Disusun
FATONI
RENGGA BAGUS MAULANA
IBNU LABIB SUYADI
ARDI SETIAWAN
ROCHANA SUHARYANTO
FATONI
1
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2
2
KATA PENGANTAR
Segala Puji Syukur hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala, kepadanya kita memuji
dan bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan-Nya, dan atas limpahan rahmat
kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjukNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah TURBIN ANGIN ini
tepat pada waktunya. Shala wat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi
Muhammmad shallallahu alaihiwasallam, keluarga, sahabat, juga pada orang – orang
yang senantiasa mengikuti sunah – sunahnya.
Dengan rahmat dan pertolonganNya Alhamdulillah Makalah ini kami susun dalam
rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah Konversi Energi dengan
judul TURBIN ANGIN
Banyak sekali kekurangan kami sebagai penyusun makalah, baik menyangkut
isi dan lainnya, mudah – mudahan semua ini menjadi cambuk bagi kami agar lebih
meningkatkan kualitas makalah ini, dan terimakasih juga kami ucapkan kepada Ibu
Nailul Atifah ST.M.Eng yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Pembuatan makalah ini menggunakan studi pustaka, yaitu mengumpulkan dan
mengkaji materi Konversi Energi dari berbagai reverensi, kami gunakan metode
pengumpulan data ini, agar makalah yang kami susun dapat memberikan informasi
yang akurat.
Kami sadar makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
interaksi sudu dan rotor dengan hembusan angin.
Penggunaan tenaga angin hanya 1% dari total produksi listrik dunia (2005).
Jerman merupakan produsen terbesar tenaga angin dengan 32% dari total kapasitas
dunia pada 2005; targetnya pada 2010, energi terbarui akan memenuhi 12,5%
kebutuhan listrik Jerman. Jerman memiliki 16.000 turbin angin, kebanyakan terletak
di utara negara tersebut - termasuk tiga terbesar dunia, dibuat oleh perusahaan
Enercon (4,5 MW), Multibrid (5 MW) dan Repower (5 MW). Provinsi Schleswig-
5
Angin di kawasan wilayah Indonesia mempunyai kecepatan dan arah yang
diperoleh hasil bahwa semakin panjang lengan turbin maka semakin semakin kecil
putarannya namun nilai torsinya semakin besar dengan turbin angin sumbu vertikal
tipe Savonious.[1]
angin dari segala arah, konstruksi sederhana, dan tidak memerlukan tempat
pemasangan yang begitu luas serta menghasilkan momen yang besar merupakan
suatu pertimbangan penulis dalam memilih jenis turbin angin ini. Hal inilah
yang membuat penulis ingin melakukan analisa pada turbin angin yang dapat
Vertical Axis.
Bagi Indonesia sendiri potensi energi angin yang paling banyak digunakan
adalah untuk pembangkit tenaga listrik. Hal ini mengingat Indonesia masih sangat
kekurangan pasokan listrik. Selain itu pemilihan pemanfaatan energi angin sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik juga dikarenakan potensi wilayah Indonesia yang
dikatakan cukup baik untuk pembangunan pembagkit tenaga listrik. Seperti yang
tercatat pada data potensi energi angin di wilayah Indonesia.[2]
1
Studi Eksperimental Performa Axis Wind Turbin Moch. Arif Afifuddin (2010 )
2
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) tahun 2005 (dalam Putranto,dkk 2011:13)
6
Terlihat pada data di atas dari seluruh wilayah Indonesia yang paling
berpotensi adalah pulau Sulawesi, pulau-pulau sunda kecil, pulau Jawa, dan area
pantai selatan Jawa. Data tersebut masih berguna dan juga tetap menjadi patokan
pada penelitan-penelitian di tahun-tahun selanjutnya. Menyatakan bahwa potensi
energ angin di Indonesia umumnya berkecapatan lebih dari 5 m/s. hasil pemetaan
badan LAPAN pada 120 lokasi wilayah dengan jangkauan di atas 5 m/s adalah NTT,
NTB, Sulsel, dan Pantai Selatan Jawa. Adapun kecepatan 4 m/s hingga 5 m/s
tergolong skla menengah denga potesi kapasitas 10-100 kW.[3]
Mengetahui hal tersebut, maka tidak salah lagi jika Indonesia berpeluang
besar untuk memanfaatkan energi angin ini menjadi sumber sistem pembangkit
tenaga listrik. Dalam hal pengkonversian energi kinetik menjadi energi listrik, di
sinilah peran penting sebuah turbin angin dibutuhkan. Hal ini sama seperti yang
tertulis pada tempo.com pada tanggal 17 Februari 2016. Seorang dosen muda UMS
menyatakan bahwa Indonesia sangat berpotensi untuk mengembangkan turbin angin
guna memenuhi kebutuhan listrik Indonesia. Di samping karena Indonesia sendiri
memiliki letak yang mendukung yakni dekat dengan Samudra Hindia yang notabene
merupakan wilayah dengan hembusan angin yang kencang. Menindaklanjuti hal
tersebut, ternyata pemerintah pun sadar akan betapa pentingnya memanfaatkan
potensi besar ini. Pada tangga 7 April 2016 pemerintah mengumumkan berita pada
3
Isdiyarto, dkk. 2014. Model Pembangkit Listrik Tenaga Angin Dan Surya Skala Kecil Untuk Daerah
Perbukitan
7
website Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral bahwa PLTB 70 MW di
Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan siap dan segera dibangun. Melihat posisi wilayah
yang dituju pemerintah sendiri dan dikaitkan dengan tabel potensi angin di wilayah
Indonesia ternyata memiliki kesamaan. Hal ini menunjukkan memang benar adanya
bahwa Indonesia memiliki peluang besar untuk pengembangan turbin angin
khususnya dalam urusan pembangkit listrik tenaga angin (bayu).
Oleh karena itu, melihat peluang besar yang diberikan leh Indonesia, maka
sangat penting bagi generasi muda Indonesia khusunya pelajar dan mahasiswa untuk
mengembangkan dan meningkatkan terus pemahaman akan turbin angin itu sendiri
sebagai salah satu alat konversi energi angin. Hal itu dapat dimulai dari pemahaman
awal mula adanya turbin angin, makna dari turbin angin itu sendiri, klasifikasi,
prinsip kerja, siklus, cara perawatan, hingga tahapan perkembangan turbin angin dari
masa ke masa. Hal ini ditujukan agar ke depan mampu memberikan insipirasi dan
inovasi untuk terus mengembangkan turbin angin sabagai salah satu mesin konversi
energi yang efektif dan efisien. Melihat keterangan-keterangan sebelumnya bahwa ke
depan sudah dapat dipastikan energi angin pun akan menjadi primadona energi
terbarukan di dunia. Tidak hanya ditingkat dunia, tetapi di wilayah Indonesia pun
dengan dimulainya proyek-proyek pembangunan tentang pemanfaatan turbin angin
secara otomatis harapan pemerintah ke depan hal ini dapat terus berkembang pula
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
1.2 Batasan Masalah
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik daya dan efisiensi
8
BAB II
PEMBAHASAN
Prinsip dasar kerja dari turbin angin adalah mengubah energi mekanis dari
angin menjadi energi putar pada kincir, lalu putaran kincir digunakan untuk memutar
generator, yang akhirnya akan menghasilkan listrik.
Sebenarnya prosesnya tidak semudah itu, karena terdapat berbagai macam sub-sistem
yang dapat meningkatkan safety dan efisiensi dari turbin angin, yaitu :
9
1. Gear Box
Alat ini berfungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi
putaran tinggi. Biasanya Gearbox yang digunakan sekitar 1:60.
2. Brake System
Digunakan untuk menjaga putaran pada poros setelah gearbox agar bekerja
pada titik aman saat terdapat angin yang besar. Alat ini perlu dipasang karena
generator memiliki titik kerja aman dalam pengoperasiannya. Generator ini
akan menghasilkan energi listrik maksimal pada saat bekerja pada titik kerja
yang telah ditentukan. Kehadiran angin di luar diguaan akan menyebabkan
putaran yang cukup cepat pada poros generator, sehingga jika tidak di atasi
maka putaran ini dapat merusak generator. Dampak dari kerusakan akibat
putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, kawat pada
generator putus karena tidak dapat menahan arus yang cukup besar.
3. Generator Rotor
Ini adalah salah satu komponen terpenting dalam pembuatan sistem turbin
angin. Generator ini dapat mengubah energi gerak menjadi energi listrik.
Prinsip kerjanya dapat dipelajari dengan menggunakan teori medan
elektromagnetik. Singkatnya, (mengacu pada salah satu cara kerja generator)
poros pada generator dipasang dengan material ferromagnetik permanen.
Setelah itu disekeliling poros terdapat stator yang bentuk fisisnya adalah
kumparan-kumparan kawat yang membentuk loop. Ketika poros generator
mulai berputar maka akan terjadi perubahan fluks pada stator yang akhirnya
karena terjadi perubahan fluks ini akan dihasilkan tegangan dan arus listrik
tertentu. Tegangan dan arus listrik yang dihasilkan ini disalurkan melalui
kabel jaringan listrik untuk akhirnya digunakan oleh masyarakat. Tegangan
dan arus listrik yang dihasilkan oleh generator ini berupa AC(alternating
current) yang memiliki bentuk gelombang kurang lebih sinusoidal.
10
4. Penyimpan energi
Kendala dalam menggunakan alat ini adalah alat ini memerlukan catu daya
DC (Direct Current) untuk meng-charge/mengisi energi, sedangkan dari
generator dihasilkan catu daya AC (Alternating Current). Oleh karena itu
diperlukan rectifier-inverter untuk mengakomodasi keperluan ini. Rectifier-
inverter akan dijelaskan berikut.
5. Rectifier-inverter
11
2.3 Turbin Angin
Turbin angin adalah kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan tenaga
listrik. Turbin angin ini pada awalnya dibuat untuk meng-akomodasi kebutuhan para
petani dalam melakukan penggilingan padi, keperluan irigasi, dll. Turbin angin
Turbin angin sumbu horizontal merupakan turbin angin yang sumbu rotasi
memiliki poros rotor utama dan generator listrik di puncak menara dan
diarahkan menuju dari arah datangnya angin untuk dapat memanfaatkan energi
angin. Rotor turbin angin kecil diarahkan menuju dari arah datangnya angin
besar umumnya menggunakan sensor angin dan motor yang mengubah rotor
angin sumbu horizontal mengalami gaya lift dan gaya drag, namun gaya lift
jauh lebih besar dari gaya drag sehingga rotor turbin ini lebih dikenal dengan
12
Gambar Gaya Aerodinamis rotor turbin angin ketika dilalui aliran udara.
Dilihat dari jumlah sudu, turbin angin sumbu horizontal terbagi menjadi:
13
4. Turbin angin banyak sudu (multi blade)
Single bladed, two bladed, three bladed and multi bladed turbines
Berdasarkan letak rotor terhadap arah angin, turbin angin sumbu horizontal
1) Upwind
2) Downwind
datangnya angin sedangkan turbin angin jenis downwind memiliki rotor yang
14
Rotor pada turbin upwind terletak di depan turbin, posisinya mirip
dengan pesawat terbang yang didorong baling – baling. Untuk menjaga turbin tetap
menara sebelum berlalu begitu sehingga ada kehilangan daya dari gangguan yang
Turbin angin downwind memiliki rotor di sisi bagian belakang turbin. Bentuk
sudu rotor dapat lebih fleksibel karena tidak ada bahaya tabrakan dengan
menara. Sudu fleksibel memiliki keuntungan, biaya pembuatan sudu lebih murah dan
mengurangi tegangan pada tower selama keadaan angin dengan kecepatan tinggi
sudu daripada ke menara. Sudu yang fleksibel dapat juga sebagai kekurangan
Turbin angin sumbu horizontal (TASH) memiliki poros rotor utama dan
generator listrik di puncak menara. Turbin berukuran kecil diarahkan oleh sebuah
baling-baling angin (baling-baling cuaca) yang sederhana, sedangkan turbin
berukuran besar pada umumnya menggunakan sebuah sensor angin yang
digandengkan ke sebuah servo motor. Sebagian besar memiliki sebuah gearbox
yang mengubah perputaran kincir yang pelan menjadi lebih cepat berputar. Karena
sebuah menara menghasilkan turbulensi di belakangnya, turbin biasanya
15
diarahkan melawan arah anginnya menara. Bilah-bilah turbin dibuat kaku agar
mereka tidak terdorong menuju menara oleh angin berkecepatan tinggi. Sebagai
tambahan, bilah-bilah itu diletakkan di depan menara pada jarak tertentu dan sedikit
dimiringkan.
Karena turbulensi menyebabkan kerusakan struktur menara, dan realibilitas
begitu penting, sebagian besar TASH merupakan mesin upwind (melawan arah
angin). Meski memiliki permasalahan turbulensi, mesin downwind (menurut jurusan
angin) dibuat karena tidak memerlukan mekanisme tambahan agar mereka tetap
sejalan dengan angin, dan karena di saat angin berhembus sangat kencang, bilah-
bilahnya bisa ditekuk sehingga mengurangi wilayah tiupan mereka dan dengan
demikian juga mengurangi resintensi angin dari bilah- bilah itu
16
oleh turbulensi.
utama yang disusun tegak lurus. Kelebihan utama susunan ini adalah turbin tidak
harus diarahkan ke angin agar menjadi efektif. Kelebihan ini sangat berguna di
Dengan sumbu yang vertikal, generator serta gearbox bisa ditempatkan di dekat
tanah, jadi menara tidak perlu menyokongnya dan lebih mudah diakses untuk
keperluan perawatan. Tapi ini menyebabkan sejumlah desain menghasilkan tenaga
putaran yang berdenyut. Drag (gaya yang menahan pergerakan sebuah benda
padat melalui fluida (zat cair atau gas) bisa saja tercipta saat kincir berputar.
Karena sulit dipasang di atas menara, turbin sumbu tegak sering dipasang lebih dekat
ke dasar tempat ia diletakkan,seperti tanah atau puncak atap sebuah bangunan.
Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga yang tersedia
adalah energi angin yang sedikit. Aliran udara di dekat tanah dan obyek yang lain
mampu menciptakan aliran yang bergolak, yang bisa menyebabkan berbagai
permasalahan yang berkaitan dengan getaran, diantaranya kebisingan dan bearing
wear yang akan meningkatkan biaya pemeliharaan atau mempersingkat umur turbin
angin. Jika tinggi puncak atap yang dipasangi menara turbin kira-kira 50% dari tinggi
bangunan, ini merupakan titik optimal bagi energi angin yang maksimal dan
turbulensi angin yang minimal.
17
bagian bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
c. TASV memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan keaerodinamisan
yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan yang rendah dan tinggi.
d. Desain TASV berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk kotak
atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih besar untuk
diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk lingkarannya TASH.
e. TASV memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada TASH.
f. Biasanya TASV mulai menghasilkan listrik pada 10 km/jam (6 m.p.h.)
g. TASV biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara kecepatan
putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya angin) yang lebih
rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di saat angin
berhembus sangat kencang.
h. TASV bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih tinggi
dilarang dibangun.
i. TASV yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan dari
berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju angin
(seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak bukit).
j. TASV tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
k. Kincir pada TASV mudah dilihat dan dihindari burung.
pada bantalan dasar karena semua berat rotor dibebankan pada bantalan. Kabel yang
18
dikaitkan ke puncak bantalan meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin
bertiup. Jika dilihat dari prinsip aerodinamik rotor yang digunakan, turbin angin
19
2.3.2.1 Turbin Angin Darrieus
Turbin angin Darrieus pertama kali ditemukan oleh Georges Darrieus pada
tahun 1931. Turbin angin Darrieus merupakan turbin angin yang menggunakan
Turbin Darrieus memiliki torsi rotor yang rendah tetapi putarannya lebih tinggi
menghasilkan energi listrik. Namun turbin ini membutuhkan energi awal untuk mulai
berputar. Rotor turbin angin Darrieus pada umumnya memiliki variasi sudu yaitu dua
atau tiga sudu. Modifikasi rotor turbin angin Darrieus disebut dengan turbin angin H.
20
Gambar Pandangan turbin
Keterangan gambar:
β = sudut “pitch”
α = Sudut Serang
dimana:
P = daya (watt)
h = tinggi (m)
t = waktu (det)
21
Sedangkan untuk menghitung daya yang dihasilkan turbin adalah (Fiedler
Tullis, 2009)
𝑃
𝐶𝑃 = 0,5 𝜌𝑈 2 𝑆
∞
dimana:
Span area adalah luasan area sapuan turbin angin, yang dihitung dengan rumus
𝑆=𝐿𝑥𝐷
Dimana L adalah panjang Blade dan D adalah diameter turbin angin, dengan satuan
meter (m).
1
𝐹𝐿 = 𝑥 𝐶𝐿 𝑥 𝜌 𝑥 𝑈 2 𝑥 𝐴
2
Tip Speed Ratio (TSR) adalah perbandingan antara kecepatan blade turbin dengan
Dimana 𝜔 adalah kecepatan angular daripada turbin (rpm), dan 𝑟 adalah jari-jari dari
turbin (m). Efisiensi turbin angin adalah perbandingan antara daya yang diserap
turbin angin terhadap daya angin yang tersedia.Untuk menghitung efisiensi dari
22
turbin angin.5
𝑃
𝜂=1 𝑥 100 %
𝜌 𝐴′ 𝑈 2
2
Sigurd J. Savonius pada tahun 1922. Turbin angin sumbu vertikal yang terdiri
dari dua sudu berbentuk setengah silinder (atau elips) yang dirangkai sehingga
membentuk ‘S’, satu sisi setengah silinder berbentuk cembung dan sisi lain
berbentuk cekung yang dilalui angin seperti pada gambar 2.14. Berdasarkan
prinsip aerodinamis, rotor turbin ini memanfaatkan gaya hambat (drag) saat
mengekstrak energi angin dari aliran angin yang melalui sudu turbin. Koefisien
sebab itu, sisi permukaan cekung setengah silinder yang dilalui angin akan
memberikan gaya hambat yang lebih besar daripada sisi lain sehingga rotor
berputar. Setiap turbin angin yang memanfaatkan potensi angin dengan gaya hambat
memiliki efisiensi yang terbatasi karena kecepatan sudu tidak dapat melebihi
5
Karakteristik Turbin Angin vertical (M. Arsad, F. Hartono 2009)
6
Alit, Ida Bagus. 2016. Turbin Angin Poros Vertikal Tipe Savonius
Bertingkat Dengan Variasi Posisi Sudut.
23
Gambar Prinsip rotor Savonious
Dengan memanfaatkan gaya hambat, turbin angin Savonius memiliki
putaran dan daya yang rendah dibandingkan dengan turbin angin Darrieus.
rotor untuk berputar yang merupakan keunggulan turbin ini dibanding turbin
Darrieus. Daya dan putaran yang dihasilkan turbin Savonius relatif rendah,
daya kecil dan sederhana seperti memompa air. Turbin ini kurang sesuai
digunakan untuk pembangkit listrik dikarenakan tip speed ratio dan daya yang relatif
rendah.
24
1
E= mv 2 ( Nm)
Dimana:
m : massa udara yang bergerak (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Energi kinetik yang terkandung dalam angin inilah yang ditangkap oleh turbin angin untuk
memutar rotor.
Dengan menganggap suatu penampang melintang A, dimana udara dengan kecepatan v
mengalami pemindahan volume untuk setiap satuan waktu, yang disebut dengan aliran
volume V sebagai persamaan:
V = vA
Dimana:
V : laju volume (m3/s)
v : kecepatan angin (m/s)
A : luas area sapuan rotor (m2)
Dimana:
P : daya mekanik (W)
v : kecepatan angin (m/s)
ρ : densitas udara (ρ rata-rata : 1,2 kg/m3)
25
Karena setiap jenis turbin angin mempunyai karakteristik aerodinamika yang unik, maka
faktor daya sebagai fungsi dari TSR untuk setiap jenis turbin angin juga berbeda-beda.
Dengan memasukkan faktor daya Cp, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, gaya mekanik
aktual yang dapat diperoleh dari energi kinetik pada angin menjadi:
Parameter utama yang mempengaruhi Cp adalah: jumlah bilah sudu, panjang chord
bilah sudu, karakteristik aerodinamis bilah sudu, NREL menambahkan kemampuan
sebuah SKEA juga dibatasi oleh rugi-rugi pada generator dan sistem transmisi.
πDn
λ=
60v
Dengan:
λ = tipe speed ratio
D = diameter rotor (m)
n = putaran rotor (rpm)
v = kecepatan angin (m/s)
Grafik berikut menunjukkan variasi nilai tip speed ratio dan koefisien daya cp untuk
berbagai macam turbin angin.
26
Gambar Torsi rotor untuk berbagai jenis turbin angin.
27
Pada penerapannya, sistem transmisi direct drive hanya menggunakan poros dan
kopling jika diperlukan. Konstruksi direct drive lebih sederhana dibandingkan yang lainnya
dan tidak memerlukan banyak ruang. Sedangkan untuk penerapan sistem transmisi speed
reducing dan speed increasing diperlukan mekanisme pengubah putaran seperti pasangan
roda gigi, atau sabuk dan puli. Turbin angin yang putaran rotornya berada dalam selang
putaran kerja generator, maka transmisi daya yang digunakan adalah direct drive, rotor
menggerakkan generator secara langsung. Sedangkan transmisi speed increasing
karena pada umumnya putaran yang diperlukan generator lebih tinggi daripada putaran
rotor.
Dimensi Turbin
Untuk mendesain sebuah turbin, turbin harus memiliki jenis dan dimensi, untuk
menentukan jenis turbin yang digunakan dihitung berdasarkan kecepatan angin pada
kondisi sekitar.
Menentukan Dimensi Turbin Angin
Dimensi dari turbin angin dapat dicari dengan mengasumsikan daya yang dihasilkan dengan
kecepatan angin yang terjadi disekitar kita. Dengan rumus daya (P) pada turbin angin
sebagai berikut:
28
πDn
λ=
60v
Grafik berikut menunjukkan variasi nilai tip speed ratio dan koefisien daya (Cp) untuk
berbagai macam turbin angin.
29
Kekuatan Poros Turbin
Elemen mesin ini adalah bagian yang sangat penting, selain poros berfungsi sebagai
tempat kedudukan sudu, poros juga berfungsi sebagai alat penghubung utama terjadinya
perubahan energi, dari energi kinetik menjadi energi listrik yang sebelumnya melalui
generator.
Berdasarkan jenis turbin ini, maka poros dipasang secara vertikal sehingga mendapat
beban puntir lebih besar Perhitungan diameter poros:7
Pd = f c P T = 9,74 x 105
(Sularso, Kiyokatsu 1983:7)
7
(Sularso, Kiyokatsu 1983:7). Perencanaan Bantalan Turbin Angin.
30
Bantalan Poros Turbin
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros beban, sehingga
putaran atau gerak bolak-baliknya dapat berlangsung secar halus, aman, dan berumur
panjang. (Sularso, 1983)
Perhitungan perencanaan bantalan:
Roda Gigi
Guna mentransmisikan daya besar dan putaran yang tepat maka penerusan daya
menggunakan roda gigi. Untuk menaikkan putaran dari poros turbin maka digunakan roda
gigi lurus (spur gear)
Perencanaan Pasangan Roda Gigi
Dari hasil perencanaan angka transmisi dapat ditentukan putaran roda gigi pinion, bila
putaran kurang dari 3600 Rpm, maka berlaku persamaan:
Sudut tekan (θ ) yang umum digunakan adalah sebesar atau . Setelah ditentukan
jumlah gigi dan sudut tekan (θ). Dapat ditentukan faktor lewis ( Yp dan Yg) yang dapat
dilihat pada tabel (Values for Lewis Form Factor).
Perhitungan Torsi
Besarnya torsi dapat dihitung dengan persamaan
31
Penentuan Diameter Pitch Line
Dengan mengasumsikan nilai P, diameter pitch line dapat ditentukan dari persamaan:
P=
Menentukan Tip Speed Ratio (TSR)
Diketahui:
D = 1,84 m
n = 40 rpm (asumsi)
v = 6,3 m/s (berdasarkan data pengukuran)
Tip Speed Ratio ( λ )
πDn
λ=
60v
3,14 x1,84 x40
λ =
60 x6,3
λ = 0,61
Menentukan Rotor Torque Coeficient (Cqr)
33
Berdasarkan dari gambar hubungan koefisien rotor dari beberapa turbin angin didapat untuk
rotor turbin jenis savonius pada daerah A jika λ1 =2 maka Cq 1 = 0,065.
Dengan didapatkannya luas penampang 6 buah sudu (A) sebesar10,7 m2, maka dengan
menggunakan 6 buah sudu diperoleh dimensi sudu sebagai berikut:
1. Luas Selimut Tabung
Diketahui:
Tinggi sudu (L) = 2 meter
Jumlah sudu = 6 Buah
d =
d = 0,56 meter
Jadi dimensi jenis turbin yang digunakan adalah jenis turbin angin tipe savonius dengan
dimensi D x L yaitu 0,56 x 2 meter.
2. Luas Panjang Lengan (A2)
34
Dengan panjang lengan84cm+ d = 84cm + x 56cm = 112cm =1,12m, maka luasan yang
didapat adalah sebagai berikut:
Dengan panjang lengan 64cm+ d = 64 + 56cm = 92cm=0,92m, maka luasan yang didapat
adalah sebagai berikut:
St 60= 60 kg/mm2
Perhitungan diameter poros:
Pd= f c P
Pd = 2,0 (0,2)
35
Pd = 0,4
T = 9,74 x 105
T = 9,74 x 105
T = 9740 kgmm
Cb = 2,0; Kt = 1,5
26,21 mm
36
Perhitungan Bantalan Poros
Diketahui:
d s = 26,21 mm
= 24 kg
n = 40 rpm
l = 20 mm
d= 26,21 mm
kg/mm2
= = 0,05 m/s
(poros transmisi)
37
Perhitungan Roda Gigi
Diketahui:
HP = 200Watt = 0,27 HP
n turbin = 40 rpm N1 = 69 N2 = 12 N3 = 69 N4 = 17 N5 = 69 N6 = 27
Roda gigi 1
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 12 Yg = 0,245
HP = 200 =0,27 HP
Sudut Kontak = 20 deg FD
Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM25 So = 8000
Asumsi Bahan Gear = ASTM35 So = 12000
So Yp = 8000x0,428 = 3424Psi
So Yg = 12000x0,245 = 2940 Psi
1. Perhitungan Torsi
= 422,25 lb-in
38
Penentuan Diameter Pitch Line Diambil asumsi P = 16
Ft =
Ft = 195,83 lb
39
Perhitungan Dimensi Gear karena bahannya ASTM maka nilai k = 264
(memenuhi)
a. untuk Pinion
b. Untuk Gear
40
a. Untuk Pinion b. Untuk Gear
m=2
mm
Roda gigi 2
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 17 Yg = 0,302
HP =200 - (30% x 200) = 0,19 HP
Sudut Kontak = 20 deg FD
Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM35 So = 12000
Asumsi Bahan Gear = ASTM50 So = 15000
So Yp = 12000 x 0,428 = 5136 Psi
So Yg = 15000 x 0,302 = 4530 Psi
1. Perhitungan Torsi
= 51,4 lb-in
2. Penentuan Diameter Pitch Line
Diambil asumsi P = 33
41
3. Perhitungan Kecepatan Pitch Line
Ft = 49,17 lb
Karena vp terletak antara 0< vp<2000 ft/min, maka:
(memenuhi)
42
Dengan melihat konsentrasi tegangan, diperoleh persamaan gaya bending:
a.Untuk Pinion
Jawab:
43
a. Untuk Pinion b. Untuk Gear
m=2
Roda gigi 3
Diketahui:
N1 = 69 Yp = 0,428
N2 = 27 Yg = 0,348
HP = 200 – (50% x 200) =0,13 HP Sudut Kontak = 20 deg FD
Jawab:
Asumsi Bahan Pinion = ASTM25 So = 8000
Asumsi Bahan Gear = ASTM35 So = 12000
So Yp = 8000 x 0,428 = 3424 Psi
So Yg = 12000 x 0,348 = 4176 Psi
1. Perhitungan Torsi
= 9,05 lb-in
2. Penentuan Diameter Pitch Line
Diambil asumsi P = 63
44
3. Perhitungan Kecepatan Pitch Line
Ft =
Ft = 16,52 lb
(memenuhi)
45
Dengan melihat konsentrasi tegangan,diperoleh persamaan gaya bending:
a. Untuk Pinion
m = 2 mm
46
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Turbin angin adalah sebuah kincir angin yang digunakan
untukmembangkitkan tenaga listrik, turbin angin juga digunakan untuk
mengakomodasikebutuhan listrik masyarakat dengan menggunakan sumber daya
alam yang dapatdiperbaharui yaitu angin. Sejarah turbin angin pertama kali digunakan
untukpembangkit listrik, tetapi saat ini pembangkit listrik dari turbin angin dianggap
tidakekonomis kecuali untuk negara berpenduduk jarang. Klasifikasi turbin angin
secara umum dibagi menjadi dua, yakni: turbin angina sumbu horizontal dan tubin
angin sumbu vertical.
Prinsip kerja turbin angina pada intinya mengubah energi kinetik angin
menjadi energi mekanik pada poros turbin, ditransfer menjadi energi listrik oleh
generator. Instalasi pemasangan turbin angina ada 5, yakni: merencanakan turbin,
memasang poros dan jari-jari sumbu vertical, memasang magnet sumbu vertical,
menyelesaikan turbin, dan memasang komponen-komponen listrik pada turbin.
3.2 Saran
Saran yang saya berikan adalah perbanyak lagi turbin angin sebagai energi terbarukan
yang ada diIndonesia, karna diIindonesia banyak perbukitan dan pantai yang luas
yang mendukung kerja turbin angin sebagai energi alternatif dan agar dapat
membantu pembangkit listrik yang sudah ada dan dikembangkan diIndonesia
47
DAFTAR PUSTAKA
48
49