Anda di halaman 1dari 30

PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK ANALISA APLIKASI RELE JARAK 70KV

DI PT.PLN (persero) UPT BOGOR

Disusun oleh :

MUHAMAD FAHMI SETIAWAN


NIM : 16224004

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pada Kurikulum


Program Pendidikan S1 Teknik Elektro
Institut Sains Teknologi Nasional

Jakarta, 15 Desember 2019


Mengetahui, Disetujui,

Fivit Marwita, ST.MT Poedji Oetomo, ST.MT


Kaprodi Teknik Elektro Dosen Pembimbing
PENGESAHAN

LAPORAN KERJA PRAKTIK ANALISA APLIKASI RELE JARAK 70KV

DI PT.PLN (Persero) UPT BOGOR

Disusun oleh :

MUHAMAD FAHMI SETIAWAN


NIM : 16224004

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pada Kurikulum


Program Pendidikan S1 Teknik Elektro
Institut Sains Teknologi Nasional

Jakarta, 15 Desember 2019


Mengetahui, Disetujui,

Fivit Marwita, ST.MT MOCHAMAD ARIS


Kaprodi Teknik Elektro Pembimbing Lapangan
UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan ini saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat :

Mochamad Aris. Selaku Pembimbing Lapangan


Poedji Oetomo, Ir.MT. Selaku Pembimbing Magang Akademis

Yang telah memberikan petunjuk, saran-saran serta bimbingannya sehingga laporan


kerja magang ini dapat diselesaikan.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada :

1. Achmad Susilo, selaku Manager UPT BOGOR


2. Edy Suratman selaku Asisten Manager ULTG BOGOR
3. Asep Sukasah selaku Asisten manager Admum
4. Mochamad Aris Selaku Spv Gardu Induk Bunar

Yang telah mengijinkan untuk melakukan kerja magang di perusahaan.

Bogor, 15 Desember 2019

Muhamad Fahmi Setiawan


(16224004)
DAFTAR ISI
PENGESAHAN JURUSAN
PENGESAHAN KANTOR
UCAPAN TERIMA KASIH
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBARi
DAFTAR TABELi
DAFTAR LAPIRANi

BAB I.....................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Ruang Lingkup.......................................................................................................1
1.3 Tujuan Kerja Praktik............................................................................................2
1.4 Manfaat Kerja Praktik..........................................................................................2
1.5 Rumusan Masalah..................................................................................................3
1.6 Batasan Masalah....................................................................................................3
1.7 Sistematika Penulisan............................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................5
PROFIL PERUSAHAAN....................................................................................................5
2.1 Visi – Misi...............................................................................................................5
2.1.1 Visi...................................................................................................................5
2.1.2 Misi..................................................................................................................5
2.2 Struktur Organisasi...............................................................................................6
2.3 Lingkup Perusahaan Dan Pekerjaan...................................................................7
BAB III................................................................................................................................10
LANDASAN TEORI..........................................................................................................10
3.1 Tinjauan Pustaka.................................................................................................10
3.2 Landasan Teori....................................................................................................11
BAB IV................................................................................................................................29
PEMBAHASAN.................................................................................................................29
BAB V..................................................................................................................................42
PENUTUP...........................................................................................................................42
5.1 Kesimpulan............................................................................................................42
5.2. Saran.....................................................................................................................43
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keandalan dan kemampuan suatu sistem tenaga listrik dalam melayani
konsumen sangat tergantung pada sistem proteksi yang digunakan. Oleh
sebab itu dalam perencangan suatu sistem tenaga listrik, perlu
dipertimbangkan kondisi-kondisi gangguan yang mungkin terjadi pada
sistem, melalui analisa gangguan.
Dari hasil analisa gangguan, dapat ditentukan sistem proteksi yang akan
digunakan, seperti: spesifikasi switchgear, rating circuit breaker (CB) serta
penetapan besaran-besaran yang menentukan bekerjanya suatu relay (setting
relay) untuk keperluan proteksi.
Pengetahuan mengenai arus-arus yang timbul dari berbagai tipe
gangguan pada suatu lokasi merupakan hal yang sangat esensial bagi
pengoperasian sistem proteksi secara efektif. Jika terjadi gangguan pada
sistem, para operator yang merasakan adanya gangguan tersebut diharapkan
segera dapat mengoperasikan circuit-circuit Breaker yang tepat untuk
mengeluarkan sistem yang terganggu atau memisahkan pembangkit dari
jaringan yang terganggu. Sangat sulit bagi seorang operator untuk
mengawasi gangguan-gangguan yang mungkin terjadi dan menentukan CB
mana yang dioperasikan untuk mengisolir gangguan tersebut secara manual.
Mengingat arus gangguan yang cukup besar, maka perlu secepat
mungkin dilakukan proteksi. Hal ini perlu suatu peralatan yang digunakan
untuk mendeteksi keadaan-keadaan yang tidak normal tersebut dan
selanjutnya menginstruksikan circuit breaker yang tepat untuk bekerja
memutuskan rangkaian atau sistem yang terganggu. Dan peralatan tersebut
kita kenal dengan relay.
Proteksi sistem tenaga listrik adalah sistem proteksi yang dipasang pada
peralatan-peralatan listrik suatu sistem tenaga listrik, misalnya generator,
transformator, jaringan dan lain-lain, terhadap kondisi abnormal operasi
sistem itu sendiri.
1.2 Ruang Lingkup
Penulisan laporan kerja magang dengan judul “Analisa Aplikasi Rele Jarak
70kv ” ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Pelaksanaan kerja magang ini dilakukan pada Gardu induk bunar
dengan jaringan transmisi kracak-bunar PLN 70 kV.
2. Laporan ini membahas penggunaan rele jarak pada jalur transmisi
kracak-bunar PLN 70 kV.

1.3 Tujuan Kerja Praktik


Adapun kerja tujuan kerja magang yang dilaksanakan adalah
1. Menambah pengalaman dilapangan tentang mata kuliah yang
didapatkan pada bangku perkuliahan
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana proses bekerja dari perusahaan
listrik negara. Proses kerja ini meliputi pembuatan studi suatu proyek,
tenaga kerja, kedisplinan dan keselamatan kerja.
3. Mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu kelistrikan yang
diperoleh selama masa perkuliahan dalam melakukan analisa dan
pemecahan suatu masalah yang ada pada suatu pekerjaan.

1.4 Manfaat Kerja Praktik


Manfaat kerja praktik yang dapat diambil :
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman secara langsung mengenai
kegiatan operasional di PT PLN (persero) Unit Pelaksana Transmisi
pada gardu induk bunar.
b. Menjadi agenda pembelaJaran bagi penulis dalam membuat studi
kelistrikan dari suatu pekerjaan.
c. Dapat menjadi persiapan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
kerja dalam bidang ketenagalistrikan.
2. Bagi Perusahaan
a. Menjadi sarana dalam membangun kerasama yang baik anatara PT.
PLN (persero) Unit Pelaksana Transmisi Bogor dengan Akademik

3. Bagi Perguruan Tinggi


a. Menjalin hubungan baik anatara PT. PLN (persero) Unit Pelaksana
Transmisi Bogor dengan Akademik.
b. Dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam
dunia kerja
c. Dapat menjadi sarana dalam mengembangkan kurikulum sehinggga
kurikulum yang ada bisa disesuaikan dengan dunia kerja.

1.5 Rumusan Masalah


Dalam penulisan Laporan Kerja Magang ini, dirumuskan beberapa
masalah pokok yang akan di bahas saat melakukan kerja magang
diantaranya:
1. Bagaimana kondisi rele jarak yang terdapat pada gardu induk bunar?
2. Apa syarat pemasangan rele jarak pada suatu gardu induk ?
3. Bagaimana penanganan pada rele jarak pada gangguan yang terjadi
di wilayah kerja gardu induk bunar?

1.6 Batasan Masalah


Agar sesuai dan terarah mengenai pembahasan laporan kerja maka
penulis merumuskan batasan masalah hanya pada kegiatan yang
berhubungan dengan kelistrikan yang ada pada PT. PLN (persero) Unit
Pelaksana Transmisi Bogor.
1.7 Sistematika Penulisan
Pada penulisan laporan kerja praktik ini, penulis membagi menjadi lima bab
yaitu :
- BAB 1 Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang masalah kerja praktik, tujuan, rumusan
masalah, dan sistematika penulisan dari permasalahan yang diambil
- BAB 2 Profil Perusahaan
Berisi mengenai profil, struktur organisasi, dan sejarah perusahaan PT
PLN (persero) Unit Pelaksana Transmisi Bogor
- BAB 3 Landasan Teori
Membahas tentang landasan teori yang digunakan dalam laporan kerja
praktik.
- BAB 4 Pembahasan
Pebahasanan rele jarak yang terdapat pada gardu induk bunar.
- BAB 5 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil selama kerja praktik di PT PLN
(persero) Unit Pelaksana Transmisi Bogor.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2. Profil Perusahaan

Berawal di akhir abad 19, bidang pabrik gula dan pabrik


ketenagalistrikan di Indonesia mulai ditingkatkan saat beberapa perusahaan
asal Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan pebrik teh mendirikan
pembangkit tenaga lisrik untuk keperluan sendiri .

Antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-


perusahaan Belanda tersebut oleh Jepang, setelah Belanda menyerah kepada
pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II

Proses peralihan kekuasaan kembali terjadi di akhir Perang Dunia II pada


Agustus 1945, saat Jepang menyerah kepada Sekutu. Kesempatan ini
dimanfaatkan oleh para pemuda dan buruh listrik melalui delagasi
Buruh/Pegawai Listrik dan Gas yang bersama-sama dengan Pemimpin KNI
Pusat berinisiatif menghadap Presiden Soekarno untuk menyerahkan
perusahaan-perusahaan tersebut kepada Pemerintah Republik Indinesia.
Pada 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno membentuk Jawatan Listrik dan
Gas di bawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga dengan kapasitas
pembangkit tenaga listrik sebesar 157,5 MW.

Pada tanggal 1 januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi
BPU-PLN (Bada Pemimpin Umum Perusahaan Listrik Negara) yang
bergerak di bidang listrik, gas dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1
Januari 1965. Pada saat yang sama, 2 (dua) perusahaan negara yaitu
Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik
negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas
diresmikan.

Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status
Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum
Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan
(PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum.

Seiring dengan kebijakan Pemerintah yang memberikan kesempatan


kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka
sejak tahun 1994 status PLN beralih dari Perusahaan Umum menjadi
Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK dalam
menyediakan listrik bagi kepentingan umum hingga sekarang

2.1 Visi – Misi

PT. Perusahaan Listrik Negara (persero) sebagai Perusahaan Listrik Negara


memiliki visi dan misi dalam mencapai tujuan perusahaan. Berikut ini adalah visi
dan misi PT. Perusahaan Listrik Negara:

2.1.1 Visi

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang,


Unggul dan terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani.

2.1.2 Misi

 Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait, berorientasi pada
kepuasan pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
 Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat.
 Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi.
 Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
2.2 Struktur Organisasi

Organisasi PT. PLN (persero) Unit Pelaksana Transmisi Bogor.


terdiri dari Manajer, Asman Haset, Asman Enginer dan Asman Admum
yang dimana ketiga Asman ini membantu tugas Manajer utama.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Umum


2.3 Lingkup Perusahaan Dan Pekerjaan

Dengan pembentukan UPT diharapkan kualitas pelayanan


terhadap pelanggan baik disisi hulu ( Perusahaan Pembangkit ) maupun
sisi hilir,
APP Bogor terdiri dari GITET dan beberapa GI yaitu : GITET/ GI
Cibinong, GI Cileungsi, GI Bogor Baru, GI Semen Baru, GI Semen
Lama, GI ITP, GI Ciawi, GI Kedung Badak, GI Cibadak Baru,
GIS Salak Baru, GIS Salak Lama, GI LEmbur Situ, GI Ubrug, GI
Pelabuhan Ratu, GI Kracak, GI Bunar, GI semenjawa dan GI Sentul
Pemebentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk mengefisienkan
pelaksanaan proses bisnis operasi dan pemeliharaan transmisi.

2.3.1 Peran Perusahaan

Peran PT PLN ( persero ) UPT Bogor sebagai unit yang


bertanggung jawab untuk mengelola operasi dan pemeliharaan sarana
sistem transimisi dan, mempunyai tugas sebagai berikut :
 
• Mengelola aset sistem transmisi termasuk segala fasilitas penunjang
dalam upaya
• Memberikan layanan yang memuaskan pelanggan.
• Mengoperasikan sistem transmisi 500 KV, 150 KV, 70 KV sesuai
standar
• Memelihara peralatan sistem transmisi 500 KV, 150 KV, 70 KV sesuai
standar
• Memberdayakan dan mengembangkan potensi sumber daya yang
dimiliki
2.3.2 Pelanggan

UPT Memiliki wewenang operasional untuk memberikan


pelayanan yang lebih cepat dan lebih baik, kepada pelanggan. Adapun
pelanggan PLN APP Bogor adalah :
 
- PLN Distribusi APJ Bogor ( 20 KV dan KTT 70 KV / 150 KV )
- PLN Distribusi APJ Sukabumi ( 20 KV )
- Konsumen Tegangan Tinggi ( KTT ) 70 KV dan 150 KV ( I-4 )
 
• PT. ASPEK Cumbong ( 70 KV )
• PT. SEMEN HOLCIM ( 150 KV dan 70 KV )
• PT. INDOCEMENT TUNGGAL PERKASA ( ITP ) ( 150 KV )
• PT. SEMEN MERAH PUTIH (SEMEN JAWA 150 KV)
 
2.3.3 Pembangkit

Untuk mensuplai kebutuhan tenaga listrik di Subsistem Bogor


terdapat beberapa pembangkit listik, antara lain :
 
- Indonesia Power UPP Gunung Salak 165 MW
- Indonesia Power UPP Saguling ( Kracak, Ubrug ) 30 MW
- PT. CHEVRON INDONESIA ( UGI ) Gunung Salak 180 MW
BAB III
LANDASAN TEORI

2.4 Landasan Teori

Proteksi Sistem Transmisi Listrik


Saluran transmisi listrik merupakan suatu sistem yang kompleks yang mempunyai
karakteristik yang berubah-ubah secara dinamis sesuai keadaan sistem itu sendiri.
Adanya perubahan karakteristik ini dapat menimbulkan masalah jika tidak segera
antisipasi. Dalam hubungannya dengan sistem proteksi/ pengaman suatu sistem
transmisi, adanya perubahan tersebut harus mendapat perhatian yang besar
mengingat saluran transmisi memiliki arti yang sangat penting dalam proses
penyaluran daya. Masalah-masalah yang timbul pada saluran transmisi, diantaranya
yang utama adalah

1. Pengaruh Perubahan Frekuensi Sistem

Frekuensi dari suatu sistem daya berubah secara terus menerus dalam suatu nilai
batas tertentu. Pada saat terjadi gangguan perubahan frekuensi dapat merugikan
baik terhadap peralatan ataupun sistem transmisi itu sendiri. Pengaruh yang
disebabkan oleh perubahan frekuensi ini terhadap saluran transmisi adalah
pengaruh pada rekatansi. Dengan perubahan frekuensi dari ω1 ke ω1’ dengan
kenaikan ω1, reaktansi dari saluran akan berubah dari X ke X’ dengan kenaikan
X. Perubahan rekatansi ini akan berpengaruh terhadap pengukuran impedansi
sehingga impedansi yang terukur karena adanya perubahan pada nilai komponen
reaktansinya akan berbeda dengan nilai sebenarnya.

2. Pengaruh Dari Ayunan Daya Pada Sistem

Ayunan daya terjadi pada sistem paralel pembangkitan (generator) akibat


hilangnya sinkronisasi salah satu generator sehingga sebagian generator menjadi
motor dan sebagian berbeban lebih dan ini terjadi bergantian atau berayun.
Adanya ayunan daya ini dapat menyebabkan kestabilan sistem terganggu. Ayunan
daya ini harus segera diatasi dengan melepaskan generator yang terganggu. Pada
saluran transmisi adanya ayunan daya ini tidak boleh membuat kontinuitas
pelayanan terganggu, tetapi perubahan arus yang terjadi pada saat ayunan daya
bisa masuk dalam jangkauan sistem proteksi sehingga memutuskan aliran arus
pada saluran transmisi.

3. Pengaruh gangguan pada sistem transmisi

Saluran transmisi mempunyai resiko paling besar bila mengalami gangguan,


karena ini akan berarti terputusnya kontinuitas penyaluran beban. Terputusnya
penyaluran listrik dari pusat pembangkit ke beban tentu sangat merugikan bagi
pelanggan terutama industri, karena berarti terganggunya kegiatan operasi
diindustri tersebut. Akan tetapi adakalanya gangguan tersebut tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu diperlukan usaha untuk mengurangi akibat adanya
gangguan tersebut atau memisahkan bagian yang terganggu dari sistem
Gangguan pada saluran transmisi merupakan 50% dari seluruh gangguan yang
terjadi pada sistem tenaga listrik. Diantara gangguan tersebut gangguan yang
terbesar adalah gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah, yaitu sekitar 85%
dari total gangguan pada transmisi saluran udara. Sistem proteksi sistem tenaga
listrik adalah pengisolasian kondisi abnormal pada sistem tenaga listrik untuk
meminimalisir pemadaman dan kerusakan yang lebih lanjut. Dalam merancang
sistem proteksi, dikenal beberapa falsafah proteksi, yaitu :

1. Ekonomi, peralatan proteksi mempunyai nilai ekonomi

2. Selektif, dapat mendeteksi dan mengisolasi gangguan

3. ketergantungan, proteksi hanya bekerja jika t5erjadi gangguan.

4. Sensitif, mampu mengenali gangguan, sesuai setting yang ditentukan,


walaupun gangguannya kecil.
5. mampu bekerja dalam waktu yang sesingkat mungkin

6. Stabil, proteksi tidak mempengaruhi kondisi yang normal.

7. keamanan, memastikan proteksi tidak bekerja jika terjadi gangguan

Proteksi pada sistem transmisi terdiri dari seperangkat peralatan yang merupakan
sistem yang terdiri dari komponen-komponen berikut :

1. Relay, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya gangguan yang selanjutnya
memberi perintah trip kepada Pemutus tegangan (PMT)
2. Trafo arus dan/atau trafo tegangan sebagai alat yang mentransfer besaran
listrikprimer dari sistem yang diamankan ke relay (besaran Listrik Sekunder).
a. pemutus tenaga untuk memisahkan bagian sistem yang terganggu.

b. Baterai beserta alat pengisi (Baterai Charger) sebagai sumber tenaga untuk
bekerjanya relay, peralatan Bantu triping.
c. pengawatan (wiring) yang terdiri dari sirkuit sekunder (arus dan/atau
tegangan), sirkuit triping dan peralatan Bantu
Secara garis besar bagian dari relay proteksi terdiri dari 3 bagian utama seperti
pada blok diagaram dibawah :

Gambar 19 Blok diagram Relay proteksi

Masing-masing elemen/bagian mempunyai fungsi sebagai berikut :


d. Elemen peengindra, elemen ini berfungsi untuk merasakan besaran-besaran
listrik, seperti arus, tegangan, frekuensi, dan sebagainyatergantung relay yang
dipergunakan. Pada bagian ini besaran yang masuk akan dirasakan keadaannya,
apakah keadaan yang diproteksi itu mendapatkan gangguan atau dalam keadaan
normal, untuk selanjutnya besaran tersebut dikirim ke elemen pembanding.
e. Elemen Pembanding, elemen ini berfungsi menerima besaran setelah terlebh
dahulu besaran itu diterima oleh elemen pengindera untuk membandingkan
besaran listrik pada saat keadaan normal dengan besaran arus kerja relay.
f. Elemen pengukur, elemen ini berfungsi untuk mengadakan perubahan secara
cepat pada besaran ukurnya dan akan segera memberikan isyarat untuk
membuka PMT atau kmemberikan sinyal. Pada sistem proteksi menggunakan
relay proteksi sekunder seperti gambar :
Gambar 20 Rangkaian Proteksi Relai

Transformator arus (CT) berfungsi sebagai alat pengindera yang merasakan


apakah keadaan yang diproteksi dalam keadaan normal atau mendapat
gangguan. Sebagai alat pembanding sekaligus alat pengukur adalah relay, yang
bekerja setelah mendapatkan besaran dari alat pengindera dan membandingkan
dengan besar arus penyetelan dari kerja relay. Apabila besaran tersebut tidak
setimbang atau melebihi besar arus penyetelannya, maka kumparan relay akan
bekerja mnearik kontak dengan cepat atau dengan waktu tunda dan
memberikan perintah pada kumparan penjatuh atau trip-coil untuk bekerja
melepas PMT Perlengkapan Gardu Transmisi

e. Busbar atau Rel, Merupakan titik pertemuan/hubungan antara trafo-trafo


tenaga, Saluran Udara TT, Saluran Kabel TT dan peralatan listrik lainnya untuk
menerima dan menyalurkan tenaga listrik/daya listrik.
f. Ligthning Arrester, biasa disebut dengan Arrester dan berfungsi sebagai
pengaman instalasi (peralatan listrik pada instalasi Gardu Induk) dari gangguan
tegangan lebih akibat sambaran petir (ligthning Surge).
g. Transformator instrument atau Transformator ukur, Untuk proses
pengukuran. Antara lain
f. Transformator Tegangan, adalah trafo satu fasa yang menurunkan tegangan
tinggi menjadi tegangan rendah yang dapat diukur dengan Voltmeter yang
berguna untuk indikator, relai dan alat sinkronisasi.
- Transformator arus, digunakan untuk pengukuran arus yang besarnya
Ratusan amper lebih yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi.
Disamping itu trafo arus berfungsi juga untuk pengukuran daya dan
energi, pengukuran jarak jauh dan rele proteksi.
h. Transformator Bantu (Auxilliary Transformator), trafo yang digunakan

untuk membantu beroperasinya secara keseluruhan gardu induk tersebut.

i. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting Switch (DS), Berfungsi untuk


mengisolasikan peralatan listrik dari peralatan lain atau instalasi lain yang
bertegangan.
ii. Sakelar Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB), Berfungsi untuk
menghubungkan dan memutuskan rangkaian pada saat berbeban (pada kondisi
arus beban normal atau pada saat terjadi arus gangguan).
iii. Sakelar Pentanahan, Sakelar ini untuk menghubungkan kawat konduktor
dengan tanah / bumi yang berfungsi untuk menghilangkan/mentanahkan
tegangan induksi pada konduktor pada saat akan dilakukan perawatan atau
pengisolasian suatu sistem.

iv. Kompensator, alat pengubah fasa yang dipakai untuk mengatur jatuh tegangan
pada saluran transmisi atau transformator. SVC (Static Var Compensator)
berfungsi sebagai pemelihara kestabilan

v. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi, (Supervisory Control And Data


Acquisition) berfungsi sebagai sarana komunikasi suara dan komunikasi data
serta tele proteksi dengan memanfaatkan penghantarnya.

vi. Rele Proteksi, alat yang bekerja secara otomatis untuk mengamankan suatu
peralatan listrik saat terjadi gangguan, menghindari atau mengurangi terjadinya
kerusakan peralatan akibat gangguan
Kawat Tanah (Grounding)
Kawat Tanah atau Earth Wire (kawat petir/kawat tanah) adalah media untuk
melindungi kawat fasa dari sambaran petir. Kawat ini dipasang diatas kawat fasa
dengan sudut perlindungan yang sekecil mungkin, karena dianggap petir menyambar
dari atas kawat. Namun jika petir menyambar dari samping maka akan
mengakibatkan kawat fasa tersambar dan menyebabkan gangguan. Kawat pada
tower tension dipegang oleh tension clamp, sedangkan pada tower suspension
dipegang oleh suspension clamp. Pada tension clamp dipasang kawat jumper yang
menghubungkan pada tower agar arus petir dapat terbuang ketanah lewat tower.
Umtuk keperluan perbaikan mutu pentanhan maka dari kawat jumper ini
ditambahkan kawat lagi menuju ke tanah yang kemudian dihubungkan dengan
kawat pentanahan.

Bahan Earth Wire terbuat dari steel yang sudah di galvanis, maupun sudah dilapisi
dengan alumunium. Jumlah kawat tanah paling tidak ada satu buah diatas kawat
fasa, namun umumnua disetiap tower dipasang dua buah. Pemasangan yang hanya
satu buah untuk dua penghantar akan membuat sudut perlindungan menjadi besar
sehingga kawat fasa mudah tersambar petir. Jarak antara groun wire dengan fasa di
tower adalah sebesar jarak antar kawat fasa.

Komponen Pengaman
1. Komponen pengaman (pelindung) pada transmisi tenaga listrik memiliki fungsi
sangat penting .
2. Komponen pengaman pada saluran udara transmisi tegangan tinggi, antara lain :
- Kawat tanah, grounding dan perlengkapannya, dipasang di sepanjang jalur
SUTT. Berfungsi untuk mengetanahkan arus listrik saat terjadinya gangguan
(sambaran) petir secara langsung
22

a Pentanahan tiang, Untuk menyalurkan arus listrik dari kawat tanah (ground
wire) akibat terjadinya sambaran petir. Terdiri dari kawat tembaga atau
kawat baja yang di klem pada pipa pentanahan dan ditanam di dekat pondasi
tower (tiang) SUTT.
b Jaringan pengaman, berfungsi untuk pengaman SUTT dari gangguan yang
dapat membahayakan SUTT tersebut dari lalu lintas yang berada di
bawahnya yang tingginya melebihi tinggi yang dizinkan
c Bola pengaman, dipasang sebagai tanda pada SUTT, untuk pengaman lalu
lintas udara
Gangguan Penghantar

Untuk keperluan proteksi, penghantar didefinisikan mulai dari lokasi


circuit breaker (atau peralatan pemutus lainnya) yang berfungsi mengisolir
penghantar dari sistem lainnya. Penghantar ini termasuk DS line, konduktor,
kabel bawah tanah dan peralatan apparatus (termasuk line trap, series
capacitors, shunt reactors, dan autotransformers) yang terdapat antara kedua
circuit breaker. (IEEE 37.113.1999 )
Saluran transmisi dapat berupa saluran udara, saluran kabel maupun
kombinasi dari keduanya. Saluran transmisi udara menggunakan proteksi
saluran udara, saluran transmisi kabel menggunakan proteksi saluran kabel.
Saluran transmisi yang terdiri dari kombinasi antara saluran kabel dan
saluran udara, makadigunakan proteksi saluran kabel atau proteksi yang
terpisah antara kabel dan saluran udara.

Gangguan Pada Saluran Udara


23

Gangguan pada saluran udara dibagi atas tiga kategori (NPAG, Edition May
2011):

- Transien
- Semi permanen
- Permanen
Sebanyak 70 - 90 % dari gangguan pada saluran udara adalah transien (IEEE Power
Systems Relaying Committee; Automatic Reclosing of Transmission Lines; IEEE
Transactions, Vol. PAS-103, Feb. 1984).

4.2.2 Penyebab Gangguan pada Saluran Udara Tegangan Tinggi


- Petir
- Layang – Layang
- Pohon
- Kelembaban
- Polutan (Garam, limbah Industri petrokimia, pasir besi)
- Binatang
- Broken Conductor

4.2.3 PenyebabGangguan pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi


- Penggalian tanah
- Overload
- Oil Leakage
- Aging / umur

Sebagian besar gangguan pada saluran udara adalah gangguan temporer


sehingga untuk mempertahankan kontinuitas penyaluran digunakan autorecloser,
sedangkan pada saluran kabel gangguan yang terjadi adalah gangguan yang bersifat
permanen sehingga tidak diperlukan penerapan autorecloser.
24

BAB IV
PEMBAHASAN

Identifikasi Masalah

Relai Jarak

Relai jarak adalah relai penghantar yang prinsip kerjanya berdasarkan


pengukuran impedansi penghantar. Impedansi penghantar yang dirasakan oleh relai
adalah hasil bagi tegangan dengan arus dari sebuah sirkit. Relai ini mempunyai
ketergantungan terhadap besarnya SIR dan keterbatasan sensitivitas untuk
gangguan satu fasa ke tanah. Relai ini mempunyai beberapa karakteristik seperti
mho, quadrilateral, reaktans, adaptive mho dan lain-lain. Sebagai unit proteksi relai
ini dilengkapi dengan pola teleproteksi seperti PUTT, POTT dan blocking. Jika
tidak terdapat teleproteksi maka relai ini berupa step distance saja. (SPLN T5.002-
2:2010)
Relai jaraksebagai proteksi utama mempunyai fungsi lain yaitu sebagai
proteksi cadangan jauh (remote backup) untuk penghantar di depan maupun
belakangnya (Zone-2, Zone-3, Zone-3 reverse). Relai ini biasanya dilengkapi
dengan elemen power swing blocking untuk mencegah malakerja relai akibat
ayunan daya (power swing).
Relai jarak mengukur tegangan pada titik relai dan arus gangguan yang
terlihat dari relai, dengan membagi besaran tegangan dan arus, maka impedansi
sampai titik terjadinya gangguan dapat ditentukan. Perhitungan impedansi dapat
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Dimana,
Zf : Impedansi gangguan (ohm)
Vf : Tegangan gangguan (Volt)
If : Arus gangguan (Amp)
25

Relai jarak akan bekerja dengan cara membandingkan impedansi gangguan


yang terukur dengan impedansi seting, dengan ketentuan :

a. Bila nilai impedansi gangguan lebih kecil dari pada impedansi seting relai maka relai
akan trip.
b. Bila nilai impedansi gangguan lebih besar dari pada impedansi seting relai maka relai
tidak trip.

Kelebihan dan Kekurangan rele

Pada prinsipnya rele memiliki kelebihan dan kekurangan pada sistem


kerjanya.

Kelebihan rele jarak

 Memproteksi peralatan
 Mengurangi kerugian pemadamn

Kekurangan rele jarak

 Tidak peka terhadap high resistance fault

 Harus dilengkapi dengan sistem teleproteksi untuk mendapatkan


operating time instan pada gangguan di zona 2

 Tidak cocok digunakan pada saluran transmisi kurang dari 5km

 Rumitnya pengordinasian zona gangguan pengaman, time delay


tiap zona dan teleproteksi pada rele jarak

Pada gardu induk 70 kv terpasang rele jarak dengan merk alsthom micom S1 agile
type P440 untuk bay kracak 1, rangkas 1 & rangkas 2 sementara Merk siemens
terpasang untuk bay kracak 2 , rele yg terpasang ini berfungsi untuk mengamankan
peralatan dari gangguan yang terjadi di wilayah penghantar kracak – bunar & rangkas
-bunar . dikarenakan penghantar ini salah satu wilayah petir didaerah bogor dan
melintasi hutan maka dipasanglah rele jarak ini untuk memproteksi peralatan yang
berada di gardu induk bunar serta megantisipasi kerugian yang terjadi apabila
26

gangguan tidak diatasi dengan cepat yang dapat mengakibatkan beban padam yang
akan merugikan konsumen dan perusahaan itu sendiri .
Maka syarat rele yg terpasang di gardu induk bunar harus bisa :
1. Menentukan jenis gangguan
2. Menentukan letak gangguan
3. Menentukan daerah gangguan

Penanganan gangguan

Apabila terjadi gangguan pada rele yang terpasang pada gardu nduk bunar , maka lakukan
penanganan sesuai SOP yang terdapat pada gardu induk bunar yakni :
 Mencatat indikasi apa saja yang mucul pada relai
 Kemudian laporkan pada bagian SPV,OPHAR dan juga WPO banten
 Lalu reset rele apabila sudah bisa direset
 Download rele sesuai IK yg tersedia
 Kirim hasil dowload rele pada HARPRO

Untuk keterangan
RECLOSE : PMT tidak keluar , counter reclose bertambah
TRIP : PMT keluar , counter reclose tetap
FINAL Trip : PMT keluar , counter reclose bertambah

Untuk menentukan lokasi gangguan dengan cepat apabila terjadi TRIP pada salah satu
penghantar agar penanganan cepat maka dapat menggunakan perhitungan sebagai berikut :

Fault locator(km) : jarak tower(m) = daerah gangguan (tower)


Contoh gangguan
16 Km : 300 = ?
16000 m:300 m = 53
Maka daerah yang terjadi gangguan berada di tower -+53 , untuk di PLn sendiri apabila
terjadi gangguan maka ground patrol akan melihat lokasi tower dengan metode -5 & +5 .
27

Gangguan yang pernah terjadi di Gardu Induk Bunar bulan November

NAMA BAY TANGGAL JAM KELUAR RELE YANG KONDISI


KERJA
KRACAK 2 11 17,52 Distance Z1 Reclose Sukses
fasa S N

RANGKAS 1 23 13.33 Distance Z1 Reclose Sukses


fasa T N

RANGKAS 1 25 10,52 Distance Z1 Reclose Sukses


fasa R S

RANGKAS 2 25 14,18 Distance Z1 Reclose Sukses


fasa R S
28

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Distance relay atau relai jarak atau digunakan sebagai pengaman utama
(main protection) pada Suatu sistem transmisi, baik SUTT maupun SUTET, dan
sebagai cadangan atau backup untuk seksi didepan.
Pada gardu induk bunar sangat tepat dipasang rele jarak karena sangat
melindungi peralatan dan juga meinimalisir adanya pemadaman beban yang dapat
merugikan perusahaan . Serta tetap melakukan pemeliharaan rele jarak dengan
melakukan pengujian agar rele tetap bekerja sesuai dengan peruntukannya .

LAMPIRAN
29

GAMBAR RELE MERK ALSTHOM

GAMBAR RELE MERK SIEMENS

GAMBAR RELE SAAT GANGGUAN


30

GAMBAR HASIL DATA GANGGUAN PADA APLIKASI SIGRA

Anda mungkin juga menyukai