Anda di halaman 1dari 19

Tugas Mini Riset

MK. EKOLOGI HEWAN DAN


TUMBUHAN

PRODI S1 P. IPA- FMIPA

Skor Nilai

ANALISIS VEGETASI DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

Dosen Pengampu: Wina Dyah Puspitasari, M.Si.

DISUSUN OLEH:
Kelompok III
Intana Juwita Siregar (4193151007)
Laurensia Romaria Sinaga (4193351020)
Lulu Trisnawati (4191151005)
Rafiqa Nurhidayah Hasibuan (4191151006)
Ranisa (4191151018)
Widya Amelia Triana Manalu (4193351021)

Mata Kuliah : EKOLOGI HEWAN DAN TUMBUHAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM / BIOLOGI


FMIPA – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
April, 2020

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami sanggup menyelesaikan Mini Riset
tentang materi Perhitungan Analisis Vegetasi ini semaksimal mungkin.
Adapun maksud kami menyusun Mini Riset ini adalah untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Ekologi Tumbuhan dan Hewan yang telah di amanahkan kepada kami. Kami juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada Ibu Wina Dyah Puspitasari, M.Si. selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekologi Tumbuhan dan Hewan ini.
Kami menyadari bahwa Mini Riset ini tentu saja tidak lepas dari banyaknya
kesalahan dan kekurangan. Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang kami miliki.
Oleh sebab itu, kami membutuhkan masukan dan kritik yang bersifat membangun
yang berasal dari semua pihak, demi perbaikan kedepan. Kami berharap Mini Riset ini
bermanfaat untuk kita semua.

Medan, 25 Maret 2020


Penyusun

Kelompok III

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi permasalahan yang dibahas 4

B. Tujuan 4

C. Manfaat 4
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
A. PermasalahanUmum 5

B. Identifikasi Permasalahan 5

BAB III HASIL/ SOLUSI DAN PEMBAHASAN


A. Hasil/Solusi dan Pembahasan Permasalahan 8
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 14
DAFTAR PUSTAKA 15

BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi permasalahan/isu yang di bahas


Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur
vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan
analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks
nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat
diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Salah satu dari metode dalam menganaliasi vegetasi adalah metode plot. Plot
merupakan suatu prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe
organisme. Plot berbentuk persegi ataupun lingkaran. Metode plot termasuk metode yang
mudah dan sangat sederhana untuk dilakukan. Pada makalah ini akan dibahas tentang
hasil analisis vegetasi dan sampling dengan menggunakan metode plot yang telah
dilakukan di kawasan Universitas Negeri Medan.
B. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana perhitungan analisis vegetasi.
2. Mengetahui hasil analisis data vegetasi dari hasil sampling yang dilakukan di
kawasan Unimed
3. Memberikan pengetahuan tentang teknik sampling tumbuhan dengan menggunakan
metode plot.
C. Manfaat
1. Bagi penulis makalah ini memberikan manfaat yang sangat besar, karena dengan
adanya penyusunan makalah mengenai perhitungan Analisis vegetasi.
2. Bagi pembaca khususnya para Mahasiswa/i, makalah ini dapat memberikan
wawasan mengenai hasil data vegetasi dan hasil sampling yang dilakukan di
kawasan Universitas Negeri Medan.

BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

A. Permasalahan Umum

Permasalahan umum yang sering terjadi dalam analisis vegetasi adalah pembuatan
kuadrat (petak contoh) dilapangan, ada metode sampling yang disebut teknik sampling
tanpa petak. Contohnya yaitu plotless sampling technique . Metode ini pada dasarnya
memanfaatkan pengukuran jarak antara individu tumbuhan atau jarak dari pohon yang di
pilih secara acak terhadap individu-individu tumbuhan yang terdekat dengan asumsi
individu tumbuhan menyebar secara acak. Dengan demikian disamping metode ini akan
menghemat waktu karena tidak memerlukan pembuatan petak contoh di lapangan,
kesalahan sampling dalam proses pembuatan petak contoh dan penentuan individu
tumbuhan berada di dalam atau di luar kuadrat dapat dikurangi. Paling sedikit terdapat
empat macam metode tanpa petak contoh yang berdasarkan satuan contoh berupa titik
yang penempatannya di lapangan biasa secara acak atau sistematik.

B. Identifikasi Permasalahan

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa


jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan
bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun
vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh serta dinamis.

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis
vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan:

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.

2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu
jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon
hutan, padang rumput atau alang-alang dan vegetasi semak belukar.

Dari segi ekologis pengambilan sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk
keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan
“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat
analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan besarnya atau
banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva (lengkung) spesiesnya.
Kurva spesies tersebut diperlukan untuk:
1. Luas atau besar minimum suatu petak atau plot yang dapat mewakili tegakan.

2. Jumlah minimal petak-petak sampling kecil atau plot plotyang diperlukan agar hasilnya
mewakili tegakan.

Rumusan Masalah

1.Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi?

2. Bagaimana cara perhitungan analisis vegetasi?

3. Apa yang dimaksud metode sampling dalam analisis vegetasi

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang
luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini
ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak
contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak
adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili
komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan
diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap
dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik.

Struktur masyarakat hutan dapat dipelajari dengan mengetahui sejumlah


karakteristik tertentu diantaranya, kepadatan, frekuensi, dominansi dan nilai penting. Dalam
analisis ini kami selaku praktikan melakukan metode kuadrat.

Dalam melakukan penelitian,informasi dan pencapaian yang kami peroleh dibantu


dengan data setiap kelompok yang melakukan praktikum, dan motode yg kami lakukan
adalah metode kuadrat. Dalam setiap data yang kami kumpulkan tertera setiap plot dan
tanaman apa saja yang ada didalam setiap plot atau petakan. Dari keseluruhan data akan
kami hitung kerapatan, frekuensi, dominansi,dan nilai penting.

Dalam proses pelaksanaan para peneliti menggunakan metode penelitian kuadrat


untuk menganalisis vegetasi di kawasan Universitan Negeri Medan.  Metode kuadran
adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh  (plotless) metode ini
sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan tihang, contohnya
vegetasi hutan. Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm maka
disebut pohon, dan jika diameter tersebut antara 10-20 cm maka disebut pole (tihang), dan
jika tinggi pohon 2,5 m sampai diameter 10 cm disebut saling atau belta ( pancang ) dan
mulai anakan sampai pohaon setinggi 2,5 meter disebut seedling ( anakan/semai ).

            Metode kuadran mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya. Metode ini mudah dan lebih cepat
digunanakan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya.
Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutuhkan
plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik.  Metode ini cocok digunakan
pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa dengan melakukan
perhitungan satu persatu akan membutuhkan waktu yang sangat lama, biasanya metode
ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Beberapa
sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat –
sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sistem
Analisis dengan metode kuadrat yaitu kerapatan, frekuensi, dominansi, dan INP (Indeks
Nilai Penting)

BAB III

HASIL/SOLUSI DAN PEMBAHASAN

Analisis Vegetasi: Kurva Spesies Area adalah langkah awal yang digunakan untuk
menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak contoh (kuadrat). Pengamatan
parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Vegetasi atau
komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar, dan lain-lain.struktur dan komposisi
vegetasi pada suatu wilayah dipengarui oleh komponen ekosistem lainnya yang saling
berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah tersebut
sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi berbagai faktor lingkungan dan
dapat mengalami perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.

Praktikum Analisis Vegetasi: Kurva Spesies Area kami laksanakan pada tanggal 3 Maret
2020 pada pukul 13.50-16.30 di samping masjid unimed. alat dan bahan yang diperlukan
pada praktikum yaitu:

Alat :
 Tali/benang dan meteran untuk menentukan luas petak penelitian
 Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah individu di dalam petak penelitian
 Petak tanda batas agar memudahkan pekerjaan di lapangan
 Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data
 Perlengkapan pembuatan herbarium

Bahan:

 Objek, berupa tipe komunitas tumbuhan herbarium

Adapun langkah kerja/prosedur kerja dari praktikum Analisis Vegetasi: Kurva Spesies Area
yaitu:

1. Pilih satu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan tentukan batas-
batasnya
2. Ditengah komunitas tersebut ditentukan petak contoh 1. Ini tergantung pada luasan
areal dan keragaman jenisnya. Namun demikian petak contoh yang lazim digunakan
untuk permulaan petak contoh pada tanaman herba adalah 1×1 m atau sebuah
lingkaran dengan jari-jari 0,56 m.
3. Catat jumlah jenis yang terdapat pada petak contoh 1 dalam tabel lembar data
4. Perluas petak contoh 1 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 2) dan catat
pertambahan jenis yang terdapat pada petak contoh 2
5. Perluas contoh 2 menjadi 2 kali lipatnya (= petak contoh 3) dan catat pertambahan
jenis yang terdapat pada petak contoh 3. Demikian sterusnya
6. Penambahan petak contoh dihentikan bila tidak ada kenaikan jumlah jenis atau
penambahan jenis sudah tidak berarti atau kurang 5-10%.

3
6

1 2 4

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Teknik pengumpulan data peneliti adalah menyusun laporan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Peneliti akan menyajikan data-data yang telah dikategorikan,
mendeskripsikan hasil analisis menarik kesimpulan serta saran terhadap hasil penelitian.
Dengan cara menghitung setiap kerapatan, frakuensi, dominansi, INP. Cara
perhitungannya sebagai berikut:
 KERAPATAN/DENSITAS (K)
Yaitu : Jumlah individu per satuan luas atau per unit volume
Kerapatan spesies ke-i dapat dihitung dengan cara:
jumlah individu satuan jenis(i)
K-i =
Luas seluruh plot
K suatu jenis
K Relatif (KR)-i = x 100%
K total seluruh jenis
 FREKUENSI (F)
Yaitu : jumlah plot tempat ditemukannya suatu spesies dari sejumlah plot yang
dibuat. Frekuensi merupakan besarnya intensitas ditemukannya spesies dalam
pengamatan keberadaan organisme pada komunitas atau ekosistem.
Frekuensi spesies (F), Frekuensi spesies ke-i (F-i), dan Frekuensi Relatif spesies ke-
i (FR-i) dapat dihitu jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i)ng dengan cara :
jumlah satuan petak yang diduduki oleh jenis (i)
F-i =
Jumlah seluruh plot
frekuensi jenis(i)
FR-i = x 100%
Jumlah frekuensi seluruh jenis
 DOMINANSI (D)
Menyatakan suatu jenis tumbuhan utama yang mempengaruhi dan melaksanakan
kontrol terhadap komunitas dengan cara banyaknya jumlah jenis, besarnya ukuran
maupun pertumbuhannya yang dominan. Dominansi spesies ke-i dapat dihitung
dengan cara:
jumlah kerimbunan individu suatu jenis (i)
D-i =
luas area sampel
dominansi jenis(i)
DR-i = x 100%
Jumlah dominansi seluruh jenis
 INDEKS NILAI PENTING/ IMPORTANT VALUE INDEX (INP)
Indeks kepentingan yang menggambarkan pentingnya peranan suatu vegetasi
dalam ekosistemnya. Apabila nilai INP suatu jenis vegetasi bernilai tinggi, maka jenis
itu sangat mempengaruhi kestabilan ekosistem tersebut.
Indeks nilai penting (INP) dapat digunakan untuk menentukan dominansi jenis
tumbuhan terhadap jenis tumbuhan lainnya, karena dalam suatu komunitas yang
bersifat heterogen data parameter sendiri-sendiri dari nilai frekuensi, kerapatan, dan
dominansinya tidak dapat menggambarkan secara menyeluruh, maka untuk
menentukan nilai pentingnya yang mempunyai kaitan dengan struktur komunitasnya
dapat diketahui dari INP nya.
INP dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif
(FR), dan dominansi relatif (DR) :
INP = KR+FR+DR
Untuk mengetahui INP pada tingkat tumbuhan bawah, semaian (seedling), dan
pancang (sapling) dihitung dari nilai kerapatan relatif (KR) dan frekuensi relatif (FR):
INP = KR+FR
 INDEKS KEANEKARAGAMAN/INDEKS DIVERSITAS (H’)
s
Indeks Shannon-Wiener : H’ = ∑ ( pi ) ¿¿
i=1

Dimana :
pi : ∑ ni/N
H : Indeks Keanekaragaman
Pi : Jumlah individu suatu spesies/jumlah total seluruh spesies
ni : Jumlah individu spesies ke-i
N : Jumlah total individu

A. Hasil pengamatan

Hasil pengamatan dilampirkan di microsoft excel. Hasil dari pengamatan kurva area yang
kelompok kami lakukan adalah:

N JENIS TUMBUHAN PETAK CONTOH


O 1 2 3 4 5

1. Subdivisi Spenopsida Ada - - - -

2. Adiantum Aleuticum - Ada Ada Ada -

3. Leucoena Leucocephala(Petai Cina) Ada Ada Ada - -

4. Doryopteris Concolos Ada Ada Ada - -

5. Subdivisi Pteropsida - - - Ada -

6. Megathyrsus Maximus (Rumput Benggala) - - Ada - Ada

7. Mikania Micrantha (Semubung Rambat) - - - - Ada

B. Pembahasan

Pada praktikum Analisa vegetasi dengan metode kuadrat ini kelompok dua mendapat 7
spesies tumbuhan. Tumbuhan tersebut adalah Subdivisi Spenopsida, Adiantum Aleuticum,
Leucoena Leucocephala(Petai Cina), Doryopteris Concolos, Subdivisi Pteropsida,
Megathyrsus Maximus (Rumput Benggala), dan Mikania Micrantha (Semubung Rambat).

Tumbuhan-tumbuhan tersebut tersebar pada 5 plot yang diamati. Tidak semua


tumbuhan berada di setiap plot, ada yg hanya ditemukan di plot lima saja, ada yang
ditemukan di plot 1,2, dan 3, dan ada yg hanya di temukan di plot 4 dan 5 saja.

Adiantum Aleuticum, Leucoena Leucocephala(Petai Cina), dan Doryopteris Concolos


merupakan tanaman yang paling sering dijumpai karena berada hampir di setiap plot.
Sedangkan, Subdivisi Spenopsida hanya di temukan di plot 1 saja. Tanaman Subdivisi
Pteropsida hanya ditemukan di plot 4 saja. tanaman Megathyrsus Maximus (Rumput
Benggala) ditemukan di plot 3 dan 5. Dan yang terakhir tanaman Mikania Micrantha
(Semubung Rambat) hanya di temukan di plot 5. Jadi tumbuhan yang dominan pada hasil
praktikum kelompok dua yaitu Leucoena Leucocephala(Petai Cina) karena hampir ditemui
di setiap plot dan memiliki jumlah individu yg banyak.

Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang bersangkutan dalam
komunitasnya atau pada lokasi penelitiannya. Sehingga dari pengamatan yang telah
dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang tersebar pada lokasi praktikum
yaitu di dekat masjid unimed dan belakang digital library adalah Adenanthera pavonia
sesuai dengan hasil yang telah dilampirkan.Digunakannya metode kuadrat karena metode
ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan
menaksir volumenya.

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh – tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis
yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama
tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup
dan tumbuh serta dinamis.

Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di
tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu
sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis
vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau
masyarakat tumbuh-tumbuhan:

1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.

2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu
jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon
hutan, padang rumput atau alang-alang dan vegetasi semak belukar.

Dari segi ekologis pengambilan sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan
vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk
keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic sampling”, bahkan
“purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat
analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan besarnya atau
banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva (lengkung) spesiesnya.
Kurva spesies tersebut diperlukan untuk:

1. Luas atau besar minimum suatu petak atau plot yang dapat mewakili tegakan.

2. Jumlah minimal petak-petak sampling kecil atau plot plotyang diperlukan agar hasilnya
mewakili tegakan.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari praktikum metode kuadrat ini dapat disimpulkan bahwa kelompok kami
menemukan 8 jenis , yaitu Adenanther pavonina , Swietenia mahogani, Spathodea
campanulata , Cordyline fruticosa , Nephelium lappaceum , Magnolia champaca ,
Tamarindus indica L , Antiasris toxicaria . Dan jumlah yang paling banyak ada pada jenis
Swietenia mahogani sebanyak 38 jenis , dan yang paling sedikit ada 3 jenis diantara nya
Magnolia champaca , Tamarindus indica L , Antiasris toxicaria masing masing sebanyak 1
jenis .
Dari hasil praktikum yang dilakukan kemarin , dapat disimpulkan bahwa :
1. Analisis vegetasi adalah suatu cara yang mempelajari bagaimana susunan
komposisi jenis dan bentuk atau struktur vegetasi .
2. Metode kuadrat adalah metode analisa vegetasi yang menggunakan daerah persegi
panjang sebagai tempat pengambilan sampelnya .

Dari kerapatan relatif dan Frekuensi relatif dapat diperoleh nilai penting yang didapat dari
penjumlahan dari kerapatan relatif dengan frekuensi relatif .
DAFTAR PUSTAKA

Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Soerianegara, I,dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia. Laboratorium Ekologi.
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor,Bogor.
Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Analisis Vegetasi Pohon di Kawasan Universitas Negeri

Plot Jumlah
No Jenis Jumlah K KR Plot F
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Adiantum trapeziforme 10 10 1.91 10 0 0 0 0 0 0 0 1 0.125
2 Pennisetum purpureum 107 17.83 3.40 8 0 8 1 30 35 0 25 6 0.75
3 bidens pilosa 2 2 0.38 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0.125
4 dracontomelon 3 1.5 0.29 1 0 0 2 0 0 0 0 2 0.25
duperreanum
5 Bambusa vulgaris 3 3 0.57 3 0 0 0 0 0 0 0 1 0.125
6 couratari tauari 5 5 0.95 5 0 0 0 0 0 0 0 1 0.125
7 Adenanthera pavonina 36 5.143 0.98 3 13 8 5 4 0 2 1 7 0.875
8 Swietenia mahagoni 40 5.714 1.09 4 9 4 1 4 0 10 8 7 0.875
9 Epipremnum aureum 20 20 3.82 0 20 0 0 0 0 0 0 1 0.125
10 Philodendron hederaceum 15 15 2.86 0 15 0 0 0 0 0 0 1 0.125
11 Abrus precatorius 20 20 3.82 0 20 0 0 0 0 0 0 1 0.125
12 Areca Catedu 1 1 0.19 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0.125
13 Nephrolepis cordifolia 15 15 2.86 0 15 0 0 0 0 0 0 1 0.125
14 Phyliantus urinaria 45 15 2.86 0 0 10 0 20 0 15 0 3 0.375
15 Hokonechlca 5 5 0.95 0 0 5 0 0 0 0 0 1 0.125
16 Asystasia gangetica 15 15 2.86 0 0 15 0 0 0 0 0 1 0.125
17 Philodendron 15 15 2.86 0 0 15 0 0 0 0 0 1 0.125
18 Pteridophyta 96 32 6.11 0 0 19 17 60 0 0 0 3 0.375
19 Adiantum 45 22.5 4.29 0 0 25 20 0 0 0 0 2 0.25
20 Alocasia purpureum 8 8 1.53 0 0 8 0 0 0 0 0 1 0.125
21 Bambusa vulgaris 2 2 0.38 0 0 2 0 0 0 0 0 1 0.125
22 Spathodea campanulata 14 7 1.34 0 0 13 0 0 0 0 1 2 0.25
23 Polypodiopsida 15 15 2.86 0 0 0 15 0 0 0 0 1 0.125
24 CordylineFruticosa 2 2 0.38 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0.125
25 Durio zibethinus 1 1 0.19 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0.125
26 Cypenus Oderatus 46 23 4.39 0 0 0 0 40 0 0 6 2 0.25
27 Michahia Micranthakunth 15 15 2.86 0 0 0 0 15 0 0 0 1 0.125
28 Loranthus 20 20 3.82 0 0 0 0 20 0 0 0 1 0.125
29 Achyranthes Aspera L 15 15 2.86 0 0 0 0 0 15 0 0 1 0.125

Spondias Dulcis Parkinson


30 19 19 3.63 0 0 0 0 0 19 0 0 1 0.125
31 yngonium Podophyllum 13 13 2.48 0 0 0 0 0 13 0 0 1 0.125
Scho
32 Dischidra Major 16 16 3.05 0 0 0 0 0 16 0 0 1 0.125
33 Magnolla Champaca 4 4 0.76 0 0 0 0 0 4 0 0 1 0.125
34 Nephelium lappaceum 2 2 0.38 0 0 0 0 0 2 0 0 1 0.125
35 Tamarindus indica L 1 1 0.19 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.125
36 Antiasris toxicaria 1 1 0.19 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0.125
37 Stewarti Ovata 18 18 3.44 0 0 0 0 0 0 18 0 1 0.125
38 Acalypha siamensis 20 20 3.82 0 0 0 0 0 0 20 0 1 0.125
39 4.20 1 0.125
40 Herbaceous 22 22 0.19 0 0 0 0 0 0 22 0 1 0.125
41 Polystichum acrostichoides 1 1 0.19 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0.125
42 Dryopteris dilatata 1 1 0.95 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0.125
43 1.72 1 0.125
Nephrolepis abrupt 5 5 0 0 0 0 0 0 0 5
44 1.91 1 0.125
Syzygium jambos 9 9 0 0 0 0 0 0 0 9
45 1.72 1 0.125
Stellaria meclia 10 10 0 0 0 0 0 0 0 10
46 1.53 1 0.125
Leucaena leucocephala 9 9 0 0 0 0 0 0 0 9
47 1.34 1 0.125
48 Drymaria cordata 8 8 0 0 0 0 0 0 0 8 1 0.125
0.57
49 Clitoria ternatea 7 7 0.95 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0.125
50 Passiflora quadranguralis 3 3 1.34 0 0 0 0 0 0 0 3 1 0.125
51 Alocasia macrorrhizos 5 5 0.95 0 0 0 0 0 0 0 5 1 0.125
52 Asplenium nidus 7 7 0.76 0 0 0 0 0 0 0 7 1 0.125
Dieffenbachia suguine 5 5 99.94 0 0 0 0 0 0 0 5 9.625
Colocasia esculenta 4 4 0 0 0 0 0 0 0 4
826 523.7
Medan

FR LBD D DR INP pi pi ln pi H'


1.30 3.21 0.120 -0.255
7.79 11.20 1.289 0.327
1.30 1.68 0.024 -0.090
2.60 2.88 0.036 -0.120
1.30 1.87 0.036 -0.120
1.30 2.25 0.060 -0.169
9.09 6358.5 1.987031 0.2148 10.29 0.434 -0.362
9.09 9498.5 2.968281 0.321 10.50 0.482 -0.352
1.30 5.12 0.240964 -0.343
1.30 4.16 0.180723 -0.309 10.711
1.30 5.12 0.240964 -0.343
1.30 1.49 0.012048 -0.053
1.30 4.16 0.180723 -0.309
3.90 6.76 0.542169 -0.332
1.30 2.25 0.060241 -0.169
1.30 4.16 0.180723 -0.309
1.30 4.16 0.180723 -0.309
3.90 10.00 1.156627 0.168
2.60 6.89 0.542169 -0.332
1.30 2.83 0.096386 -0.225
1.30 1.68 0.024096 -0.090
2.60 5671.625 1.772383 0.1916 4.12 0.168675 -0.300
1.30 4.16 0.180723 -0.309
1.30 1.68 0.024096 -0.090
1.30 1.49 0.012048 -0.053
2.60 6.99 0.554217 -0.327
1.30 4.16 0.180723 -0.309
1.30 5.12 0.240964 -0.343
1.30 4.16 0.180723 -0.309

1.30 4.92 0.228916 -0.338


1.30 3.78 0.156627 -0.290
1.30 4.35 0.192771 -0.317
1.30 2.06 0.048193 -0.146
1.30 5671.625 1.772383 0.1916 1.87 0.024096 -0.090
1.30 1256 0.3925 4.2E-08 1.49 0.012048 -0.053
1.30 1133.54 0.354231 0.0383 1.53 0.012048 -0.053
1.30 4.73 0.216867 -0.331
1.30 5.12 0.240964 -0.343
1.30 1.30 1.30
1.30 1.30 1.30
1.30 1.30 1.30
1.30 9.246809 1.30 1.30
1.30 1.30 100.00
0.26506 5.50 -0.352
0.012048 1.49 -0.053
0.012048 1.49 -0.053
0.0602 2.25 -0.169
41 3.02 -0.241
0.1084 3.21 -0.255
34 3.02 -0.241
0.1204 2.83 -0.225
82 2.63 -0.209
0.1084 1.87 -0.120
34 2.25 -0.169
0.0963 2.63 -0.209
86 2.25 -0.169
0.0843 2.06 -0.146
37
0.0361 -10.711
45
0.0602
41
0.0843
37
0.0602
41
0.0481
93
9.9518
07
Perhitungan Dominansi
Adenanthera pavonina
diameter r LBD D
catt: Luas area = 20 x 20 x 8 plot = 3200

90 45 6358.5 1.987031
110 55 9498.5 2.968281

85 42.5 5671.625 1.772383

85 42.5 5671.625 1.772383


40 20 1256 0.3925
38 19 1133.54 0.354231

19

Anda mungkin juga menyukai