DINAMIKA KRISTAL
OLEH:
NOVIA (4173121036)
KELOMPOK 3
Maret, 2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yanglebih baik lagi.
Demikian, dan apa bila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................20
3.1. Kesimpulan..................................................................................................................20
3.2.Saran.............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini guna untuk mengetahui apa
yang dimaksud drngan dinamika kisi Kristal.
1
BAB II
PEMBAHASAN
Kristal tersusun oleh atom-atom yang “diam” pada posisinya di titik kisi.
Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi
kesetimbangannya.Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari
energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.
Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada
kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan
dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang
pendek dan pedekatan gelombang panjang.
∂2 u ( x)
ρdx= =[ S ( x+ dx )−S ( x ) ] A …………………………………… (2.1)
∂ t2
2
Dimana: ρ=rapat massa
S A= LuasPenampang
S= stress yang didefinisikangayapersatuanluas
S=Ye¿…………………….(2.20)
du
e= ……………………………………..………….(2.3)
dx
∂2 u ρ ∂2 u ∂2 u 1 ∂2 u
= ; − =0………………………(2.4)
∂ x 2 Y ∂ t2 ∂ x 2 v 2 ∂ t2
i(kx−ωt)
U =C e ……………………………………….……. (2.5)
Dimana :
C = Amplitudo
k = Bilangan gelombang
ω2 Y
= ………………………….……………. (2.6)
k2 ρ
3
ω
v= = v= Y ………………………… (2.7)
k ρ √
Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum
pada zat padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus
Young.Karena perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik
maka gelombang yang bersangkutan disebut gelombang elastik.
Gambar 2.1
Hubungandispersigelombangelas
Hubungan ω (k) untuk perambatan gelombang dalam suatu zat perantara
dinamakan hubungan dispersinya. Untuk sebagian besar proses-proses fisik yang
menyangkut bahan curah dengan panjang gelombang yang jauh lebih besar dari
jarak antar atomik, kita akan menjumpai hubungan disperse yang bersifat linier.
Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan
vibrasi kolektif suatu bahan. Gambar 2.2.memperlihatkan model kisi dengan basis
monoatomik dalam satu bidang s dengan konstanta kisi sama dengan a. Pada saat
bervibrasi setiap atom berpindah dari tempatnya. Karena atom-atom berinteraksi
satu sama lain dengan atom terdekatnya, atom-atom yang bervibrasi bergerak
secara bersamaan. Bila terdapat gaya yang bekerja pada bidang s sehingga
mengakibatkan perpindahan atom-atom pada bidang s ke s+p, dimana gaya
tersebut sebanding dengan perbedaan perpindahan kedua bidang, (U s+p – Us). Bila
kita hanya memperhatikan interaksi antara bidang terdekat saja, yaitu p = ± 1 saja,
supaya total pada s yang datang dari bidang s ± 1 :
4
a
b
Gambar 2.2. Model kisi monotomik (a). Bidang atom berpindah pada gelombang
longitudinal (b). Bidang atom berpindah pada gelombang transversal,
menggambarkan perpindahan bidang s dari posisi kesetimbangannya.
Pada zat padat yang homogen transmisi suatu gelombang bidang dalam
arah tertentu, arah x dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan perpindahan,
Dimana:
A=amplitudo,
Lebih khusus seamalog dengan Persamaan (2.9), perpindahan bidang ke s,
k = bilangangelombang
5
ω= frekwensi sudut
t = waktu
U s= Aexp[i ( ksa−ωt ) ]……………………………….(2.10)
Dimana :
sa = posisikesetimbanganbidang s
a = jarakantarbidang
d2U s 2
2
=−ω A exp [−i ( ksa−ωt ) ]=−ω U s ………….. (2.11)
dt
Sesuai dengan hukum Newton kedua, gaya pemulihan pada bidang s adalah
2
d Us 2
F s=m 2
=−mω U s……………………….…………. (2.12)
dt
−mω2 U s=¿-μ ¿
μ U s+1 U s−1
ω 2=
m (
2−
Us
−
Us )
μ
= ( 2−exp . [ ika ] −exp .[−ika] )…………………….(2.13)
m
μ
ω 2= ( 2−2 cos ka )
m
2μ
= ( 1−cos ka )
m
4μ 2
= sin ¿ )……………………………………………………….(3.14)
m
6
Dalam model ini kita memiliki dua jenis atom yang bermasa M yang
terletak dalam suatu bidang dan atom yang bermasa m pada bidang yang lain.
Kedua atom tersebut dapat dipandang sebagai satu rantai linier dimana jarak
antara dua atom terdekat pada saat keadaan kesetimbangannya adalah a.
m
M
Gambar
2.3. Untaian linier atom bermasa m dan M dengan jarak antara dua atom terdekat
adalah a, jarak pengulangan adalah 2a
Diasumsikan bahwa interaksi hanya terjadi diantara atom terdekat saja dan
konstanta gaya adalah identik. Perpindahan yang terjadi adalah dalam daerah
jangkauan hukum Hooke. Persamaan gaya bagi perpindahan U2l dan U2l + 1 adalah:
d2 U 2r
M = −mω2 U 2 r=μ(2U 2 r +1 +U 2 r−1−2 U 2 r )
d t2
d 2 U 2 r+1
M 2
= −mω2 U 2 r+1 =μ (2U 2 r+2 +2U 2 r−U 2 r +1)…………………(2.15)
dt
U 2 r +1=B ei ¿ ¿ ¿………………………………………………..….(2.17)
7
Atau
(2 μ−mω2 ¿ A - ¿)B=0
- ¿)A + (2 μ−mω2 ¿ B = 0
Persamaan ini memiliki solusi yang tidak trivial hanya jika determinan koefisien
A dan B sama dengan nol.
……………………….(2.19)
8
2μ
ω 2= untuk ka=π /a…………….. (2.20)
m
Cabang bagian bawah pada Gambar 2.4 diperoleh dari pemilihan negatif pada
Persamaan (2-19).Cabang ini disebut dengan cabang akustik.Sedangkan cabang
bagian atas diperoleh dari pemilihan tanda positif pada persamaan (2.19).Cabang
ini disebut dengan cabang optik.
Gambar 2.4. Cabang optik (bagian atas) dan akustik (bagian bawah) dari relasi
dispersi untuk kisi linier diatomik, dengan jarak pengulangan adalah 2a.
Sejumlah panas (∆ Q) yang diperlukan per mol zat untuk menaikkan suhunya
disebut kapasitas panas. Bila kenaikan suhu zat ∆T, maka kapasitas panas adalah:
∆Q
C=
∆T
Jika proses penyerapan panas berlangsung pada volume tetap, maka panas
yang diserap sama dengan peningkatan energi dalam zat, ∆Q = ∆E, E menyatakan
energi dalam. Kapasitas panas pada volume tetap (Cv) dapat dinyatakan :
C v= ( ∆∆ TE )=( ∂∂ TE )
Kapasitas panas zat bergantung pada suhu, lihat gambar 2.11.Kapasitas panas
zat pada suhu tinggi mendekati nilai 3R; R menyatakan tetapan gas umum. Karena
R ≅ 2 kalori/K-mol, maka pada suhu tinggi kapasitas panas zat padat :
9
C v ≅ 6 kalori/K-mol
Nilai di atas berlaku dalam selang suhu termasuk suhu ruang. Kenyataannya
Cv memiliki nilai 3R pada suhu tinggi untuk semua zat, ini yang dikenal sebagai
hukum Dulong-Petit. Pada suhu rendah, Cv menyimpang dari hukum Dulong-
Petit, Nilai Cv menurun seiring dengan berkurangnya suhu T, dan Cv menuju nol
untuk T = 0. Di sekitar T = 0 nilai Cv sebanding dengan T 3. Bagaimanakah
kebergantungan Cv terhadap T ini dapat diterangkan ? Berikut akan dibahas tiga
buah model untuk menjelaskan Cv tersebut.
Apabila zat padat penyerap energi panas akan terjadi gejala termal, yaitu
atom-atom bergetar di sekitar posisi setimbangnya. Menurut fisika klasik, getaran
atom-atom zat padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik.Satu getaran atom
identik dengan sebuah osilator harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu
konsep/model yang secara makroskopik dapat dibayangkan sebagai sebuah massa
m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas C. Untuk osilator
harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :
10
…….………….2.39
vm xm
−ε
∫ ∫ ε exp ( kT ) dv dx
έ = v=0
v
x=0
x
m m
−ε
∫ ∫ exp ( kT ) dv dx
v=0 x=0
dengan k tetapan Boltzmann dan T suhu osilator. Faktor exp (-ε/kT) disebut bobot
Boltzmann atau lengkapnya fungsi distribusi Maxwell - Boltzmann.
Energi rata-rata osilator seperti pada persamaan (2.40) dapat juga ditentukan
melalui prinsip ekuipartisi energi.Menurut prinsip ini, setiap sistem yang
mempunyai satu derajad bebas yang berbentuk kuadrat dari besaran gerak (v 2, x2,
1
ω2 ....) mempunyai energi rata-rata yang setara dengan kT.
2
Jadi untuk osilator harmonik satu dimensi yang mempunyai dua derajat bebas
(persamaan 2.39) mempunyai energi rata-rata :
1 1
έ = kT + kT =kT
2 2
E=3 N A έ=3 N A kT =3 RT
11
Dengan demikian kapasintasi panasnya:
C v= ( ∂∂ ET )=3 R
Dari hasil (2.42) ini terlihat bahwa menurut model fisika klasik, kapasitas panas
zat padat tidak bergantung suhu dan berharga 3R.Hal ini sesuai dengan hukum
Dulong-Petit yang hanya berlaku untuk suhu tinggi.Sedangkan untuk suhu rendah
jelas teori ini tidak berlaku.
ε n=n ħω 2.43
n = 0,1,2,3
h
Dengan ħ= ; h tetapan Planck. Pada tingkat dasar n = 0, energi osilator ε 0 = 0.
2π
Tingkat berikutnya n = 1, 2 dan seterusnya. Perbedaan energi antar tingkat adalah
ħω ; lihat gambar 2.12.
12
−ε
∑ εn exp
n=0
έ =
( kT )
n
(2.44)
−ε
∑ exp ( kT ) n
n=0
ħω
2 kT
C v=( ∂∂ ET )=3 R ( ħω ) e
kT ¿ ¿
(2.46)
k θ E=ħ ωt
E
θE 2 e T
C v =3 R( )
T ¿¿
(2.48)
Pada suhu tinggi (T>>), maka nilai (θE/T) berharga kecil; sehingga exp
(θE/T) dapat diuraikan ke dalam deret sebagai berikut :
13
Menurut hasil ini jelas bahwa model Einstein cocok pada suhu tinggi.
Bagaimana untuk suhu rendah?Pada suhu rendah (T<<) nilai (θE/T) besar. Hal ini
berdampak pada penyebut dalam persamaan (2.48); yaitu :
eθE /T - 1 ≅ eθE /T
θ E 2 −θT E
C v =3 R ( )
T
e
−θE
T
≡ B(T )e
Dengan
2
θE
B (T )=3 R ( ) T
−θ E
Jadi, pada suhu rendah Cv sebanding dengan e T dan jelas ini tidak cocok dengan
hasil eksperimen, dimana Cv sebanding dengan T3. Sekali lagi, model inipun
gagal menjelaskan Cv pada suhu rendah.
E=∫ έ ( ω ) g ( ω ) dω (2.51)
0
14
15
έ ( ω ) adalah energi rata-rata osilator seperti pada model Einstein, lihat
persamaan (2.45) , sedangkan g ( ω ) adalah rapat keadaan seperti pada persamaan
(2.19). dalam selang frekuensi antara ω=0 dan ω=ω D ,g ( ω ) memenuhi :
ωD
∫ g ( ω ) dω=3 N A (2.52)
0
Jumlah moda getaran sama dengan jumlah mol osilator tiga dimensi, yang
dalam kurva pada gambar 2.13 ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi potong
ω D dapat ditentukan dengan cara memasukkan persamaan (2.19) ke dalam
persamaan (2.52),yang memberikan :
1
6 π2 N A
ω D =v s ( V ) 3
(2.53)
V 4π
q D=n A (2.53a)
(2 π ) 3
3
16
Gambar 2.14. bola Debye dengan jejari q D
ℏω
X=
kT
k θ D =ℏ ω D
Pada suhu tinggi (T>>θ D), batas atas integral (θ D /T ¿ sangat kecil,
demikian juga variabel x. Sebagai pendekatan dapat diambil :
e x ≅ 1+ x
= 3R
17
Sesuai dengan Dulong-Petit, sehingga pada suhu tinggi model ini cocok
dengan hasil eksperimen.
Pada suhu rendah (T<<θ D), batas integral pada persamaan (2.56) menuju
4 π4
tak berhingga: dan integral tersebut menghasilkan . Dengan demikian :
15
T 3 4 π4
C v =9 R ( )
θD
.
15
12 π 4 R 3
¿ T (2.59)
5 θ3D
Pada subbab 2.1 telah dibahas bahwa gerakan atom dapat dipandang
sebagai paket energi yang disebut fonon. Bila dihubungkan dengan model Debye,
energi fonon terkuantisasi yang diberi bentuk :
ε =ℏω (2.60)
ṕ=h q́ (2.61)
18
Dengan
|qr|= 2λπ
Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa bila gelombang elektromagnet
merambat identik dengan adanya arus foton, sedangkan pada rambatan gelombang
mekanikatau gelombang suara identik dengan adanya aliran arus fonon yang
membawa energi dan momentum seperti pada persamaan (2.60) dan (2.61).
1
ń= ℏω /kT (2.62)
e −1
Bila pada ujung-ujung suatu bahan padat berada pada suhu yang berbeda
T1 dan T2, dengan T2 > T1 , maka panas akan mengalir dari ujung yang bersuhu
tinggi ke ujung yang bersuhu rendah, lihat gambar 2,15.
Gambar 2.15. Konduksi termal oleh gelombang kisi (fonon). Tanda panah menyatakan fonon-
fonon
Rapat arus panas Q, yaitu arus per satuan luas, sebanding dengan gradien suhu (
∂ T / ∂x) dan dituliskan sebagai :
∂T
Q=−K (2.63)
∂x
19
Tetapan K menyatakan kemudahan perambatan panas dalam zat padat yang
disebut konduktivitas termal. Tanda minus (-) diberikan agar K merupakan
bilangan positif.
1
K= Cv vl (2.64)
3
Dengan C v kapasitas bebas rata-rata fonon (lintasan yang ditempuh fonon tanpa
menumbuk). Pada tabel 2.2. diberikan data konduktivitas termal dan lintasan
bebas rata-rata fonon untuk beberapa bahan.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan vibrasi
kolektif suatu bahan. Vibrasi ini dapat terjadi pada atom monoatomik dan
diatomik.Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat
pada kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan
dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang
pendek dan pedekatan gelombang panjang.
3.2 SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22