Anda di halaman 1dari 2

Nama : Azkiya A.

(1904942)
Kelas : Pendidikan Biologi B 2019
Resume Landasan Pendidikan BAB 5
A. Filsafat dan Landasan Filosofis Pendidikan
1. Filsafat
Filsafat secara etimologis berarti cinta kepada kebijaksanaan, secara operasional filsafat dapat diartikan sebagai
proses dan sebagai hasil berfilsafat. Karakteristik filsafat antara lain objek studinya yaitu segala sesuatu yang
diciptakan Tuhan maupun manusia yang bersifat komprehensif mendasar. Proses berfilsafat dimulai dengan keraguan
filsuf terhadap sesuatu dan pemikirannya bersifat kontemplatif, spekulatif, atau radikal (berpikir sampai ke akar hingga
terungkap hakikat dari suatu pertanyaan). Filsuf juga berpikir secara sinoptik yang berarti merangkum keseluruhan
tentang hal yang ditanyakan, pemikiran para filsuf bersifat subjektif.
Tujuan dari berfilsafat yaitu memperoleh hasil berupa kebenaran dalam bentuk sistem teori, pikiran, atau konsep
yang bersifat normatif/preskriptif (menunjukkan tentang yang dicita-citakan) dan individual-unik (gagasan yang
dikemukan para filsuf berbeda-beda). Maka dari itu, kebenaran dalam filsafat bersifat subjektif-paralelistik (benar bagi
filsuf yang bersangkutan dan para penganutnya) yang berlaku dalam jalannya masing-masing. Hasil berfilsafat tersebut
disajikan secara tematik sistematis dalam bentuk uraian lisan/tertulis atau profetik (dialog/tanya jawab lisan/tertulis).
Berdasarkan objek pembelajarannya, filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam filsafat umum (metafisika,
epistemologi, logika, aksiologi) dan filsafat khusus (filsafat hukum, filsafat ilmu, filsafat pendidikan, dsb.). Beberapa
sistem pemikiran yang konsisten dari para filsuf dikelompokkan dalam sebuah aliran filsafat, antara lain yaitu
Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb.
2. Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan filosofis pendidikan merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan yang diuraikan dari suatu sistem
gagasan filsafat umum yang dianjurkan suatu aliran filsafat tertentu. Landasan filosofis pendidikan bersifat normatif
karena berisi tentang konsep-konsep pendidikan yang ideal untuk dijadikan titik tolak dalam praktik pendidikan.
Landasan filosofis pendidikan memiliki beberapa aliran antara lain Idealisme, Realisme, Pragmatisme, dsb.
B. Landasan Filosofis Pendidikan Idealisme, Realisme, dan Pragmatisme
1. Idealisme
Menganggap bahwa realitas bersifat spiritual, manusia sebagai makhluk spiritual memiliki tujuan hidup dan hidup
dengan aturan moral imperatif yang bersifat absolut. Manusia diberkahi kemampuan berpikir rasional sehingga dapat
menentukan pilihannya (bebas). Pengetahuan diperoleh dengan mengingat kembali, berpikir, dan intuisi. Kebenaran
diperoleh oleh manusia dengan pikiran yang baik dan uji kebenarannya dengan uji koherensi/konsistensi.
Tujuan pendidikannya yaitu pembentukan karakter, pengembangan bakat, dan kebajikan social dengan isi
kurikulumnya yaitu pendidikan liberal untuk menyiapkan keterampilan bekerja melalui pendidikan praktis. Metode
pendidikannya yaitu dialektik dan cenderung mengabaikan dasar-dasar fisiologis untuk belajar. Pendidik bertanggung
jawab menjadi teladan dan menciptakan lingkungan pendidikan untuk peserta didik. Peserta didik bebas
mengembangkan potensinya. Orientasi pendidikannya yaitu esensialisme.
2. Realisme
Memandang dunia hadir dengan sendirinya dan di luar campur tangan manusia. Hakikat manusia terletak pada apa
yang dikerjakannya, manusia bisa bebas atau tidak bebas. Pengetahuan diperoleh melalui pengalaman dan penggunaan
akal. Pengetahuannya tidak dapat mengubah esensi realitas, uji kebenarannya berdasarkan teori korespondensi.
Tingkah laku manusia diatur oleh hokum alam dan kebijaksanaan yang telah teruji.
Tujuan pendidikannya yaitu adaptasi diri dalam hidup dan melaksanakan tanggung jawab sosial dengan isi
kurikulum bersifat komprehensif dan mengandung unsur-unsur pendidikan liberal dan praktis. Kurikulumnya disusun
menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran. Metodenya logis dan psikologis dengan pembiasaan
sebagai metode utamanya. Pendidik sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar yang harus menguasai pengetahuan
yang mungkin berubah dan keterampilan teknik-teknik mengajar. Peserta didik berperan menguasai pengetahuan dan
taat aturan serta disiplin. Orientasi pendidikannya yaitu esensialisme.
3. Pragmatisme
Memandang bahwa kenyataan yang sebenarnya adalah kenyataan fisik, plural, dan berubah. Manusia merupakan
hasil evolusi biologis, psikologis, dan sosial. Pengetahuan yang benar diperoleh melalui pengalaman dan berpikir,
pengetahuan tersebut yaitu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan sehingga pengetahuan bersifat relatif dan
kondisional. Tingkah laku individual dan sosial dilakukan secara eksperimental dalam pengalaman hidup.
Tujuan pendidikannya yaitu pertumbuhan sepanjang hayat sebagai proses rekonstruksi secara terus menerus dan
memperoleh pengalaman yang berguna untuk solusi terhadap masalah dalam hidup. Kurikulumnya berisi pengalaman
yang telah teruji dan sesuai minat dan kebutuhan siswa, pendidikan liberal dan pendidikan praktis. Pendidikan terfokus
pada kehidupan yang baik pada saat ini dan masa yang akan datang. Kurikulum bersifat demokratis dengan metode
pemecahan masalah, penyelidikan, dan penemuan. Pendidik memimpin dan membimbing peserta didik tanpa terlalu
ikut campur atas minat dan kebutuhan siswa. Peserta didik sebagai organisme rumit yang mampu tumbuh. Orientasi
pendidikannya yaitu progresivisme.
C. Landasan Filsafat Pendidikan Nasional; Pancasila
1. Konsep Filsafat Umum
Memandang realitas alam semesta sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan bukan hanya ada realitas fisik saja
namun ada juga realitas non-fisik dalam berbagai fenomena alam semesta sebagai keseluruhan yang integral. Adanya
realitas abadi dan realitas fana. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang merupakan kesatuan badani-rohani yang hidup
dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran, penyadaran diri, memiliki berbagai kebutuhan, dibekali naluri dan nafsu,
dan memiliki tujuan hidup.
Pancasila mengajarkan bahwa eksistensi manusia yang serba dimensi hakikatnya adalah kesatuan utuh.
Berdasarkan azas Ketuhanan Yang Maha Esa manusia sebagai makhluk Tuhan YME harus mempertanggungjawabkan
segala amalnya terhadap Tuhan YME. Azas mono-dualisme (kesatuan badan rohani yang individual tetapi juga insan
sosial), azas mono-pluralisme (meyakini keragaman manusia tetapi merupakan satu kesatuan bangsa Indonesia), azas
nasionalisme (eksistensi manusia terikat dengan ruang dan waktu), azas internasionalisme (manusia tidak meniadakan
eksistensi manusia lainnya), azas demokrasi (segalanya berdasar kepada kesamaan hak dan kewajiban), azas keadilan
sosial (manusia menjunjung tinggi kepentingan bersama).
Segala pengetahuan hakikatnya berasal dari Tuhan YME. Hakikat nilai diturunkan dari Tuhan YME kepada
masyarakat dan individu. Manusia memperoleh pengetahuan melalui keimanan/kepercayaan, berpikir, pengalaman
empiris, penghayatan, dan intuisi. Kebenarannya ada yang bersifat mutlak (pengetahuan keagamaan) atas dasar
keimanan kepada Tuhan YME dan ada yang relatif dimana kebenarannya diuji melalui uji konsistensi logis, fakta
empiris, dan nilai kegunaan praktisnya dengan mengacu pada kebenaran yang bersifat mutlak.
Upaya pendidikan dipandang sebagai upaya bantuan guna memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan
potensinya atau bisa juga disebut sebagai pemberdayaan peserta didik. Pendidikan harus diselenggarakan sepanjang
hayat dan dimulai sejak dini dan baiknya dilaksanakan pada jalur pendidikan informal, formal, maupun nonformal.
Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar beriman, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan dapat menjadi warga negara demokratis serta bertanggung jawab.
Kurikulum pendidikan disusun sesuai dengan jenjang pendidikan sebagaimana disusun dalam kerangka NKRI.
Metode pendidikan merupakan alternatif untuk diaplikasikan karena tidak ada satu metode mengajar yang terbaik.
Untuk memilih metode, harus mempertimbangkan tujuan pendidikan dan diharapkan mengacu ada prinsip cara belajar
siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode. Pendidik harus menjadi teladan bagi peserta didiknya (ing
ngarso sung tulodo), pendidik harus mampu membangun karsa dalam diri peserta didiknya (ing madya mangun karso),
dan pendidik harus memberi kebebasan kepada peserta didik untuk belajar mandiri selama tidak membahayakan ( tut
wuri handayani).
Pendidikan memiliki fungsi utama konservasi (terdapat nilai-nilai yang dijunjung tinggi dan dipandang berharga
untuk tetap dipertahankan), dan fungsi utama kreasi (realitas tidak diberikan dan telah selesai, namun realitas terbentuk
sebagaimana manusia dan seluruh alam semesta membentuknya. Peran manusia yaitu merajut realitas yang diinginkan
serta diterima oleh lingkungannya. Upaya pendidikan untuk mengembangkan potensi para pelajar agar mampu
berperan sebagai agen perubahan.

Anda mungkin juga menyukai