyaan, atau kesimpulan, (2) menganalisis
argumen, (3) memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan atau jawaban yang
dianggap salah, (4) mendefinisikan istilah, dan menyimpulkan definisi dari istilah-
istilah tersebut dengan pemahamanya sendiri, (5) mengidentifikasi suatu asumsi,
(6) menetapkan sumber yang relevan, (7) mengobservasi dan menentukan hasil
observasi, (8) membuat induksi dan menilai induksi, (9) menentukan deduksi dan
menilai deduksi, (10) membuat dan menilai keputusan, (11) mempertimbangkan
dasar pemikiran, alasan, asumsi, anggapan, dan saran lainnya, (12) mengintegrasi
kemampuan lain yang dapat memepertahankan keputusan.
SMA Negeri 1 Mejayan merupakan salah satu sekolah menengah atas
yang ada di Kabupaten Madiun. Sekolah ini merupakan salah satu sekolah
unggulan yang terdapat di Kabupaten Madiun. Meskipun demikian sekolah ini
masih belum banyak menggunakan model pembelajaran dalam proses
pembelajaran. Proses pembelajaran kelas X di SMA Negeri 1 Mejayan
didomimasi oleh metode ceramah dan mengerjakan LKS guru tidak pernah
menggunakan model pembelajaran kooperatif. Dengan demikian pemahaman
siswa hanya terbatas pada buku teks dan LKS saja. Siswa tidak pernah diajarkan
untuk berpikir kritis mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan materi
yang sedang dipelajari, sedangkan pembelajaran bermakna tersebut yang
seharusnya dikembangkan pada saat ini. Model pembelajaran Group Investigation
(GI) diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk meningkatkan kemampuan
berpikir kritis karena pada dasarnya model pembelajaran dapat menumbuhkan
cara berpikir kritis siswa sehingga dapat membangun pemahaman siswa dengan
maksimal.

METODE
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran
Group Investigation terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA
Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun. Berdasarkan tujuan yang dirumuskan,
maka penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu (quasi
experiment). Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre test-post
test Control Group Design. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA
Negeri 1 Mejayan. Kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai
kelas kontrol. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
kuantitatif berupa hasil kemampuan berpikir kritis yang diperoleh melalui tes. Tes
dalam penelitian ini berupa pre test yang diberikan diawal sebelum perlakuan dan
post tes yang diberikan setelah perlakuan. Selisih antara pre test dan post test
tersebut merupakan Gain score. Gain Score kemudian dianalisis dengan
menggunakan uji t. Sebelum di uji t terlebih dulu dilakukan uji prasyarat yaitu uji
homogenitas dan uji normalitas. Jika data tidak homogen dan tidak normal maka
dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik yaitu Man-Whitney U test.
HASIL
Penelitian ini, dilakukan pada tanggal 22 Januari hingga 12 Februari 2013.
Data penelitian ini diperoleh dari siswa kelas X SMA Negeri 1 Mejayan
kecamatan Mejayan kabupaten Madiun yang berjumlah 64 siswa yang terdiri dari
32 siswa kelas kontrol dan 32 siswa kelas eksperimen. Data penelitian ini
merupakan nilai kemampuan berpikir kritis antara kelas eksperimen yang
menggunakan model pembelajaran Group Investigation dan kelas kontrol yang
menggunakan metode konvensional. Data yang digunakan untuk uji hipotesis
adalah gain score yang diperoleh dari selisih kemampuan akhir kemampuan
berpikir kritis siswa (post test) dan kemampuan awal kemampuan berpikir kritis
siswa (pre test). Perhitungan gain score disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Kemampuan Awal, Kemampuan Akhir dan Gain Score Kemampuan Berpikir Kritis
Siswa

Nilai rata-rata Kelas kontrol Kelas eksperimen


Kemampuan awal siswa 51,02 53,09
Kemampuan akhir siswa 61,21 69,53
Gain Score 10,20 16,34

Berdasarkan Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa kemampuan awal siswa


kelas eksperimen hampir sama dengan kelas kontrol sedangkan kemampuan akhir
siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Gain score kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Nilai gain score kelas
eksperimen sebesar 16,34 sedangkan kelas kontrol sebesar 10,20.
Data gain score diuji prasyarat dengan uji homogenitas dan uji normalitas
sebelum diuji dengan uji t. Berdasarkan perhitungan homogenitas dan normalitas
yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 for Windows. Hasil
perhitungan homogenitas didapatkan nilai Sig (0,709) > (0,05) maka data
dinyatakan homogen. Hasil perhitungan normalitas didapatkan nilai Sig (0,171) >
(0,05) maka data dinyatakan normal. Berdasarkan uji prasyarat yang telah
dilakukan, data dinyatakan homogen dan normal. Hal ini berarti bahwa uji
prasyarat untuk menggunakan uji t telah terpenuhi, sehingga pengujian hipotesis
dapat dilakukan dengan menggunakan uji t.
Pengambilan keputusan berpedoman pada: 1) Jika sig < α dan nilai rata-
rata kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol maka H0 ditolak. Hal ini
berarti model pembelajaran Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten
Madiun. 2) Jika nilai sig > α dan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari
kelas kontrol maka H0 tidak ditolak. Hal ini berarti model pembelajaran Group
Investigation (GI) tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa
kelas X SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun.
Berdasarkan analisis uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS
16.00 for Windows bahwa nilai Sig (0,002) < (0,05) dan hasil perhitungan nilai
rata-rata gain score kelas eksperimen sebesar 16,34 lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol sebesar 10,20, maka H0 ditolak. Hal ini berarti model
pembelajaran Group Investigation (GI) berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun.

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Group
Investigation (GI) berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas X
SMA Negeri 1 Mejayan Kabupaten Madiun. Hal ini karena proses pembelajaran
Group Investigation lebih menekankan pada partisipasi siswa secara aktif dalam
menentukan topik bahasan, menginvestigasi masalah, menganalisis hasil temuan
dan menyampaikan hasil temuan. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan
aktivitas dan partisipasi siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) dengan
menggunakan bantuan berbagai sumber belajar seperti buku pembelajaran yang
relevan maupun dengan menggunakan internet. Membaca berbagai referensi maka
secara langsung dapat menambah penegetahuan siswa sehingga dapat mendorong
daya berpikir kritis. Dengan demikian perbedaan kemampuan berpikir kritis siswa
merupakan akibat pemberian perlakuan yaitu penerapan model pembelajaran
Group Investigation.
Tahapan dalam model pembelajaran Group Investigation mempengaruhi
kemampuan berpikir kritis siswa. Pada tahap pengelompokan dan pemilihan topik
mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya untuk menentukan
topik dari permasalahan yang sedang terjadi sekitar kehidupan mereka. Pada tahap
perencanaan dapat mendorong siswa untuk lebih bertoleransi dan bekerjasama
antar anggota kelompok karena siswa membagi tugas kelompok masing-masing
anggota kelompok.
Tahap investigasi merupakan inti dari model pembelajaran Group
Investigation karena siswa mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai sumber untuk
menganalisis topik masalah yang mereka bahas. Sumber dapat diambil dari buku
yang relevan, internet, media cetak maupun elektronik dan narasumber yang
terpercaya. Setelah semua sumber terkumpul anggota kelompok saling bertukar
pendapat, berdiskusi, mengklarifikasi dan menganalisis semua gagasan/ide yang
ada pada kelompok. Pada tahap ini aspek kemampuan berpikir kritis yang
terbentuk adalah melakukan observasi. Melakukan observasi dapat mengem-
bangkan kemampuan berpikir siswa karena mendapat masukan dari banyak
referensi yang mereka peroleh.
Tahap pengorganisasian, dimana anggota kelompok saling berkumpul
untuk menyelesaikan laporan. Tiap anggota menentukan pesan penting dari topik
yang diteliti. Pada tahap ini aspek kemampuan berpikir yang terbentuk adalah
menentukan hasil observasi dan membuat keputusan. Tujuan dari diskusi untuk
mengambil keputusan yang digunakan untuk penyususan laporan dan presentasi.
Penyususan laporan hasil investigasi dikaji dengan konsep materi yang
sebenarnya, sehingga dapat diterima secara ilmiah karena hasil analisis investigasi
memiliki dasar yang kuat.
Tahap presentasi dilakukan setelah kelompok melakukan kegiatan
penyelidikan dan menarik kesimpulan, dilanjutkan dengan presentasi atau
menyampaikan jawaban pada semua anggota kelas. Dalam tahap ini aspek
kemampuan berpikir kritis yang terbentuk adalah memberikan pendapat,
menentukan hasil presentasi dan menilai keputusan. Pada tahap ini dapat
membentuk aspek kemampuan berpikir kritis karena kegiatan yang dilakukan
sangat kompleks, dimana siswa saling bertukar pengetahuan yang ditandai dengan
adanya tanya jawab, pemberian pendapat dan sanggahan.
Tahap evaluasi, dimana guru memberikan ulasan dan penjelasan
secukupnya sebagai klarifikasi dari jawaban siswa. Tahap ini merupakan akhir
dari pembentukan pemikiran kritis siswa karena pemikiran kritis siswa sudah
terbentuk disini. Guru memberikan penguatan dari hasil presentasi sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa lebih tajam.
Dalam penelitian ini model pembelajaran Group Investigation dapat
berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis karena model
pembelajaran ini memiliki kelebihan yaitu 1) memungkinkan siswa dalam meng-
gunakan kemampuan inkuiri yang membuat siswa untuk lebih intensif dalam
meneliti, mencari dan menemukan pemecahan dari suatu masalah, 2) siswa yang
berpartisipasi dalam GI cenderung berdiskusi dan menyumbangkan ide, 3)
mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif, 4) mengijinkan guru untuk lebih
informal, sehingga guru dapat segera memberikan bantuan, pujian, dan umpan
balik, dan 5) meningkatkan penampilan dan prestasi belajar siswa. Kelebihan
model pembelajaran ini juga membuat pemikiran siswa menjadi lebih terarah
untuk menelaah dan mencari pemecahan suatu masalah sehingga dapat
mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis.
Kelemahan model pembelajaran Group Investigation dalam kegiatan
pembelajaran selama penelitian yaitu: 1) tahapan model pembelajaran tidak dapat
diterapkan dalam satu kali pertemuan, 2) materi secara konsep kurang diberikan
secara maksimal, dan 3) siswa yang kurang aktif cederung tidak dapat mengikuti
tahapan model pembelajaran ini. Kelemahan ini dirasa tidak mengganggu selama
siswa dapat menerapkan kemampuan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
model pembelajaran Group Investigation berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa kelas X SMA Negeri 1 Mejayan.
Saran
Beberapa hal yang perlu disarankan, yaitu guru sebaiknya menerapkan
model pembelajaran Group Investigation (GI) karena dapat memperbaiki strategi
pembelajaran dalam meningkatkan berpikir kritis siswa dan kualitas proses
pembelajaran. Sekolah sebaiknya menerapkan model pembelajaran Group
Investigation (GI) karena dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
disekolah dan kemampuan berpikir kritis siswa. Bagi peneliti lain hasil yang
dicapai dalam penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam penelitian
yang serupa.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. 2003.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Online)
(http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf). Diakses pada
tanggal 18 Juni 2012.

Ennis, Robeth. 1991. Critical Thinking: A Streamlined Conception. Jurnal


Thinking Philosophy, (Online) 14:1.
(http://www.criticalthinking.net/testing /html), diakses 9 Desember 2012.

Fisher, Alec. 2009. Berpikir Kritis Sebuah Pengantar (Sagara, Gugi). Jakarta:
Erlangga.

Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK.


Malang:Universitas Negeri Malang.

Slavin, R. E. 2010. Cooperatif Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa
Media.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Malang: Aditya Media.

Anda mungkin juga menyukai