KELOMPOK 1
OLEH :
DELVA RAHMA
NEVA DWINANDA PUTRI
VINA IRENE SINURAT
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2019
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
BAB II
PEMBAHASAN
Cara yang pertama hampir tidak pernah dilakukan, kalaupun ada proses tersebut lebih
dekat ke proses nomor dua yaitu embrio yang didonorkan tersebut memang embrio yang
telah direncanakan untuk digugurkan atau tidak diinginkan kehadirannya. Cara ke 2-3
digunakan untuk mendapatkan stemcells. Cara ke4 paling rumit karena harus membuat
embrio terlebih dahulu dengan jalan menyuntikkan inti sel (nucleus) dari sel dewasa ke dalam
sel telur yang telah diambil nucleusnya. Cara ini dikenal dengan istilah somaticcellnuclear
transfer (SCNT) yang juga digunakan untuk membuat atau mengkloninng Doli si domba
ajaib beberapa tahun yang lalu. Semua cara di atas harus merusak atau membunuh embrio
agar dapat mengambil embryonicstemcellsnya (innercellmass).
3) EmbryonicGermCell, misalkan sel germinal primodial dari janin 5-9 minggu.
4) Sel Punca Fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada organ-organ fetus (janin)
seperti sel punca hematopoietikfetal dan progenitor kelenjar pankreas. Fetus yang dapat
diperoleh dari klinik aborsi. Misalkan Otak Janin.
5) Stemcell darah tali pusat yaitu stemcell yang diambil dari darah plasenta dan tali pusat
segera setelah bayi lahir. Stemcells dari darah tali pusat merupakan jenis
hematopoeticstemcells.
6) Adultstemcell yaitu mempunyai sifat plastis artinya selain berdifferensiasi menjadi sel
yang sesuai dengan jaringan asalnya adultstemcells juga dapat berdifferensiasi menjadi sel
Jaringan lain pada dewasa seperti pada susunan saraf pusat, adiposa, otot rangka, pankreas,
misalnya neural stemcells dapat berubah menjadi sel darah, stromalstemcell dari sumsum
tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung dan sebagainya.
Cara mengambil adultstemcells yaitu mengambil sel atau jaringan dari tubuh orang
dewasa, anak-anak, hewan, dan tali pusat. Beberapa adultstemcells yang sering digunakan
dalam stemcellresearch dan pengobatan adalah haemapoeticstemcells (stemcells darah) yang
umumnya didapatkan dari sumsum tulang belakang (bonemarrow) dan neuronalstemcells
yang diambil dari bagian otak manusia. Pengambilan adultstemcells tidak harus merusak atau
membunuh donor karena hanya sebagian kecil jaringan saja yang diambil. Stemcell juga
diambil dari orang yang sudah meninggal.
Dalam ayat itu di sebutkan bahwasanya seorang cendekiawan atau ulil albab itu adalah
orang yang mampu melakukan harmonisasi kegiatan dzikir dan fikir. Di dalam Islam tidak
ada pemisahan antara aktivitas berdzikir dan bertafakur atau berfikir secara mendalam.
Aktivitas berfikir mendalam tentang penciptaan alam semesta ini akan meningkatkan
keimanan seseorang dan menguatkan kegiatan dzikir kepada Allah SWT. Jadi ringkasan
islam sangat menganjurkan ummatnya untuk mengeksplorasi alam semesta ini, baik alam
makrokosmos dan mikrokosmosnya. Hasil eksplorasi alam semesta itu du tunjukan untuk
kebaikan manusia itu sendiri di dunia dan sekaligus untuk mendektkan diri kepada Alah
SWT.
Dalam sudut pandang lain kita bias melihat dari persefektif diturunkannya Ilmu Allah
kepada manusia. Secara garis besar ilmu Allah ini diturunkan kepada manusia melalui dua
jalur. Pertama jalur resmi (formal) yaitu ilmu yang diturunkan melalui para nabi dan rasul
berupa wahyu/firman Allah dan petunjuk nabi. Ilmu tersebut dikenal dengan ilmu qauliyah.
Yang kedua adalah ilmu todak resmi (non-formal) berupa ilham yang diberikan langsung
kepada manusia (apaun agama dan rasnya) yang mengeksplorasi alam semesta ini sesuai pada
anjuran ayat al-Qur’an di atas. Ilmu tersebut di kenal dengan ilmu kauniyah. Ilmu qauliyah
kebenarannya mutlak, bersifat umum, berfungsi sebagai way of life bagi manusia. Sedangkan
ilmu kauniyah kebenarannya relatif, bersifat spesifik, dan untuk melengkapi sarana
kehidupan manusia. Kedua macam ilmu itu saling terkait dan tidak dapat dipisahkan agar
kehidupan manusia harmonis dan seimbang. Gagal memahami persoalan di atas atau menolak
salah satunya akan membuat seorang muslim bersikap ekstrim bahkan terjebak ke dalam
dikotomi ilmu islam non-islam, ilmu Allah dan ilmu manusia, dan seterusnya. Vaksinasi
sebagai salah satu ilmu kauniyah terbesar abad ini diawali dengan tradisi masyarakat muslim
Turki pada awal abad -18 yang memiliki kebiasaan menggunakan nanah dari sapi yang
menderita penyakit cacar sapi (cowpox) untuk melindungi manusia dari penyakit cacar
(smallpox, vriola) kemudian tradisi ini di bawa ke inggris dan diteliti serta di publikasikan
oleh Edwards Jenner tahun 1798. Sejak saat itu konsep vaksinasi terus berkembang demikian
pesat. Beragam jenis vaksin telah di temukan selama dua abad. Dan akan masih banyak lagi
jenis vaksin yang di temukan. Penelitian untuk membuat vaksin merupakan penelitian
panjang, sangat memperhatikan aspek keamanan dan keakuratan data. Satu jenis vaksin bias
memerlukan belasan tahun untuk membuatnya. Di awali dengan uji laboratorium , kemudian
uji pada hewan coba, relawan, orang dewasa, baru kemudian di terapkan kepada anak dan
bayi setelah terbukti produk vaksin tersebut aman dipakai. Bila terbukti vksin tersebut
menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat dan fatal
maka vaksin akan segera di tarik dari peredaran untuk diteliti ulang. Berbagai vaksinasi pun
telah dapat kita lihat dalam catatan sejarah kemanusiaan. Diantara prestasi terbesar vaksinasi
adalah lenyapnya penyakit cacar pada tahun 1979. Inilah salah satu bukti manfaat ilmu
kauniyah yang dipelajari manusia (apapun agama dan rasnya). Hasil daro eksporasi alam
semesta di antaranya ilmu tentang vaksin (vaksinologi) telah menghasilkan manfaat yang luar
biasa dalam bidang pencegahan penyakit pada manusia (dan juga hewan). Adalah amat keliru
bila hasil penelitian selama dua abad itu kemudian ditolak dengan alasan amat sederhana: itu
produk buatan manusia.
.
H. Sejarah Penggunaan Vaksin
1906 : dikembangkan vaksin terhadap batuk rejan (pertusis)
1921-1928 : dikembangkan vaksin terhadap diferi
1933 : tersedia vaksin tetanus
1940 : dikembangkan vaksin kombinasidifteri, tertanus dan pertussis (DPT)
1946 : tersedia vaksin DPT
1954 : Jonas Salk mengembangkan vaksin polio yang pertama (suntikan) di
Amerika Serikat
1955 : vaksin polio diberi lisesensidan disebarkan gratis melelui undang-
undangpembantu vaksinasi poliomyelitis
1963 : vaksin polio cral dari Albert Sabin diberi lisensi
1968 :dikembangkan vaksin gondong
1969 : vaksinrubela/campak Jerman diberi lisensi
1978 : tersedia vaksin pneumokokal
1979 : vaksin MMR ditambahkan kejadwal vaksinasi rutin pada anak
1981 : Jepang memberi lisensi pada vaksin DaPT, versi yang lebih aman dari vaksin
DPT
1982 : tersedia vaksin hepatitis B. juga orang tua dari anak-anak yang tercederai
oleh vaksin DPT membentuk kelompok yang tidak puas (berkembang menjadi sentra
informasi vaksin nasional) untuk mencoba mempengaruhi vaksin pertussis yang lebih aman
dalam suntikan DPT
1986 :Vaksinasi rekombinasi hepatitis B yang pertama mendapat lisensi.
1987 : vaksin heamaphelus influenza jenis B (H13) mendapat lisensi.
1991 : sentra untuk pengendalian penyakit menganjurkan agar semua bayi
menerima vaksin hepatitis B Amerika Serikat memberi lisensi untuk vaksinDaPT untuk anak
berusia 18 bulan ke atas.
1995 : Vaksin varicella diberi lisensi
1996 : FDA memberi lisensi untuk vaksin DaPT untuk anak berusia di bawah 18
bulan dan komite penasehat dari sentra pengendalian penyakit untuk kebijakan Imunisasi
menganjurkan vaksin DaPT digunakan untuk menggantikan suntikan DPT orisinil.
1998 : pemerintah prancis menghentikan program vaksinasi hepatitis B di sekolah-
sekolah karena laporan-laporan multiple sclerosis dan masalah auto imun lainnya serta
masalah kelainan syaraf otak.
1999 : vaksin hasil tehnik gentika untuk rotavirus, ditarik hasil pasaran setelah
banyak bayi yang divaksinasi menladi sakit berat oleh sumbatan usus paling sedikit satu bayi
meninggal. Perdebatan tentang keamanan vaksin di mulai di tingkat kongres AS. Para
pembuat vaksin diminta untuk menghilangkan atau banyak mengurangi jumla merkuri dalam
vaksin.
2000 : sentra pengendalian penyakit menganjurkan suntikan vaksin polio
menggantikan vaksin oral karena yang terakhir ini menimbulkan sampai sepuluh kasus polio
per tahun. Vaksin pneumokokal prevnar di anjurkan untuk bayi[3].
( Hj. Ummu Salamah, SH.,Hajjam, Imunisasi dan Dampak Konspirasi Solusi Sehat Ala
Rasulullah SAW (Jakarta: Nabawiyah press, 1999),hal. 12-15 ).
H. Definisi vaksin
Vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi orang terhadap penyakit
vaksin dibuat dari virus atau bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Sedikit
bahan pathogen yang disiapkan disuntikan ke dalam tuduh sehingga dapat membantu
memerangi penyakit yang lebih ganas atau di dapat secara alami. Tujuan utama vaksin adalah
merangsang pembentukan antibodi dengan konsentrasi yang cukup tinggi untuk
menghentikan perjalan pathogen, sehingga mencegah mereka yang mendapatkan vaksinasi
dari terjangkitnya penyakit.
I. Tatacara pembuatan vaksin
Vaksin dalam pembuatannya mempunyai tiga jenis bahan utama yaitu : bahan kuman
virus atau bekteri hidup atau mati, toksoid, atau DNA. Bahan –bahan yang ditambahkan
untuk menjalankan berbagai funsi dan biakan dimana vaksin dibuat. Bahan-bahan tambahan
itu adalah :
· Aluminium. Logam ini di tambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garamuntuk
mendorong produksi antibody. Aluminium telah dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang penyakit Alzheimer, kerusakan otak dan dementia (pikun ).
Sebuah kajian yang di terbitkan majalah mediatris, misalnya menemukan bahwa anak-anak
yang menerima vaksin pertuasis yang mengandung aluminium mengalami respon alergi,
sementara anak-anak yang menerima vaksin pertuasis yang tidak mengandung aluminium
tidak mengalami reaksi seperti itu. Aluminium digunakan pada vaksin-vaksin DPT , DaPT,
dan hepatitis B.
· Benzetonuim klorida : vaksin anthrax ( terutama di berikan kepada personal militer )
mengandung benzetenium, yaitu bahan pengawet yang belum di evaluasi untuk konsumsi
manusia.
· Etilen glikol mereupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa vaksin
yaitu : DaPT, polio, Hib, hepatitis B sebagai bahan pengawet.
· Formaldehida/formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dikenal
sebagai karsionogen ( zat pencetus kenker ), formaldehida dikenal untuk penggunaan dalam
proses pembalsaman. Digunakan juga pada fungisida, insektisida, di dalam pembuatan bahan
peledak dan kain. Bahan dianggap bias cocok dengan banyak bahan lain, termasuk bahan
yang juga di temukan di dalam beberapa vaksin, yaitu fenol. Di dalam vaksin , cairan formal
dehida digunakan untuk menon-aktifkan kuman. Formalin bukan saja beracun, tetapi
menurut Sir Graham S. Wilson, pengarang buku the hazards of immunazion, juga tidak
memadai sebagai desinfektan. Kenyataan ini sudah diketahuiselama beberapa decade.
Penggunaan yang berkelanjutan dari bahan yang tidak bisu di andalkan dan berbahaya ini
jelas melanggar prinsip Non-malefisiensi ( tidak melakukan kerusakan ). Formaldehida dapat
ditemukan dalam beberapa vaksin.
· Gelatin, adalah bahan yang dikenal sebagai allergen (bahan pemicu alergi), bahan ini
dtemukan pada vaksin cacar air dan MMR
· Glutamate, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin terhadap panas, cahaya, dan
kondisi lingkungan lainnya bahan ini dikenal menyebabkan reaksi buruk dan ditemukan pada
vaksin varicella.
· Neomisin, anti biotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam biakan
vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Neomisin ditemukan pada
vaksin MMR dan polio[4].
Saya kira semua sudah pada sangat kenal dengan yang namanya “vaksinasi” atau
“imunisasi”. Hal ini sangat dekat pada kita , penduduk bumi, beberapa puluh tahunterakhir.
Paling tidak kita sejak kecil telah disuntik dengan vaksinasi yang menjadi program
pemerintah. Namun, masih banyak mitos yang berkeliaran di masyarakat akan masalah
vaksinasi ini. Termasuk ada katanya, vaksinasi hanya untuk anak-anak, bahkan imunisasi
campak-imunisasi terakhir menurut prigram pemerintah –sudah cukup. Padahal, semua itu
salah besar.
Hal inilah yang ingin diluruskan oleh dr. Suharjo dan kawan-kawan dari RS Kharitas,
Palembang, Sumatra selatan. Dalam bukunya yaitu Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah
Penyakit Infeksi, menurtnya banyak sekali mengenai vaksinasi yang perlu di ketahui oleh
masyarakat kita. Yang paling dasar bahwa, vaksinasi itu sangat banyak sekali jenisnya, dan
tentu harus dilakukan juga pada orang dewasa. Nah, kenapa orang dewasa perlu? Kira-kira
begini, angka kematian pada dewasa terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
adalah sebesar sepulih kali lebih tinggi dari anak-anak. Jadi, apakah masih bisa bilang kalau
orang dewasa tidak perlu vaksinasi?
Dalam buku Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi ini dijelaskan pada
bagian awalnya mengenai sejarah imunisasi pada masa Edward Jenner dan Louis Pasteur,
kemudian bagaimana vaksinasi ini mampu menyingkirkan penyakit cacar (variola, bedakan
kebanyakan varisela atau cacar air yang basih banyak) dari muka bumi. (dr. Suharjo dkk,
2010).
DARTAR PUSTAKA
https://caritugasakademik.blogspot.com/2015/09/makalah-steamcell.html
Faradz, S.M.H., 2009. Harapan Baru Pengobatan Sel Punca di Indonesia. Pusat Riset
Biomedik, FK-Universitas Diponegoro.
Jusuf, A.H., 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cell) dan Potensi
Pengembangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Makalah.
Srikini.2006.BIOLOGI.Jakarta:Erlangga