Anda di halaman 1dari 4

Pirolisis sering disebut juga sebagai termolisis.

Secara definisi adalah


proses terhadap suatu materi dengan menambahkan aksi temperatur yang
tinggi tanpa kehadiran udara (khususnya oksigen). Secara singkat pirolisis
dapat diartikan sebagai pembakaran tanpa oksigen. Pirolisis telah dikenal sejak
ratusan tahun yang lalu untuk membuat arang dari sisa tumbuhan. Baru pada
sekitar abad ke-18 pirolisis dilakukan untuk menganalisis komponen
penyusun tanaman. Secara tradisional, pirolisis juga dikenal dengan istilah
distilasi kering. Proses pirolisis sangat banyak digunakan di industri kimia,
misalnya, untuk menghasilkan arang, karbon aktif, metanol, dan bahan kimia
lainnya dari kayu, untuk mengkonversi diklorida etilena menjadi vinil klorida
untuk membuat PVC, untuk memproduksi kokas dari batubara, untuk
mengkonversi biomassa menjadi syngas, untuk mengubah sampah menjadi zat
yang aman untuk dibuang, dan untuk mengubah hidrokarbon menengah-berat dari
minyak menjadi lebih ringan, seperti bensin (Wijaya,2002).
Istilah lain dari pirolisis adalah destructive distillation atau destilasi
kering, dimana merupakan proses penguraian yang tidak teratur dari bahan-bahan
organik yang disebabkan oleh adanya pemanasan tanpa berhubungan dengan
udara luar. Pada umumnya pirolisis dipengaruhi oleh waktu, kadar air bahan, suhu,
dan ukuran bahan sbb:
1. Kadar air umpan yang tinggi menyebabkan waktu pirolisis
menjadi lama dan hasil cair menjadi rendah konsentrasinya, tetapi keaktifan
arang akan meningkat karena uap air dapat berperan sebagai oksidator zat-zat yang
melekat pada permukaan arang (Agra dkk, 1973).
2. Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan.
Semakin kecil ukuran bahan luas permukaan per satuan massa semakin besar,
sehingga dapat mempercepat perambatan panas keseluruh umpan dan frekuensi
tumbukan meningkat misalnya serbuk gergaji cetak dipirolisis dengan diameter
1,5 cm (Budhijanto, 1993). Ukuran bahan juga berpengaruh terhadap kapasitas
pengolahan.
3. Suhu proses yang tinggi akan menurunkan hasil arang, sedangkan
hasil cair dan gas meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin banyaknya zat-zat
yang terurai dan teruapkan. Pirolisis serbuk gergaji kayu memerlukan suhu 4560C
(Budhijanto, 1993).
Menurut Tahir (1992), pada proses pirolisis dihasilkan tiga macam
penggolongan produk yaitu :
1. Gas-gas yang dikeluarkan pada proses karbonisasi ini sebagian besar
berupa gas CO2 dan sebagian lagi berupa gas-gas yang mudah terbakar seperti CO,
CH4, H2 dan hidrokarbon tingkat rendah lain. Komposisi rata-rata dari total gas
yang dihasilkan pada proses karbonisasi kayu disajikan pada Tabel 4
(Panshin,1950):
Tabel 4 Komposisi Rata-Rata dari Total Gas yang Dihasilkan pada Proses
Karbonisasi Kayu

No. Komponen Gas Persentase (%)


1. Karbondioksida 50,77
2. Karbonmonoksida 27,88
3. Metana 11,36
4. Etana 3,09
5. Hidrogen 4,21
6. Hidrokarbon tak jenuh 2,72

2. Destilat berupa asap cair dan tar.


Komposisi utama dari produk yang tertampung adalah metanol dan asam
asetat. Bagian lainnya merupakan komponen minor yaitu fenol, metil asetat,
asamformat, dan asam butirat.
3. Residu (karbon).
Tempurung kelapa dan kayu mempunyai komponen-komponen yang hampir
sama. Kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin dalam kayu berbeda-beda
tergantung dari jenis kayu. Pada umumnya kayu mengandung dua bagian selulosa
dan satu bagian hemiselulosa, serta satu bagian lignin.

Secara fisologis, bagian batok kelapa merupakan bagian yang paling keras
dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada batok kelapa tersebut. Berat dan tebal
batok kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat tempurung kelapa ini
sekitar (15 – 19) % dari berat keseluruhan buah kelapa, sedangkan tebalnya sekitar (3
– 5) mm.
Dari segi kualitas, batok kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan bahan
arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh dan dalam keadaan
kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung kelapa
harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas yang
baik dari arang batok kelapa, pembakarannya menghasilkan arang yang tampak
hitam, mengkilap, utuh, keras dan mudah dipatahkan.
Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah
menjadi arang aktif yang dapat digunakan oleh berbagai industri pengolahan. Arang
aktif dari batok kelapa ini memiliki daya saing yang kuat karena mutunya tinggi dan
tergolong sumber daya yang terbarukan. Dengan demikian, tempurung kelapa
merupakan limbah perkebunan yang memiliki potensi yang besar dan dapat
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arang aktif.
Menurut Woodroof, bila batok kelapa dipanaskan pada temperatur yang cukup
tinggi tanpa berhubungan dengan udara, akan terjadi rangkaian penguraian dari
senyawa-senyawa kompleks yang merupakan komponen utama tempurung. Dan
dihasilkan tiga bentuk zat, yaitu: padat, cair dan gas. (arang batok) Menurut Ibnu,
komposisi batok kelapa dalah sbb:
No. Komposisi Persentasi (%)
1. Lignin 29,40
2. Pentosan 27,70
3. Air 8,00
4. Selulosa 26,60
5. Solvent Ekstraktif 4,20
6. Uronat Anhidrat 3,50
7. Abu 0,60
8. Nitrogen 0,10

DAFTAR PUSTAKA
Agra, I.B., Warnijati, S., dan Arifin, Z., 1973, Karbonatasi Tempurung
Kelapa Disertai Penambahan Garam Dapur, Forum Teknik , 1-24.

Ibnu Santoso, G. 2001. Prospek dan Potensi Kelapa Rakyat dalam Meningkatkan
Ekonomi Petani Indonesia. Makalah. Dirjen Industri Agro dan Hasil Hutan.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

Budhijanto, 1993, Pirolisis Serbuk Gergaji Cetak Secara Semibatch”, Penelitian


S1, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tahir .1992. Tiga macam penggolongan produk yang dihasilkan dari proses
pirolisis Jurnal Teknologi

Wijaya, M., Noor, E., Irawadi. T.T., Pari., G., 2008, Perubahan Suhu Pirolisis
Terhadap Struktur KimiaAsap Cair dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2, 73-77.

Anda mungkin juga menyukai