Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“RETENSIO PLASENTA”
Disusun Oleh :
4. Patofisiologi
Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi
dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan.
Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi
lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu,
miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga
ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya
daerah tempat perlekatan plasenta.
Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang
tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang
ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar
memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah
yang terdapat di uterus berada di antara serat-serat otot miometrium yang
saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah
dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan
berhenti.
Pengamatan terhadap persalinan kala tiga dengan menggunakan
pencitraan ultrasonografi secara dinamis telah membuka perspektif baru
tentang mekanisme kala tiga persalinan. Kala tiga yang normal dapat dibagi
ke dalam 4 fase, yaitu:
a. Fase laten, ditandai oleh menebalnya dinding uterus yang bebas tempat
plasenta, namun dinding uterus tempat plasenta melekat masih tipis.
b. Fase kontraksi, ditandai oleh menebalnya dinding uterus tempat plasenta
melekat (dari ketebalan kurang dari 1 cm menjadi > 2 cm).
c. Fase pelepasan plasenta, fase dimana plasenta menyempurnakan
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang
terbentuk antara dinding uterus dengan plasenta. Terpisahnya plasenta
disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus
yang aktif pada tempat melekatnya plasenta, yang mengurangi permukaan
tempat melekatnya plasenta. Akibatnya sobek di lapisan spongiosa.
d. Fase pengeluaran, dimana plasenta bergerak meluncur. Saat plasenta
bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil
darah terkumpul di dalam rongga rahim. Ini menunjukkan bahwa
perdarahan selama pemisahan plasenta lebih merupakan akibat, bukan
sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya
fase kontraksi. Dengan menggunakan ultrasonografi pada kala tiga, 89%
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-
tanda lepasnya plasenta adalah sering ada semburan darah yang mendadak,
uterus menjadi globuler dan konsistensinya semakin padat, uterus
meninggi ke arah abdomen karena plasenta yang telah berjalan turun
masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang. Sesudah
plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan
oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah
rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi
ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring
dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara
spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan
persalinan kala IV. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan
secara bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat.
WOC RETENSIO PLASENTA
Penurunan volume
darah
MK : kekurangan
volume cairan
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta
Faktor-faktor yang mempengaruhi pelepasan plasenta:
a. Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks;
b. kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus, kontraksi yang kuat dari
uterus
c. serta pembentukan constriction ring.
d. Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa
dan adanya plasenta akreta.
e. Kesalahan manajemen kala tiga persalinan, seperti manipulasi dari uterus
yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan
kontraksi yang tidak ritmik
f. pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat
menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta
g. serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.
6. Gejala Klinis
a. Waktu hamil
1) Kebanyakan pasien memiliki kehamilan yang normal
2) Insiden perdarahan antepartum meningkat, tetapi keadaan ini biasanya
menyertai plasenta previa
3) Terjadi persalinan prematur, tetapi kalau hanya ditimbulkan oleh
perdarahan
4) Kadang terjadi ruptur uteri
b. Persalinan kala I dan II
Hampir pada semua kasus proses ini berjalan normal
c. Persalinan kala III
1) Retresio plasenta menjadi ciri utama
2) Perdarahan post partum, jumlahnya perdarahan tergantung pada derajat
perlekatan plasenta, seringkali perdarahan ditimbulkan oleh Dokter
kebidanan ketika ia mencoba untuk mengeluarkan plasenta secara
manual
3) Komplikasi yang sering tetapi jarang dijumpai yaitu invertio uteri,
keadaan ini dapat tejadi spontan, tapi biasanya diakibatkan oleh usaha-
usaha untuk mengeluarkan plasenta
4) Ruptura uteri, biasanya terjadi saat berusaha mengeluarkan plasenta
8. Komplikasi
a. Perdarahan
Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit
perlepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat
membuat luka tidak menutup.
b. Infeksi
Karena sebagai benda mati yang tertinggal di dalam rahim meningkatkan
pertumbuhan bakteri dibantu dengan port d’entre dari tempat perlekatan
plasenta.
c. Dapat terjadi plasenta inkarserata dimana plasenta melekat terus
sedangkan kontraksi pada ostium baik hingga yang terjadi.
d. Terjadi polip plasenta sebagai massa proliferative yang mengalami
infeksi sekunder dan nekrosis Dengan masuknya mutagen, perlukaan
yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-
diskariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasif. Sekali menjadi
mikro invasive atau invasive, proses keganasan akan berjalan terus.
Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa
beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal
dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun
kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan
abnormal merupakan keadaan prekanker, yang bisa berubah menjadi
kanker.
e. Syok haemoragik
9. Pemeriksaan diagnostik
a. Hitung darah lengkap :
Untuk menentukan tingkat hemoglogin (Hb) dan hematokrit (Hct),
melihat adanya trombositopenia, serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang
disertai dengan infeksi, leukosit biasanya meningkat.
b. Menentukan adanya gangguan koagulasi :
Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung Protrombin
Time (PT) dan Activated Partial Time (CT) atau Bleeding Time (BT). Ini
penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU POST PARTUM SISA
PLASENTA
1. Pengkajian
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu
dengan rest placenta adalah sebagai berikut :
a. Identitas klien
Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa
lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat
kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai
berikut :
1) Sirkulasi :
a) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai
kehilangan darah bermakna)
b) Pelambatan pengisian kapiler
c) Pucat, kulit dingin/lembab
d) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa
tertahan)
e) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan
f) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah
kehilangan darah.
2) Eliminasi :
e. Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas
vagina
3) Nyeri/Ketidaknyamanan :
a. Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal
(fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral.
4) Keamanan :
a. Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap
(mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi
baik; robekan terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara
vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi
episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
5) Seksualitas :
a. Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak
menonjol (fragmen placenta yang tertahan)
b. Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi
multipel, polihidramnion, makrosomia), abrupsio placenta,
placenta previa.
1. Pemeriksaan fisik meliputi; keadaan umum, tanda vital, pemeriksaan
obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). keadaan umum : klien
tampak lemah
a. Mata: sclera warna putih, konjungtiva merah muda, pupil isokor tidak
ada sekret
b. Mulut dan tenggorokan:
1) Leher : Simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada nyeri telan, vena jugularis tidak membengkak
2) Mulut : mukosa bibir lembab, gigi lengkap
c. Dada dan axila : mamae bentuk simetris dan membesar areola mamae
warna hitam tidak ada lesi papilla tampak menonjol, colosterum sudah
keluar
d. Pernafasan
1) Jalan nafas: normal tidak ada obstruksi jalan nafas
2) Suara nafas: normal tidak ada siara tambahan seperti wheezing
dan ronchi
e. Sirkulasi jantung
1) Kecepatan denyut jantung 92 x/menit
2) Irama regular bunyi S1-S2 tunggal
f. Abdomen
1) Luka bekas operasi: terbungkus kasa steril ± 15 cm
2) Bising usus: 12x/menit
3) TFU : 2 jari di bawah pusar
4) UC : terasa keras sa’at di raba(baik)
g. Extrimitas (integument/muskulus skeletal)
1) Integument: turgor kulit baik kembali dalam 1 detik, tidak ada lesi
2) Extrimitas atas: dapat di gerakkan dengan baik, pada tangan sebelah kiri
terpasang infus RL 28 tetes.
3) Ektrimitas bawah: kedua kaki dapat bergerak dengan baik
h. Vagina dan urogenetalia
1) Tidak ada lesi, bersih
2) Darah infus (+), lokea rubra, warna merah, sebatas tella penuh