Anda di halaman 1dari 21

HIV/ AIDS

OLEH KELOMPOK 3 :

DEWA AYU AG. ARI DWIJAYANTI (17.321.2659)


DEWA AYU SEPTIANTI DEWI (17.321.2662)
I GDE ANGGA PUTRAWAN (17.321.2666)
NI LUH PUTU DEWI ASTUTI (17.321.2692)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIRA MEDIKA PPNI BALI

2018/2019
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat iman dan islam kepada kita, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya.Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga,sahabat dan kita sebagai generasi penerusnya hingga
akhir zaman.Penyusunan makalah ini bertujuan untuk. 
Mengangkat permasalahan - permasalahan tentang kehidupan sikap dan perilaku sosial
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung makalah ini.
Kami sebagai penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
menambah wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.

Selasa, 2 Oktober 2018


Penulis,

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………… 1

DAFTAR ISI …………………………………………............ 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………… 3


1.2 Rumusan Masalah ……………………………………….. 4
1.3 Tujuan ……………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial ……………………… 5


2.2 Komunitas Gay dan Biseksual …………………………… 13
2.3 Praktisi Kesehatan ……………………………………….. 15
2.4 Lesbian dan Biseksual …………………………………… 16
2.5 Narapidana ………………………………………………. 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ………………………………………………. 19
3.2 Saran ……………………………………………………. 19
DAFTAR PUSTAKA …………………………………….. 20

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Dari sejak dulu PSK sudah menjadi akar di dunia ini, sebagian yang
melakukan pekerja sexs komersial, karena faktor ekonomi dan frustasi dengan
keadaan yang ada. Pekerjaan ini sudah menjadi lumrah bagi mereka yang
melakukaknnya, bahkan ada sebuah desa yang menjadi sarana dan  prasarana mereka
untuk beroperasi tanpa ada kendala dari masyarakat setempat,  dan masyarakat tidak
perduli dengan apa yang mereka lakukan, pekerjaan tersebut sudah menjadi hal biasa
bagi masyarakat di desa tersebut. Bahkan para pekerja sexs komersial itu
mendapatkan izin untuk tinggal di desa tersebut dan mendapatkan fasilitas kesehatan
secara rutin.

Pada tahun 1990, desa tersebut menjadi tempat pendatang bagi pekerja sexs
komersial untuk beroprasi dengan dikuatkan oleh para premanisme desa tersebut
sehingga mulai menguatkan mereka untuk terus beroprasi secara rutin dan mulai
merancabang dengan membuka café-café dan tempat untuk melakukan hubungan
intim.

            Dan sejak tahun 1998 sampai sekarang, pekerja sexs komersial tidak bisa di
bubarkan. Sehingga desa tersebut menyetujui akan keberadaan mereka beroprasi dan
membuka cafe-cafe untuk mereka mencari nafkah dengan kesepakatan yang sudah
disepakati dengan para ulama, tokoh masyarakat, bahkan petugas keamanan (polisi)
ikut serta dalam kebijakan yang di buat dalam desa  tersebut.

3
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian pekerja seks komersial (PSK) ?


2. Bagaimana pengaruh komunitas gay dan biseksual ?
3. Apa yang dimaksud dengan praktisi kesehatan ?
4. Bagaimana resiko Hiv-Aids bagi lesbi dan biseksual ?
5. Apa yang dimaksud dengan narapidana ?
1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui pengetian dari pekerja seks komersial


2.      Untuk mengetahui bagaimana komunitas gay dan biseksual
3.      Untuk mengetahui praktisi kesehatan
4.      Untuk mengetahui lesbian dan biseksual
5.      Untuk mengetahui bagaimana narapidana

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pekerja Seks Komersial


Pelacuran atau prostitusi adalah penjualan jasa seksual untuk Uang. Seseorang
yang menjual jasa seksual disebut pelacur, yang kini sering disebut dengan istilah
pekerja seks komersial (PSK). Di Indonesia pelacur (pekerja seks komersial)
sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan
bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh
masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban,
Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga
diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal
sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya
catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Prostitusi di Indonesia bermula
sejak zaman kerajaan-kerajaan Jawa yang menggunakan komoditas wanita sebagai
bagian dari sistem feodal (Hull dkk., 1998, hal. 1). Pelacur adalah profesi yang
menjual jasa untuk memuaskan kebutuhan seksual pelanggan. Biasanya pelayanan ini
dalam bentuk menyewakan tubuhnya. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran
dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering
dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran
sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun toh dibutuhkan (evil necessity).
Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa
menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki);
tanpa penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan
memperkosa kaum perempuan baik-baik. Istilah pelacur sering diperhalus dengan
pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga mengacu kepada
layanan seks komersial. Khusus laki-laki, digunakan istilah gigolo.
a. Latar Belakang Menjadi PSK
Keputusan menjadi wanita pekerja seks komersial bukan hal yang mudah dan
tidak begitu saja diambil oleh subjek yang merupakan wanita berkeluarga.
Keputusan subjek menjadi wanita pekerja seks komersial dipengaruhi oleh

5
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi tidak hanya faktor eksternal yang
berasal dari luar, namun juga faktor internal yang berasal dari dalam diri subjek.

 Faktor Eksternal :
1. Faktor ekonomi, meningkatknya harga barang sehari hari
menyebabkan wanita yang berpendidikan rendah dan tidak
mempunyai keterampilan memilih jalan pintas bekerja sebagai PSK
2. Terbukanya peluang menjadi wanita pekerja seks komersial juga
menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan subjek
menjadi wanita pekerja seks komersial.
3. Penerimaan lingkungan yang diperoleh subjek dalam menjalankan
pekerjaannya memperteguh keputusan subjek menjadi wanita pekerja
seks komersial.
4. Gaya hidup konsumerisme masyarakat jaman sekarang menyebabkan
meningkatnya jumlah PSK.

 Faktor Internal :
1. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya
Lingkungan pergaulan yang dimasuki oleh seorang remaja dapat juga
berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan
hubungan seks, bagi remaja tersebut tekanan dari teman-temannyaitu
dirasakan lebih kuat dari pada yang didapat dari pacarnya sendiri.
2. Adanya kebutuhan badaniah
Seks menurut para ahli merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan seseorang, jadi wajar jika semua orang
menginginkan hubungan seks ini, sekalipun akibat dari perbuatannya
tersebut tidak sepadan dengan resiko yang akan dihadapinya.
3. Pelampiasan diri
Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri, misalnya karena
terlanjur berbuat, seorang perempuan biasanya berpendapat sudah
tidak ada lagi yang dapat dibanggakan dalam dirinya, maka dalam
pikirannya tersebut ia akan merasa putus asa dan mencari
pelampiasan, sehingga dia memutuskan untuk tetap melakukan
perbuatan bejatnya itu.

6
 Selain faktor di atas terdapat juga faktor-faktor lainnya, yaitu:
a.    Kemiskinan
Diantara alasan penting yang melatarbelakangi adalah
kemiskinan yang sering bersifat structural. Kebutuhan yang
semakin banyak pada seorang perempuan memaksa dia untuk
mencari sebuah pekerjaan dengan penghasilan yang memuaskan
namun kadang dari beberapa mereka harus bekerja sebagai PSK
untuk pemenuhan kebutuhan tersebut.
b.   Kekerasan seksual
Penelitian menunjukkan banyak faktor penyebab perempuan
menjadi PSK diantaranya kekerasan seksual seperti perkosaan oleh
bapak kandung, paman, guru dan sebagainya.
c.   Penipuan
Faktor lain yaitu, penipuan dan pemaksaan dengan berkedok
agen penyalur kerja. Kasus penjualan anak perempuan oleh
orangtua sendiri pun juga kerap ditemui.

 Faktor lainnya yang bisa menjadi penyebab adalah persoalan-


persoalan Psikologis, seperti:
a.    Akibat gaya hidup modern
Seseorang perempuan pastinya ingin tampil dengan keindahan
tubuh dan barang-barang yang dikenalakannya. Namun ada dari
beberapa mereka yang terpojok karena masalah keuangan
untuk pemenuhan keinginan tersebut maka mereka mengambil
jalan akhir dengan menjadi PSK untuk pemuasan dirinya.
b.   Broken home
Kehidupan keluarga yang kurang baik dapat memaksa
seseorang remaja untuk melakukan hala-hal yang kurang baik
di luar rumah dan itu dimanfaatkan oleh seseorang yang tidak
bertanggung jawab dengan mengajaknya bekerja sebagai PSK.

7
c.    Kenangan masa kecil yang buruk
Tindak pelecehan yang semakin meningkat pada seorang
perempuan bahkan adanya pemerkosaan pada anak kecil bisa
menjadi faktor dia menjadi seorang PSK.

b. Pandangan Masyarakat Terhadap PSK Dan Keluarganya


Di kalangan masyarakat Indonesia, PSK dipandang negatif, dan mereka yang
menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah
masyarakat. PSK telah begitu hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka
kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga
digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga
diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Jika masyarakat mengetahui
seseorang di lingkungannya menjadi PSK, pada umumnya mereka akan
mengucilkannya dan memberikan perlakuan yang tidak adil kepadanya.
Masyarakat tidak hanya memandang rendah individu PSK yang ada tetapi
mereka juga memandang rendah keluarga PSK tersebut(ayah/ibu) karena
dianggap tidak dapat memberi didikan yang baik bagi anaknya. Namun ada
juga beberapa masyarakat yang memandang bahwa para PSK itu sendiri tidak
memahami kenapa jalan itu yang harus mereka pilih. Pelacur juga manusia,
mereka punya hati, bahkan ada juga pelacur yang bisa lebih baik daripada
orang yang mecemoohnya.
c. Dampak Psikologi Yang Dialami Oleh PSK
Sebelum mengkaji lebih jauh, perlu diketahui bersama pengertian dari
dampak psikologis’ yang dimaksud penulis dalam makalah ini hal-hal yang
berpengaruh pada perilaku PSK  kaitannya dengan perilakunya terhadap
lingkungannya.
Seperti yang kita ketahui, banyak sekali masyarakat yang mengucilkan PSK,
dan ternyata hal itu juga berlaku bagi keluarga PSK tersebut. Masyarakat pun
akan turut mengejek dan memandang rendah keluarga dari PSK itu,
contohnya saja anak dari seorang PSK, anak-anak yang lain tidak akan mau
untuk sekedar bermain bersama anak dari seorang PSK, orang tua dari anak-
anak tersebut khawatir jika anaknya akan terpengaruh berbuat tidak baik
seperti itu karena mereka menganggap bahwa jika ibunya saja bekerja secara
tidak benar maka anaknya pun juga akan begitu.

8
Terlebih lagi orang tua dari anak yang bekerja sebagai PSK, orang tua
tersebut akan merasa sangat malu karena kelakuan anaknya yang melanggar
norma agama dan norma susila tersebut, dan oranng lain pun akan
menganggap bahwa orang tua itu tidak dapat mengajarkan anaknya dengan
benar, yang artinya ia telah gagal menjadi orang tua yang baik bagi anaknya.
Selain itu ada juga beberapa dampak yang bisa diterima oleh PSK dan
keluarganya , yaitu:
1.    Stress/Gila
Menurut Socrates (470-399SM), setiap orang tentu memiliki sesuatu yang
diyakininya sebagai Tuhannya, bahkan seorang ateis pun pasti menganut
suatu kepercayaan yang dianggapnya sebagai kekuataan yang Mahabijak
dan baik.
Bagi wanita yang menjadi PSK karena faktor eksternal (terpaksa), cepat
atau lambat akan merasa bersalah atau berdosa kepada Tuhannya karena
pada hakikatnya mereka tahu bahwa apa yang dilakukannya adalah
perbuatan yang tercela dan tidak dapat diterima di kalangan agama
manapun.
Tapi, meskipun disadari, mereka tetap tidak dapat menghentikan
pekerjaannya demi kelangsungan hidupnya. Di satu sisi rasa bersalah
tersebut terus menghantui, sementara di sisi lain mereka harus memikirkan
kelangsungan hidupnya. Sangat sulit untuk menyeimbangkan dua tekanan
yang kekuatannya berlawanan. Semakin lama tekanan tersebut terjadi,
maka batin para PSK akan semakin tepuruk, dan akhirnya bisa
mengakibatkan jiwa mereka terganggu(stress). Hal tersebut sesuai
pembahasan Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas”, yang intinya
membahas tentang positive feeling yang akan dicapai oleh manusia ketika
manajemen hatinya sesuai dengan manajemen pikirannya.
Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa seks merupakan energi psikis yang
ikut mendorong manusia untuk bertingkah laku. Tidak hanya berbuat
dibidang seks saja yaitu melakukan relasi seks (bersenggama) tapi juga
melakukan kegiatan-kegiatan nonseksual.
Koentjoro (1996, hal. 50) mengemukakan bahwa wanita pekerja seks
komersial selalu mengalami konflik dalam dirinya, baik konflik
kepentingan antara rasa membutuhkan uang dan perasaan berdosa, atau

9
juga karena adanya perasaan tidak aman akan statusnya sebagai pekerja
seks komersial dalam masyarakat. 
Hubungan seksual yang normal mengandung pengertian :hubungan itu
tidak menimbulakn efek-efek merugikan, tidak menimbulakn konflik-
konflik psikis dan tidak paksaan. Dengan begitu hubungan seks hendaknya
dilakuakan dalam suatu ikatan yang teratur yaitu perikahan (Kartini,
kartono: 1992). Di luar ketentuan itu maka hubungan seksual dapat
digolongkan dalam gangguan mental seksual yaitu relasi seksual abnormal
dan perverse.
2.    Hiperseks
Seorang individu dapat dikatakan mengalami gangguan mental jika
individu mengalami penuruanan fungsi mental dan penurunan fungsi
mental itu berpengaruh pada prilakunnya yaitu tidak sesuai dengan yang
sewajarnya. Menurut Kartini Kartono (Arifin :2009) gangguan mental ada
dua: pertama, psikoneurosa; kedua ,psikosa. Dalam penggolongannya
psikoneurosa terbagi menjadi 9 kelompok. Salah satu bentuk gangguan
yaitu gangguan seksual.
Salah satu dari gangguan seksual adalah hiperseks pada wanita atau biasa
dikenal dengan istilah nymphomania. Nyimphomania merupakan
gangguan jiwa yang cukup rumit. Di Indonesia kasus ini sulit untuk
terdeteksi, hal ini disebabkan beberapa hal, tetapi masalah yang paling
jelas dalam permasalahan nymphomania adalah kurangnya pengetahuan
tentang gangguan jiwa ini.
Penderita gangguan nymphomania ini merasakan hasrat seks yang sangat
menggebu, meskipun sudah melakukan hubungan seksual namun terus
merasa kurang dan selalu timbul keinginan  untuk melakukan hubungan
seksual yang berikutnnya. Secara umum selain itu, para wanita yang
mengalami gangguan ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk hal-hal
yang berhubungan dengan seksualitas.
3.    Kesulitan berinteraksi dengan masyarakat sekitar
Karena sebagian besar masyarakat menganggap PSK itu hina, tentu PSK
akan berpikir orang-orang disekitarnya memusuhi dan mengucilkannya,
sehingga PSK merasa takut untuk berinteraksi dengan masyarakat sekitar

10
yang dianggapnya tidak menerima eksistensinya di tengah masyarakat
akibat status pekerjaannya.
d. Solusi PSK Dalam Bimbingan Konseling
Konseling PSK (pekerja sexs komersial) merupakan salah satu layanan
konseling yang semakin memiliki urgensi penting seiring dengan komplesitas
masalah manusia.
Penanganan Masalah Psk:
1.      Keluarga
 Meningkatkan pendidikan anak-anak terutama mengenalkan
pendidikan seks secara dini agar terhindar dari perilaku seks bebas.
 Meningkatkan bimbingan agama sebagai tameng agar terhindar dari
perbuatan dosa.
2.      Masyarakat
 Meningkatkan kepedulian dan melakukan pendekatan terhadap
kehidupan PSK.
3.      Pemerintah
 Memperbanyak tempat atau panti rehabilitasi.Meregulasi undang-
undang khusus tentang PSK.
 Meningkatkan keamanan dengan lebih menggiatkan razia lokalisasi
PSK untuk dijaring dan mendapatkan rehabilitasi.
Salah satu cara yang bisa digunakan untuk membantu para PSK
untuk keluar dari pekerjaan hinanya adalah sebagai berikut :
1)      Lakukan Pendekatan Secara Baik-Baik
Langkah pertama dan terpenting untuk membantu seorang
wts/psk untuk berhenti dari profesinya adalah melakukan
pendekatan dengan cara yang baik. Jangan sampai kita justru
tergiur untuk menjadi pelanggannya, namun jadilah teman yang
baik yang berteman tanpa pamrih. Setelah mendapat
kepercayaannya sebagai teman maka langkah-langkah berikutnya
akan dapat lebih mudah untuk dilakukan.
2)      Tebus Dari Mucikari atau Mafia Prostitusi
Apabila si pelacur yang ingin tobat mengalami kesulitan untuk
keluar dari dunia hitam yang digelutinya, maka bantulah dirinya

11
untuk melepaskan diri dari kesulitannya. Biasanya sang pelacur
butuh uang dalam jumlah banyak untuk menebus dirinya dari
mucikari atau mafia prostitusi yang menjeratnya. Jika uang tidak
bisa menyelesaikan masalahnya, maka lakukan cara lain termasuk
melarikannya dari perbudakan seks yang menjeratnya. Jika sudah
bisa bebas maka langkah selanjutnya bisa dijalankan.

3)      Tawarkan Pekerjaan dan Tempat Tinggal yang Baik


Memang butuh modal besar, niat yang baik dan tekad yang kuat untuk
menolong para wanita tuna susila dari profesi pekerja seks
komersialnya. Mulai dari melakukan pendekatan hingga membantunya
memberikan pekerjaan layak beserta fasilitas penunjangnya sudah pasti
akan membutuhkan biaya, tenaga, waktu dan pikiran yang tidak
sedikit.
4)      Beri Bimbingan Rohani Untuk Insyaf Permanen
Hanya bimbingan agama saja yang mampu membuat seorang pelacur
tobat dan takut untuk kembali ke masa lalunya yang suram.
Bimbinglah mereka untuk menemukan Tuhan Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang yang selalu siap dan terbuka dalam
mengampuni dosa hamba-hambanya yang tidak musyrik. Buatlah
bimbingan konseling secara berkelompok maupun secara individu
yang berlandaskan agama. Ajak mereka menghadiri berbagai pengajian
rutin yang dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka.
Tidak hanya untuk para mantan wts/psk saja, namun juga untuk orang-
orang biasa baik tua maupun muda.
5)     Arahkan Untuk Mendapatkan Suami yang Soleh dan Keluarga yang
Islami
Akan menjadi lebih sempuna apabila para mantan penjual diri yang
telah kembali ke jalan yang benar nan lurus tersebut bersanding dengan
para lelaki yang soleh sehingga dapat membuat hidupnya menjadi
lebih bahagia dan sejahtera baik di dunia maupun di akhirat. Tidak ada
larangan bagi orang soleh untuk menikah dengan mantan pezina. Justru
bisa jadi mantan pelacur yang telah berubah menjadi wanita solehah
jauh lebih baik dibandingkan dengan wanita biasa yang tidak solehah.

12
Dengan menjalani rumah tangga yang bernafaskan islam maka akan
sangat kecil sekali kemungkinan seorang mantan pelaku zina bayaran
untuk kembali ke dunia hitam di masa lalunya.

Adapun solusi yang direkomendasikan oleh penulis untuk pemecahan


masalah ini antara lain sebagai berikut:
1)      Meningkatkan pendidikan agama sejak dini
2)      Memberikan pelajaran–pelajaran keterampilan agar ia memiliki
keterampilan khusus sehingga dia dapat memiliki pekerjaan
yang layak atau setidaknya dapat membuka usaha sendiri
walaupun hanya usaha kecil. Namun, hal tersebut seharusnya
tidak lepas dari campur tangan pemerintah.
3)     Memberikan penyuluhan-penyuluhan tentang dampak dari
bekerja secara tidak benar , baik dampak jangka panjang, jangka
pendek, maupun dampak bagi orang-orang yang berada di sekitar
PSK tersebut (keluarga dan sanak saudaranya).
4)      Mengingat lapangan pekerjaan di Indonesia yang semakin sulit,
akan lebih baik jika pemerintah memberikan pendidikan tentang
budaya, bahasa, teknologi dari beberapa negara. Selain itu,
pemerintah juga perlu mempermudah, bahkan menggratiskan
perizinan migrasi penduduk ke luar negeri. Sehingga para PSK
bisa di kirim menjadi TKI ke luar negeri dengan bekal ilmu dan
keterampilan yang baik.

2.2 Komunitas Gay dan Biseksual

LGBT atau GLBT adalah akronim dari "lesbian, gay, biseksual, dan
transgender". Istilah ini digunakan semenjak tahun 1990-an dan menggantikan
frasa "komunitas gay karena istilah ini lebih mewakili kelompok-kelompok
yang telah disebutkan.Akronim ini dibuat dengan tujuan untuk menekankan
keanekaragaman "budaya yang berdasarkan identitas seksualitas dan
gender".Kadang-kadang istilah LGBT digunakan untuk semua orang yang
tidak heteroseksual, bukan hanya homoseksual, biseksual, atau
transgender.Maka dari itu, seringkali huruf Q ditambahkan agar queer dan

13
orang-orang yang masih mempertanyakan identitas seksual mereka juga
terwakili (contoh."LGBTQ" atau "GLBTQ", tercatat semenjak tahun
1996).Istilah LGBT sangat banyak digunakan untuk penunjukkan diri. Istilah
ini juga diterapkan oleh mayoritas komunitas dan media yang berbasis
identitas seksualitas dan gender di Amerika Serikat dan beberapa negara
berbahasa Inggris lainnya.
Seluk-beluk LGBT memang menarik untuk dibicarakan, terlepas dari apakah
kita pro atau kontra, ada baiknya kita mengetahui dunia LGBT saat ini karena
tidak sedikit pula LGBT yang mau menikah heterogen dengan pasangan di
luar kaumnya. Bagi pasangan gay, harus ada yang berperan sebagai
perempuan dan laki-laki di antara  mereka berdua, untuk gay yang berperan
sebagai perempuan disebut bottom dan yang jadi laki-laki disebut top.
Sedangkan, untuk lesbian yang berperan sebagai perempuan disebut femme
dan yang menjadi laki-laki disebut buchi.Tidak melulu seorang lesbian hanya
ingin berhubungan dengan wanita karena saat ini telah ada kasus di mana ada
buchi yang hanya mau berhubungan dengan bottom.Si perempuan buchi itu
menjadi laki-laki di kehidupan pernikahan, sementara si laki-laki bottom
menjadi perempuan di kehidupan nyata.
Di negara maju seperti Amerika dan Eropa, keberadaan kelompok LGBT telah
mendapat pengakuan dari negara.Ia tidak lagi dianggap sebagai perilaku yang
abnormal. Perilaku LGBT dipandang sama seperti perilaku manusia lain dan
itu dikategorikan sebagai hak asasi yang wajib dilindungi negara. Lebih jauh,
legalitas aktivitas mereka sudah sampai pada pengakuan terhadap hidup
bersama dalam sebuah ikatan pernikahan rumah tangga.
Derasnya kampanye, advokasi, dan propaganda komunitas LGBT di bumi
nusantara ini, salah satunya ditopang oleh pendanaan yang besar dari UNDP
(United Nations Development Programme). Satu organ badan dunia PBB ini
mengucurkan dana sebesar 8 juta dolar AS (sekitar Rp 108 miliar) untuk
empat negara yakni Indonesia, Cina, Filipina dan Thailand. Bantuan yang
dimulai Desember 2014 hingga September 2017 mendatang, bertujuan agar
kaum LGBT mengetahui hak-hak mereka dan mendapatkan akses ke
pengadilan ketika melaporkan pelanggaran HAM yang dialami. Output yang
diharapkan adalah kemampuan organisasi-organisasi LGBT semakin

14
meningkat dalam melakukan mobilisasi dan berkontribusi diberbagai dialog
kebijakan serta aktivitas pemberdayaan komunitas.

2.3 Praktisi Kesehatan

Keragaman dan varietas yang muncul di negeri kita tercinta ini memang tak
lepas dari faktor sosial dan budaya yang melekat erat sejak nenek moyang
kita. Bahkan mungkin masih banyak dari kita yang masih menaruh
kepercayaan terhadap suatu hal yang sifatnya tradisional. Dan kalau kita
melihat siapa yang salah dari hal-hal yang telah aku sebutkan diatas, ini salah
semua pihak
Semua pihak melakukan kesalahan masinh-masing.
Sebagai contoh, pemerintah memiliki kesalahan dalam hal :
1. Kurang tegasnya pengaturan dan perlindungan hukum yang baik
bagi para praktisi kesehatan dan tidak adanya Undang-Undang
yang mengatur tentang malpraktek yang dilakukan oleh praktisi
non medis.
2. Kurangnya publikasi kesehatan di media televisi yang
menyebabkan masyarakat kurang memiliki wawasan luas tentang
pentingnya menjaga kesehatan dengan baik. Masyrakat juga jarang
diberikan edukasi bagaiamana berobat yang benar.
Lalu masyarakat juga memiliki kesalahan. Kesalahannya adalah :
1. Masyarakat terlalu percaya akan hal-hal yang sifatnya non-ilmiah
dan lebih mempercayai sesuatu berdasarkan kepercayaan turun-
temurun.
2. Mindset masyarakat yang selalu menganggap dokter sebagai dewa
yang mengetahui segalanya. Padahal dokter juga manusia biasa
yang tak pernah luput dari kesalahan.
3. Kesadaran masyarakat yang kurang akan kesehatan
Sudah pasti, Praktisi Kesehatan (dokter, bidam dan perawat) juga melakukan
kesalahan. Contohnya :

15
1. Kurangnya pendekatan interpersonal terhadap masyarakat sehingga
tidak bisa melakukan komunikasi efektif untuk memberikan
edukasi kesehatan yang baik bagi masyarakat.
2. Kurang melakukan penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat
3. Kurang tanggap dan kurangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki

2.4 Lesbian dan Biseksual


Keberadaan Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) di dunia ini
sebenarnya sudah ada sejak lama termasuk di tengah-tengah masyarakat
Indonesia. Namun beberapa tahun terakhir ini keberadaan gay menjadi
sorotan berbagai media di dunia dikarenakan berbagai kasus yang melibatkan
kaum gay termasuk kekerasan seksual yang dilakukan oleh kaum gay itu
sendiri. Salah satunya adalah kekerasan seksual yang dilakukan oleh Pangeran
Saudi Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud kepada pasangan gaynya Bandar
Abdulaziz di United Kingdom atau Inggris sehingga menyebabkan kematian
pada bulan Februari tahun 2010. Dalam persidangan kasus ini diketahui
bahwa selama kurang lebih 3 - 4 tahun Pangeran Saudi Saud Abdulaziz bin
Nasser al Saud memukul Bandar Abdulaziz dengan keras sebelum melakukan
hubungan seksual ala kaum gay. Para ahli yang mengikuti persidangan
tersebut mengatakan bahwa pemukulan yang dilakukan oleh Pangeran Saudi
Saud Abdulaziz bin Nasser al Saud sebelum melakukan hubungan seksual
mengandung sebuah “unsur seksual” yang memberikan kepuasan tersendiri
kepada si pelaku.
Pada kemajuan IPTEK saat ini merupakan salah satu hasil globalisasi dunia.
Dimana zaman yang sudah mengalami kemajuan dan perkembangan yang
sangat pesat. Dalam kemajuan zaman ini, kebudayaan ikut berkembang
termasuk perkembangan agama, yang didalamnya terdapat berbagi hal yang
belum tentu di zaman Rasulullah ada dan terjadi pada zaman ini. Didalam
fenomena yang terjadi pada kehidupan di zaman ini terjadi gesekan.
Perbedaan yang mengglobal, khususnya pada era globalisasi, yang tentunya
untuk para agamis yang tertuntut untuk menjaga dan melestarikan ajaran
agamanya. Ajaran islam yang agamanya tentu Up to date dengan
perkembangan zaman.

16
Dengan perkembangan dan kemajuan zaman ini, kehidupan Di indonesia
sangatlah terpengaruh oleh kebudayaan barat. Yang mana dalam kehidupan
ini semua kegiatan, aktifitas yang dilakukan tanpa memikirkan dasar hukum
islam. Padahal dalam identitasnya mereka adalah pemeluk agama islam tetapi
tidak peduli terhadap hal itu. Inilah yang sangat realita, bahwa sesuatu yang
penting dianggap tidak penting. Disini pengaruh yang sangat merajalela antara
lain adalah secara sex bebas, seperti Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender
(LGBT) kini sudah merajalela dalam kehidupan di indonesia, berbuat seperti
itu adalah dosa besar dan sudah termasuk dalam Zina. Maka dari itu,
munculah istilah ijma’ dalam menentukan kebenaran atasa hukum-hukum
islam. Untuk itu dalam makalah ini akan diungkapkannya fenomena yang
berkaitan dengan usul fiqih dimana yang berdasarkan hukum-hukum islam
yang benar. Dan dengan ajaran islam didalam usul fiqih ini mampu dalam
menghantarkan bangsa dan umat manusia kepada kehidupan yang lebih baik. 

3.5 Narapidana
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di
lembaga permasyarakatan. Meskipun terpidana kehilangan kemerdekaannya, ada
hak-hak narapidana yang tetap dilindungi dalam sistem pemasyarakatan Indonesia.
Sedangkan pengertian terpidana itu sendiri adalah seseorang yang dipidana
berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

Hak narapidana yang telah diatur dalam Pasal 14 ayat (1) UU


Pemasyarakatan, yaitu:

1. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya.


2. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani.
3. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.
4. Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak.
5. Menyampaikan keluhan.
6.  Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang
tidak dilarang.
7.  Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan.
8.  Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya.

17
9.  Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi).
10.  Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga.
11.  Mendapatkan pembebasan bersyarat.
12.  Mendapatkan cuti menjelang bebas.
13.  Mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Seseorang menjadi PSK adalah alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan


hidupnya dan keluarganya, tingkat pendidikan PSK sangat rendah, sebagian besar
tamatan sekolah dasar (SD) dan beberapa tidak mengenyam pendidikan dasar sama
sekali, pendidikan rendah dan minimnya keahlian dan sempitnya lapangan pekerjaan
membuat wanita nekad untuk bekerja sebagai PSK yang rendah.

Respon masyarakat sekitar terhadap lokalisasi prostitusi, beragam ada yang


setuju karena keberadaan  lokalisasi prostitusi dapat memberikan tambahan
penghasilan utama bagi pedagang dan pihak yang menyewa rumah nya untuk praktek
prostitusi, sedangkan masyarakat yang tidak setuju adanya praktek prostitusi lebih
banyak memberikan dampak buruk keresahan karena banyak di jumpai pelanggan dan
PSK selain terjadinya perzinahan dan menimbukan suara bising akibat kendaraan
maupun musik yang di putar terlalu keras.

3.2 SARAN 

Berdasarkan dari hasil penelitian bagi pemerintah, perlu adanya peningkatan


pendidikan, pelatihan keahlian, kemudian pemerintah menyediakan lapangan kerja
bagi wanita, terutama di daerah penduduk yang banyak PSK.

Bagi masyarakat, peningkatan kesadaran bahwa lokalisasi prostitusi adalah


bagian dari penyakit masyarakat, sehingga ada upaya untuk saling menjaga sesama
anggota masyarakat dari pengaruh buruk lokalisasi prostitusi, masyarakat mestinya
dapat menerima dengan baik PSK yang berniat untuk bertobat kembali hidup normal.

19
DAFTAR PUSTAKA

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


Muhajir. dan pemberantasannya. Jakarta: Erlangga Medical Series

Muhajir. 2007. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. Bandung: Erlangga

Staf pengajar fakultas kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog

Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara

Djuanda, adhi, 2007. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Jakarta: Balai penerbit

FKUI

Mandal, dkk, 2008, penyakit infeksi, Jakarta: Erlangga Medical Series

20

Anda mungkin juga menyukai