Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH FISIKA ZAT PADAT

DINAMIKA KRISTAL

OLEH:

MONARISA NAPITUPULU (4173121030)

NANDA JULFA REZEKI (4173121032)

NINA KARINA BR SEMBIRING (4173121034)

NOVIA (4173121036)

KELOMPOK 3

FISIKA DIK C 2017

MATA KULIAH :FISIKA ZAT PADAT

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :

Prof. Dr. M. Sirait, M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Maret, 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yanglebih baik lagi.

Demikian, dan apa bila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Medan, Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

1.1 Latar Belakang........................................................................................................1

1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................................1

1.3 Manfaat Penulisan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

2.1 Gelombang Elastik................................................................................................2

2.2Vibrasi Pada Kisi Monoatomik..............................................................................4

2.3 Kristal Linear Diatomik.........................................................................................5

2.4 Kapasitas Panas Dan Statistik Fonon....................................................................9

2.4.1 Model Teori Klasik......................................................................................10

2.4.2 Model Einstein.............................................................................................12

2.4.3 Model Debye................................................................................................14

2.4.4 Energi dan Jumlah Fonon.............................................................................17

2.5 Konduksi Termal...................................................................................................18

BAB IV PENUTUP...........................................................................................................20

3.1. Kesimpulan..................................................................................................................20

3.2.Saran.............................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Studi tentang dinamika kisi Kristal secara khusus menelah getaran atom-
atom di dalam Kristal. Hal ini penting mengingat bahwa getaran atom-atom di
dalam Kristal itu menentukan sifat termal Kristal dan pula memainkan peran
sangat penting di dalam berbagai gejala fisik seperti : hamburan netron,
relaksasi spin kisi, transmisi sinar infra merah, perambatan gelombang
ultrasonik dan lain sebagainya.
Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan
vibrasi kolektif suatu bahan.Vibrasi ini dapat terjadi pada atom monoatomik
dan diatomik.Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang
merambat pada kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan
dibandingkan dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan
pendekatan gelombang pendek dan pedekatan gelombang panjang.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. Mengetahui dinamika kisi Kristal
2. Mengetahui gelombang elastic
3. Mengetahui kisi pada ataom monoatomik
4. Mengetahui kisi pada atom diatomic

1.3 MANFAAT PENULISAN

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini guna untuk mengetahui apa
yang dimaksud drngan dinamika kisi Kristal.

1
BAB II

PEMBAHASAN

Kristal tersusun oleh atom-atom yang “diam” pada posisinya di titik kisi.
Sesungguhnya, atom-atom tersebut tidaklah diam, tetapi bergetar pada posisi
kesetimbangannya.Getaran atom-atom pada suhu ruang adalah sebagai akibat dari
energi termal, yaitu energi panas yang dimiliki atom-atom pada suhu tersebut.

Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat pada
kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan
dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang
pendek dan pedekatan gelombang panjang.

 Pendekatan gelombang pendek apabila gelombang yang digunakan memiliki


panjang gelombang yang lebih kecil dari pada jarak antar atom. Dalam
keadaan ini, gelombang akan “melihat” kristal sebagai tersusun oleh atom-
atom yang diskrit; sehingga pendekatan ini sering disebut pendekatan kisi
diskrit. Sebaliknya, bila dipakai
 Gelombang yang panjang gelombangnya lebih besar dari jarak antar atom, kisi
akan “nampak” malar (kontinyu) sebagai suatu media perambatan gelombang.
Oleh karena itu, pendekatan ini sering disbut sebagai pendekatan kisi malar.

2.1 GELOMBANG ELASTIK

Vibrasi dapat dipandang sebagai gelombang elastis.


Andaikan gelombang elastis merambat dalam suatu medium
yang berbentuk batangan seperti disamping.

Dalam pendekatan gelombang panjang, tinjau sebuah


batang berpenampang A dengan rapat massa ρ , yang dirambati gelombang
mekanik ke arah memanjang batang x. Pada setiap titik x dalam batang terjadi
perubahan panjang u (x) sebagai akibat adanya tegangan S(x) dari
gelombang. Maka berlaku:

∂2 u ( x)
ρdx= =[ S ( x+ dx )−S ( x ) ] A …………………………………… (2.1)
∂ t2

2
Dimana: ρ=rapat massa

S A= LuasPenampang
S= stress yang didefinisikangayapersatuanluas

Sesuai dengan hukum hooke,

S=Ye¿…………………….(2.20)

Dengan Y = modulus Young (atau modulus elastis “bulk” K), e = strain


yang didefinisikan sebagai :

du
e= ……………………………………..………….(2.3)
dx

Dengan mensubstitusikan persamaan (2.2) dan dengan menggantikan S


pada persamaan (2.1), maka diperoleh

∂2 u ρ ∂2 u ∂2 u 1 ∂2 u
= ; − =0………………………(2.4)
∂ x 2 Y ∂ t2 ∂ x 2 v 2 ∂ t2

Penyelesaian Persamaan (2.4) adalah berbentuk :

i(kx−ωt)
U =C e ……………………………………….……. (2.5)

Dimana :

C = Amplitudo

k = Bilangan gelombang

ω = frekuensi sudut gelombang

Substitusikan bentuk solusi persamaan diatas makaakan menghasilkan persamaan:

ω2 Y
= ………………………….……………. (2.6)
k2 ρ

Dari teori gelombang diketahui bahwa kecevatan phase gelombang adalah:

3
ω
v= = v= Y ………………………… (2.7)
k ρ √
Jelas bahwa kecepatan gelombang mekanik dalam batang (secara umum
pada zat padat) bergantung pada “besaran elastik” bahan tersebut, yakni modulus
Young.Karena perambatan gelombang tersebut bergantung pada besaran elastik
maka gelombang yang bersangkutan disebut gelombang elastik.

Hubungan antara ω dan k dapat dilihat pada grafik sebagai berikut.

Gambar 2.1
Hubungandispersigelombangelas
Hubungan ω (k) untuk perambatan gelombang dalam suatu zat perantara
dinamakan hubungan dispersinya. Untuk sebagian besar proses-proses fisik yang
menyangkut bahan curah dengan panjang gelombang yang jauh lebih besar dari
jarak antar atomik, kita akan menjumpai hubungan disperse yang bersifat linier.

2.2 Vibrasi Pada Kisi Monoatomik

Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan
vibrasi kolektif suatu bahan. Gambar 2.2.memperlihatkan model kisi dengan basis
monoatomik dalam satu bidang s dengan konstanta kisi sama dengan a. Pada saat
bervibrasi setiap atom berpindah dari tempatnya. Karena atom-atom berinteraksi
satu sama lain dengan atom terdekatnya, atom-atom yang bervibrasi bergerak
secara bersamaan. Bila terdapat gaya yang bekerja pada bidang s sehingga
mengakibatkan perpindahan atom-atom pada bidang s ke s+p, dimana gaya
tersebut sebanding dengan perbedaan perpindahan kedua bidang, (U s+p – Us). Bila
kita hanya memperhatikan interaksi antara bidang terdekat saja, yaitu p = ± 1 saja,
supaya total pada s yang datang dari bidang s ± 1 :

F S=μ (U s +1−U s )+ μ(U s−1−U s) = - μ(2 U s −U s+1−U s−1)…………..(2.8)

4
a
b

Gambar 2.2. Model kisi monotomik (a). Bidang atom berpindah pada gelombang
longitudinal (b). Bidang atom berpindah pada gelombang transversal,
menggambarkan perpindahan bidang s dari posisi kesetimbangannya.

Pada zat padat yang homogen transmisi suatu gelombang bidang dalam
arah tertentu, arah x dapat diungkapkan dalam bentuk persamaan perpindahan,

U s= Aexp[i ( kx−ωt ) ]……………………………….(2.9)

Dimana:

A=amplitudo,
Lebih khusus seamalog dengan Persamaan (2.9), perpindahan bidang ke s,

k = bilangangelombang
5
ω= frekwensi sudut

t = waktu
U s= Aexp[i ( ksa−ωt ) ]……………………………….(2.10)

Dimana :

sa = posisikesetimbanganbidang s

a = jarakantarbidang

Turunan dua kali pers.(2.10) terhadap waktu t, diperoleh

d2U s 2
2
=−ω A exp [−i ( ksa−ωt ) ]=−ω U s ………….. (2.11)
dt

Sesuai dengan hukum Newton kedua, gaya pemulihan pada bidang s adalah

2
d Us 2
F s=m 2
=−mω U s……………………….…………. (2.12)
dt

Dari persamaan (2.8) dan (2.12)

−mω2 U s=¿-μ ¿

μ U s+1 U s−1
ω 2=
m (
2−
Us

Us )
μ
= ( 2−exp . [ ika ] −exp .[−ika] )…………………….(2.13)
m

Kita ketahui bahwa 2 cos x = e ix +e−ix , maka

μ
ω 2= ( 2−2 cos ka )
m


= ( 1−cos ka )
m

4μ 2
= sin ¿ )……………………………………………………….(3.14)
m

2.3. Kristal Linier Diatomik

6
Dalam model ini kita memiliki dua jenis atom yang bermasa M yang
terletak dalam suatu bidang dan atom yang bermasa m pada bidang yang lain.
Kedua atom tersebut dapat dipandang sebagai satu rantai linier dimana jarak
antara dua atom terdekat pada saat keadaan kesetimbangannya adalah a.

m
M

Gambar
2.3. Untaian linier atom bermasa m dan M dengan jarak antara dua atom terdekat
adalah a, jarak pengulangan adalah 2a

Diasumsikan bahwa interaksi hanya terjadi diantara atom terdekat saja dan
konstanta gaya adalah identik. Perpindahan yang terjadi adalah dalam daerah
jangkauan hukum Hooke. Persamaan gaya bagi perpindahan U2l dan U2l + 1 adalah:

d2 U 2r
M = −mω2 U 2 r=μ(2U 2 r +1 +U 2 r−1−2 U 2 r )
d t2

d 2 U 2 r+1
M 2
= −mω2 U 2 r+1 =μ (2U 2 r+2 +2U 2 r−U 2 r +1)…………………(2.15)
dt

Persamaan ini diharapkan mempunyai solusi :

U 2 r =A ei [ka (2 r )−ωt ] ¿ ¿…………………………………………………..…….(2.16)

U 2 r +1=B ei ¿ ¿ ¿………………………………………………..….(2.17)

Substitusikan persamaan (2.16) kedalam persamaan (2.15), diperoleh


persamaan linear simultan.

Mω2 B=μA [ eika +e−ika ] −2 μB

mω2 A=μB [ e ika + e−ika ] −2 μA

7
Atau

Mω2 B=μA [ 2 cos ⁡(ka) ] −2 μB

mω2 A=μB [ 2 cos ⁡(ka) ] −2 μA……………………….. (2.18)

Ini memberikan persamaan untuk A dan B

(2 μ−mω2 ¿ A - ¿)B=0

- ¿)A + (2 μ−mω2 ¿ B = 0

Persamaan ini memiliki solusi yang tidak trivial hanya jika determinan koefisien
A dan B sama dengan nol.

Yang merupakan solusi untuk ω 2

……………………….(2.19)

Dari persamaan 2.19 didapat 2 solusi:

8

ω 2= untuk ka=π /a…………….. (2.20)
m

Cabang bagian bawah pada Gambar 2.4 diperoleh dari pemilihan negatif pada
Persamaan (2-19).Cabang ini disebut dengan cabang akustik.Sedangkan cabang
bagian atas diperoleh dari pemilihan tanda positif pada persamaan (2.19).Cabang
ini disebut dengan cabang optik.

Gambar 2.4. Cabang optik (bagian atas) dan akustik (bagian bawah) dari relasi
dispersi untuk kisi linier diatomik, dengan jarak pengulangan adalah 2a.

2.4. KAPASITAS PANAS DAN STATISTIK FONON

Sejumlah panas (∆ Q) yang diperlukan per mol zat untuk menaikkan suhunya
disebut kapasitas panas. Bila kenaikan suhu zat ∆T, maka kapasitas panas adalah:

∆Q
C=
∆T

Jika proses penyerapan panas berlangsung pada volume tetap, maka panas
yang diserap sama dengan peningkatan energi dalam zat, ∆Q = ∆E, E menyatakan
energi dalam. Kapasitas panas pada volume tetap (Cv) dapat dinyatakan :

C v= ( ∆∆ TE )=( ∂∂ TE )
Kapasitas panas zat bergantung pada suhu, lihat gambar 2.11.Kapasitas panas
zat pada suhu tinggi mendekati nilai 3R; R menyatakan tetapan gas umum. Karena
R ≅ 2 kalori/K-mol, maka pada suhu tinggi kapasitas panas zat padat :

9
C v ≅ 6 kalori/K-mol

Gambar 2.11. Kebergantungan kapasitas panas zat padat pada suhu

Nilai di atas berlaku dalam selang suhu termasuk suhu ruang. Kenyataannya
Cv memiliki nilai 3R pada suhu tinggi untuk semua zat, ini yang dikenal sebagai
hukum Dulong-Petit. Pada suhu rendah, Cv menyimpang dari hukum Dulong-
Petit, Nilai Cv menurun seiring dengan berkurangnya suhu T, dan Cv menuju nol
untuk T = 0. Di sekitar T = 0 nilai Cv sebanding dengan T 3. Bagaimanakah
kebergantungan Cv terhadap T ini dapat diterangkan ? Berikut akan dibahas tiga
buah model untuk menjelaskan Cv tersebut.

2.4.1. Model Teori Klasik

Apabila zat padat penyerap energi panas akan terjadi gejala termal, yaitu
atom-atom bergetar di sekitar posisi setimbangnya. Menurut fisika klasik, getaran
atom-atom zat padat dapat dipandang sebagai osilator harmonik.Satu getaran atom
identik dengan sebuah osilator harmonik. Osilator harmonik merupakan suatu
konsep/model yang secara makroskopik dapat dibayangkan sebagai sebuah massa
m yang terkait pada sebuah pegas dengan tetapan pegas C. Untuk osilator
harmonik satu-dimensi, energinya dapat dirumuskan :

10
…….………….2.39

Dengan v laju getaran

osilator, x simpangan osilator dan ω frekuensi sudut getaran osilator ¿ ( √ mc ).


Persamaan (2.39) adalah energi yang dimiliki oleh sebuah osilator harmonik; dan
karena setiap osilator dalam gerak harmoniknya mempunyai energi yang berbeda-
beda, maka dapat ditentukan energi rata-rata osilator harmonik.

vm xm
−ε
∫ ∫ ε exp ( kT ) dv dx
έ = v=0
v
x=0
x
m m
−ε
∫ ∫ exp ( kT ) dv dx
v=0 x=0

dengan k tetapan Boltzmann dan T suhu osilator. Faktor exp (-ε/kT) disebut bobot
Boltzmann atau lengkapnya fungsi distribusi Maxwell - Boltzmann.

Energi rata-rata osilator seperti pada persamaan (2.40) dapat juga ditentukan
melalui prinsip ekuipartisi energi.Menurut prinsip ini, setiap sistem yang
mempunyai satu derajad bebas yang berbentuk kuadrat dari besaran gerak (v 2, x2,

1
ω2 ....) mempunyai energi rata-rata yang setara dengan kT.
2

Jadi untuk osilator harmonik satu dimensi yang mempunyai dua derajat bebas
(persamaan 2.39) mempunyai energi rata-rata :

1 1
έ = kT + kT =kT
2 2

Selanjutnya, karena atom-atom dalam kristal membentuk susunan tiga-


dimensi, maka untuk satu mol osilator harmonik tiga-dimensi, energi dalamnya:

E=3 N A έ=3 N A kT =3 RT

11
Dengan demikian kapasintasi panasnya:

C v= ( ∂∂ ET )=3 R
Dari hasil (2.42) ini terlihat bahwa menurut model fisika klasik, kapasitas panas
zat padat tidak bergantung suhu dan berharga 3R.Hal ini sesuai dengan hukum
Dulong-Petit yang hanya berlaku untuk suhu tinggi.Sedangkan untuk suhu rendah
jelas teori ini tidak berlaku.

2.4.2. Model Einstein

Dalam model ini, atom-atom dianggap sebagai osilator-osilator bebas yang


bergetar tanpa terpengaruh oleh osilator lain di sekitarnya. Energi osilator
dirumuskan secara kuantum (berdasarkan teori kuantum) yang berharga diskrit :

ε n=n ħω 2.43

n = 0,1,2,3

h
Dengan ħ= ; h tetapan Planck. Pada tingkat dasar n = 0, energi osilator ε 0 = 0.

Tingkat berikutnya n = 1, 2 dan seterusnya. Perbedaan energi antar tingkat adalah
ħω ; lihat gambar 2.12.

Gambar 2.12.Spektrum energi osilator satu dimensi menurut teori kuantum.

Energi osilator seperti pada persamaan (2.43) berdasarkan anggapan


bahwa setiap osilator terisolasi terhadap osilator lainnya. Kenyataannya, osilator-
osilator akan saling “bertukar” energi dengan sekitarnya, sehingga energi osilator
akan selalu berubah. Pada keseimbangan termal, energi rata-rata osilator
dinyatakan oleh :

12
−ε
∑ εn exp
n=0
έ =
( kT )
n

(2.44)
−ε
∑ exp ( kT ) n

n=0

faktor (bobot) Boltzmann exp(-εn/kT) menyatakan kebolehjadian keadaan


berenergi εn tertempati. Kapasitas panasnya adalah:

ħω
2 kT
C v=( ∂∂ ET )=3 R ( ħω ) e
kT ¿ ¿
(2.46)

Dalam model Einstein frekuensi osilator ω biasa ditulis ωE yang disebut


frekuensi Einstein. Untuk menyederhana persamaan (2.46) didefinisikan suhu
Einstein (θE) menurut :

k θ E=ħ ωt

E
θE 2 e T
C v =3 R( )
T ¿¿
(2.48)

Cv menurut persamaan terakhir ini bila dilukiskan sebagai fungsi T akan


menghasilkan kurva yang secara kualitatif menyerupai kurva eksperimen dalam
gambar 2.11.; terutama untuk suhu rendah dimana Cv → 0 bila T → 0K. Suatu
hal yang tidak dihasilkan oleh model fisika klasik pada pembahasan terdahulu.
Tetapi, apakah benar bahwa hasil (2.48) cocok secara kuantitatif dengan kurva
eksperimen?

Pada suhu tinggi (T>>), maka nilai (θE/T) berharga kecil; sehingga exp
(θE/T) dapat diuraikan ke dalam deret sebagai berikut :

13
Menurut hasil ini jelas bahwa model Einstein cocok pada suhu tinggi.
Bagaimana untuk suhu rendah?Pada suhu rendah (T<<) nilai (θE/T) besar. Hal ini
berdampak pada penyebut dalam persamaan (2.48); yaitu :

eθE /T - 1 ≅ eθE /T

Sehingga ungkapan panas menjadi:

θ E 2 −θT E

C v =3 R ( )
T
e

−θE
T
≡ B(T )e

Dengan

2
θE
B (T )=3 R ( ) T

−θ E
Jadi, pada suhu rendah Cv sebanding dengan e T dan jelas ini tidak cocok dengan

hasil eksperimen, dimana Cv sebanding dengan T3. Sekali lagi, model inipun
gagal menjelaskan Cv pada suhu rendah.

2.4.3 Model Debye


Dalam model Einstein, atom-atom dianggap bergetsr secara terisolasi dari
atom di sekitarnya. Anggapan ini jelas tidak dapat diterapkan, karena gerakan
atom akan saking berinteraksi dengan atom-atom lainnya. Seperti dalam kasus
penjalaran gelombang mekanik dalam zat padat, oleh karena itu rambatan
gelombang tersebut atom-atom akan bergerak kolektif. Frekuensi getaran atom
bervariasi dari ω=0 sampai dengan ω=ω D . Batas frekuensi ω D disebut frekuensi
potong Debye.
Menurut model Debye ini, energi total getaran atom pada kisi diberikan
oleh ungkapan
ω0

E=∫ έ ( ω ) g ( ω ) dω (2.51)
0

14
15
έ ( ω ) adalah energi rata-rata osilator seperti pada model Einstein, lihat
persamaan (2.45) , sedangkan g ( ω ) adalah rapat keadaan seperti pada persamaan
(2.19). dalam selang frekuensi antara ω=0 dan ω=ω D ,g ( ω ) memenuhi :
ωD

∫ g ( ω ) dω=3 N A (2.52)
0

Jumlah moda getaran sama dengan jumlah mol osilator tiga dimensi, yang
dalam kurva pada gambar 2.13 ditunjukkan oleh daerah terarsir. Frekuensi potong
ω D dapat ditentukan dengan cara memasukkan persamaan (2.19) ke dalam
persamaan (2.52),yang memberikan :
1
6 π2 N A
ω D =v s ( V ) 3
(2.53)

Gambar 2.13. rapat keadaan menurut model Debye

Apabila kita menggambarkan kontur yang berhubungan dengan ω=ω D


dalam ruang-q seperti pada gambar 2.4. akan diperoleh sebuah bola yang disebut
bola Debye, dengan jejari q D yang disebut jejari Debye dan memenuhi (lihat
gambar 2.14):

V 4π
q D=n A (2.53a)
(2 π ) 3
3

16
Gambar 2.14. bola Debye dengan jejari q D

kembali pada persamaan (2.51), dengan substitusi έ (ω) pada persamaan


(2.54) dan g( ω) pada persamaan (2.19) diperoleh ukuran energi getaran kisi :
ωD
3V ℏ ω3
E= 2 3 ∫ ℏω/ kT dω (2.54)
2 π vs 0 e −1

Turunan pertama terhadap sushu persamaan (2.45) menghasilkan kapasitas


panas :
ωD
3 V ℏ2 ω 4 e ℏω/ kT
C v = 2 3 2 ∫ ℏω dω (2.55)
2 π v s kT 0 kT 2
(e −1)

Penampilan persamaan (2.55) dapat disederhanakan dengan


mendefenisikan :

ℏω
X=
kT

Dan suhu Debyeθ D :

k θ D =ℏ ω D

Sehingga bentuknya menjadi :


3 θ D /T
T x4 ex
C v =9 R
( )∫
θD 0
x
(e −1)
2
dx (2.56)

Pada suhu tinggi (T>>θ D), batas atas integral (θ D /T ¿ sangat kecil,
demikian juga variabel x. Sebagai pendekatan dapat diambil :

e x ≅ 1+ x

Sehingga integral yang bersangkutan menhhasilkan :


θD 3
1 θ
2
∫ x dx= 3 TD
0
( ) (2.57)

Masukkan hasil ini ke persamaan (2.56) :


3
T 3 1 θD
C v =9 R
( ) ( )
θD 3 T
(2.58)

= 3R

17
Sesuai dengan Dulong-Petit, sehingga pada suhu tinggi model ini cocok
dengan hasil eksperimen.

Pada suhu rendah (T<<θ D), batas integral pada persamaan (2.56) menuju
4 π4
tak berhingga: dan integral tersebut menghasilkan . Dengan demikian :
15

T 3 4 π4
C v =9 R ( )
θD
.
15

12 π 4 R 3
¿ T (2.59)
5 θ3D

Tabel 2.1 Suhu Debye untuk beberapa zat

2.4.4. Energi dan Jumlah Fonon

Pada subbab 2.1 telah dibahas bahwa gerakan atom dapat dipandang
sebagai paket energi yang disebut fonon. Bila dihubungkan dengan model Debye,
energi fonon terkuantisasi yang diberi bentuk :

ε =ℏω (2.60)

Analog dengan foton, maka momentum fonon dapat ditulis :

ṕ=h q́ (2.61)

18
Dengan

|qr|= 2λπ
Dalam hal ini dapat dibayangkan bahwa bila gelombang elektromagnet
merambat identik dengan adanya arus foton, sedangkan pada rambatan gelombang
mekanikatau gelombang suara identik dengan adanya aliran arus fonon yang
membawa energi dan momentum seperti pada persamaan (2.60) dan (2.61).

Jumlah fonon dalam suatu moda gelombang pada kesetimbangan termal


dapat diprediksi dari persamaan (2.45). karena energi setiap fonon adalah ℏω dan
energi rata-rata fonon dalam suatu moda gelombang adalah :

1
ń= ℏω /kT (2.62)
e −1

Jadi jumlah fonon bergantung suhu, pada T = 0, n = 0, tetapi bila T


meningkat, n akan bertambah. Pada suhu tinggi ń ≅ kT /ℏ. Dengan demikian dapat
ikatakan fonon tercipta dengan menaikkan suhu ; dan hal ini berbeda dengan
partikel lain (proton,elektron) yang jumlahnya tetap meskipun suhunya berubah.

2.5 Konduksi Termal

Bila pada ujung-ujung suatu bahan padat berada pada suhu yang berbeda
T1 dan T2, dengan T2 > T1 , maka panas akan mengalir dari ujung yang bersuhu
tinggi ke ujung yang bersuhu rendah, lihat gambar 2,15.

Gambar 2.15. Konduksi termal oleh gelombang kisi (fonon). Tanda panah menyatakan fonon-
fonon

Rapat arus panas Q, yaitu arus per satuan luas, sebanding dengan gradien suhu (
∂ T / ∂x) dan dituliskan sebagai :

∂T
Q=−K (2.63)
∂x

19
Tetapan K menyatakan kemudahan perambatan panas dalam zat padat yang
disebut konduktivitas termal. Tanda minus (-) diberikan agar K merupakan
bilangan positif.

Dalam pembahasan rambatan panas oleh fonon sangat tepat untuk


membayangkan fonon-fonon sebagai suatu gas seperti pada gambar 2.15. pada
setiap daerah dalam ruang selalu terdapat fonon yang bergerak acak ke segala
arah. Penggunaan model gas ini memungkinkan diterapkan teori kinetik gas. Pada
keadaan tertentu, konsuktivitas termal dapat dinyatakan sebagai berikut :

1
K= Cv vl (2.64)
3

Dengan C v kapasitas bebas rata-rata fonon (lintasan yang ditempuh fonon tanpa
menumbuk). Pada tabel 2.2. diberikan data konduktivitas termal dan lintasan
bebas rata-rata fonon untuk beberapa bahan.

Tabel 2.2 . konduktivitas termal dan lintasan bebas rata-rata fonon

20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Energi vibrasi dari kisi disebut sebagai fonon, yang mana merupakan vibrasi
kolektif suatu bahan. Vibrasi ini dapat terjadi pada atom monoatomik dan
diatomik.Getaran atom dapat pula disebabkan oleh gelombang yang merambat
pada kristal. Ditinjau dari panjang gelombang yang digunakan dan dibandingkan
dengan jarak antar atom dalam kristal, dapat dibedakan pendekatan gelombang
pendek dan pedekatan gelombang panjang.

3.2 SARAN

Dari pembahasan materi dinamikakristal, kami menyadari bahwa masih


banyak kekurangan dalam penyusunan serta pendalaman materi yang telah kami
paparkan. Untuk itu, Kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini kedepannya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.kel2zadat. 2010. Dinamika Kisi. Tersedia pada :


http://kel2zadat.blogspot.com/2010/06/babii-dinamika-kisi-dalam-bab-
yang_02.html

Wendri, Nyoman. 2016.Diktat Fisika Zat Padat. Bukit Jimbaran:Universitas


Udayana.

22

Anda mungkin juga menyukai