Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NURLAILAH

NIM : G70118036

KELAS :D

EMULSI TIPE AIR DALAM MNYAK (W/O)

I. FORMULA SEDERHANA
 Emulsi Krim vitamin C (Fase air dalam minyak)
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV Emulsi
merupakan sistem dua fase, yang salah satu cairannya
terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil.
Tipe emulsi ada 2 yaitu oil in water (o/w) atau minyak
dalam air (M/A), dan water in oil (w/o) atau air dalam
minyak (A/M).

II. RANCANGAN FORMULA


Tiap 15 g Dicimin krim mengandung :
Asam Ascorbat 10%
Asam Stearat 2,5%
TEA 2%
Nipagin 0,2%
Nipasol 0,02%
Parafin cair 0,02
Na metabisulfit 1,0%
Cetyl alkohol 2%
Propilenglikol 15%
Aquadest qs
No Komposisi Fungsi
1. Tetrasiklin Zat aktif
2. Asam stearat Pengemulsi fase minyak
3. TEA Emulgator
4. Nipagin Pengawet pengawet fase air
5. Nipasol Pengawet fase minyak
6. Na metabisulfit Antioksidan (Fase air)
7. Parafin cair Antioksidan (Fase Minyak)
8. Cetyl alkohol Emolient
9. Propilen glikol Humektan
10. Aquadest Pelarut

A. Alasan kenapa saya memilih obat tersebut:

1. Menurut Iqbal, 2011(Jurnal : Photostability and Interaction of


Ascorbic Acid in Cream Formulations)
Asam askorbat merupakan bahan dari produk kosmetik anti-
penuaan dan memberikan beberapa fungsi pada kulit sebagai
sintesis kolagen, depigmentasi, dan aktivitas antioksidan Sebagai
antioksidan, ia melindungi kulit dengan menetralkan spesies
oksigen reaktif yang dihasilkan dari paparan sinar matahari.
Dalam sistem biologis ia mengurangi radikal bebas berbasis
oksigen dan nitrogen dan dengan demikian menunda proses
penuaan.

2. Menurut Lukic, 2016 (Jurnal : An Overview of Novel


Surfactants for Formulation of Cosmetics with Certain Emphasis
on Acidic Active Substances)
Asam stearat dan TEA merupakan kombinasi surfaktan
anionik tetapi umumnya digunakan sebagai pengemulsi,
dominan dalam kosmetik produk yang ditujukan untuk kulit
sensitif, kulit bayi, dan juga untuk perawatan kulit sehari-hari
Dari pustaka diatas maka TEA dan Asam stearat dapat di
gunakan sebagai pengemulsi krim yang dimana krim merupakan
sediaan yang mengandung emulsi yang terdiri dari fase minyak
dan fase air yang digunakan sebagai perawatan kulit.

3. Menurut Dirjen POM, 1979 (Farmakope Edisi III)


Zat pengawet pada krim umumnya digunakan metil
paraben 0,12% hingga 0,18% atau propil paraben 0,02% hingga
0,05%.
Berdasarkan pustaka diatas maka metil paraben dan
propil paraben dapat di gunakan sebagai bahan tambahan untuk
pengawet dalam fase minyak dan dalam fase air, metil paraben
dan propil paraben tidak inkom dengan pengemulsi TEA dan
Asam stearat.

4. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)
BHT berfungsi sebagai antioksidan yang tidak dapat
larut dalam air tetapi dapat larut dalam minyak.
Berdasarkan pustaka diatas maka BHT dan EDTA dapat
digunakan sebagai antioksidan atau zat antioksidasi yang dimana
asam ascorbat merupakan zat yang mudah mengalami oksidasi,
Karena krim merupakan sediaan emulsi yang terdiri dari fase
minyak dan air maka antioksidan dari sediaan ini harus terdiri
dari 2 bahan antioksidan.

5. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)
Cetyl alkohol dapat digunakan dalam sediaan emulsi yang
memiliki beberapa fungsi diantaranya adalah untuk
meningkatkan viskositas suatu emulsi.
Berdasarkan pustaka diatas maka cetyl alkohol dapat
digunakan sebagai excipient dalam pembuatan emulsi dimana
sediaan emulsi harus memiliki viskositas yang sangat tinggi.

6. Menurut Menurut Row C dkk, 2009 (Hadbook of pharmaceutical


Excipient Sixth Edition)
Natrium metabisulfit memiliki fungsional yaitu sebagai
antioxidan yang dimana kelarutannya itu di dalam air.
Berdasarkan pustaka diatas maka excipient natrium
metabisulfit dapat saya gunakan sebagai antioksidan fase air
asam askorbat mudah teroksidasi didalam air, dan juga Na
metabisulfit kelarutannya di dalam air.

B. Metode yang saya gunakan dalam formulasi ini yaitu:


1. Metode Gom kering
Menurut Syamsuri, 2013 (Buku: Ilmu Resep)
Dimana pada metode Gom kering itu, zat pengemulsi dicampur
dengan minyak terlebih dahulu, kemudian ditambah air untuk
membentuk korpus emulsi.

Jika di hubungkan dengan teori emulsi, maka:


Menurut Syamsuri, 2013 (Buku: Ilmu resep) teori emulsiantara
lain:
1. Teori tegangan permukaan (surface tension)
Dimana molekul memiliki daya tarik menarik antara
molekul yang sejenis yang disebut daya kohesi. Selain itu,
molekul juga memiliki daya terik menarik antarmolekul yang
tidak sejenis yang disebut daya adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada
permukaan suatu zat cair akan terjadi perbedaan tegangan
karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan
yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan “tegangfan
permukaan” (surface tension)
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya
perbedaan tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat
bercampur (immicible liquid). Tegangan yang terjadi antara
dua cairan tersebut dinamakan “tegangan bidang batas”
(interfacial tension).
Jika dihubungkan dengan metode diatas maka,
penambahan emulgator akan menurunkan atau
menghilangkan tegangan yang terjadi pada bidang batas
sehingga antara kedua zat cair tersebut akan mudah
bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented wedge)


Terori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi
berdasarkan adanya kelarutan selektif dari bagian molekul
emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut
dalam air; dan ada bagian yang suka minyak atau yang
mudah larut dalam minyak.
Jadi, setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok,
yaitu:
a. Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka
air.
b. Kelompok lifopilik, yaitu bagian emulgator yang sukan
minyak.
Jika dihubungkan dengan metode diatas maka, fungsi dari
emulgator yang suka air (hidrofilik) dapat melarutkan bahan-
bahan yang tidak suka air agar dapat bercampur dengan air.

3. Teori film plastik (Interfacial Film)


Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap
pada batas antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan
film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase
internal. Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha
antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil.
Jika dihubungkan dengan metode di atas maka lapisan
film akan terbentuk pada saat prnambahan emulgator yang
kemudian diserap di antara batas air dan minyak yang
memungkinkan pembentukan emulsi menjadi stabil.

4. Teori Lapisan Listrik Rangkap (Electric Double Lyer)


Teori ini menjelaskan bahwa jika minyak terdispersi ke
dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan
lapisan berikutnya akan mempunyai muatan yang
berlawanan dengan lapisan yang didepannya. Dengan
demikian seolah-olah partikel minyak dilindungi oleh dua
benteng listrik yang saling berlawanan.
Jika dihubungkan dengan metode diatas maka saat
penambahan emulgator yang membuat minyak terdispersi
kedalam air maka permukaanya akan bermuatan sejenis,
sedangkan lapisan yang di belakangnya mempunyai muatan
yang berlawanan sehingga permukaan yang muatannya
sejenis tidak terpengaruh oleh permukaan lain karena telah
dilindungi oleh lapisan yang ada di belakangnya.

Anda mungkin juga menyukai