Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOETIKA

Steam cell & pembuatan vaksin dan vaksinisasi

KELOMPOK 1
OLEH :

DELVA RAHMA
NEVA DWINANDA PUTRI
VINA IRENE SINURAT

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

2019
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN STEM CELL (SEL INDUK/SEL PUNCA)


Stemcell (sel punca) adalah sel induk yang dapat berdeferensial atau dapat merubah
diri menjadi berbagai sel sesuai dengan lingkungan, bisa berubah-ubah menjadi sel otot, sel
endokrin, epitel, dan lain-lain kemudian berkembang lagi menjadi stemcell. Stemcell dapat
diperoleh dari berbagai sumber seperti plasenta, tali pusat janin, darah, dan sumsum tulang
belakang. Sel Punca adalah Sel primitif yang belum berdiferensiasidimana turunan-turunan
selnya dapat terdiferensiasi menjadi berbagai fungsi jaringan sel maupun organ dan memiliki
kemampuan untuk memperbarui sel. Dalam dunia medis disebut sel multi fungsi.
Stemcell mempunyai 2 sifat yang khas yaitu
1.      Differensiasi yaitu kemampuan untuk berkembang menjadi sel lain. Stemcell  mampu
berkembang menjadi berbagai jenis sel yang spesifik misalnya sel saraf, sel otot jantung, sel
otot rangka, sel pankreas dan lain-lain.
2.      Regenerasi yaitu kemampuan untuk memperbaharui atau meregenerasi dirinya sendiri.
Stemcell mampu membuat salinan sel yang persis sama dengan dirinya melalui pembelahan
sel

B.     JENIS-JENIS STEM CELL (SEL INDUK/SEL PUNCA)


Berdasarkan kemampuannya untuk berdifferensiasistemcell dibagi menjadi:
1)      Totipotent adalah sel punca yang dapat berdifferensiasi menjadi semua jenis sel yatu
zigot. Sel ini merupakan sel embrionik awal yang mempunyai kemampuan untuk membentuk
berbagai jenis sel termasuk membentuk satu individu yang utuh dan berbagai sel pada embrio
yang dapat menyusun plasenta.
2)      Pluripotent yaitu stemcells yang dapat berdifferensiasi menjadi 3 lapisan germinal
(ektoderm, mesoderm, dan endoderm) tetapi tidak dapat menjadi jaringan ekstraembrionik
seperti plasenta dan tali pusat. Yang termasuk stemcellspluripotent adalah embrionik .
3)      Multipotent yaitu stemcell yang dapat berdifferensiasi menjadi banyak jenis sel
misalnya hemopoeticstemcells yang terdapat pada sumsum tulang yang mempunyai
kemampuan untuk berdifferensiasi menjadi berbagai jenis sel yang terdapat dalam darah
seperti eritrosit, lekosit dan trombosit
4)      Unipotent yaitu stemcells yang hanya dapat menghasilkan 1 jenis sel. Stemcells
mempunyai sifat masih dapat mempebaharui atau meregenerasi diri Contohnya
erythroidprogenitorcells hanya mampu berdifferensiasi menjadi sel darah merah.

Berdasarkan sumbernya stemcell dibagi menjadi:


1)      Zigot yaitu pada tahap sesaat setelah sperma bertemu ovum (fertilisasi)
2)      Embrionicstemcells yaitu sel-sel stem yang diperoleh dari innercellmass dari suatu
blastocyst (embrio yang terdiri atas 50-150 sel, kira-kira hari ke-5 pasca pembuahan).
Embryonicstemcells biasanya didapatkan dari sisa embrio yang tidak dipakai dari IVF (in
vitrofertilization). Sel stem ini mempunyai sifat dapat berkembang biak secara terus menerus
dalam media kultur optimal pada kondisi tertentu dan dapat diarahkan untuk berdifferensiasi
menjadi berbagai sel yang terdifferensiasi seperti sel jantung, sel kulit, neuron, hepatosit dan
sebagainya.
Cara mendapatkan embryonicstemcells
1.      Mengambil dari cabang bayi (embrio) yang didonorkan orang tuanya.
2.      Mengambil dari embrio yang digugurkan atau keguguran.
3.      Mengambil dari embrio sisa pembuatan bayi tabung.
4.      Mengambil dari embrio yang dibuat secara therapeuticcloning.

Cara yang pertama hampir tidak pernah dilakukan, kalaupun ada proses tersebut lebih
dekat ke proses nomor dua yaitu embrio yang didonorkan tersebut memang embrio yang
telah direncanakan untuk digugurkan atau tidak diinginkan kehadirannya. Cara ke 2-3
digunakan untuk mendapatkan stemcells. Cara ke4 paling rumit karena harus membuat
embrio terlebih dahulu dengan jalan menyuntikkan inti sel (nucleus) dari sel dewasa ke dalam
sel telur yang telah diambil nucleusnya. Cara ini dikenal dengan istilah somaticcellnuclear
transfer (SCNT) yang juga digunakan untuk membuat atau mengkloninng Doli si domba
ajaib beberapa tahun yang lalu. Semua cara di atas harus merusak atau membunuh embrio
agar dapat mengambil embryonicstemcellsnya (innercellmass).
3)      EmbryonicGermCell, misalkan sel germinal primodial dari janin 5-9      minggu.
4)      Sel Punca Fetal adalah sel primitif yang dapat ditemukan pada organ-organ fetus (janin)
seperti sel punca hematopoietikfetal dan progenitor kelenjar pankreas. Fetus yang dapat
diperoleh dari klinik aborsi. Misalkan Otak Janin.
5)      Stemcell darah tali pusat yaitu stemcell yang diambil dari darah plasenta dan tali pusat
segera setelah bayi lahir. Stemcells dari darah tali pusat merupakan jenis
hematopoeticstemcells.
6)      Adultstemcell yaitu mempunyai sifat plastis artinya selain berdifferensiasi menjadi sel
yang sesuai dengan jaringan asalnya adultstemcells juga dapat berdifferensiasi menjadi sel
Jaringan lain pada dewasa seperti pada susunan saraf pusat, adiposa, otot rangka, pankreas,
misalnya neural stemcells dapat berubah menjadi sel darah, stromalstemcell dari sumsum
tulang dapat berubah menjadi sel otot jantung dan sebagainya.
Cara mengambil adultstemcells yaitu mengambil sel atau jaringan dari tubuh orang
dewasa, anak-anak, hewan, dan tali pusat. Beberapa adultstemcells yang sering digunakan
dalam stemcellresearch dan pengobatan adalah haemapoeticstemcells (stemcells darah) yang
umumnya didapatkan dari sumsum tulang belakang (bonemarrow) dan neuronalstemcells
yang diambil dari bagian otak manusia. Pengambilan adultstemcells tidak harus merusak atau
membunuh donor karena hanya sebagian kecil jaringan saja yang diambil. Stemcell juga
diambil dari orang yang sudah meninggal.

C.    PENGOBATAN STEM CELL


Penggunaan stemcells untuk mengobati penyakit dikenal sebagai CellBasedTherapy. 
Prinsip terapi adalah dengan melakukan transplantasi stemcells pada organ yang rusak.
Jenis-jenis Transplantasi Sel Punca
1.      Transplantasi sel punca dari sumsum tulang (bonemarrowtransplantation).
2.      Transplantasi sel punca darah tepi (peripheralbloodstemcelltransplantation).
3.      Transplantasi sel induk darah tali pusat.

Tujuan dari transplantasi stemcells ini adalah


1)      Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada jaringan
atau organ tubuh pasien
2)      Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu dengan
sel-sel baru yang ditranspalantasikan.

Ada beberapa alasan penggunaan stemcell dalam cellbasedtherapy:


a.       Stemcell dapat diperoleh dari pasien sendiri, artinya transplantasi dapat bersifat autolog
sehingga menghindari potensi rejeksi. Berbeda dengan transplantasi organ yang
membutuhkan organ donor yang harus match, transplantasi stemcells dapat dilakukan tanpa
organ donor yang sesuai.
b.      Mempunyai kemampuan untuk berproliferasi yang besar sehingga dapat diperoleh sel
dalam jumlah besar dari sumber yang terbatas. Pada luka bakar yang luas jaringan kulit yang
tersisa tidak cukup untuk menutupi lesi luka baker tersebut.
c.       Mudah dimanipulasi untuk mengganti gen yang sudah tidak berfungsi lagi melalui
metoda transfer gen.
d.      Mempunyai kemampuan untuk bermigrasi kejaringan target misalnya ke otak
e.       Mempunyai kemampuan untuk berintegrasi dengan jaringan host dan berinteraksi
dengan jaringan sekitarnya
Untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan jaringan dapat digunakan metoda SCNT
atau terapi kloning adalah suatu teknik yang bertujuan untuk menghindari resiko penolakan
atau rejeksi. Pada teknik ini inti sel telur donor dikeluarkan dan diganti dengan inti sel
resipien. Sel yang telah dimanipulasi ini kemudian akan membelah diri dan setelah menjadi
blastokista maka innercellmassnya akan diambil sebagai embryonicstemcells. Stemcells ini
kemudian akan dimasukkan kembali kedalam tubuh resipien dan stemcells ini kemudian akan
berdifferensiasi menjadi sel organ (sel pankreas, sel otot jantung dan lain-lain).
Mekanisme pengobatan stemcell pada kasus sirosis/pengerasan  hati adalah pertama
pengambilan sumsum tulang dari tubuh pasien, kemudian pemisahan ,pemeliharaan, dan
pengembangbiakan sel induk diluar tubuh selanjutnya stemcelldimsukkan ke hati pasien
maka Stemcell akan bekerja di dalam hati dan berdiferensiasi menjadi sel hati yang baru.

D.    FUNGSI DAN PERAN STEM CELL


Fungsi setelah diaktifkannya stemcell dalam tubuh adalah sebagai berikut:
1.      Menambah jumlah peredaran darah dan mempercepat mikro sirkulasi darah sehingga
bagi pasien yang stroke, tekanan darah tinggi, leukimia, dan cuci darah akan sembuh.
2.      Menambah oksigen dalam darah dan sel sehingga dapat mematikan virus dan bakteri,
3.      Mempercepat transportasi nutrisi ke seluruh tubuh.
4.      Mempercepat pembersihan dalam tubuh manusia sehingga pasien setelah diterapi
stemcell akan lancar buang air besar dan air kecil.
5.      Mempercepat metabolisme tubuh.
6.      Menambah kinerja sel badan.
7.      Mempercepat penyembuhan luka dan patah tulang.
8.      Meningkatkan kemampuan anti kanker.

Sedangkan peran stemcell adalah sebagai berikut:


1.      Terapi gen sebagai alat pembawa transgen ke dalam tubuh pasien dan selanjutnya dapat
dilacak jejaknya apakah stemcell ini berhasil mengekspresikan gen tertentu dalam tubuh
pasien.
2.      Mengetahui proses biologis yaitu perkembangan organisme dan perkembangan kanker.
3.      Penemuan dan pengembangan obat baru yaitu untuk mengetahui efek obat terhadap
berbagai jaringan.
4.      Terapi sel berupa replacementtherapy

E.      STEM CELL MENURUT PRINSIP KEPERAWATAN, AGAMA DAN UNDANG-


UNDANG
Stemcell menurut prinsip keperawatan
1.      Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa latin, yaitu autos, yang berarti sendiri dan nomos berarti
aturan.  Sedangkan otonomi sendiri berarti kemampuan untuk menentukan sendiri atau
mengatur diri sendiri. Perawat harus menanyakan pada pasien apakah ingin mengguanakan
pengobatan stemcell untuk mengobati penyakitnya.
2.      Beneficience
Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak merugikan
orang lain. Perawat harus mengikuti keinginan pasien dan tidak menentang keyakinan pasien
untuk menggunakan pengobatan stemcell.
3.      Justice
Keadilan merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua individu. Tindakan yang
sama namun tidak harus identik tetapi dalam hal ini persamaan berarti mempunyai kontribusi
yang relatif sama untuk kebaikan kehidupan seseorang. Perawat harus berlaku adil terhadap
pasien maksud dari berlaku adil adalah mengobati dan merawat sesuai dengan penyakit yang
di derita pasien.
4.      Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau cedera
bagi orang lain. Perawat harus mengobati dan merawat pasien sesuai prosedur yang ada. Jika
stemcell merugikan pasien maka pengobatan stemcell tidak perlu dilakukan.
5.      Moral Right
Stemcell bertentangan dengan paham masyarakat karena berasal dari embrio dan tali
pusat bayi yang di dapat dari korban aborsi.
6.      Nilai dan Norma Masyarakat
Stemcell berguna bagi pengobatan namun sumbernya melanggar norma masyarakat
karena dari korban aborsi, sedangkan aborsi dilarang oleh agama karena membunuh cabang
bayi yang tidak berdosa.
Stemcell menurut agama
Penggunaan embryonicstemcells lebih dekat dengan hukum menggugurkan
kandungan yang diharamkan menurut Fatwa (MUI). Namun ada pengecualiannya yaitu
memperbolehkan menggugurkan kandungan apabila kandungan tersebut membahayakan si
ibu atau membawa penyakit menular yang berbahaya. Karena pengguguran kandungan untuk
tujuan riset (stemcellresearch) sangatlah berbeda dengan pengguguran kandungan dengan
alasan kesehatan, stemcellresearch dengan menggunakan embryonicstemcell dari hasil
menggugurkan kandungan, hukum tersebut akan menimbulkan perdebatan antara kubu yang
pro dan kontra stemcellresearch.
Pemanfaatan janin yang mengalami keguguran atau janin sisa hasil pembuahan bayi
tabung untuk kepentingan stemcellresearch mungkin tidak bertentangan dengan ajaran Islam.
Janin tersebut lebih berguna daripada dibuang secara sia-sia. Khusus bayi tabung,
diperbolehkan asal sel telur dan sperma untuk membuat bayi tersebut adalah dari kedua orang
tua yang sah menurut hukum Islam, sehingga janin sisa tersebut dapat digunakan untuk
kepentingan stemcellresearch.
Pembuatan stemcells melalui SCNT (kloning) menimbulkan perdebatan. Selama ini
belum ada fatwa ataupun hukum fiqih yang mengatur mengenai kloning tersebut. Fatwa
mengharamkan kloning karna proses tersebut tidak melalui hukum Islam (misalnya
perkawinan) dan ikut campurnya pihak ketiga dalam proses reproduksi tersebut. Namun,
kloning untuk keperluan stemcellresearch mungkin berbeda dengan kloning untuk
mendapatkan keturunan yang dalam hukum Islam harus melalui ikatan perkawinan. Dalam
Islam niat menentukan baik buruknya stemcellresearch. Apabila stemcellresearch digunakan
untuk membantu umat manusia, misalnya menyembuhkan manusia dari berbagai penyakit,
maka kegiatan tersebut adalah sangat baik. Sebaliknya, apabila digunakan untuk kejahatan
(misalnya menciptakan monster yang mengganggu umat manusia), maka kegiatan tersebut
sangat berlawanan dengan ajaran Islam dan wajib untuk ditentang.

Stemcell menurut Undang-Undang

1)      Undang-Undang Kesehatan NO. 23/1992 Tentang Kesehatan


Pasal 69: Litbangkes dilaksanakan untuk memilih dan menetapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna yang diperlukan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan,
Litbang pada manusia dilaksanakan dengan memperhatikan etika penelitian dan norma
hukum, agama, kesusilaan dan kesopanan dalam masyarakat serta dengan memperhatikan
kesehatan dan keselamatan ybs
Pasal 70: litbang pada bedah mayat adalah untuk penyelidikan sebab penyakit atau
kematian serta pendidikan na-kes dilakukan oleh tenaga ahli dan berwenang dengan
memperhatikan norma yang berlaku pada masyarakat
Sangsi terhadap penyimpangan UU NO.23/1992
Barang siapa dengan sengaja menyelenggarakan penelitian dan atau pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi kesehatan pada manusia tanpa memperhatikan kesehatan dan
keselamatan ybs serta norma yang berlaku dalam masyarakat dipidana dengan pidana penjara
paling lama 7 th dan atau pidana denda paling banyak 140 jt
Barang siapa dengan sengaja melakukan bedah mayat sebagaimana dimaksud dalam pasal
70: dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 th dan pidana denda paling banyak 100 jt

2)      PP NO. 39/1995 Tentang Penelitian & Pengembangan Kesehatan


Pasal 4: Litbangkes dilaksanakan berdasarkan standar profesi penelitian kesehatan
Pasal 5: Litbangkes dapat dilakukan terhadap manusia, mayat manusia, keluarga, masyarakat,
hewan, tumbuh-tumbuhan, jasad renik atau lingkungan dengan memperhatikan norma yang
berlaku dalam masyarakat serta upaya pelestarian lingkungan
Pasal 8: Persetujuan tertulis dapat dilakukan oleh orang tua atau ahli waris bila subjek peneliti
tidak mampu atau jasadnya akan dipergunakan utk penelitian.
Pasal 10: Calon subjek penelitian berhak mendapat informasi tentang tujuan, penggunaan
hasil peneliti, jaminan kerahasiaan, metode, risiko
Pasal 13: Penelitian pada anak-anak hanya dapat dilakukan dalam rangka peningkatan
kesehatan anak-anak, pada wanita hamil dan menyusui dalam rangka pembenahan masalah
kehamilan, persalinan dan peningkatan derajat kesehatan, pada penyakit jiwa dalam rangka
mengetahui etiologi, pengobatan dan rehabilitasi sosial
Pasal 15: Penerapan hasil litmangkes pada tubuh manusia hanya dapat dilakukan setelah
sebelumnya diterapkan pada hewan.

3)      KEPMENKES 1031 th 2005: tentang pedoman nasional penelitian kesehatan


Yang dimaksud dengan penelitian kesehatan adalah sama dengan biomedicalresearch
menurut who yang meliputi penelitan tentang farmasetik, peralatan kesehatan, radiasi medik
dan imaging, prosedur bedah, cataatan medik, sampel biologik, penelitian epidemiologi, ilmu
sosial dan psikologi
Pedoman nasional etik penelitian kesehatan 2005
-          Deklarasi helsinki
Suplemen I: etik pemanfaatan bahan  biologi tersimpan (bbt)
suplemen II: etik penggunaan hewan coba
suplemen (dalam persiapan): tentang penelitian genetik: DNA. RNA, BBT GERM CELL
4)      KEPMENKES NO. 1333/2002 Tentang Penelitian Kesehatan Pada Manusia
5)      KEPMENKES NO. 1334/2002
-          Tentang Pembentukan PNEPK (Pedoman Nasional Etik Penelitian Kesehatan)
-          Standar bagi semua lembaga yang melakukan penelitian kesehatan.

F.     STEM CELL DAN BIOETIKA


1)      ESC (EmbryonicStemCell) dalam Masalah Bioetika
ESC merupakan stemcell yang dapat berdiferensiasi menjadi berbagai macam
jaringan. ESC diambil pada fase zigot menuju blastosit (awal konsepsi). Setelah dikultur,
ESC akan ditransplantasikan ke pasien. Hal ini membuat ESC berimigrasi ke sel-sel yang
degeneratif dan akan berdiferensiasi menjadi sel-sel yang sebelumnya rusak. Karena proses
ESC yang membuat zigot tersebut mengalami kematian, ESC dinilai keluar dari bioetika
kedokteran. Karena prinsip dari bioetika sendiri adalah tidak boleh menyembuhkan orang
dengan cara membunuh orang lain.
Perkembangan Teknik ESC (EmbryonicStemCell) Dalam Masalah Etika
a.       Teknik ESC alami
Pada tahap awal, proses ini identik dengan perkembangan embrio. Setelah terjadi
peleburan inti sel telur dan satu inti sperma, terbentuk zigot dilanjutkan fase morulla. Fase ini
bersifat totipotent. Totipotent terdapat pada zigot yang Kemudian menuju fase blastosit.
Blastosit tersusun dari 2 jenis sel, yakni trofektoderm di bagian luar yang nantinya menjadi
plasenta dan ICN (InnerCellMass). ICN diambil dan diisolasi kemudian ditransplantasikan ke
organ-organ degeneratif. Karena proses pengambilan inilah, embrio tidak dapat berkembang
menjadi matur dan mengalami pembunuhan. Hal ini memicu masalah etika. Walaupun ada
yang menyetujui akan penelitian ESC, namun tidak sedikit pula yang menolak karena
menyalahi prinsip bioetik, yakni tidak boleh menyembuhkan seseorang dengan cara
membunuh orang lain.
Pada penilaian pihak independen penelitian ESC telah keluar dari batas yang diberikan. Tidak
ada keadilan bagi embrio yang oleh sebagian pihak diyakini jika embrio bukan termasuk
makhluk hidup yang terdiri dari sel-sel namun embrio merupakan stemcell-stemcell yang
menjadikan makhluk hidup. Namun jika embrio bukan berasal dari stemcell, mereka makhluk
hidup yang memiliki stemcell dan sel-sel ini adalah kematian bagi embrio.

b.      Teknik SCNT (SomaticCellNuclear Transfer)


Teknik SCNT merupakan perkembangan dari ESC dan tekniknya sama dengan
kloning yaitu terjadi terjadinya transfer nukleus. perbedaan adalah inti dari sel telur
dihilangkan dan diganti dengan materi genetik dari donor/pasien. Setelah materi genetik
dimasukkan ke dalam enucleatedoocyte (inti sel telur yang dihilangkan), kemudian diberi
beberapa bahan kimia dan kejut listrik. Kultur secara in vitro ini membutuhkan 3-5 hari
hingga pada fase blastosit. Pada fase blastosit inilah, stemcell dari innercellmass diambil
kemudian ditransplantasikan
Namun kemajuan dasri ESC menjadi SCNT tidak sinergis dalam segi bioetik. Terutama
Indonesia masih menolak menggunakan embrio. Namun dengan ditemukannya teknik ini,
para peneliti semakin mengembangkan teknik ini dengan tujuan bagaimana caranya supaya
bahan dasar ESC dapat diterima dari aspek bioetik. Scott Klusenderf menyatakan jika kloning
disetujui dalam bioetik maka akan terjadi pembunuhan karena embrio diciptakan untuk
dibunuh dengan tujuan penelitian medis.
Pendukung penelitian ESC dan SCNT mempunyai cara yang sedikit buruk demi meyakinkan
Negara dengan tujuan disahkannya penelitian tersebut. Pendukung ESC menyatakan jika
embrio hasil /kloning terapeutik ini bertujuan dalam menemukan solusi penyembuhan, Hal
ini dapat menimbulkan empati dari berbagai pihak. Pendukung ESC tidak mungkin
mengatakan jika dengan mereka melakukan kloning terapeutik, maka harga yang harus
dibayar pembunuhan embrio. Dan proses yang telah dipahami, benar jika penelitian stemcell
dengan bahan dasar embrionik adalah keluar dari batas bioetik karena terdapat unsur yang
dirugikan disini.

c.       Teknik ANT (AlteredNuclear Transfer)


ANT merupakan perkembangan dari SCNT. Proses tahap awal hampir sama
perbedaannya, sebelum memasukkan materi genetik donor ke oosit tanpa inti, materi genetik
disisipkan RNAi dari pemanfaatan retrovirus. Ternyata dengan adanya RNAi, embrio tidak
terbentuk trofoblas sehingga trofektoderm gagal terbentuk. Dengan kegagalan pembentukan
trofoblas, akan terbentuk embrio yang cacat dan tidak dapat berimplantasi.
Pendukung ESC menyatakan jika ANT bebas dari bioetik. Dengan terhambatnya
pembentukan trofoblas, maka tidak akan terbentuk embrio matur karena tahap ANT berhenti
pada fase blastosit tanpa adanya trofektoderm. Banyak pihak dari luar negeri, baik dari segi
agama, hukum, budaya mengiyakan jika ANT terbebas dari etika karena tidak akan
munculnya embrio yang matur, karena yang terbentuk embrio cacat tanpa trofoblas .
EmbryonicStemCell sedang memperoleh sorotan masalah etis paling berat. Ini karena pikiran
negatif, misalnya mengambil embrio atau mematikan embrio. Dan jika bayi tabung yang
tidak terpakai lebih baik digunakan sebagai penelitian ESC daripada dibuang.
Peneliti ESC menyatakan  jika telah ditemukan alternatif yang lebih baik dalam masalah
bioetik yakni ditemukannya sel 8 dari sel embrio. jika dalam embrio terdapat 8 sel yang
mempengaruhi perkembangan embrio dan jika diambil sel 8 pada embrio, tidak terdapat
kecacatan pada embrio dan jika terjadi masalah, dapat dilakukan pengkulturan sel lagi. Hal
ini merupakan pemecahan terbaik dalam hal etika. Namun belum dapat dipastikan persentase
keberhasilannya. Sehingga aspek etika untuk saat ini masih jelas, yakni kurangnya nilai social
peneliti dan belum ada keadilan 100% bagi embrio karena masih dalam penelitian dengan
persentase keberhasilan yang belum diketahui. Peneliti ESC berharap jika perkembangan
dalam peneltian sel 8 dapat tercapai tanpa menimbulkan kecacatan embrio sehingga masalah
etika tidak menjadi momok bagi penelitian ESC.

2)      ASC (AdultStemCell) yang Bebas dari Masalah Etika


Berdasarkan prinsip bioetika yang menekankan jika dilarang melakukan penelitian
dengan cara membunuh orang lain, maka ASC terbebas dari masalah terbesar yang masih
dihadapi ESC. Masalah yang dihadapi ESC terletak pada sumbernya (embrio), dan sumber
ASC berasal dari tubuh manusia yang tidak menimbulkan kerugian sama sekali, mungkin
terkait dengan GvHD karena HLA yang kurang cocok. Namun hal ini bukan masalah jika
terapi penyembuhan menggunakan ASC yang bersumber dari darah tali pusat
(UmbilicalCordBlood).
ASC memenuhi 7 syarat bioetik dalam melakukan penelitian. Peneliti dari Amerika
merekomendasikan lebih baik menggunakan ASC karena secara etika tidak bermasalah,
keberhasilan ASC lebih tinggi karena resiko tumor yang sangat tinggi jika menggunakan ESC
dan keberhasilan dengan menggunakan ASC telah banyak dilakukan kepada manusia. Hal ini
bertentangan dengan ESC.
3)      Garis Besar Bioetik terhadap Penelitian StemCell
ESC mendapat sorotan tajam dalam pelanggaran etika, namun juga terdapat yang
menyetujui kelangsungan ESC. ANT merupakan solusi dalam pemecahan etika, namun
terdapat kubu kontra tidak menyetujuinya.

Pendukung ESC terdapat 2 kelompok:


1.      Kelompok yang mendukung stemcellresearch secara total dan menilai bahwa
embryonicstemcells tidak mempunyai nilai moral. Kelompok ini mendukung semua bentuk
stemcellresearch dan cara mendapatkan stemcells tersebut.
2.      Kelompok yang memberikan nilai moral kepada embryonicstemcells namun
menganggap bahwa manfaat yang didapatkan dari stemcellresearch tersebut jauh lebih besar
dari pengorbanan yang dilakukan. Embryo tidak terpakai tersimpan di berbagai klinik bayi
tabung. Banyaknya sisa embryo karena dalam proses pembuatan bayi tabung biasanya 10
sampai 12 sel telur yang dibuahi, tetapi hanya 3 atau 4 saja yang ditanam di dalam
kandungan. Sisa embryo tersebut umumnya akan dibuang, dan lebih baik digunakan sebagai
bahan stemcellresearch. Dan pembuatan embrio melalui SCNT kemudian memanen embrio
tersebut sebagai bahan stemcellresearch.
Sedangkan pihak yang menolak ESC menyatakan embrio merupakan makhuk hidup
yang harus dihargai kelangsungan hidupnya seperti manusia selayaknya. Embrio buatan
melalui SCNT maupun sisa embrio dari klinik bayi tabung tetap merupakan calon manusia
yang tidak boleh dibunuh atau dirusak. Dalam pelegalan ESC dan jika berhasil, maka terjadi
pembunuhan embrio secara besar-besaran. Dengan jumlah sisa bayi tabung yang tidak
sebanding dengan tingkat kebutuhan, peternakan embrio maupun aborsi terjadi. Hal ini
disebabkan dengan digunakan embrio bukan dari sisa bayi tabung yang seharusnya dibuang,
hal ini identik dengan pelegalan akan adanya abortus. Dan ESC tetap keluar dari bioetika.
Sedangkan dalam penelitian ASC, tidak ada masalah dengan bioetik dan dapat
dilakukan baik dari segi pengembangan penelitian maupun segi kemanfaataan yang mengacu
pada 7 syarat bioetik.

G.     Pandangan Islam Terhadap Vaksinasi


Pandangan islam terhadap ilmu pengetahuan Al-Qur’an banyak menyebutkan
keharusan seorang muslim mengeksporasi alam semesta. Dalam surat Ali Imran 190-191
misalnya di sebutkan kriteria ulil albab (cendekiawan),
190. Sesungguhnya dalam penciptaan  langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka
peliharalah Kami dari siksa neraka[1].

Dalam ayat itu di sebutkan bahwasanya seorang cendekiawan atau ulil albab itu adalah
orang yang mampu melakukan harmonisasi kegiatan dzikir dan fikir. Di dalam Islam tidak
ada pemisahan antara aktivitas berdzikir dan bertafakur atau berfikir secara mendalam.
Aktivitas berfikir mendalam tentang penciptaan alam semesta ini akan meningkatkan
keimanan seseorang dan menguatkan kegiatan dzikir kepada Allah SWT. Jadi ringkasan
islam sangat menganjurkan ummatnya untuk mengeksplorasi alam semesta ini, baik alam
makrokosmos dan mikrokosmosnya. Hasil eksplorasi alam semesta itu du tunjukan untuk
kebaikan manusia itu sendiri di dunia dan sekaligus untuk mendektkan diri kepada Alah
SWT.
Dalam sudut pandang lain kita bias melihat dari persefektif diturunkannya Ilmu Allah
kepada manusia. Secara garis besar ilmu Allah ini diturunkan kepada manusia melalui dua
jalur. Pertama jalur resmi (formal) yaitu ilmu yang diturunkan melalui para nabi dan rasul
berupa wahyu/firman Allah dan petunjuk nabi. Ilmu tersebut dikenal dengan ilmu qauliyah.
Yang kedua adalah ilmu todak resmi (non-formal) berupa ilham yang diberikan langsung
kepada manusia (apaun agama dan rasnya) yang mengeksplorasi alam semesta ini sesuai pada
anjuran ayat al-Qur’an di atas. Ilmu tersebut di kenal dengan ilmu kauniyah. Ilmu qauliyah
kebenarannya mutlak, bersifat umum, berfungsi sebagai way of life bagi manusia. Sedangkan
ilmu kauniyah kebenarannya relatif, bersifat spesifik, dan untuk melengkapi sarana
kehidupan manusia. Kedua macam ilmu itu saling terkait dan tidak dapat dipisahkan agar
kehidupan manusia harmonis dan seimbang. Gagal memahami persoalan di atas atau menolak
salah satunya akan membuat seorang muslim bersikap ekstrim bahkan terjebak ke dalam
dikotomi ilmu islam non-islam, ilmu Allah dan ilmu manusia, dan seterusnya. Vaksinasi
sebagai salah satu ilmu kauniyah terbesar abad ini diawali dengan tradisi masyarakat muslim
Turki pada awal abad -18 yang memiliki kebiasaan menggunakan nanah dari sapi yang
menderita penyakit cacar sapi (cowpox) untuk melindungi manusia dari penyakit cacar
(smallpox, vriola) kemudian tradisi ini di bawa ke inggris dan diteliti serta di publikasikan
oleh Edwards Jenner tahun 1798. Sejak saat itu konsep vaksinasi terus berkembang demikian
pesat. Beragam jenis vaksin telah di temukan selama dua abad. Dan akan masih banyak lagi
jenis vaksin yang di temukan. Penelitian untuk membuat vaksin merupakan penelitian
panjang, sangat memperhatikan aspek keamanan dan keakuratan data. Satu jenis vaksin bias
memerlukan belasan tahun untuk membuatnya. Di awali dengan uji laboratorium , kemudian
uji pada hewan coba, relawan, orang dewasa, baru kemudian di terapkan kepada anak dan
bayi setelah terbukti produk vaksin tersebut aman dipakai. Bila terbukti vksin tersebut
menimbulkan efek samping atau kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang berat dan fatal
maka vaksin akan segera di tarik dari peredaran untuk diteliti ulang. Berbagai vaksinasi pun
telah dapat kita lihat dalam catatan sejarah kemanusiaan. Diantara prestasi terbesar vaksinasi
adalah lenyapnya penyakit cacar pada tahun 1979. Inilah salah satu bukti manfaat ilmu
kauniyah yang dipelajari manusia (apapun agama dan rasnya). Hasil daro eksporasi alam
semesta di antaranya ilmu tentang vaksin (vaksinologi) telah menghasilkan manfaat yang luar
biasa dalam bidang pencegahan penyakit pada manusia (dan juga hewan). Adalah amat keliru
bila hasil penelitian selama dua abad itu kemudian ditolak dengan alasan amat sederhana: itu
produk buatan manusia.
.
H.   Sejarah Penggunaan Vaksin
1906                : dikembangkan vaksin terhadap batuk rejan (pertusis)
1921-1928       : dikembangkan vaksin terhadap diferi
1933                : tersedia vaksin tetanus
1940                : dikembangkan vaksin kombinasidifteri, tertanus dan pertussis (DPT)
1946                : tersedia vaksin DPT
1954                : Jonas Salk mengembangkan vaksin polio yang pertama (suntikan) di
Amerika Serikat
1955                : vaksin polio diberi lisesensidan disebarkan  gratis melelui undang-
undangpembantu vaksinasi poliomyelitis
1963                : vaksin polio cral dari Albert Sabin diberi lisensi
1968                :dikembangkan vaksin gondong
1969                : vaksinrubela/campak Jerman diberi lisensi
1978                : tersedia vaksin pneumokokal
1979                : vaksin MMR ditambahkan kejadwal vaksinasi rutin pada anak
1981                : Jepang memberi lisensi pada vaksin DaPT, versi yang lebih aman dari vaksin
DPT
1982                : tersedia vaksin hepatitis B. juga orang tua dari anak-anak yang tercederai
oleh vaksin DPT membentuk kelompok yang tidak puas (berkembang menjadi sentra
informasi vaksin nasional) untuk mencoba mempengaruhi vaksin pertussis yang lebih aman
dalam suntikan DPT
1986                :Vaksinasi rekombinasi hepatitis B yang pertama mendapat lisensi.
1987                : vaksin heamaphelus influenza jenis B (H13) mendapat lisensi.
1991                : sentra untuk pengendalian penyakit menganjurkan agar semua bayi
menerima vaksin hepatitis B Amerika Serikat memberi lisensi untuk vaksinDaPT untuk anak
berusia 18 bulan ke atas.
1995                : Vaksin varicella diberi lisensi
1996                : FDA memberi lisensi untuk vaksin DaPT untuk anak berusia di bawah 18
bulan dan komite penasehat dari sentra pengendalian penyakit untuk kebijakan Imunisasi
menganjurkan vaksin DaPT digunakan untuk menggantikan suntikan DPT orisinil.
1998                : pemerintah prancis menghentikan program vaksinasi hepatitis B di sekolah-
sekolah karena laporan-laporan multiple sclerosis dan masalah auto imun lainnya serta
masalah kelainan syaraf otak.
1999                : vaksin hasil tehnik gentika untuk rotavirus, ditarik hasil pasaran setelah
banyak bayi yang divaksinasi menladi sakit berat oleh sumbatan usus paling sedikit satu bayi
meninggal. Perdebatan tentang keamanan vaksin di mulai di tingkat kongres AS. Para
pembuat vaksin diminta untuk menghilangkan  atau banyak mengurangi jumla merkuri dalam
vaksin.
2000                : sentra pengendalian penyakit menganjurkan suntikan vaksin polio
menggantikan vaksin oral karena yang terakhir ini menimbulkan sampai sepuluh kasus polio
per tahun. Vaksin pneumokokal prevnar di anjurkan untuk bayi[3].
( Hj. Ummu Salamah, SH.,Hajjam, Imunisasi dan Dampak Konspirasi Solusi Sehat Ala
Rasulullah SAW  (Jakarta: Nabawiyah press, 1999),hal. 12-15 ).
H.   Definisi vaksin
Vaksin adalah suatu bahan yang diyakini dapat melindungi orang terhadap penyakit
vaksin dibuat dari virus atau bakteri patogen yang menyebabkan terjadinya penyakit. Sedikit
bahan pathogen yang disiapkan disuntikan ke dalam tuduh sehingga dapat membantu
memerangi penyakit yang lebih ganas atau di dapat secara alami. Tujuan utama vaksin adalah
merangsang pembentukan antibodi dengan konsentrasi yang cukup tinggi untuk
menghentikan perjalan pathogen, sehingga mencegah mereka yang mendapatkan vaksinasi
dari terjangkitnya penyakit.
I.   Tatacara pembuatan vaksin
Vaksin dalam  pembuatannya mempunyai tiga jenis bahan utama yaitu : bahan kuman
virus atau bekteri hidup atau mati, toksoid, atau DNA. Bahan –bahan yang ditambahkan
untuk menjalankan berbagai funsi dan biakan dimana vaksin dibuat. Bahan-bahan tambahan
itu adalah :
·         Aluminium. Logam ini di tambahkan kepada vaksin dalam bentuk gel atau garamuntuk
mendorong produksi antibody. Aluminium telah dikenal sebagai kemungkinan penyebab
kejang penyakit Alzheimer, kerusakan otak dan dementia (pikun ).
Sebuah kajian yang di terbitkan majalah mediatris, misalnya menemukan bahwa anak-anak
yang menerima vaksin pertuasis yang mengandung aluminium mengalami respon alergi,
sementara anak-anak yang menerima vaksin pertuasis yang tidak mengandung aluminium
tidak mengalami reaksi seperti itu. Aluminium digunakan pada vaksin-vaksin DPT , DaPT,
dan hepatitis B.
·         Benzetonuim klorida : vaksin anthrax ( terutama di berikan kepada personal militer )
mengandung benzetenium, yaitu bahan pengawet yang belum di evaluasi untuk konsumsi
manusia.
·         Etilen glikol mereupakan bahan utama anti beku yang digunakan pada beberapa vaksin
yaitu : DaPT, polio, Hib, hepatitis B sebagai bahan pengawet.
·         Formaldehida/formalin, bahan ini menimbulkan kekhawatiran besar karena dikenal
sebagai karsionogen ( zat pencetus kenker ), formaldehida dikenal untuk penggunaan dalam
proses pembalsaman. Digunakan juga pada fungisida, insektisida, di dalam pembuatan bahan
peledak dan kain. Bahan dianggap bias cocok dengan banyak bahan lain, termasuk bahan
yang juga di temukan di dalam beberapa vaksin, yaitu fenol. Di dalam vaksin , cairan formal
dehida digunakan untuk menon-aktifkan  kuman. Formalin bukan saja beracun, tetapi
menurut Sir Graham S. Wilson, pengarang buku the hazards of immunazion, juga tidak
memadai sebagai desinfektan. Kenyataan ini sudah diketahuiselama beberapa decade.
Penggunaan yang berkelanjutan dari bahan yang tidak bisu di andalkan dan berbahaya ini
jelas melanggar prinsip Non-malefisiensi ( tidak melakukan kerusakan ). Formaldehida dapat
ditemukan dalam beberapa vaksin.
·         Gelatin, adalah bahan yang dikenal sebagai allergen (bahan pemicu alergi), bahan ini
dtemukan pada vaksin cacar air dan MMR
·         Glutamate, digunakan untuk menstabilkan beberapa vaksin terhadap panas, cahaya, dan
kondisi lingkungan lainnya bahan ini dikenal menyebabkan reaksi buruk dan ditemukan pada
vaksin varicella.
·         Neomisin, anti biotik ini digunakan untuk mencegah pertumbuhan kuman di dalam biakan
vaksin. Neomisin menyebabkan reaksi alergi pada beberapa orang. Neomisin ditemukan pada
vaksin MMR dan polio[4]. 
Saya kira semua sudah pada sangat kenal dengan yang namanya “vaksinasi” atau
“imunisasi”. Hal ini sangat dekat pada kita , penduduk bumi,  beberapa puluh tahunterakhir.
Paling tidak kita sejak kecil telah disuntik dengan vaksinasi yang menjadi program
pemerintah. Namun, masih banyak mitos yang berkeliaran di masyarakat akan masalah
vaksinasi ini. Termasuk ada katanya, vaksinasi hanya untuk anak-anak, bahkan imunisasi
campak-imunisasi terakhir menurut prigram pemerintah –sudah cukup. Padahal, semua itu
salah besar.
Hal inilah yang ingin diluruskan oleh dr. Suharjo dan kawan-kawan dari RS Kharitas,
Palembang, Sumatra selatan. Dalam bukunya yaitu  Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah
Penyakit Infeksi, menurtnya banyak sekali mengenai vaksinasi yang perlu di ketahui oleh
masyarakat kita. Yang paling dasar bahwa, vaksinasi itu sangat banyak sekali jenisnya, dan
tentu harus dilakukan juga pada orang dewasa. Nah, kenapa orang dewasa perlu? Kira-kira
begini, angka kematian pada dewasa terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi
adalah sebesar sepulih kali lebih tinggi dari anak-anak. Jadi, apakah masih bisa bilang kalau
orang dewasa tidak perlu vaksinasi?
Dalam buku Vaksinasi, Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi ini dijelaskan pada
bagian awalnya mengenai sejarah imunisasi pada masa Edward Jenner dan Louis Pasteur,
kemudian bagaimana vaksinasi ini mampu  menyingkirkan penyakit cacar (variola, bedakan
kebanyakan varisela atau cacar air yang basih banyak) dari muka bumi. (dr. Suharjo dkk,
2010).
DARTAR PUSTAKA
https://caritugasakademik.blogspot.com/2015/09/makalah-steamcell.html
Faradz, S.M.H., 2009. Harapan Baru Pengobatan Sel Punca di Indonesia. Pusat Riset
Biomedik, FK-Universitas Diponegoro.

Jusuf, A.H., 2008. Aspek Dasar Sel Punca Embrionik (Embryonic Stem Cell) dan Potensi
Pengembangannya. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Makalah.

Srikini.2006.BIOLOGI.Jakarta:Erlangga

Sardjoko.1991.Latar belakang dan beberapa penerapannya. Jakarta:PT Gramedia


pustaka utama

Anda mungkin juga menyukai