Anda di halaman 1dari 49

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN

Disusun

FATONI
RENGGA BAGUS MAULANA
IBNU LABIB SUYADI
ARDI SETIAWAN
ROCHANA SUHARYANTO
FATONI

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2020
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. 1

1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ......................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ........................................................................ 4

1.2 Batasan Masalah....................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................... 8

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 9

2.1 Skema Sistem ........................................................................... 9

2.2 Cara Kerja ........................................................................................ 9

2.3 Turbin Angin .......................................................................... 12

2.3.1 Turbin Angin Sumbu Horizontal ................................. 15

2.3.2 Turbin Angin Sumbu Vertikal ...................................... 15

2.3.2.1 Turbin Darrieus ................................................ 16

2.3.2.2 Turbin Savonius ...............................................1 9


2.4 Sistem Konversi Energi Angin ............................................... 24
2.5 Tip Speed Ratio ...................................................................... 26
2.6 Menentukan Rotor Power Coeficient (Cpr)............................ 29

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 47


4.1 Kesimpulan.............................................................................. 47
4.1 Saran ....................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 49

2
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepadanya kita memuji
dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, dan atas limpahan rahmat
kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjukNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah TURBIN ANGIN ini
tepat pada waktunya. Shala wat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammmad shallallahu alaihiwasallam, keluarga, sahabat, juga pada orang – orang
yang senantiasa mengikuti sunah – sunahnya.
Dengan rahmat dan pertolonganNya Alhamdulillah Makalah ini kami susun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Konversi Energi dengan
judul TURBIN ANGIN
Banyak sekali kekurangan kami sebagai penyusun makalah, baik menyangkut
isi dan lainnya, mudah – mudahan semua ini menjadi cambuk bagi kami agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini, dan terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu
Nailul Atifah ST.M.Eng yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Pembuatan makalah ini menggunakan studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi Konversi Energi dari berbagai reverensi, kami gunakan metode
pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi
yang akurat.
Kami sadar makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan

Pamulang, Maret 2020

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angin adalah salah satu bentuk energi tertua yang telah lama dikenal
dan digunakan manusia. Sebagaimana diketahui, pada asasnya angin terjadi karena
ada perbedaan temperatur antara udara panas dan udara dingin. Di tiap daerah
keadaan temperatur dan kecepatan angin berbeda. Energi angin yang sebenarnya
berlimpah di Indonesia ternyata belum sepenuhnya dimanfaatkan sebagai alternatif
penghasil list rik, bahkan selama ini masih dipandang sebagai proses alam biasa yang
kurang memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif masyarakat.
Ketahanan energi dunia sekarang menunjukkan penurunan khususnya energi
fosil. Di masa depan kebutuhan energi semakin besar disebabkan laju pertumbuhan
jumlah penduduk. Jika tidak ditemukan alternatif energi baru maka akan terjadi
krisis energi. Beberapa tempat di Indonesia sudah mengalami krisis energi yang
parah, sehingga pemadaman listrik sering terjadi khususnya di luar pulau jawa.
Pada perkembangan energi di masa depan harus ramah lingkungan. Beberapa
alternatif energi ramah lingkungan adalah energi angin. Potensi angin yang ada
dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik sekala kecil, kurang dari satu Kwh,
dapat dimanfaatkan untuk penerangan dan menghidupkan peralatan listrik. Dengan
mendesain alat konversi energi angin ke listrik yang sederhana (buatan tangan),
murah, dan mudah untuk dibuat. Hal ini memungkinkan masyarakat awam untuk
merawat dan memperbaiki sendiri sehingga transfer teknologi berjalan dengan cepat
Kincir Savonius merupakan tipe kincir angin sumbu vertikal yang banyak
digunakan sebagai sistem konversi energi angin ke listrik karena mampu
menghasilkan listrik ketika angin memutar turbin. Kincir angin Savonius tipe L
termasuk jenis kincir Savonius dengan desain sisi sudu yang lurus lebih besar
dibandingkan pada sisi sudu lengkung seperempat lingkaran. Kincir ini biasanya
terdiri dari dua tabung atau sudu berdinding logam yang saling berhadapan dan
mempunyai poros ditengahnya. Prinsip kerja kincir angin adalah berdasarkan

4
interaksi sudu dan rotor dengan hembusan angin.
Penggunaan tenaga angin hanya 1% dari total produksi listrik dunia (2005).

Jerman merupakan produsen terbesar tenaga angin dengan 32% dari total kapasitas

dunia pada 2005; targetnya pada 2010, energi terbarui akan memenuhi 12,5%

kebutuhan listrik Jerman. Jerman memiliki 16.000 turbin angin, kebanyakan terletak

di utara negara tersebut - termasuk tiga terbesar dunia, dibuat oleh perusahaan

Enercon (4,5 MW), Multibrid (5 MW) dan Repower (5 MW). Provinsi Schleswig-

Holstein Jerman menghasilkan 25% listriknya dari turbin angin.

Tabel 1.2 Kapasitas Tenaga Angin Tiap Negara

Kapasitas tenaga angin yang terpasang


(akhir tahun)
Kapasitas (MW)
Urutan Negara 2005 2004
01 Jerman 18.428 16.629
02 Spanyol 10.027 8.263
03 AS 9.149 6.725
04 India 4.430 3.000
05 Denmark 3.128 3.124
06 Italia 1.717 1.265
07 Britania Raya 1.353 888
08 China 1.260 764
09 Belanda 1.219 1,078
10 Jepang 1.040 896
Total dunia 51.751 41.555
(sumber: wikipedia.com)

5
Angin di kawasan wilayah Indonesia mempunyai kecepatan dan arah yang

selalu berubah-ubah. Menurut Karwono (2008), pada turbin angin poros

horisontal pemanfaatannya harus diarahkan sesuai dengan arah angin yang

paling tinggi kecepatannya.

Mengenai performansi turbin angin vertical axis. Dari penelitian tersebut

diperoleh hasil bahwa semakin panjang lengan turbin maka semakin semakin kecil

putarannya namun nilai torsinya semakin besar dengan turbin angin sumbu vertikal

tipe Savonious.[1]

Konstruksi turbin angin Vertical Axis yang dapat memanfaatkan potensi

angin dari segala arah, konstruksi sederhana, dan tidak memerlukan tempat

pemasangan yang begitu luas serta menghasilkan momen yang besar merupakan

suatu pertimbangan penulis dalam memilih jenis turbin angin ini. Hal inilah

yang membuat penulis ingin melakukan analisa pada turbin angin yang dapat

digunakan pada kondisi tersebut yaitu dengan mengembangkan turbin angin

Vertical Axis.

Bagi Indonesia sendiri potensi energi angin yang paling banyak digunakan
adalah untuk pembangkit tenaga listrik. Hal ini mengingat Indonesia masih sangat
kekurangan pasokan listrik. Selain itu pemilihan pemanfaatan energi angin sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik juga dikarenakan potensi wilayah Indonesia yang
dikatakan cukup baik untuk pembangunan pembagkit tenaga listrik. Seperti yang
tercatat pada data potensi energi angin di wilayah Indonesia.[2]

1
Studi Eksperimental Performa Axis Wind Turbin Moch. Arif Afifuddin (2010 )
2
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2005 (dalam Putranto,dkk 2011:13)

6
Terlihat pada data di atas dari seluruh wilayah Indonesia yang paling
berpotensi adalah pulau Sulawesi, pulau-pulau sunda kecil, pulau Jawa, dan area
pantai selatan Jawa. Data tersebut masih berguna dan juga tetap menjadi patokan
pada penelitan-penelitian di tahun-tahun selanjutnya. Menyatakan bahwa potensi
energ angin di Indonesia umumnya berkecapatan lebih dari 5 m/s. hasil pemetaan
badan LAPAN pada 120 lokasi wilayah dengan jangkauan di atas 5 m/s adalah NTT,
NTB, Sulsel, dan Pantai Selatan Jawa. Adapun kecepatan 4 m/s hingga 5 m/s
tergolong skla menengah denga potesi kapasitas 10-100 kW.[3]
Mengetahui hal tersebut, maka tidak salah lagi jika Indonesia berpeluang
besar untuk memanfaatkan energi angin ini menjadi sumber sistem pembangkit
tenaga listrik. Dalam hal pengkonversian energi kinetik menjadi energi listrik, di
sinilah peran penting sebuah turbin angin dibutuhkan. Hal ini sama seperti yang
tertulis pada tempo.com pada tanggal 17 Februari 2016. Seorang dosen muda UMS
menyatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan turbin angin
guna memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Di samping karena Indonesia sendiri
memiliki letak yang mendukung yakni dekat dengan Samudra Hindia yang notabene
merupakan wilayah dengan hembusan angin yang kencang. Menindaklanjuti hal
tersebut, ternyata pemerintah pun sadar akan betapa pentingnya memanfaatkan
potensi besar ini. Pada tangga 7 April 2016 pemerintah mengumumkan berita pada

3
Isdiyarto, dkk. 2014. Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dan Surya Skala Kecil Untuk Daerah
Perbukitan

7
website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa PLTB 70 MW di
Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan siap dan segera dibangun. Melihat posisi wilayah
yang dituju pemerintah sendiri dan dikaitkan dengan tabel potensi angin di wilayah
Indonesia ternyata memiliki kesamaan. Hal ini menunjukkan memang benar adanya
bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan turbin angin
khususnya dalam urusan pembangkit listrik tenaga angin (bayu).
Oleh karena itu, melihat peluang besar yang diberikan leh Indonesia, maka
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khusunya pelajar dan mahasiswa untuk
mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan turbin angin itu sendiri
sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu dapat dimulai dari pemahaman
awal mula adanya turbin angin, makna dari turbin angin itu sendiri, klasifikasi,
prinsip kerja, siklus, cara perawatan, hingga tahapan perkembangan turbin angin dari
masa ke masa. Hal ini ditujukan agar ke depan mampu memberikan insipirasi dan
inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin sabagai salah satu mesin konversi
energi yang efektif dan efisien. Melihat keterangan-keterangan sebelumnya bahwa ke
depan sudah dapat dipastikan energi angin pun akan menjadi primadona energi
terbarukan di dunia. Tidak hanya ditingkat dunia, tetapi di wilayah Indonesia pun
dengan dimulainya proyek-proyek pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin
secara otomatis harapan pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2 Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan, penelitian dibuat batasan-batasan, antara lain:

1. Turbin Angin Sumbu Vertical dan Sumbu Horizontal

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik daya dan efisiensi

turbin angin sumbu Vertical dan Sumbu Horizontal

8
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Skema Sistem Turbin Angin

2.2 Cara Kerja Turbin Angin

Turbin angin lebih banyak digunakan untuk mengakomodasi kebutuhan listrik


masyarakat, dengan menggunakan prinsip konversi energi dan menggunakan sumber
daya alam yang dapat diperbaharui yaitu angin. Walaupun sampai saat ini
pembangunan turbin angin masih belum dapat menyaingi pembangkit listrik
konvensional (Contoh: PLTD,PLTU,dll), turbin angin masih lebih dikembangkan
oleh para ilmuwan karena dalam waktu dekat manusia akan dihadapkan dengan
masalah kekurangan sumber daya alam tak terbaharui (Contoh : batubara, minyak
bumi) sebagai bahan dasar untuk membangkitkan listrik. Umumnya daya efektif yang
dapat dipanen oleh sebuah turbin angin hanya sebesar 20%-30%. Jadi rumus di atas
dapat dikalikan dengan 0,2 atau 0,3 untuk mendapatkan hasil yang cukup.

Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari
angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar
generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.

Sebenarnya prosesnya tidak semudah itu, karena terdapat berbagai macam sub-sistem
yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi dari turbin angin, yaitu :

9
1. Gear Box

Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi
putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60.

2. Brake System

Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja
pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena
generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini
akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja
yang telah ditentukan. Kehadiran angin di luar diguaan akan menyebabkan
putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak di atasi
maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat
putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, kawat pada
generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.

3. Generator Rotor

Ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin
angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan
elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu pada salah satu cara kerja generator)
poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen.
Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah
kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator
mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya
karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik
tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui
kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan
dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC(alternating
current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal.

10
4. Penyimpan energi

Karena keterbatasan ketersediaan akan energi angin (tidak sepanjang hari


angin akan selalu tersedia) maka ketersediaan listrik pun tidak menentu. Oleh
karena itu digunakan alat penyimpan energi yang berfungsi sebagai back-up
energi listrik. Ketika beban penggunaan daya listrik masyarakat meningkat
atau ketika kecepatan angin suatu daerah sedang menurun, maka kebutuhan
permintaan akan daya listrik tidak dapat terpenuhi. Oleh karena itu kita perlu
menyimpan sebagian energi yang dihasilkan ketika terjadi kelebihan daya
pada saat turbin angin berputar kencang atau saat penggunaan daya pada
masyarakat menurun. Penyimpanan energi ini diakomodasi dengan
menggunakan alat penyimpan energi. Contoh sederhana yang dapat dijadikan
referensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki mobil
memiliki kapasitas penyimpanan energi yang cukup besar. Aki 12 volt, 65 Ah
dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga (kurang lebih) selama 0.5 jam
pada daya 780 watt.

Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya
DC (Direct Current) untuk meng-charge/mengisi energi, sedangkan dari
generator dihasilkan catu daya AC (Alternating Current). Oleh karena itu
diperlukan rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini. Rectifier-
inverter akan dijelaskan berikut.

5. Rectifier-inverter

Rectifier berarti penyearah. Rectifier dapat menyearahkan gelombang


sinusodal(AC) yang dihasilkan oleh generator menjadi gelombang DC.
Inverter berarti pembalik. Ketika dibutuhkan daya dari penyimpan
energi(aki/lainnya) maka catu yang dihasilkan oleh aki akan berbentuk
gelombang DC. Karena kebanyakan kebutuhan rumah tangga menggunakan
catu daya AC , maka diperlukan inverter untuk mengubah gelombang DC
yang dikeluarkan oleh aki menjadi gelombang AC, agar dapat digunakan oleh
rumah tangga.

11
2.3 Turbin Angin

Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga

listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk meng-akomodasi kebutuhan para

petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin

terdahulu banyak dibangun di Denmark, Belanda dan negara-negara Eropa lainnya

dan di Indonesia lebih dikenal dengan Windmill.[4]

1. Turbin Angin Horizontal Axis

Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi

rotornya paralel terhadap permukaan tanah. Turbin angin sumbu horizontal

memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara dan

diarahkan menuju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan energi

angin. Rotor turbin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya angin

dengan pengaturan baling – baling angin sederhana sedangkan turbin angin

besar umumnya menggunakan sensor angin dan motor yang mengubah rotor

turbin mengarah pada angin. Berdasarkan prinsip aerodinamis, rotor turbin

angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift

jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan

rotor turbin tipe lift, seperti terlihat pada gambar:

Wind Turbines: Fundamentals, Technologies, Application, Economics,Erich Hau springer


berlin heidelberg,2005

12
Gambar Gaya Aerodinamis rotor turbin angin ketika dilalui aliran udara.

Gambar Komponen utama turbin angin sumbu horizontal

(Sumber: Sathyajith Mathew, hal 90)

Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:

1. Turbin angin satu sudu (single blade)

2. Turbin angin dua sudu (double blade)

3. Turbin angin tiga sudu (three blade)

13
4. Turbin angin banyak sudu (multi blade)

Single bladed, two bladed, three bladed and multi bladed turbines

Gambar 2.4 Jenis turbin angin berdasarkan jumlah sudu


(Sumber: Sathyajith Mathew, hal 17)

Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin angin sumbu horizontal

dibedakan menjadi dua macam yaitu:

1) Upwind

2) Downwind

Turbin angin jenis upwind memiliki rotor yang menghadap arah

datangnya angin sedangkan turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang

membelakangi/menurut jurusan arah angin.

Gambar Turbin angin jenis upwind dan downwind


(Sumber: rapidshare.com)

14
Rotor pada turbin upwind terletak di depan turbin, posisinya mirip

dengan pesawat terbang yang didorong baling – baling. Untuk menjaga turbin tetap

menghadap arah angin, diperlukan mekanisme yaw seperti ekor turbin.

Keuntungannya, naungan menara berkurang. Udara akan mulai menekuk di sekitar

menara sebelum berlalu begitu sehingga ada kehilangan daya dari gangguan yang

terjadi, hanya tidak setingkat dengan turbin downwind.

Turbin angin downwind memiliki rotor di sisi bagian belakang turbin. Bentuk

nacelle didesain untuk menyesuaikan dengan arah angin . Keunggulannya yaitu

sudu rotor dapat lebih fleksibel karena tidak ada bahaya tabrakan dengan

menara. Sudu fleksibel memiliki keuntungan, biaya pembuatan sudu lebih murah dan

mengurangi tegangan pada tower selama keadaan angin dengan kecepatan tinggi

karena melentur memberikan beban angin didistribusikan secara langsung ke

sudu daripada ke menara. Sudu yang fleksibel dapat juga sebagai kekurangan

dimana kelenturannya menyebabkan keletihan sudu. Dibelakang menara

merupakan masalah dengan mesin downwind karena menyebabkan turbulensi

aliran dan meningkatkan kelelahan pada turbin.

Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan
generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah
baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox
yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena
sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya

15
diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar
mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit
dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas
begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah
angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap
sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-
bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan
demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah- bilah itu

Kelebihan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH):


Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih kuat di
tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara laju dan arah
angin) antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam atmosfir bumi. Di
sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin
meningkat sebesar 20%.
Kelemahan Turbin Angin Sumbu Horizontal (TASH):
1. Menara yang tinggi serta bilah yang panjang sulit diangkut dan juga
memerlukan biaya besar untuk pemasangannya, bisa mencapai 20% dari
seluruh biaya peralatan turbin angin.
2. TASH yang tinggi sulit dipasang, membutuhkan derek yang yang sangat
tinggi dan mahal serta para operator yang tampil.
3. Konstruksi menara yang besar dibutuhkan untuk menyangga bilah-bilah yang
berat, gearbox, dan generator.
4. TASH yang tinggi bisa memengaruhi radar airport.
5. Ukurannya yang tinggi merintangi jangkauan pandangan dan mengganggu
penampilan landskape.
6. Berbagai varian downwind menderita kerusakan struktur yang disebabkan

16
oleh turbulensi.

2.3.1 Tubin Angin Vertikal

Turbin angin sumbu vertikal/tegak (atau TASV) memiliki poros/sumbu rotor

utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak

harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di

tempat-tempat yang arah anginnya sangat bervariasi. VAWT mampu

mendayagunakan angin dari berbagai arah.

Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat
tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk
keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda
padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat
ke dasar tempat ia diletakkan,seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan.
Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia
adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain
mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing
wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin
angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi
bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan
turbulensi angin yang minimal.

Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV):


a. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
b. Sebuah TASV bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat pemeliharaan

17
bagian bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
c. TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan
yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
d. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak
atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
e. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH.
f. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 m.p.h.)
g. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin
berhembus sangat kencang.
h. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi
dilarang dibangun.
i. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari
berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit).
j. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
k. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.

Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal (TASV):


a. Kebanyakan TASV memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi TASH
karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
b. TASV tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencangdi
elevasi yang lebih tinggi.
c. Kebanyakan TASV mempunyai torsi awal yang rendah, dan membutuhkan
energi untuk mulai berputar.
Sebuah TASV yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya memberi tekanan

pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang

18
dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin

bertiup. Jika dilihat dari prinsip aerodinamik rotor yang digunakan, turbin angin

sumbu vertikal dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

19
2.3.2.1 Turbin Angin Darrieus

Turbin angin Darrieus pada umumnya dikenal sebagai turbin eggbeater.

Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus pada

tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang menggunakan

prinsip aerodinamik dengan memanfaatkan gaya lift pada airfoil dalam

mengekstrak energi angin.

Turbin Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi

dibanding dengan turbin angin Savonius sehingga lebih diutamakan untuk

menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan energi awal untuk mulai

berputar. Rotor turbin angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua

atau tiga sudu. Modifikasi rotor turbin angin Darrieus disebut dengan turbin angin H.

Gambar Turbin angin Darrieus tipe-H


(sumber: Rapidshare.com)

20
Gambar Pandangan turbin

Keterangan gambar:

β = sudut “pitch”

α = Sudut Serang

U∞ = Kecepatan angin (m/s)

Urot = Kecepatan putaran (rpm)

a= Titik lokasi Blade

Perhitungan turbin angin

Untuk menghitung daya yang dihasilkan yaitu:


𝑚 .𝑔 .ℎ
𝑃= 𝑡

dimana:

P = daya (watt)

m = massa beban (Kg)

g = Percepatan gravitasi (m/det2)

h = tinggi (m)

t = waktu (det)

21
Sedangkan untuk menghitung daya yang dihasilkan turbin adalah (Fiedler

Tullis, 2009)
𝑃
𝐶𝑃 = 0,5 𝜌𝑈 2 𝑆

dimana:

Cp = Koefisien daya turbin

P = Daya yang dihasilkan turbin (Watt)

𝜌 = Massa jenis udara (kg/m3)

𝑈∞ = kecepatan angin (m/det)

𝑆 = Span Area (m2)

Span area adalah luasan area sapuan turbin angin, yang dihitung dengan rumus

(Fiedler Tullis, 2009):

𝑆=𝐿𝑥𝐷

Dimana L adalah panjang Blade dan D adalah diameter turbin angin, dengan satuan

meter (m).

Gaya lift (FL) dihitung dengan menggunakan rumus(Aji Mardiono, 2005):

1
𝐹𝐿 = 𝑥 𝐶𝐿 𝑥 𝜌 𝑥 𝑈 2 𝑥 𝐴
2

Tip Speed Ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan blade turbin dengan

kecepatan angin, yaitu (Fiedler Tullis, 2009):


𝜔𝑟
𝜆= 𝑈∞

Dimana 𝜔 adalah kecepatan angular daripada turbin (rpm), dan 𝑟 adalah jari-jari dari

turbin (m). Efisiensi turbin angin adalah perbandingan antara daya yang diserap

turbin angin terhadap daya angin yang tersedia.Untuk menghitung efisiensi dari

22
turbin angin.5
𝑃
𝜂=1 𝑥 100 %
𝜌 𝐴′ 𝑈 2
2

2.3.2.2 Turbin angin Savonious

Turbin angin Savonius pertama kali diperkenalkan oleh insinyur Finlandia

Sigurd J. Savonius pada tahun 1922. Turbin angin sumbu vertikal yang terdiri

dari dua sudu berbentuk setengah silinder (atau elips) yang dirangkai sehingga

membentuk ‘S’, satu sisi setengah silinder berbentuk cembung dan sisi lain

berbentuk cekung yang dilalui angin seperti pada gambar 2.14. Berdasarkan

prinsip aerodinamis, rotor turbin ini memanfaatkan gaya hambat (drag) saat

mengekstrak energi angin dari aliran angin yang melalui sudu turbin. Koefisien

hambat permukaan cekung lebih besar daripada permukaan cembung. Oleh

sebab itu, sisi permukaan cekung setengah silinder yang dilalui angin akan

memberikan gaya hambat yang lebih besar daripada sisi lain sehingga rotor

berputar. Setiap turbin angin yang memanfaatkan potensi angin dengan gaya hambat

memiliki efisiensi yang terbatasi karena kecepatan sudu tidak dapat melebihi

kecepatan angin yang melaluinya.[6]

5
Karakteristik Turbin Angin vertical (M. Arsad, F. Hartono 2009)
6
Alit, Ida Bagus. 2016. Turbin Angin Poros Vertikal Tipe Savonius
Bertingkat Dengan Variasi Posisi Sudut.

23
Gambar Prinsip rotor Savonious
Dengan memanfaatkan gaya hambat, turbin angin Savonius memiliki

putaran dan daya yang rendah dibandingkan dengan turbin angin Darrieus.

Meskipun demikian turbin Savonius tidak memerlukan energi awal memulai

rotor untuk berputar yang merupakan keunggulan turbin ini dibanding turbin

Darrieus. Daya dan putaran yang dihasilkan turbin Savonius relatif rendah,

sehingga pada penerapannya digunakan untuk keperluan yang membutuhkan

daya kecil dan sederhana seperti memompa air. Turbin ini kurang sesuai

digunakan untuk pembangkit listrik dikarenakan tip speed ratio dan daya yang relatif

rendah.

2.4 Sistem Konversi Energi Angin (SKEA)


Sistem konversi energi angin merupakan suatu sistem yang bertujuan
untuk mengubah energi potensial angin menjadi energi mekanik poros oleh rotor
untuk kemudian diubah lagi oleh alternator menjadi energi listrik. Prinsip
utamanya adalah mengubah energi listrik yang dimiliki angin menjadi energi kinetik
poros. Besarnya energi yang dapat ditransferkan ke rotor tergantung pada massa
jenis udara, luas area dan kecepatan angin. Hal ini selanjutnya akan dibahas melalui
persamaan-persamaan.
Energi kinetik untuk suatu massa angin m yang bergerak dengan kecepatan v yang
nantinya akan diubah menjadi energi poros dapat dirumuskan sebagai
berikut:

24
1
E= mv 2 ( Nm)

Dimana:
m : massa udara yang bergerak (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh turbin angin untuk
memutar rotor.
Dengan menganggap suatu penampang melintang A, dimana udara dengan kecepatan v
mengalami pemindahan volume untuk setiap satuan waktu, yang disebut dengan aliran
volume V sebagai persamaan:
V = vA

Dimana:
V : laju volume (m3/s)
v : kecepatan angin (m/s)
A : luas area sapuan rotor (m2)

Sedangkan aliran massa dengan kecepatan udara p sebagai:


m=ρAv

Persamaan-persamaan diatas menunjukkan energi kinetik dan aliran massa yang


melewati suatu penampang melintang A sebagai energi P yang ditunjukkan dengan
mensubstitusi menjadi:

Dimana:
P : daya mekanik (W)
v : kecepatan angin (m/s)
ρ : densitas udara (ρ rata-rata : 1,2 kg/m3)

25
Karena setiap jenis turbin angin mempunyai karakteristik aerodinamika yang unik, maka
faktor daya sebagai fungsi dari TSR untuk setiap jenis turbin angin juga berbeda-beda.
Dengan memasukkan faktor daya Cp, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, gaya mekanik
aktual yang dapat diperoleh dari energi kinetik pada angin menjadi:

Parameter utama yang mempengaruhi Cp adalah: jumlah bilah sudu, panjang chord
bilah sudu, karakteristik aerodinamis bilah sudu, NREL menambahkan kemampuan
sebuah SKEA juga dibatasi oleh rugi-rugi pada generator dan sistem transmisi.

2.5 Tip Speed Ratio


Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung rotor terhadap
kecepatan angin bebas. Untuk kecepatan angin nominal yang tertentu, tip speed ratio akan
berpengaruh pada kecepatan putar rotor. Turbin angin tipe lift akan memiliki tip speed ratio
yang relatif lebih besar dibandingkan dengan turbin angin tipe drag. Tipe speed ratio
dihitung dengan persamaan:

πDn
λ=
60v

Dengan:
λ = tipe speed ratio
D = diameter rotor (m)
n = putaran rotor (rpm)
v = kecepatan angin (m/s)

Grafik berikut menunjukkan variasi nilai tip speed ratio dan koefisien daya cp untuk
berbagai macam turbin angin.

26
Gambar Torsi rotor untuk berbagai jenis turbin angin.

Pemilihan Sistem Transmisi Daya


Ketika putaran rotor dan daya motor sudah ditentukan, maka generator
yang digunakan dipilih. Generator yang tersedia di pasaran memiliki karakteristik yang
berbeda satu sama lain. Setiap generator memiliki kondisi kerja masing-masing.
Untuk meneruskan daya yang dihasilkan rotor ke generator, perlu sistem transmisi yang
konfigurasinya disesuaikan dengan kebutuhan daya yang ditransmisikan, putaran, dan
konfigurasi turbin angin. Sistem transmisi daya dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok menurut rasio putaran masukan dan keluarannya yaitu:
1. Direct drive
2. Speed Reducing
3. Speed Increasing
Direct Drive yang dimaksud adalah transmisi daya langsung dengan menggunakan porors
dan pasangan kopling. Yang penting dalam sistem transmisi direct drive adalah tidak ada
penurunan atau peningkatan putaran. Sistem transmisi speed reducing adalah sistem
transmisi daya dengan penurunan putaran, putaran keluar lebih rendah daripada putaran
masuk. Sistem transmisi ini digunakan untuk meningkatkan momen gaya. Yang
terakhir adalah sistem transmisi speed increasing, yaitu putaran keluar lebih tinggi dari
putaran masuk, terjadi kenaikan putaran dengan konsekuensi momen gaya keluar
menjadi lebih kecil.

27
Pada penerapannya, sistem transmisi direct drive hanya menggunakan poros dan
kopling jika diperlukan. Konstruksi direct drive lebih sederhana dibandingkan yang lainnya
dan tidak memerlukan banyak ruang. Sedangkan untuk penerapan sistem transmisi speed
reducing dan speed increasing diperlukan mekanisme pengubah putaran seperti pasangan
roda gigi, atau sabuk dan puli. Turbin angin yang putaran rotornya berada dalam selang
putaran kerja generator, maka transmisi daya yang digunakan adalah direct drive, rotor
menggerakkan generator secara langsung. Sedangkan transmisi speed increasing
karena pada umumnya putaran yang diperlukan generator lebih tinggi daripada putaran
rotor.
Dimensi Turbin
Untuk mendesain sebuah turbin, turbin harus memiliki jenis dan dimensi, untuk
menentukan jenis turbin yang digunakan dihitung berdasarkan kecepatan angin pada
kondisi sekitar.
Menentukan Dimensi Turbin Angin
Dimensi dari turbin angin dapat dicari dengan mengasumsikan daya yang dihasilkan dengan
kecepatan angin yang terjadi disekitar kita. Dengan rumus daya (P) pada turbin angin
sebagai berikut:

2.6 Menentukan Rotor Power Coeficient (Cpr)


Rotor Power Coeficient, koefisien daya akan dihitung dengan menggunakan teori strip
untuk rasio kecepatan rotor tertentu. Ini memberikan koefisien daya rotor untuk
kecepatan angin yang berbeda pada kecepatan rotor tetap atau untuk kecepatan rotor
yang berbeda pada satu kecepatan angin.
Cpr = λCq
Menentukan Tip Speed Ratio (TSR)
Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung rotor terhadap
kecepatan angin bebas. Untuk kecepatan angin nominal yang tertentu, tip speed ratio akan
berpengaruh pada kecepatan putar rotor.

28
πDn
λ=
60v

Grafik berikut menunjukkan variasi nilai tip speed ratio dan koefisien daya (Cp) untuk
berbagai macam turbin angin.

Gambar :Hubungan Antara Cpr dan TSR

Menentukan Rotor Torque Coeficient (Cq)


Rotor Torque Coeficient (Cq) adalah torsi yang dihasilkan oleh rotor turbin yang digunakan
untuk menghitung Rotor Power Coeficient (Cpr). Rotor Torque Coeficient (Cq) dapat dicari
dengan grafik sebagai berikut:

Gambar :Koefisien Rotor Dari Beberapa Turbin Angin

29
Kekuatan Poros Turbin
Elemen mesin ini adalah bagian yang sangat penting, selain poros berfungsi sebagai
tempat kedudukan sudu, poros juga berfungsi sebagai alat penghubung utama terjadinya
perubahan energi, dari energi kinetik menjadi energi listrik yang sebelumnya melalui
generator.
Berdasarkan jenis turbin ini, maka poros dipasang secara vertikal sehingga mendapat
beban puntir lebih besar Perhitungan diameter poros:7

Pd = f c P T = 9,74 x 105
(Sularso, Kiyokatsu 1983:7)

7
(Sularso, Kiyokatsu 1983:7). Perencanaan Bantalan Turbin Angin.
30
Bantalan Poros Turbin
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros beban, sehingga
putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secar halus, aman, dan berumur
panjang. (Sularso, 1983)
Perhitungan perencanaan bantalan:

Roda Gigi
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat maka penerusan daya
menggunakan roda gigi. Untuk menaikkan putaran dari poros turbin maka digunakan roda
gigi lurus (spur gear)
Perencanaan Pasangan Roda Gigi
Dari hasil perencanaan angka transmisi dapat ditentukan putaran roda gigi pinion, bila
putaran kurang dari 3600 Rpm, maka berlaku persamaan:

(Machine Design 2005:525)


Penentuan Sudut Tekan (θ)

Sudut tekan (θ ) yang umum digunakan adalah sebesar atau . Setelah ditentukan
jumlah gigi dan sudut tekan (θ). Dapat ditentukan faktor lewis ( Yp dan Yg) yang dapat
dilihat pada tabel (Values for Lewis Form Factor).
Perhitungan Torsi
Besarnya torsi dapat dihitung dengan persamaan

31
Penentuan Diameter Pitch Line
Dengan mengasumsikan nilai P, diameter pitch line dapat ditentukan dari persamaan:

Perhitungan Kecepatan Pitch Line


Setelah mendapatkan nilai diameter pitch line, kecepatan pitch line dapat dihitung dari
persamaan:

Perhitungan Gaya-gaya Yang bekerja


Besarnya gaya dinamik dapat dihitung dengan persamaan:

untuk 0< Vp<2000 ft/min

untuk 2000 < Vp < 4000 ft/min

untuk Vp > 4000 ft/min


Dengan melihat konsentrasi tegangan, diperoleh persamaan gaya bending:

Sedangkan beban keausan ijin dapat dicari dari persamaan:

Sehingga dari harga-harga tersebut bila disubstitusikan ke dalam persamaan:

Perhitungan Module (m) Module adalah perbandingan

antara diameter pitch dengan jumlah roda gigi.


32
Perhitungan Pembuatan Turbin Angin
Perhitungan Luasan Sudu Turbin
Diketahui:
P = 200 watt
v = 6,3 m/s
n = 40 rpm (asumsi)
Daya pada turbin:

P=
Menentukan Tip Speed Ratio (TSR)
Diketahui:
D = 1,84 m
n = 40 rpm (asumsi)
v = 6,3 m/s (berdasarkan data pengukuran)
Tip Speed Ratio ( λ )
πDn
λ=
60v
3,14 x1,84 x40
λ =
60 x6,3
λ = 0,61
Menentukan Rotor Torque Coeficient (Cqr)

Gambar : Koefisien Rotor Dari Beberapa Turbin Angin

33
Berdasarkan dari gambar hubungan koefisien rotor dari beberapa turbin angin didapat untuk
rotor turbin jenis savonius pada daerah A jika λ1 =2 maka Cq 1 = 0,065.

Jadi jika λ2 == 0,61, maka Cq 2 =

Menentukan Rotor Power Coeficient (Cpr)


Diketahui:
λ = 0,61 Cq = 0,21 Cpr = λ x Cqr Cpr = 0,61 x 0,21 Cpr = 0,13
Luasan pada sudu turbin:
P=

Dengan didapatkannya luas penampang 6 buah sudu (A) sebesar10,7 m2, maka dengan
menggunakan 6 buah sudu diperoleh dimensi sudu sebagai berikut:
1. Luas Selimut Tabung
Diketahui:
Tinggi sudu (L) = 2 meter
Jumlah sudu = 6 Buah

Luas 1 buah sudu =


A =6

d =

d = 0,56 meter
Jadi dimensi jenis turbin yang digunakan adalah jenis turbin angin tipe savonius dengan
dimensi D x L yaitu 0,56 x 2 meter.
2. Luas Panjang Lengan (A2)

34
Dengan panjang lengan84cm+ d = 84cm + x 56cm = 112cm =1,12m, maka luasan yang
didapat adalah sebagai berikut:

3. Ratio Perbandingan Luas 1


Ratio Perbandingan Luas =
Ratio Perbandingan Luas =
Ratio Perbandingan Luas = 0,78
4. Luas Panjang Lengan (A3)

Dengan panjang lengan 64cm+ d = 64 + 56cm = 92cm=0,92m, maka luasan yang didapat
adalah sebagai berikut:

5. Ratio Perbandingan Luas 2

Ratio Perbandingan Luas =


Ratio Perbandingan Luas =
Ratio Perbandingan Luas = 0,95

Perhitungan Kekuatan Poros


Diameter Poros
Diketahui:
Perhitungan poros dengan daya 200 watt, putaran poros turbin 40 rpm, dengan faktor
koreksi 2,0. Asumsi bahan diambil baja batang St 60.
P = 200 watt = 0,2 kW
n = 40 rpm
f c = 2,0

St 60= 60 kg/mm2
Perhitungan diameter poros:
Pd= f c P
Pd = 2,0 (0,2)
35
Pd = 0,4

T = 9,74 x 105

T = 9,74 x 105

T = 9740 kgmm

Bahan St 60 = 60 kg/mm2; S f1 = 6,0; S f2 = 2,0

Cb = 2,0; Kt = 1,5

26,21 mm

Jadi diameter poros yang digunakan adalah 26,21 mm.

36
Perhitungan Bantalan Poros
Diketahui:
d s = 26,21 mm

= 24 kg

Bahan poros besi St 60 = 60 kg/mm2; S f1 = 6,0; S f2 = 2,0

n = 40 rpm

Bahan besi perunggu Pa = 0,7 – 2,0 kg/mm2

l = 20 mm
d= 26,21 mm

kg/mm2

jadi dapat diterima

= = 0,05 m/s

(Pv) a = 0,45 x 0,05 = 0,02 kg m/mm2 s

(poros transmisi)

Harga (Pv) a poros transmisi maksimal yang diijinkan 0,02 kg m/mm2 s


0,02< 0,2 jadi dapat diterima.

37
Perhitungan Roda Gigi
Diketahui:
HP = 200Watt = 0,27 HP
n turbin = 40 rpm N1 = 69 N2 = 12 N3 = 69 N4 = 17 N5 = 69 N6 = 27

Roda gigi 1
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 12 Yg = 0,245
HP = 200 =0,27 HP
Sudut Kontak = 20 deg FD
Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM25 So = 8000
Asumsi Bahan Gear = ASTM35 So = 12000
So Yp = 8000x0,428 = 3424Psi
So Yg = 12000x0,245 = 2940 Psi
1. Perhitungan Torsi

= 422,25 lb-in

38
Penentuan Diameter Pitch Line Diambil asumsi P = 16

Perhitungan Kecepatan Pitch Line

Perhitungan Gaya-gaya Yang bekerja


Ft =

Ft =

Ft = 195,83 lb

Karena Vp terletak antara 0< Vp<2000 ft/min, maka:

39
Perhitungan Dimensi Gear karena bahannya ASTM maka nilai k = 264

(memenuhi)

Dengan melihat konsentrasi tegangan,diperoleh persamaan gaya bending:

a. untuk Pinion

Jika syarat aman


maka aman
Dimensi Pinion (b) =0,63

b. Untuk Gear

Jika syarat aman


maka aman
Dimensi Gear (b) =0,81
Jadi untuk rodagigi 1 :Untuk Pinion Bahan ASTM35,
b=0,63
Untuk Gear Bahan SAE1020, b=0,81
6. Perhitungan Module (m)
Diketahui:
, D = 138 mm
, D = 24 mm
Jawab:

40
a. Untuk Pinion b. Untuk Gear

m=2
mm

Roda gigi 2
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 17 Yg = 0,302
HP =200 - (30% x 200) = 0,19 HP
Sudut Kontak = 20 deg FD
Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM35 So = 12000
Asumsi Bahan Gear = ASTM50 So = 15000
So Yp = 12000 x 0,428 = 5136 Psi
So Yg = 15000 x 0,302 = 4530 Psi
1. Perhitungan Torsi

= 51,4 lb-in
2. Penentuan Diameter Pitch Line
Diambil asumsi P = 33

41
3. Perhitungan Kecepatan Pitch Line

4. Perhitungan Gaya-gaya Yang bekerja


Ft =
Ft =

Ft = 49,17 lb
Karena vp terletak antara 0< vp<2000 ft/min, maka:

5. Perhitungan Dimensi Gear

karena bahannya ASTM maka nilai k=264

(memenuhi)

42
Dengan melihat konsentrasi tegangan, diperoleh persamaan gaya bending:
a.Untuk Pinion

Jika syarat aman


maka aman
Dimensi Pinion (b) =0,273
b. Untuk Gear

Jika syarat aman = maka aman


Dimensi Gear (b) =0,27
Jadi untuk roda gigi 2:Untuk Pinion Bahan
ASTM35,b=0,27
Untuk Gear Bahan SAE1020, b=0,27
6. Perhitungan Module (m)
Diketahui:
, D = 138 mm
, D = 34 mm

Jawab:

43
a. Untuk Pinion b. Untuk Gear

m=2

Roda gigi 3
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 27 Yg = 0,348
HP = 200 – (50% x 200) =0,13 HP Sudut Kontak = 20 deg FD

Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM25 So = 8000
Asumsi Bahan Gear = ASTM35 So = 12000
So Yp = 8000 x 0,428 = 3424 Psi
So Yg = 12000 x 0,348 = 4176 Psi
1. Perhitungan Torsi

= 9,05 lb-in
2. Penentuan Diameter Pitch Line
Diambil asumsi P = 63

44
3. Perhitungan Kecepatan Pitch Line

4. Perhitungan Gaya-gaya Yang bekerja


Ft =

Ft =

Ft = 16,52 lb

Karena terletak antara 0< <2000 ft/min, maka:

5. Perhitungan Dimensi Gear

karena bahannya ASTM maka nilai k = 264

(memenuhi)

45
Dengan melihat konsentrasi tegangan,diperoleh persamaan gaya bending:
a. Untuk Pinion

Jika syarat aman


maka aman
Dimensi Pinion (b) =0,21
b. Untuk Gear

Jika syarat aman


maka aman
Dimensi Gear (b) =0,21
Jadi untuk roda gigi 3:Untuk Pinion Bahan SAE1020,
b=0,22 untuk Gear bahan SAE1035, b = 0,22

6. Perhitungan Module (m) Diketahui:


D = 138 mm
D = 54 mm
a. Untuk Pinion b. Untuk Gear

m = 2 mm

46
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan
untukmembangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk
mengakomodasikebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber daya
alam yang dapatdiperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama kali digunakan
untukpembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari turbin angin dianggap
tidakekonomis kecuali untuk negara berpenduduk jarang. Klasifikasi turbin angin
secara umum dibagi menjadi dua, yakni: turbin angina sumbu horizontal dan tubin
angin sumbu vertical.
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik angin
menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi listrik oleh
generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni: merencanakan turbin,
memasang poros dan jari-jari sumbu vertical, memasang magnet sumbu vertical,
menyelesaikan turbin, dan memasang komponen-komponen listrik pada turbin.

3.2 Saran
Saran yang saya berikan adalah perbanyak lagi turbin angin sebagai energi terbarukan
yang ada diIndonesia, karna diIindonesia banyak perbukitan dan pantai yang luas
yang mendukung kerja turbin angin sebagai energi alternatif dan agar dapat
membantu pembangkit listrik yang sudah ada dan dikembangkan diIndonesia

47
DAFTAR PUSTAKA

1. Studi Eksperimental Performa Axis Wind Turbin Moch. Arif Afifuddin


(2010 )
2. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2005 (dalam
Putranto,dkk 2011:13)
3. Isdiyarto, dkk. 2014. Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dan Surya
Skala Kecil Untuk Daerah Perbukitan
4. Wind Turbines: Fundamentals, Technologies, Application, Economics,Erich
Hau springer berlin heidelberg,2005
5. (Sularso, Kiyokatsu 1983:7). Perencanaan Bantalan Turbin Angin
6. Karakteristik Turbin Angin vertical (M. Arsad, F. Hartono 2009)
7. Alit, Ida Bagus. 2016. Turbin Angin Poros Vertikal Tipe Savonius
Bertingkat Dengan Variasi Posisi Sudut.

48
49

Anda mungkin juga menyukai