Anda di halaman 1dari 1

PERMASALAHAN YANG TERJADI

Saat ini di kota Medan mulai banyak menjamur tempat-tempat usaha seperti ruko,cafe, dan
restoran. Hal ini disebabkan oleh keinginan masyarakat terkhusus anak muda untuk nongkrong
atau berkumpul bersama teman-teman sambil menyeruput segelas kopi atau menikmati hidangan
makanan. Dengan alasan bosan di rumah atau ingin menikmati suasana baru yang kemudian
menjadi trend di zaman sekarang ini. Namun masih banyak pelaku usaha ruko, cafe dan berbagai
jenis usaha yang mendatangkan keramaian belum memiliki lokasi parkir sendiri.

Ramainya pengunjung yang bisa dikatakan hamper seluruhnya membawa kendaraan pribadi
sementara ketersediaan lahan parkir kurang memadai membuat hampir semua pelanggan dan
pengunjung memarkirkan kendaraanya di bahu jalan. Alhasil, pengguna jalan yang melintas
merasa terganggu, tak jarang kendaraan sebagai biang kemacetan.

Apalagi saat kendaraan hendak keluar dari ruko atau cafe tersebut membuat pengguna jalan
terpaksa memberhentikan kendaraannya agar kendaraan dari ruko atau cafe tersebut bisa keluar
menuju jalan.

Seharusnya keluarnya izin mendirikan bangunan (IMB) juga memperhatikan dampak lain seperti
lalu lintas dan kenyamanan warga lain.

STANDAR PENYEDIAAN LAHAN PARKIR


Menurut Jimmy S. Juwana dalam bukunya yang berjudul “Panduan Sistem Bangunan Tinggi”
pengaturan parkir pada ruang terbuka anatara Garis Sempadan Bangunan (GSB) dan Garis
Sempadan Jalan (GSJ) dapat dilihat pada tabel berikut.

Lebar rencana jalan (meter) Luas maksimum lahan parkir


Lebar < 30 meter Diizinkan s/d 100%
30 meter < L < 50 meter Diizinkan s/d 50%
Lebar > 50 meter Ruang terbuka hijau

Sementara standar jumlah parkir berdasarkan fungsi bangunannya adalah:


 Fungsi perdagangan/toko: setiap 60 m2 luas lantai bruto
 Rungsi restoran/hiburan: setiap 10 m2 luas lantai bruto

Anda mungkin juga menyukai