Secara fisologis, bagian batok kelapa merupakan bagian yang paling keras
dibandingkan dengan bagian kelapa lainnya. Struktur yang keras disebabkan oleh
silikat (SiO2) yang cukup tinggi kadarnya pada batok kelapa tersebut. Berat dan tebal
batok kelapa sangat ditentukan oleh jenis tanaman kelapa. Berat tempurung kelapa ini
sekitar (15 – 19) % dari berat keseluruhan buah kelapa, sedangkan tebalnya sekitar (3
– 5) mm.
Dari segi kualitas, batok kelapa yang memenuhi syarat untuk dijadikan bahan
arang aktif adalah kelapa yang benar-benar tua, keras, masih utuh dan dalam keadaan
kering. Untuk membuat arang aktif yang benar-benar berkualitas, tempurung kelapa
harus bersih dan terpisah dari sabutnya. Sedangkan untuk mengetahui kualitas yang
baik dari arang batok kelapa, pembakarannya menghasilkan arang yang tampak
hitam, mengkilap, utuh, keras dan mudah dipatahkan.
Arang batok kelapa dapat digunakan sebagai kayu bakar biasa atau diolah
menjadi arang aktif yang dapat digunakan oleh berbagai industri pengolahan. Arang
aktif dari batok kelapa ini memiliki daya saing yang kuat karena mutunya tinggi dan
tergolong sumber daya yang terbarukan. Dengan demikian, tempurung kelapa
merupakan limbah perkebunan yang memiliki potensi yang besar dan dapat
dimanfaatkan lebih lanjut sebagai arang aktif.
Menurut Woodroof, bila batok kelapa dipanaskan pada temperatur yang cukup
tinggi tanpa berhubungan dengan udara, akan terjadi rangkaian penguraian dari
senyawa-senyawa kompleks yang merupakan komponen utama tempurung. Dan
dihasilkan tiga bentuk zat, yaitu: padat, cair dan gas. (arang batok) Menurut Ibnu,
komposisi batok kelapa dalah sbb:
No. Komposisi Persentasi (%)
1. Lignin 29,40
2. Pentosan 27,70
3. Air 8,00
4. Selulosa 26,60
5. Solvent Ekstraktif 4,20
6. Uronat Anhidrat 3,50
7. Abu 0,60
8. Nitrogen 0,10
DAFTAR PUSTAKA
Agra, I.B., Warnijati, S., dan Arifin, Z., 1973, Karbonatasi Tempurung
Kelapa Disertai Penambahan Garam Dapur, Forum Teknik , 1-24.
Ibnu Santoso, G. 2001. Prospek dan Potensi Kelapa Rakyat dalam Meningkatkan
Ekonomi Petani Indonesia. Makalah. Dirjen Industri Agro dan Hasil Hutan.
Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Tahir .1992. Tiga macam penggolongan produk yang dihasilkan dari proses
pirolisis Jurnal Teknologi
Wijaya, M., Noor, E., Irawadi. T.T., Pari., G., 2008, Perubahan Suhu Pirolisis
Terhadap Struktur KimiaAsap Cair dari Serbuk Gergaji Kayu Pinus.
Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, 2, 73-77.