Anda di halaman 1dari 41

PEMECAH GELOMBANG (BREAK WATER) DAN TANGGUL

(PENAHAN TEBING)

OLEH:

KELOMPOK 4

FAUZAN MUFID 1704101010003


SHAFIRA SALSABILA 1704101010013
RAHMI RABAIYANI JODA 1704101010029
CUT LUTHFIA KHALISA 1704101010034
JIHAN SHOFIA 1704101010066
ZUHRA AMALIA 1704101010070

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 

Wilayah pantai merupakan daerah yang intensif dimanfaatkan untuk


kegiatan manusia seperti kawasan pusat pemerintahan, pemukiman, industri,
pelabuhan, pertambakan, pertanian, perikanan, pariwisata dan sebagainya. Pantai juga
merupakan bagian dari lingkungan kawasan pesisir yang dinamis dan selalu berubah. Proses
perubahan yang terjadi di pantai merupakan akibat kombinasi berbagai gaya yang bekerja di
pantai meliputi angin, gelombang (Triatmodjo,1999).
  Permasalahan yang sering muncul pada daerah pantai adalah abrasi pantai
yang terutama disebabkan oleh akivitas gelombang laut. Salah satu
metode penanggulangi abrasi pantai adalah penggunaan struktur penahan gelombang pada
area tertentu. Gempuran gelombang yang besar dapat diredam dengan cara mengurangi
energi gelombang datang, sehingga gelombang yang menuju pantai energinya menjadi kecil. 
Untuk dapat menanggulangi kerusakan pantai akibat gempuran gelombang
di pantai maka diperlukan konstruksi pemecah gelombang yang berfungsi untuk
memecahkan, merefleksikan dan mentransmisikan energi gelombang sebelum tiba di pantai.
Struktur penahan energi gelombang ini dapat terbuat dari struktur yang masif/kaku dan bisa
juga dengan yang fleksibel (tanaman hidup, struktur apung, dan lainnya). Salah satu struktur
pantai yang dapat mereduksi energi gelombang adalah breakwater, yang merupakan
bangunan penahan gelombang yang sangat efektif untuk digunakan sebagai pelindung pantai
terhadap abrasi dengan menghancurkan energi gelombang sebelum mencapai pantai. 

1.2 Tujuan 

Adapun tujuan dari pembahasan ini: 


1) Tujuan umum adalah agar kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata
kuliah konstruksi bangunan sipil di semester III.
2) Tujuan khusus adalah bahwa dengan selesainya tugas makalah ini,
mahasiswa diharapkan dapat memahami mengapa diperlukan, jenis-jenisnya,
pelaksanaan, dan perawatan konstruksi pemecah gelombang tersebut saat di
lapangan.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Pemecah Gelombang dan Tanggul

2.1.1 Pemecah Gelombang

Pemecah gelombang atau dikenal sebagai juga sebagai pemecah ombak atau Bahasa
Inggris breakwater adalah prasanana yang dibangun untuk memecahkan ombak/gelombang,
dengan menyerap sebagian energi gelombang. Pemecah gelombang digunakan untuk
mengendalikan abrasi yang menggerus garis pantai dan untuk menenangkan gelombang
dipelabuhan sehingga kapal dapat merapat dipelabuhan dengan lebih mudah dan cepat.
Pemecah gelombang harus didesain sedemikian sehingga arus laut tidak
menyebabkan pendangkalan karena pasir yang ikut dalam arus mengendap dikolam
pelabuhan. Bila hal ini terjadi maka pelabuhan perlu dikeruk secara reguler.
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak
digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan
pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada
tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah
gelombang, seperti halnya pada perencanaan groin dan jetty. Penjelasan lebih rinci mengenai
pemecah gelombang sambung pantai lebih cenderung berkaitan dengan palabuhan dan bukan
dengan perlindungan pantai terhadap erosi. Selanjutnya dalam tinjauan lebih difokuskan pada
pemecah gelombang lepas pantai.
Breakwater atau dalam hal ini pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan
yang dibuat sejajar pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Pemecah
gelombang dibangun sebagai salah satu bentuk perlindunga pantai terhadap erosi dengan
menghancurkan energi gelombang sebelum sampai ke pantai, sehingga terjadi endapan
dibelakang bangunan. Endapan ini dapat menghalangi transport sedimen sepanjang pantai.
Seperti disebutkan diatas bahwa pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar
pantai dan berada pada jarak tertentu dari garis pantai, maka tergantung pada  panjang
pantai yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah
gelombang atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas  pemecah gelombang
yang dipisahkan oleh celah.

2.1.2 Tanggul

Tanggul adalah salah satu bangunan yang paling utama dan paling penting
dalam usaha melindungi kehidupan dan harta benda masyarakat terhadap genangan-genangan
yang disebabkan oleh banjir dan badai (gelombang pasang). Tanggul juga dibuat untuk
tujuan empoldering / membentuk batasan perlindungan untuk suatu area yang tergenang serta
suatu perlindungan militer.Tanggul bisa jadi pekerjaan tanah yang permanen atau hanya
konstruksi darurat, biasanya terbuat dari kantong pasir sehingga secara cepat saat
banjir.Tanggul dibangun terutama dengan konstruksi urugan tanah karena tanggul merupakan
bangunan menerus yang sangat panjang serta membutuhkan bahan urugan yang volumenya
sangat besar. Kecuali tanah, kiranya amatlah sukar untuk memperoleh bahan urugan untuk

3
pembangunan tanggul dan bahan tanah dapat diperoleh dari hasil galian di kanan-kiri trase
rencana tanggul atau bahkan dapat diperoleh dari hasil pekerjaan normalisasi sungai, berupa
galian pelebaran alur sungai, yang biasanya dilaksanakan
bersamaan dengan pembangunan tanggul. Dalam tahap perencanaan kiranya perlu
diperhatikan, agar hasil dari pekerjaan normalisasi sungai dapat dimanfaatkan sebagai bahan
tanggul.
 Tentulah
terbatas pada hasil galian yang memenuhi syarat untuk bahan urugan tanggul. Selain itu tanah
merupakan bahan yang sangat mudah penggarapanya dan setelah menjadi tanggul sangat
mudah pula menyesuaikan diri dengan lapisan tanah pondasi yang mendukungnya serta
mudah pula menyesuaikan dengan kemungkinan penurunanyang tidak rata, sehingga
perbaikan yang disebabkan oleh penurunan tersebut mudah dikerjakan. Selanjutnya tanah
merupakan bahan bangunan yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan
yang sangat stabil dan tidak akan rusak selama puluhan, bahkan ratusan tahun. Apabila di
beberapa tempat terjadi kerusakan tanggul, perbaikannya sangat mudah dan cepat
menggunakan tanah yang tersedia di sekitar lokasi kerusakan.

2.2 Fungsi Pemecah Gelombang dan Tanggul

2.2.1 Fungsi Pemecah Gelombang

Bangunan ini berfungsi untuk melindungi pantai yang terletak dibelakangnya dari


serangan gelombang yang dapat mengakibatkan erosi pada pantai. Perlindungan oleh
pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya energi gelombang yang
sampai di perairan di belakang bangunan. Karena pemecah gelombang ini
dibuat terpisah ke arah lepas pantai, tetapi masih di dalam zona gelombang pecah (breaking
zone). Maka bagian sisi luar pemecah gelombang memberikan perlindungan dengan meredam
energi gelombang sehingga gelombang dan arus di belakangnya dapat dikurangi. 
Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian
energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian
dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan
lain-lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan
diteruskan tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe
bangunan peredam gelombang (permukaan halus dan kasar, lulus air dan tidak lulus air)
dan geometrik bangunan peredam (kemiringan, elevasi, dan puncak bangunan). 
Berkurangnya energi gelombang di daerah terlindung akan
mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang
pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. 
Pantai di belakang struktur akan stabil dengan terbentuknya endapan sediment tersebut.

4
2.2.2 Fungsi Tanggul

Adapun fungsi dan manfaat dari tanggul adalah sebagai:

1. Penurunan tingkat risiko ancaman terhadap jiwa manusia dan harta benda akibat
banjir sampai ke tingkat toleransi
2. Meminimumkan dampak bencana banjir (mitigasi bencana banjir)
3. Mencegah aliran keluar dari alur dan bantaran sungai.

5
BAB III
PEMBAHASAN PEMECAH GELOMBANG
3.1 Jenis Jenis Pemecah Gelombang

Dalam pemilihan pemecah gelombang ditentukan dengan melihat hal-hal


sebagai berikut: 
a. Bahan yang tersedia disekitar lokasi  
b. Besar gelombang 
c. Pasang surut air laut 
d. Kondisi tanah dasar laut 
e. Peralatan yang digunakan untuk pembuatannya 

Untuk perencanaan bentuk dan kestabilan pemecah gelombang perlu diketahui: 


a. Tinggi muka air laut akibat adanya pasang surut
b. Tinggi puncak gelombang dari permukaan air tenang 
c. Perkiraan tinggi dan panjang gelombang 
d. Run up gelombang

3.1.1 Berdasarkan Bentuk Model Penampang Melintangnya

1. Pemecah gelombang dengan sisi miring


 
Pemecah gelombang dengan sisi miring dibuat dari beberapa lapisan material yang
ditumpuk dan dibentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti sebuah gundukan besar batu
alam dengan lapisan terluar dari material dengan butiran sangat besar yang dilindungi oleh
lapis pelindung berupa batu besar atau beton dengan ukuran tertentu. Pemecah gelombang
tipe ini bersifat fleksibel. Kerusakan yang terjadi karena serangan gelombang tidak secara
tiba-tiba. Jenis lapis pelindung pemecah gelombang tipe ini adalah Quadripod, Tetrapod,
Dolos. Pemecah gelombang dengan sisi miring dibuat untuk kedalaman kolam labuh yang
relative dangkal.

2. Pemecah gelombang dengan sisi tegak

Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang dibuat dari material-material


seperti pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya diisi tanah atau batu, tumpukan
buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagainya.
 
Pemecah gelombang tipe ini ditempatkan di laut dengan kedalaman kolam labuh
yang lebih besar dari tinggi gelombang. Dimaksudkan untuk mengurangi jumlah material
penyusunnya. Pemecah ini dibuat apabila tanah dasar mempunyai daya dukung besar dan
tahan terhadap erosi. Bisa dibuat dari blok-blok beton massa yang disusun secara vertikal,
kaison beton, turap beton atau baja.
Syarat yang harus diperhatikan pada tipe pemecah gelombang sisi miring adalah:
 Tinggi gelombang maksimum rencana harus ditentukan dengan baik

6
 Tinggi dinding harus cukup untuk memungkinkan
 Pondasi dibuat sedemikian rupa sehingga tidak terjadi erosi pada kaki bangunan yang
dapat membahayakan stabilitas bangunan
 
3. Pemecah gelombang bertipe campuran.

Ketiga model breakwater seperti ini, dicontohkan dengan tipe cellular cofferdam
yaitu suatu konstruksi yang menggunakan sheet pile secara langsung, dimana pile tersebut
saling menutup atau mengunci (interlocking ) satu dengan yang lain sehingga membentuk
suatu rangkaian elemen (cell) dimana cell tersebut berisikan material yang tak kohesif seperti
pasir untuk pemberat struktur di bagian bawahnya sedangkan bagian atasnya terdiri dari batu
lindung yang dapat berfungsi menjaga stabilitas struktur akibat pengaruh gelombang.
Konstruksi breakwater tipe cellular cofferdam seperti halnya beberapa jenis Offshore
Breakwater yang lain dibangun dengan puncak elevasi struktur yang mendekati Mean Sea
Level (MSL), sehingga hal tersebut memungkinkan energy yang menyertai terjadinya
gelombang dapat diteruskan melalui breakwater. Kondisi tersebut dinamakan dengan istilah
keadaan overtopping atau kondisi gelombang dapat melimpas. Alasan struktur dibangun
dengan kondisi overtopping adalah untuk pertimbangan disain secara ekonomis, dan juga
karena pertimbangan kondisi gelombang rata-rata yang terjadi cukup kecil.
Pemecah gelombang tipe ini dibuat apabila kedalaman air sangat besar dan tanah
dasar tidak mampu menahan beban dari pemecah gelombang sisi tegak. Ada tiga macam
pertimbangan tinggi sisi tegak dengan tumpukan batunya:

1. Tumpukan batu dibuat sampai setinggi air yang tertinggi, sedangkan bangunan sisi tegak
hanya sebagai penutup bagian atas
2. Tumpukan batu setinggi air terendah sedang bangunan sisi tegak harus menahan air
tertinggi
3. Tumpukan batu hanya merupakan tambahan pondasi dari bangunan sisi tegak

3.1.2 Berdasarkan Letaknya

Pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu pemecah gelombang
sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama banyak digunakan pada perlindungan perairan
pelabuhan, sedangkan tipe kedua untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum
kondisi perencanaan kedua tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi disepanjang pemecah gelombang, seperti halnya
pada perencanaan groin dan jetty.
Selanjutnya dalam bagian ini tinjauan lebih difokuskan pada pemecah gelombang
lepas pantai.

1. Pemecah gelombang sambung pantai (Shore-connected Breakwater)


Tipe ini banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan. Perlu ditinjau
karakteristik gelombang di beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya
pada perencanaan groin dan jetty.

2. Pemecah gelombang lepas pantai (Offshore Breakwater)

7
Pemecah gelombang lepas pantai adalah bangunan yang dibuat sejajar pantai dan
berada pada jarak tertentu dari garis pantai. Bangunan ini direncanakan untuk melindungi
pantai yang terletak dibelakangnya dan serangan gelombang. Tergantung pada panjang pantai
yang dilindungi, pemecah gelombang lepas pantai dapat dibuat dari satu pemecah gelombang
atau suatu seri bangunan yang terdiri dari beberapa ruas pemecah gelombang
yang dipisahkan oleh celah.
Perlindungan oleh pemecahan gelombang lepas pantai terjadi karena berkurangnya
energi gelombang yang sampai di perairan di belakang bangunan. Berkurangnya energi
gelombang di daerah terlindung akan mengurangi pengiriman sedimen di daerah tersebut.
Pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah di sekitarnya akan diendapkan
dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila
bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya dari garis pantai, maka akan terbentuk
tombolo.
Pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan bentuk garis pantai
dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan
garis pantai asli, terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis
puncak gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang
terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan
diendapkan di perairan di belakang bangunan.
Penambahan Suplai Pasir di Pantai (Sand Nourishment). Pantai berpasir mempunyai
kemampuan perlindungan alami terhadap serangan gelombang dan arus. Perlindungan
tersebut berupa kemiringan dasar pantai di daerah nearshore yang menyebabkan gelombang
pecah di lepas pantai, dan kemudian energinya dihancurkan selama dalam penjalaran menuju
garis pantai di surf zone. Dalam proses pecahnya gelombang tersebut sering terbentuk
offshore bar di ujung luar surf zone yang dapat berfungsi sebagai penghalang gelombang
yang dating (menyebabkan gelombang pecah).
Erosi pantai terjadi apabila di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan suplai pasir.
Stabilisasi pantai dapat dilakukan dengan penambahan suplay pasir ke daerah
tersebut. Apabila pantai mengalami erosi secara terus menerus, maka penambahan pasir
tersebut perlu dilakukan secara berkala, dengan laju sama dengan kehilangan pasir yang
disebabkan oleh erosi.
Untuk mencegah hilangnya pasir yang ditimbun di ruas pantai karena terangkut oleh
arus sepanjang pantai, sering dibuat sistem groin. Dengan adanya groin tersebut, pasir yang
ditimbun akan tertahan dalam ruas-ruas pantai di dalam sistem groin. Tetapi perlu dipikirkan
pula bahwa pembuatan groin tersebut dapat menghalangi suplay sedimen ke daerah hilir,
yang dapat menimbulkan permasalahan baru di daerah tersebut.

1. Memasang karang Buatan


 
Karang buatan yang dikembangkan pertama kali di Selandia Baru mulai tahun 1996,
energi gelombang akan berkurang sampai 70 persen ketika sampai di pantai.
Pembangunan konstruksi di bawah laut itu juga memungkinkan tumbuhnya terumbu
karang baru.

2. Kubus Beton Tumpuk 


 

8
Terlepas garis pantai terlindungi atau tidak, upaya menghentikan terjadinya abrasi
secara terus-menerus perlu dilakukan langkah-langkah penanggulangannya. Terdapat banyak
metode dalam penanggulangan abrasi namun prinsip pokok penanggulangannya adalah
memecah gelombang atau meredam energi gelombang yang terjadi

Untuk mendapatkan type pemecah/peredam energi gelombang yang efektif


perlu dilakukan pengkajian yang mendalam terhadap: 
1. Sifat dari pada karakteristik dan tinggi gelombang 
2. Kondisi tanah
3. Pasang surut Bathimetry dan gradient pantai 

Memperlihatkan kondisi tanah dan fungsi dari pada Breakwater itu sendiri,
maka type pemecah/peredam energi gelombang ada bermacam-macam dan salah
satunya adalah type box-beton (kubus beton), tipe ini memiliki beberapa keuntungan seperti: 
1. Dari segi teknis sangat efektif sebagai peredam energi gelombang Kubus
Beton memiliki perbedaan berat jenis sekitar 2,4 kali dari berat jenis air atau
sekitar 2,4 ton untuk 1 m3 beton 
2. Dari segi pelaksanaan data dibuat di tempat dan mudah dalam penataan.
Bentuk kubus memudahkan kita untuk menata bentuk breakwater sesuai
keinginan kita. Kadang breakwater murni kita gunakan sebagai pemecah
gelombang namun kita dapat juga menyusunnya hanya untuk mengurangi energi
gelombangnya saja dengan bentuk susunan berpori.
3. Untuk kondisi tertentu dari segi biaya jauh lebih murah. Untuk daerah-daerah
yang tidak memiliki tambang kelas C yang menyangkut batu gunung mulai berat
5 kg – 700 kg keputusan untuk menggunakan kubus beton dapat membantu
dan mengurangi biaya pengadaan dan mobilisasinya.

3.2 Material Pemecah Gelombang 

Untuk material yang digunakan tergantung dari tipe bangunan itu sendiri. Seperti
halnya bangunan pantai kebanyakan, pemecah gelombang lepas pantai dilihat dari bentuk
strukturnya bisa dibedakan menjadi dua tipe yaitu: sisi tegak dan sisi miring.
Untuk tipe sisi tegak pemecah gelombang bisa dibuat dari material - material seperti
pasangan batu, sel turap baja yang didalamnya di isi tanah
atau batu, tumpukan buis beton, dinding turap baja atau beton, kaison beton dan lain sebagain
ya. 
Dari beberapa jenis tersebut, kaison beton merupakan material yang paling umum dijumpai
pada konstruksi bangunan pantai sisi tegak. Kaison beton
pada pemecah gelombang lepas pantai adalah konstruksi berbentuk kotak dari beton bertulan
g yang didalamnya diisi pasir atau batu. Pada pemecah gelombang sisi tegak kaison beton
diletakkan diatas tumpukan batu yang berfungsi sebagai fondasi. Untuk menanggulangi
gerusan pada pondasi maka dibuat perlindungan kaki yang terbuat dari batu atau blok beton. 
Sementara untuk tipe bangunan sisi miring, pemecah gelombang lepas
pantai bisa dibuat dari beberapa lapisan material yang di tumpuk dan di bentuk sedemikian
rupa (pada umumnya apabila dilihat potongan melintangnya membentuk trapesium) sehingga

9
terlihat seperti sebuah gundukan besar batu, Dengan lapisan terluar dari material dengan
ukuran butiran sangat besar.

Dari gambar dapat kita lihat bahwa konstruksi terdiri dari beberapa lapisan yaitu: 
1 Inti (core)
Umumnya terdiri dari agregat galian kasar, tanpa partikel-partikel halus dari debu
dan pasir.
2 Lapisan bawah pertama (under layer)
Lapisan penyaring (filter layer) yang melindungi bagian inti (core) terhadap
penghanyutan material, biasanya terdiri dari potongan
potongan tunggal batu dengan berat bervariasi dari 500 kg sampai dengan 1 ton.
3 Lapisan pelindung utama (main armor layer)
Pertahanan utama dari pemecah gelombang terhadap serangan gelombang
pada lapisan inilah biasanya batu-batuan ukuran besar dengan berat antara 1-3
ton atau bisa juga menggunakan batu buatan dari beton dengan bentuk khusus
dan ukuran yang sangat besar seperti tetrapod, quadripod, dolos, tribar,
xbloc accropode dan lain-lain.

Secara umum, batu buatan dibuat dari beton tidak bertulang konvensional kecuali
beberapa unit dengan banyak lubang yang menggunakan perkuatan serat baja. Untuk unit-
unit yang lebih kecil, seperti Dolos dengan rasio keliling kecil, berbagai tipe dari beton
berkekuatan tinggi dan beton bertulang (tulangan konvensional, prategang, fiber, besi, profil-
profil baja) telah dipertimbangkan sebagai solusi untuk meningkatkan kekuatan struktur unit-
unit batu buatan ini. Tetapi solusi-solusi ini secara umum kurang hemat biaya, dan jarang
digunakan.

10
Seiring perkembangan jaman dalam konstruksi pemecah gelombang lepas pantai juga
mengalami perkembangan. Belakangan juga dikenal konstruksi pemecah gelombang
komposit. Yaitu dengan menggabungkan bangunan sisi tegak dan bangunan sisi miring.
Dalam penggunaan matrial pun dikombinasikan misalnya antara kaison beton dengan batu-
batuan sebagai pondasinya. 
Selain itu pula terdapat bangunan pemecah gelombang dari potongan bambu yang
dianyam, dan dari ban-ban bekas yang biayanya lebih murah namun masih dipertanyakan
mengenai keramahan lingkungannya.
Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai memerlukan
bangunan peredam gelombang. Peredam gelombang adalah suatu bangunan yang
bertujuan untuk mereduksi atau menghancurkan energi gelombang. Gelombang yang
menjalar mengenai suatu bangunan peredam gelombang sebagian energinya akan dipantulkan
(refleksi), sebagian diteruskan (transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui
pecahnya gelombang, kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-
lainnya. Pembagian besarnya energi gelombang yang dipantulkan, dihancurkan dan diteruska
n tergantung karakteristik gelombang datang (periode, tinggi, kedalaman air), tipe bangunan
peredam gelombang (permukaan halus dan kasar). 
Peredam gelombang bentuk kubus adalah merupakan peredam gelombang yang
mempunyai permukaan lebih kecil/sempit dikarenakan cara
pemasangannya disesuaikan dengan sifat dan arah datangnya gelombang, sehingga menyebab
kan gelombang akan kehilangan energi lebih besar karena gesekan dengan
permukaanperedam gelombang datar (kubus). Breakwater berbentuk kubus sangat efektif
untuk meredam energi gelombang, dengan cara pemasangan sudut menghadap arah
datangnya gelombang. Gelombang akan dipecah oleh sudut kubus sehingga energi yang
dibawa oleh gelombang berkurang, seterusnya energi yang sudah tereduksi diterima kembali
oleh kubus dibelakangnya, demikian seterusnya sampai gelombang laut benar-
benar berkurang energinya.

3.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi

Ada berbagai macam metode dalam pelaksanaan pembangunan konstruksi


pemecah gelombang lepas pantai baik itu sisi tegak maupun sisi miring. Untuk sisi tegak
ada sebuah metode pelaksanaan yang cukup unik pada sebuah konstruksi
pemecah gelombang kaison. Metode ini agak berbeda dan sempat mejadi pertentangan pada
saat ditemukan. Adapun gambaran umum metode pelaksanannya adalah sebagai berikut: 

Kaison yang terbuat dari beton pracetak diletakan dipermukaan air dengan
bagian dasarnya yang terbuka menghadap ke bawah. Dengan mengatur tekanan
udara didalam kaison, maka tingkat pengapungannya dapat dikendalikan untuk memastikan
stabilitas dan mengatur aliran udaranya selama pemindahan ke lokasi pemasangannya.

11
Gambar 4.1 Ilustrasi kaison yang diapungkan dengan mengontrol tekanan udara
 
Adapun untuk proses pemindahan kaison kelokasi pemasangan bisa
dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan didorong menggunakan sebuah
tugboat

Gambar 4.2 Ilustrasi pemindahan kaison dengan cara didorong tugboat


 
Pada saat sudah berada dilokasi pemasangan, udara didalam kaison dikeluarkan dan kaison
ditenggelamkan ke dasar laut dengan mengandalkan beratnya sendiri. Kemudian setelah
kaison ditenggelamkan dan berada pada posisi yang telah direncanakan, maka kaison diisi
dengan material pengisi untuk meningkatkan kekuatan strukturnya. 
Karena kaison tebuka dibagian dasarnya maka bagian ujungnya hanya
mempunyai luasan permukaan yang sangat kecil jika dibandingkan dengan area yang
dicakup oleh kaison itu sendiri. Luas permukaan ujung yang kecil ini
digabungkandengan berat kaison yang besar mengakibatkan kaison lebih mudah
ditenggelamkan hinga menancap ke dasar laut dengan dengan kedalaman yang cukup. Ini
untuk memastikan kaison dapat menahan pergerakan horisontal dari struktur
setelah dipasang. Disamping itu juga dimaksudkan agar material dasar laut yang
berada dalam cakupan kaison dapat dijadikan sebagai bahan pengisi kaison itu
sendiri sebagai salah satu solusi menghemat pemakaian material pengisi
Sedangkan jika tanah di dasar laut terlalu lunak untuk mendukung kaison
selamapengisian dan setelah dindingdinding vertikal menembus dasar laut sampai kedalaman
yang diinginkan, penurunan selanjutnya dapat dicegah dengan memelihara udara bertekanan
yang ada di dalam kaison. 
Kaison itu kemudian diisi dengan cara memompa masuk material kerukan
melalui suatu lubang masuk. Ketika material kerukan seperti lumpur dan/atau pasir
dipompa masuk kedalam kaison, udara bertekanan yang tersisa dalam kaison itu

12
dikurangi seperti yang dilakukan pada air yang mengisi kaison, sehingga struktur itu
berada dibawah dukungan hidrolik sementara.
Pada akhirnya setelah kaison itu cukup diisi dengan material padat, maka lubang-
lubang udara dan hidrolik ditutup dengan beton atau material lain

Gambar 4.3 Ilustrasi kaison yang sudah berada pada lokasi pemasangan dan diisi dengan
material pengisi

Sedangkan untuk tipe bangunan sisi miring metode pelaksanaannya tidak


jauh berbeda dengan bangunan pelindung pantai lainya seperti groin dan jeti yang juga meng
gunakan konstruksi sisi miring. Yang membedakan hanya cara pemindahan material dan alat-
alat beratnya saja. Karena pemecah gelombang lepas pantai dibuat sejajar pantai dan berada
pada jarak tertentu dari garis pantai maka untuk pemidahan material dan alat berat ke lokasi
pemasangan menggunakan alat transportasi air misalnya kapal atau tongkang pengangkut
material. Adapun metode pelaksanaannya dapat dipilah per lapisan sebagai berikut: 

Untuk lapisan inti (core) material ditumpahkan ke dalam laut menggunakan


dump truk. untuk memudahkan penimbunan material oleh truk, bagian inti(core)
idealnya mempunyai lebar antara 4-5 meter pada bagian puncak dan kira-kira 0,5 meter
di atas level menengah permukaan laut, ketika ada suatu daerah pasang surut yang  besar,
sebaiknya berada diatas level tertinggi air pasang.

Gambar 4.4 Pengurugan lapisan inti dengan dump truk



Lapisan bawah pertama (under layer) yang terdiri dari potongan-potongan
tunggalbatu. Penempatan batubatu lapisan ini dapat dilakukan menggunakan ekskavator hidr
olis, selain itu juga bisa dengan menggunakan sebuah mobile crane normal jika tersedia
ruang yang cukup untuk landasannya. Jangan pernah menggunakan crane dengan ban karet
pada lokasi yang tidak rata tanpa landasan yang cukup luas. Ekskavator harus menempatkan
batuan yang lebih berat secepat mungkin
sehingga bagian inti(core) tidak mengalami hempasan ombak. Jika suatu ombak badai menge
nai lokasi dimana terlalu banyak bagian inti(core) yang mengalaminya, maka ada suatu
bahaya yang serius pada bagian inti(core) yaitu penggerusan material. Gambar 9

13
menunjukkan susunan lapisan bawah. Dalam hal ini kemiringan lerengnya adalah 2,5/1 dan
jarak H, adalah ketinggian dari puncak lapisan bawah ke dasar laut. Suatu tiang dari kayu
harus ditempatkan pada bagian atas inti (core) dan disemen untuk meperkokohnya. Pada
jarak sama dengan 2,5 x H, sebuah batu ladung yang berat dengan sebuah pelampung
penanda harus ditempatkan di dasar laut. Sebuah senar nilon berwarna terang akan
direntangkan dari batu ladung ke ketinggian yang diperlukan (H) pada tiang. Prosedur ini
harus diulangi setiap 5 m untuk membantu operator crane atau ekskavator untuk
menempatkan puncak lapisan di tingkatan yang benar. Seorang perenang dapat memastikan
bahwa masing-
masing batu batuan yang terpisah ditempatkan di dalam profil yang dibatasi oleh senar nilon.

Gambar 4.5 Penempatan batuan lapisan bawah menggunakan ekskavator


 
Lapisan pelindung utama (main armor layer).
Dalam pelaksanaan penempatan batu maupun batu bauatan dapat menggunakan crawler
crane (crane penggerak roda kelabang) atau tracked crane (crane dengan rel). Crane jenis
tersebut adalah
alat berat yang paling cocok untuk pekerjaan menempatkan batuan berukuran besar. Batu-
batu yang besar harus diangkat satu demi satu menggunakan sling atau pencengkram
dan harus ditempatkan didalam air dengan pengawasan dari seorang penyelam. Ia harus dite
mpatkan satu demi satu berdasar urutannya untuk memastikan ia saling berkesinambungan.
Hal ini untuk meyakinkan bahwa ombak tidak bisa menarik satu batu ke luar, yang
menyebabkan batu-batu pada bagian atas longsor, menerobos lapisan pelindung dan
mengakibatkan terbukanya bagian bawah yang batuannya lebih kecil.

Gambar 4.6 Ilustrasi penempatan batu lapisan pelindung utama menggunakan crane

Untuk memastikan bahwa batu-batu ditempatkan dengan baik, penyelam tadi perlu
mengarahkan operator crane setiap kali suatu batu ditempatkan sampai
lapisan pelindung ini menerobos permukaan air. Sama seperti lapisan bawah, diperlukan dua

14
lapisan pelindung untuk menyelesaikan lapisan pelindung utama. Profil kemiringan dapat
diatur pada interval tetap 5 m menggunakan prosedur yang sama.

3.4 Dampak Lingkungan

Seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya di bab 3 tentang jenis- jenis


pemecah ombak dilihat dari sisi letaknya, bahwa berkurangnya energi gelombang di
daerah terlindung oleh pemecah gelombang akan mengurangi pengiriman sedimen di
daerah tersebut. Maka pengiriman sedimen sepanjang pantai yang berasal dari daerah
di sekitarnya akan diendapkan dibelakang bangunan. Pengendapan tersebut
menyebabkan terbentuknya cuspate. Apabila bangunan ini cukup panjang terhadap jaraknya
dari garis pantai, maka akan terbentuk tombolo.

Gambar 5.1 Contoh TomboloPaximadhi Eboea, Yunani

Sedangkan pengaruh pemecah gelombang lepas pantai terhadap perubahan


bentuk garis pantai dapat dijelaskan sebagai berikut.

Apabila garis puncak gelombang pecah sejajar dengan garis pantai asli,
terjadi difraksi di daerah terlindung di belakang bangunan, di mana garis puncak
gelombang membelok dan berbentuk busur lingkaran. Perambatan gelombang yang
terdifraksi tersebut disertai dengan angkutan sedimen menuju ke daerah terlindung dan
diendapkan di perairan di belakang bangunan. Pengendapan sedimen tersebut

15
menyebabkan terbentuknya cuspate dibelakang bangunan. Proses tersebut akan berlanjut
sampaigaris pantai yang terjadi sejajar dengan garis puncak gelombang yang terdifraksi. Pada 
keadaan tersebut transport sedimen sepanjang pantai menjadi nol. 
Dengan demikian pembentukan tombolo
tergantung pada panjang pemecah gelombang lepas pantai dan jarak antara bangunan dengan
garis pantai. Biasanya tombolo tidak terbentuk apabila panjang pemecah gelombang lebih
kecil dari jaraknya terhadap garis pantai. Jika bangunan menjadi lebih panjang dari pada
jaraknya terhadap garis pantai maka kemungkinan terjadinya tombolo semakin tinggi. 
Apabila gelombang datang membentuk sudut dengan garis pantai maka laju transport
sedimen sepanjang pantai akan berkurang, yang menyebabkan pengendapan sedimen dan
terbentuknya cuspate. Pengendapan berlanjut sehingga pembentukan cuspate
terus berkembang hingga akhirnya terbentuk tombolo. 
Tombolo yang terbentuk akan merintangi/menangkap transport sedimen sepanjang pantai.
Sehingga suplai sedimen kedaerah hilir terhenti yang dapat berakibat terjadinya erosi pantai
di hilir bangunan.
Pemecah gelombang lepas pantai dapat direncanakan sedimikian sehingga terjadi
limpasan gelombang yang dapat membantu mencegah terbentuknya
tombolo. Manfaat lain dari cara ini adalah membuat garis pantai dari cuspate menjadi lebih
rata dan menyebar ke arah samping sepanjang pantai.

Teknologi Pemecah Gelombang Ambang Rendah (PEGAR) hasil dari


pengembangan Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Air. Keunggulan teknologi
ini:
 Lebih ramah lingkungan karena tidak mengganggu pemandangan ke arah laut.
 Gelombang laut diatur, sehingga respon pantai relatif seragam pada arah memanjang.
 Energi gelombang dibelakang PEGAR banyak berkurang sehingga
perairan dibelakangnya relatif aman untuk masyarakat yang gemar berenang di
pantai. 

Teknologi ini telah mulai diterapkan pada beberapa daerah pantai, antara lain:
 
 Konservasi Pulau Nipah di perbatasan Singapura
 Proyek pengaman Pantai Rembang
 Sea Wall pada penelitian DAM Lepas Pantai Semarang
 Skenario pulau buatan dan rencana tol Tanjung Benoa

16
BAB IV
PEMBAHASAN TANGGUL
4.1 Jenis Jenis Tanggul

Berdasarkan fungsi dan dimensi tempat serta bahan yang dipakai dan kondisi
topografi setempat tanggul dapat dibedakan sebagai berikut:
1. Tanggul utama
Bangunan tanggul disepanjang kanan-kiri sungai guna menampung debit banjir
rencana.
2. Tanggul sekunder 
Tanggul yang dibangun sejajar tanggul utama, baik di atas bantaran didepan tanggul
utama yang disebut tanggul musim panas maupun tanggul disebelah belakang
tanggul utama yang berfungsi untuk pertahanan kedua, andaikan terjadi bobolan pada
tanggul utama. Tergantung pada pentingnya suatu areal yang dilindungi kadang-
kadang dibangun pula tanggul tersier.
3. Tanggul terbuka
Tanggul yang dibangun secara tidak menerus (terputus-putus).
4. Tanggul pemisah
T anggul semacam ini dibangun di antara dua buah sungai yang berdekatan,
agar arus sungai pada muara kedua sungai tersebut tidak saling
mengganggu, terutama pada sungai-sungai yang kemiringannya dan kondisi
hidrologinya berbeda.
5. Tanggul melingkar
Tanggul yang dibangun untuk melindungi areal yang tidak terlalu luas secara
melingkar 
6. Tanggul sirip
Tanggul dibangun untuk melindungi areal pertanian pada daerah bantaran, bisa
sebagai penghambat kecepatan arus.
7. Tanggul pengarah
T anggul semacam ini berfungsi sebagai pengarah arus di muara-muarasungai untuk
menjaga agar muara sungai tidak mudah berpindah-pindahdan sebagai pemandu arus
sungai. 
8. Tanggul keliling dan tanggul sekat
Andaikan pada suatu sungai dibangun penampung banjir sementara (retarding basin)
dengan sistem tanggul, maka tanggul sebelah luar disebuttanggul keliling
(surrounding levee) dan bagian tanggul yang terletak ditepi alur sungai disebut
tanggul sekat (encircling levee)
9. Penyadap banjir
Bangunan ini berfungsi sebagai penyadap sebagian aliran banjir, pada saatmuka air
banjir di dalam sungai telah melampui tinggi yang diperkirakan. Biasanya merupakan
salah satu komponen utama dari retarding basin atau berfungsi sebagai bangunan
atau pintu pembagi banjir. 
10. Tanggul tepi danau dan tanggul pasang
Tanggul tepi danau dibangun disekeliling danau atau rawa-rawa dan tanggul pasang
dibangun di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-

17
surut air laut. Kedua jenis tanggul tersebut diperhitungkan juga daya tahannya
terhadap gaya-gaya hempasan ombak baik dari danau atau laut.
11. Tanggul khusus
Pada pemukiman yang padat penduduk, biasanya biaya pembebasan tanahuntuk
pembangunan tanggul sangat tinggi. Dalam keadaan demikian untuk mengurangi
areal tanah yang harus dibebaskan, biasanya tanggul dibuat berupa dinding pasangan
atau dinding beton. 
12. Tanggul belakang 
Biasanya dibangun pada muara anak-anak sungai untuk mencegah
limpasan, akibat aliaran air pada anak-anak sungai tertahan dan permukaannya naik, 
karena naiknya permukaan air pada sungai utama diwaktu banjir.

Gambar Tanggul tembok beton bertulang

4.2 Trase Tempat Kedudukan Tanggul

Garis bahu depan suatu tanggul disebut pula sebagai trase tempatkedudukan tanggul 
atau disingkat dengan istilah trase tanggul. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan
trase tanggul adalah:

a. Pemilihan lokasi tanggul 


Lokasi trase tanggul agar dipilih tempat kedudukan tanggul melintasi tanah pondasi
yang kedap air dan diusahakan agar dihindari pondasi tanah yang lemah, seperti rawa-rawa,
lumpur lunak dan gambut. 

b. Arah trase tanggul 


Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

18
1. Dipilih suatu penampang basah sungai yang paling efektif dengan kapasitas
pengaliran maksimum.
2. Agar trase searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan tejadinya belokan yang
tajam.
3. Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel mungkin dengan
alur sungai.
4. Pada sungai-sungai yang arusnya tidak besar, diusahakan agar kurva alirannya stabil

c. Tinggi jagaan
Tinggi jagaan merupakan tambahan tinggi pada tanggul untuk menampung
loncatan air dari permukaan airsungai yang sedang mengalir, yang diakibatkan oleh adanya
ombak gelombang dan loncatan hidrolis pada saat banjir, tinggi jagaan berkisar antara 9,5 -
$,9 m.

d. Lebar mercu tanggul 


Pada daerah yang padat, dimana perolehan areal tanah untuk tempatkedudukan
tanggul sangat sukar dan mahal, pembangunan tanggul dengan mercu yang tidak lebar dan
dengan lerengnya yang agak curam cukup memadai. Akan tetapi mercu yang cukup lebar (3-
7 m)

e. Kemiringan lereng tanggul 
Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan yang paling penting dalam
perencanaan tanggul dan sangat erat kaitannya dengan infiltrasi air dalam tubuh tanggul
tersebut. Dalam keadaan biasa tanpa perkuatan lereng tanggul direncanakan dengan
kemiringan 1 : 2 atau lebih kecil. Bahan yang sangat cocok untuk pembangunan tanggul
adalah tanah dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala gelincir dan longsor.
2. Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor.
3. Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah.
4. Tidak terjadi retak-retak yang membayakan kesetabilan tubuhtanggul.
5. Bebas dari bahan-bahan organis seperti akar-akaran, pohon- pohonan dan rumput-
rumputan.

4.3 Stabilitas Tanggul

Syarat syarat stabilitas struktur tanggul harus diperhitungkan/dianalisaterhadap hal-


hal sebagai berikut:
a. Badan tanggul harus aman terhadap kemungkinan meluapnya aliranmelalui mercu (over
topping) pada debit banjir rencana. 
b. Berdasarkan butir (a) maka mercu tanggul harus mempunyai jagaan(freeboard) yang
cukup aman terhadap muka air sungai pada debit banjir rencana.
c. Tinggi jagaan pada butir (b) harus memenuhi standar kriteria yang berlaku misalnya
standar nasional Indonesia (SNI).
d. Ketinggian puncak tanggul pada profil memanjang harus disesuaikandengan muka air
banjir rencana sepanjang sungai yang diperlukan.

19
e. Lereng dan kaki tanggul harus stabil terhadap aliran banjir dan erosi
serta gerusan (scouring). Oleh karena itu, harus diberi pelindung.Lapisan pelindung harus
disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku tapi juga diperhitungkan terhadap nilai
ekonomisnya.
f. Trase tanggul harus ditettapkan secara secermat mungkin dengan memperhatikan situasi
dan kondisi morfologi sungai, memperhatikan factor teknik dan non teknik serta kondisi
social ekonomi.
g. Jarak antara trase tanggul dengan tebing sungai harus diusahakancukup memadai supaya
apabila terjadi erosi atau longsoran pada tebing sungai tidak mempengaruhi stabilitas tanggul.
h. Tidak boleh terjadi adanyarembesan dan kebocoran (seepage and piping) pada badan
tanggul.
i. Tidak boleh terjadi adanya rembesan dan kebocoran pada pondasitanggul. 
j. Tidak boleh terjaddi adanya pergeseran pondasi akibat gempa bumi

4.4 Pembuatan Rancangan Tanggul 

a. Persiapan

1. Pemilihan tempat pembangunan tanggul

a) Pemilihan lokasi tanggul dipilih pada lokasi yang kedap air


b) Arah trase tanggul

Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Pilihlah penampang sungai yang paling efektif dengan kapasitas pengaliran
maksimum.
 Agar trase searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan terjadinya belokan yang
tajam.
 Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel mungkin
dengan alur sungai.
 Pada sungai-sungai yang arusnya tidak besar, diusahakanagar kurva alirannya
stabil.

2. Orientasi lapangan yakni penyesuaian antara tempat yang memenuhi kriteria dengan


lokasi sebenarnya.
3. Konsultasi. Konsultasi dengan berbagai pihak yang terkait baik formal maupun non
formal untuk memperoleh masukan sebelum lokasi dan tipe tanggul ditetapkan.

b. Pengumpulan data dan informasi lapangan.

1. Data primer
Data primer diperoleh dengan cara survey dan pengukuran lapangan, meliputi
sebagai berikut:
a) Topografi lokasi bangunan

20
b) Penutupan lahan dan pola tanam
c) Tanah (jenis, tekstur, permeabilitas)
d) Luas DTA
e) Jumlah, kepadatan dan pendapatan penduduk dan tingkat harga/upah disekitar lokasi

2. Data sekunder
Data sekunder, dapat diperoleh dengan cara pengumpulan data yang telah
ada/tersedia baik di instansi pemerintah, swasta dsb meliputi : 
a) Administrasi wilayah
b) Curah hujan (jumlah, intensitas dan hari hujan)
c) Erosi dan sedimentasi
d) Adat istiadat masyarakat disekitar lokasi

c. Pengolahan dan analisa data/informasi

Dari hasil pengumpulan data dan informasi di lapangan dilakukan pengolahan dan
analisa, sebagai berikut:

1.   Dari data tanah, erosi/sedimentasi, topografi, curah hujan dan luas DTA kita bisa
mendapatkan:
a)  Lokasi tanggul yang tepat yang memenuhi standar kriteria yang telah kita tetapkan
sebelumnya. 

b) Bahan yang kita perlukan. Bahan yang biasanya dipergunakan dalam pembuatan tanggul
adalah tanah. Namun untuk memperkuat tanggul kita dapat juga menambahkan pasir,
bamboo dan batu. Penentuan sifat – sifat mekanis bambu berdasarkan persyaratan bahwa
bambu yang digunakan dalam pembangunan merupakan bahan bangunan yang kering dengan
kadar air 12%. Hal ini merupakan kadar air kesetimbangan pada kelembepan udara 70% yang
dapat dianggap sebagai nilai rata – rata yang wajar pada iklim tropis. Pasir dipilih karena
pasir biasanya digunakan sebagai agregat halus dalam campuran beton, bahan spesi perekat
pasangan bata maupun keramik, pasir urug, screed lantai dan lain – lain. Bahan yang sangat
cocok untuk pembangunan tanggul adalah tanah dengan karakteristik sebagai berikut:
 Dalam keadaan jenuh air mampu bertahan terhadap gejala gelincir dan longsor.
 Pada waktu banjir yang lama tidak rembes atau bocor.
 Penggalian, transportasi dan pemadatannya mudah.
 Tidak terjadi retak-retak yang membayakan kesetabilan tubuh tanggul.
 Bebas dari bahan-bahan organis. seperti akar-akaran, pohon-pohonan dan rumput-
rumputan.

21
c) Spesifikasi tanggul yang diperlukan. Meliputi panjang, tinggi, kemiringan dan lainnya.
Tinggi tambahan diperlukan dalam pembuatan tanggul untuk menampung loncatan air dari
permukaan air sungai yang sedang mengalir, yang diakibatkan oleh adanya ombak
gelombang dan loncatan hidrolis pada saat banjir. Pada daerah yang padat, dimana perolehan
areal tanah untuk tempat kedudukan tanggul sangat sukar daan mahal, pembangunan tanggul
dengan mercu yang tidak lebar dan dengan lerengnya yang agak curam cukup memadai.
Penentuan kemiringan lereng tanggul merupakan tahapan yang paling penting dalam
perencanaan tanggul dan sangat erat kaitannya dengan infiltrasi air dalam tubuh tanggul
tersebut. Dalam keadaan biasa tanpa perkuatan lereng tanggul direncanakan dengan
kemiringan 1 : 2 atau lebih kecil. Dalam menghitung panjang, tinggi dan kemiringana perlu
diperhitungkan juga gaya-gaya yang bekerja pada dinding (per-m panjang) seperti :
Gaya gravitasi             :   W  =   mwall  g
Gaya hidorstatis      :   Fh =  ½  gwater  h2
Gaya friksi      :   Ff  =  m W =  m mwall  g

d) Debit aliran air/debit banjir rencana. 


Debit bisa dicari dengan menggunakan rumus : 
Q = C x B XHI\1.5 x 11\0.5 (9.1.)
dimana :
Q : Debit (m3/dt)
C : Koefisien Chezy
B : Lebar sungai (m)
H : Kedalaman rata-rata (m)
I : Kemiringan permukaan sungai
Dalam perhitungan luas penampang lintang sungai dengan menggunakan formula
tersebut, untuk beberapa arus sungai kadang-kadang sangat sukar merubah nilai I dan C. Jadi
lebar sungai dan kedalaman air sungai disesuaikan dengan memperhatikan kecepatan aliran
air sungai yang diperkenankan. 

2. Dari data jumlah penduduk, mata pencaharian, pendapatan serta adat istiadat diolah dan
dianalisa menjadi informasi:
a) Potensi ketersediaan tenaga kerja. Tenaga kerja yang kita perlukan diantaranya adalah
orang yang ahli dalam teknik geodesi (untuk meneliti kekuatan dan penyerapan tanah), teknik
kelautan (untuk membangun tanggul dan menentukan bahan-bahan yang kita perlukan),
teknik planologi (untuk mengetahui dampak pembuatan tanggul bagi masyarakat), teknik
lingkungan (untuk mengetahui dampak pembuatan tanggul bagi lingkungan), teknik
metereologi (menghitung kuatnya aliran air) dan tukang-tukang lain yang membantu.

22
b) Standar satuan biaya/upah yang berlaku. Standar ini dapat kita sesuaikan dengan kondisi
masyarakat di daerah sana.

23
BAB V
METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN PEMECAH
GELOMBANG DAN TANGGUL

5.1 PEKERJAAN UMUM 

5.1.1 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PERALATAN

Jenis peralatan, cara mobilisasi dan demobilisasi, asal alat dan


jarak tempuh mobilisasi dan demobilisasi perlu diuraikan secara ringkas seperti dalam
Tabel 1.1 berikut:

Selain hal tersebut dalam tabel di atas, juga perlu dijelaskan jadwal mendetail
mobilisasi dan demobilisasi peralatan tersebut.

5.1.2 MOBILISASI DAN DEMOBILISASI TENAGA KERJA

Tenaga kerja yang digunakan diutamakan tenaga lokal, tenaga dari luar didatangkan
apabila tenaga lokal dalam skill dan jumlah tidak memadai. Untuk menampung tenaga kerja
yang didatangkan, maka perlu dibuat barak dan permukiman sementara.

5.2 PEMBUATAN CAMPURAN BETON 

Langkah pertama yang harus ditetapkan adalah cara mendapatkan campuran beton,


apakah mensuplai dari perusahaan ready mix concrete atau membuat sendiri
campuran. Jarak tempat untuk memproduksi campuran beton (batching plant) dengan
lokasi pekerjaan dapat ditempuh dalam waktu sekurang-kurangnya 2 jam. Jika
membuat sendiri campuran apakah akan dipasang batching plant dilokasi atau

24
menggunakan mesin berukuran lebih kecil. Pembuatan campuran baik dengan
bacthing plat maupun dengan mixer kecil pada prinsipnya sama. Yang berbeda
adalah volume produksi, kontrol proses lebih terjamin pada batching
plant. Prosedur pembuatan campuran beton akan mengikuti suatu
diagram seperti diberikan pada Gambar 2.1

Gambar. 2.1. Diagram alir prosedur pembuatan campuran beton Kode dan Standar


bahan dan pembuatan campuran beton, harus mengikuti daftar berikut: 
1. PUBI1970/NI-3 & ASTM Untuk air beton 
2. PBI 71 NI-2; PUBI 1970/NI-3 & ASTM Untuk agregat beton 
3. SII 1984 & ASTM CI50 Untuk bahan semen 
4. PBI 71; BS 8100 & ASTM Untuk Campuran Beton

Penentuan komposisi campuran yang digunakan dilakukan melalui perhitungan


disain campuran berdasarkan standar yang dipersyaratkan. Prosedur penentuan campuran
disain yang digunakan mengikuti diagram Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Prosedur disain campuran beton

25
5.3 PEMBANGUNAN BREAKWATER
 
5.3.1 SUPLAI BATU BELAH

Batu belah yang dibutuhkan untuk breakwater mempunyai volume yang cukup besar
yaitu berkisar 20.000 m3. Untuk mendapatkan quarry yang mencukupi perlu diadakan survey
terlebih dahulu. Dalam survey quari dianjurkan agar penggalian tidak menggunakan peledak.
Namum apabila mendapatkan jumlah sebesar itu dalam waktu singkat, haruslah
dilakukan konsesi dan peledakan selanjutnya diolah menjadi ukuran yang ditetapkan dalam
spesifikasi. Suplai batu belah meliputi peledakan, penyortiran dan pemecahan serta
pengangkutan ke lokasi pekerjaan. 

a. Peralatan yang diperlukan untuk memproduksi batu belah di quari peledakan: 


- Drilling machine,
- Giat breaker 
- Escavator 
- Wheel loader 
- Dump truck 

b. Bahan-bahan: 
- Dinamit 
- Detonator 

c. Langkah-langkah pelaksanaan: 
- Pengeboran dengan drilling machine ke dalam deposit batu sampai ke kedalaman tertentu
(sesuai) perhitungan jenis dan kepadatan batu serta jumlah yang diperlukan perblasting, 
- Pemasangan dinamit, persiapan blasting lainnya serta pengamanan daerah sekeliling 
- Peledakan 
- Pengumpulan dan penyortiran hasil ledakan dengan escavator 
- Pemecahan batu dengan giant breaker untuk mendapatkan jumlah batu ukuran kecil yang
lebih banyak. 
- Pengangkutan hasil sortiran batu
- Prosedur a-f dilakukan berulang hingga produksi memenuhi kebutuhan. 
- Pelaksana harus membuat / memelihara jalan sementara/angkutan material quarry ke lokasi
pekerjaan

5.3.2 PENGANGKUTAN BATU BELAH DAN TETRAPOD 

Pengangkutan batu dan tetrapod meliputi beberapa kegiatan yaitu: 

1. Pengangkatan dari stockpile ke atas truck 


2. Pengangkutan 
3. Penurunan muatan Pengangkatan batu belah ke atas truck dilakukan dengan
menggunakan wheel loader secara massal, sedangkan pengangkatan
tetrapod menggunakan mobile crane secara individual.

26
Truck yang digunakan mengangkut batu belah adalah dump truck, sedangkan untuk tetrapod
menggunakan truck tanpa dinding atau trailer. Dengan demikian cara penempatannya pun
berbeda. 

5.3.3 PEMASANGAN MATRAS GEOTEXTILE


 
Pemasangan matras geotextile harus memperhatikan musim
gelombang. Tingkat kesulitan pemasangan tergantung besamya gelombang yang ada. Illustra
si pemasangan geotextile di laut diperlihatkan pada Gambar 3.2. 
a. Bahan 
- Lembaran geotextile 
- Tali nilon 

b. Peralatan 
- Ponton 
- Kapal (tug boat) 

c. Cara pelaksanaan 
- Lembaran geotextile berukuran 6x50 m dipersiapkan di atas ponton yang sudah pada posisi
pemasangan. Pada kcempat sudutnya telah dipasang tali untuk penarikan.  
- Dua kapal/perahu menarik masing-masing sudut pada satu ujung lembaran. 
- Setelah terkembang, selanjutnya diturunkan dan di atasnya diisi batu pengisi sehingga
lembaran matras rapat ke dasar. 
- Demikian seterusnya dilakukan setiap lebar 6 m. Overlap antar lembaran diambil berkisar
50 cm.

Pemasangan seterusnya Ke arah laut

Gambar 3.2 Cara Pemasangan Matras Geotextile

27
5.3.4 PENEMPATAN BATU PENGISI INTI) 25 KG

Batu pengisi yang berukuran 10-50 kg adalah lapisan atau bagian breakwater yang
paling dalam (bagian inti-core), terletak di atas
matras geotextile. Penempatan batu pengisi meliputi penumpukan batu, penggusuran,
perataan hingga terbentuk penampang trapesiun sebagaimana ditunjukkan dalam gambar.
Penempatan batu pengisi dilakukan lapis perlapis hingga mencapai elevasi dan ukuran
rencana. 
a. Bahan 
- Batu belah berukuran 10-50 kg 

b. Peralatan 
- Loader 
- Backhoe

c. Cara Pelaksanaan 
- Penghamparan batu pengisi dilakukan lapis perlapis 
- Batu yang ditumpahkan oleh dump truck, digusur dan diratakan permukaannya dengan
bulldozer pada posisi yang tepat sesuai gambar, di atas matras yang sudah terpasang. 
- Urutan-urutan dan cara penempatan bam pengisi diillustrasikan dalam Gambar 3.3.

Pemasangan seterusnya Ke arah laut

Gambar 3.3. Penempatan batu pengisi 10-50 kg lapis I.

28
5.3.5 PEMASANGAN FILTER GEOTEXTILE 

Lapisan filter atau saringan geotextile dipasang di antara lapisan batu inti (pengisi)
dengan batu transisi untuk mencegah mengalimya pasir menyeberang breakwater.
Pemasangan filter pasir ini juga mengikuti tahapan penempatan batu pengisi, batu filter dan
kubus beton.

a. Bahan 
- Lembaran geotextile 
- Tali nilon 

b. Peralatan 
- Kapal (tug boat) 
- Besi jangkar 
- Eksavator 

c. Cara pelaksanaan 
- Gulungan geotextile bcrukuran 6x50 m dipersiapkan di permukaan batu pengisi lapis 1 yang
sudah pada posisi pemasangan. Pada keempat sudutnya telah dipasang tali untuk penarikan. 
- Sepanjang tertentu sesuai panjang pemasangan tahap-1 ditarik oleh 2 kapal/ perahu pada
kedua sudutnya. 
- Setelah terkembang, selanjutnya ditekan turun ke dasar merapat pada lereng batu pengisi
dan di atasnya diisi batu transisi sehingga lembaran matras rapat ke dasar. 
- Demikian setenisnya dilakukan setiap lebar 6 m. Overlap antar lembaran diambil berkisar
50 cm.
 - Cara pemasangan filter geotextile diperlihatkan pada Gambar 3.4.

Pemasangan seterusnya Ke arah laut

Gambar 3.4. Penempatan batu pengisi 10-50 kg lapis I.

29
5.3.6 PENEMPATAN BATU FILTER 120 Kg

Batu filter yang berukuran 120 Kg adalah lapisan atau bagian breakwater
yang terletak antara lapisan inti (core) dengan lapis lindung (tetrapod). Penempatan batu
transisi meliputi penumpukan batu, penempatan dengan escavator, perataan permukaan pada
posisi dan ukuran sebagaimana ditunjukkan dalam gambar. 

a. Bahan 
- Batu belah berukuran 120 kg 
b. Peralatan
 
- Loader 
- Backhoe
 
c. Cara Pelaksanaan 
- Penghamparan batu pengisi dilakukan lapis perlapis
- Batu yang ditumpahkan oleh dump truck, didorong ke samping dengan loader dan atau
diangkat dan ditempatkan oleh backhoe ke posisi yang tepat sesuai gambar, di atas batu
pengisi yang sudah terpasang. 
- Urutan-urutan dan cara penempatan batu transisi diillustrasikan dalam Gambar 3.5

Gambar 3.5. Cara penempatan batu transisi.

5.3.7 PEMASANGAN TETRAPOD 

Tetrapod dengan berat 1.8 ton adalah lapis lindung atau lapisan paling luar


yang berhadapan langsung dengan hantaman gelombang. Tetrapod terletak di atas lapisan
batu filter. Penempatan tetrapod meliputi penyediaan tetrapod di lokasi dan sebaiknya
tidak dibongkar dari truck/trailer, pengangkatan dan penempatan dengan crane 15 ton atau 50
ton, penyetelan dan perapihan permukaan pada posisi dan ukuran sebagaimana ditunjukkan
dalam gambar. 

a. Bahan 
- Tetrapod dengan berat 1.8 ton. 

b. Peralatan 
- Tailer/truck open 

30
- Crane 50 atau 15 ton 

c. Cara Pelaksanaan 
- Pemasangan tetrapod dilakukan secara bertahap mengikuti tahapan lapisan batu
sebelumnya 
- Tetrapod diangkat dengan crane dari atas truck lalu dipasang pada posisi yang ditunjukkan
Pelaksana Ahli dengan posisi yang stabil. 

♦ Urutan-urutan dan cara penempatan kubus diillustrasikan dalam Gambar

Gambar 3.6. Cara pemasangan lapis lindung tetrapod tahap pertama.

5.4 PENGERUKAN 

5.4.1 PENGERUKAN PASIR DENGAN EKSAVATOR 

Pemilihan cara pengerukan ditentukan oleh jenis material, waktu dan


volume. pekerjaan. Jenis material pasir berkerikil, alokasi waktu 3 bulan atau sekitar 100 hari
dan volume pengerukan berkisar 147.000 m3. Berdasarkan data tersebut maka tipe alat keruk
yang cocok adalah cutter suction dredger ukuran dengan kapasitas 500 m3/jam. 

a. Peralatan 
- Eksavator 
- Ponton 
- Tongkang 

b. Cara Pelaksanaan 
- Eksavator dan ponton berfungsi untuk mengeruk material pasir 
- Hasil kerukan langsung diletakkan ke dalam tongkang 
- Setelah kapasitas tongkang terisi penuh tongkang digerakkan menuju darat untuk dilakukan
pemindahan material hasil pengerukan. 
- Pengerukan dilakukan secara frontal dari baik dari sisi muara maupun dari sisi hulu sungai.

5.4.2 PENGANGKUTAN PASIR HASIL KERUKAN 

31
Material hasil kerukan adalah pasir bercampur kerikil dan dapat menjadi
bahan timbunan yang baik. Oleh karena itu material tersebut akan ditumpuk di lokasi dalam
kawasan pelabuhan untuk kelak dapat digunakan. Lokasi yang digunakan untuk penimbunan,
adalah di areal sebelah Barat muara sungai Ketahun yang berarti jarak angkutan berkisar <
500 m. 

a. Peralatan 
- Wheel loader 
- Dump truck 

b. Cara Pelaksanaan 
- Material diangkat dengan wheel loader ke atas truck 
- Material diangkut dan ditumpahkan dilokasi yang ditunjuk dengan dump truck. 

5.4.3 PERATAAN MATERIAL HASIL KERUKAN

Sebahagian pasir hasil kerukan yang ditumpuk di atas Kali


Dilem selanjutnya diratakan hingga elevasi yang direncanakan. 

a. Peralatan 
- Bulldozer 

b. Cara Pelaksanaan 
- Tumpukan pasir di lokasi digusur dan diratakan oleh bulldozer lapis perlapis setebal 50 cm 

5.5 PEMBANGUNAN DERMAGA 

5.5.1 PEMBUATAN DAN PEMASANGAN BUIS BETON 

Buis beton dicetak dilokasi pekerjaan dengan mutu beton K-225 dan diberi tulangan
14Ø8 dan sengkang Ø8-20. Pemasangan buis beton disusun
secara vertikal dimulai dari kedalaman -2.50 sampai dengan +2.50 dari LWS dengan 50 cm
ditanam dalam tanah. Buis beton diisi dengan beton cyclop K-175 ditambah batu belah 40%
dan pada bagian tengah diberi kolom praktis (15x15) cm. posisi dan ukuran sebagaimana
ditunjukkan dalam gambar.

a. Bahan 
- Beton Mutu K-225, K-175 
- Tulangan 
- Batu Belah 

b. Peralatan 
- Alat pengangkat 
- Peralatan pengecoran 

32
c. Cara Pelaksanaan 
- Pemasangan buis beton dilakukan secara bertahap mulai bagian paling bawah yaitu ditanam
didalam tanah (-2.50 dari LWS) diteruskan hingga ketinggian 5 m (+2.50 dari LWS) 
- Buis beton diberi kolom praktis dan diisi dengan beton cyclop. 
- Buis beton ditutup dengan plet beton bertulang dengan tebal 20 cm.

5.5.2 PEMASANGAN BOLLARD (BITT)
  
Jenis bollard (bitt) atau alat penambat kapal adalah bolder tipe Bitt yang dibuat
oleh pabrik. 

a. Bahan 
- Bollard tipe BIT 25 + baut angkur 

b. Peralatan 
- Alat pengangkat 
- Templete baut 
- Peralatan tukang besi 

c. Cara Pelaksanaan 
- Angkur baut dipasang pada saat pengecoran, agar baut tepat sesuai ukuran maka diperlukan
template baut dengan plat baja. 
- Bollard di pasang pada angkur 

5.5.3 PEMASANGAN TANGGA BESI


 
Tangga dari bahan pipa besi galvanis 2” Adapun cara pemasangannya adalah:

 a . Bahan 
-  Pipa Besi Galvanis 2”
 - Plat baja tebal 4 mm.
- Kawat las
 - Baut angkur (dyna bolt) 

b. Peralatan 
- Peralatan tukang las 
- Alat bantu pemasangan 

Cara Pelaksanaan 
- Besi dipotong dan dilas sesuai gambar rencana. 
- Plat dudukan dilas pada pipa tangga bagian vertikal.
- Baut (dyna bolt) dengan bor dipasang pada sisi samping dermaga. 
- Tangga yang sudah jadi dipasang pada angkur baut. 

33
5.6 PEKERJAAN JALAN
 
5.6.1 PRODUKSI ASPAL BETON

  Produksi/pelaksanaan campuran harus menurut spesifikasi berikut: 


1. Perbandingan bahan campuran harus sesuai dengan campuran rencana. 
2. Pencampuran harus dilaksanakan sebaik-baiknya sampai bahan tercampur baik dan
merata. 
3. Temperatur campuran sebagai berikut: 
- Agregat dipanaskan maksimum 175° C. 
- Aspal keras (Penetrasi 60) dipanaskan pada temperatur 150°C - 170°C atau sesuai hasil test
viskositas pada 70 cst. 
- Temperatur agregat tidak boieh lebih dari 15°C di atas temperatur aspal semen. 
- Temperatur campuran aspal beton yang keluar dan Pugmill, tidak boleh lebih dari 165°C. 

5.6.2 PENGANGKUTAN 

Pengangkutan dilakukan dengan dump truck yang baknya terbuat dari metal,


rapat, bersih dan telah dlsemprot dengan air sabun, solar, minyak perafin atau larutan kapur
untuk mencegah melekatnya aspal pada bak dump truck. Selama pengangkutan, campuran
harus ditutup dengan terpal, untuk melindungi dari pengaruh cuaca dan menjaga penuainan
temperatur yang terlalu cepat.

5.6.3 PEMADATAN

 Cara Pemadatan: 
- Pada jalan lurus, pemadatan dimulai dari tepi perkerasan, sejajar dengan sumbu jalan
menuju ketengah. 
- Pada tikungan, pemadatan dimulai dari bagian yang rendah sejajar sumbu jalan menuju
kebagian yang tinggi. 
- Pada bagian tanjakan dan turunan harus dimulai dari bagian yang rendah sejajar sumbu
jalan menuju bagian yang tinggi. 
- Untuk mencegah pelekatan campuran pada mesin gilas, maka roda mesin gilas  perlu
dibasahi dengan air. 
- Roda penggerak mesin gilas pada lintasan pertama ditempatkan dimuka. 
 
Pekerjaan pemadatan dihentikan jika kepadatan telah mencapai 97%
dari kepadatan laboratorium. Penghamparan dan pemadatan harus diusahakan sedemikian
rupa sehingga tidak tertalu banyak terjadi sambungan-sambungan. Bila sambungan harus
diadakan, hendaknya dlperhatikan agar dlcapai pelekatan yang sempuma pada
seluruh tebalnya. Dalam menempatkan campuran baru terhadap lapisan yang telah digilas
hendaknya diusahakan bahwa bidang kontak harus vertikal (dengan cara lapisan
lama dipotong tegak lurus) dan perlu dibehkan pada bidang vertikal
terse but lapis pengikat (tack coat) untuk menambah pelekatan pada sambungan. Laplsan
aspal beton bam boleh dlgunakan untuk lalu lintas dengan Kecepatan rendah, setelah selesai
pemadatan akhir dan temperatur sudah dibawah titlk lembek aspal, atau setelah lebih kurang

34
2 jam. Lapisan aspal beton baru boleh dlgunakan untuk lalu lintas secara bebas minimum
setelah 4 jam dan pemadatan akhir.

35
5.2 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Tanggul

5.2.1 Persiapan
a. Pembersihan dan pembuatan jalan masuk
Sebelum pekerjaan dimulai lapangan kerja harus dibersihkan dari
berbagai tanaman. Pada pekerjaan timbunan untuk tanggul, tanah
bahan timbunan harus bersih dari humus dan di kupas setebal
minimum 20 cm.
b. Uitzet, pemasangan profil dan bouwplank
Pada pekerjaan ini harus disediakan alat ukur yang diperlukan
c. Barak kerja dan gudang
Digunakan untuk menyimpan material atau bahan bangunan yang
perlu dilindungi dari cuaca.

5.2.2 Galian Saluran

Keseluruhan penampang sungai Sragi Lama memiliki bentuk dan ukuran


yang tidak sesuai dengan kapasitas yang diperlukan. Sehingga perlu ada
penggalian yang disesuaikan dengan gambar rencana yaitu berbentuk
trapesium dengan lebar dasar bervariasi : 13 dan 20 m dengan kedalaman ±
5,0 m. Material hasil galian dibuang ke disposal area yang sudah
ditentukan dan material yang memenuhi syarat (kadar lumpur <5%)
digunakan sebagai timbunan tanggul.

1. Material yang digunakan


Papan dan kayu untuk bouwplank
2. Peralatan yang digunakan
a. Peralatan Ukur (theodholit, waterpass dan bak ukur). Untuk
menentukan as dan lebar saluran serta elevasi dasar saluran serta
elevasi dasar saluran.

36
b. Back hoe (excavator) untuk menggali tanah saluran sekaligus memuat ke atas
dump truck.
c. Dump truck untuk mengangkut tanah galian ke disposal area.
d. Bulldozer untuk meratakan tanah di disposal area dan dilokasi tanggul.
e. Tongkang untuk mengapungkan back hoe diatas air.

3. Urutan Pelaksanaan
a. Pemasangan bouwplank untuk menentukan as dan elevasi dasar saluran.
b. Penggalian tanah menggunakan alat back hoe (excavator).
c. Pengangkutan (hauling) dengan menggunakan dump truck.
d. Penyebaran (perataan) dengan menggunakan Bulldozer di lokasi Disposal Area dan
lokasi tanggul.

4. Metode Pelaksanaan
a. Penggalian dengan menggunakan back hoe dimulai dari sebelah hulu (S59).
Untuk lebar saluran rencana 13 meter, posisi back hoe baerada pada tanggul kiri
dan kanan sungai Sragi Lama.

BACKHOE
BACKHOE

Gambar 5.2,1 Pekerjaan Galian Untuk B= 13 m

37
Untuk lebar saluran rencana 20 meter, posisi backhoe di dasar saluran dan
sebelah tanggul kanan sungai Sragi Lama.

BACKHOE

Gambar 5.2.2 Pekerjaan Galian Untuk B= 20 m

Bagian hilir pada kondisi dimana kedalaman air cukup dalam, dapat
dioperasikan tongkang dengan back hoe diatasnya

Gambar 5.2.3 Pekerjaan Galian pada muara

b. Pengangkutan tanah hasil galian dengan menggunakan Dump truck untuk dibuang
ke lokasi Disposal Area.

D is p o s a l
Area

Gambar 5.2.4 Pengangkutan Tanah dengan Dukp Truck

c. Tanah galian yang memenuhi syarat digunakan sebagai timbunan tanggul,


sedangkan tanah yang tidak memenuhi syarat di buang ke disposal area kemudian
diratakan dengan buldozer dan dipadatkan dengan vibrator roller.

152

38
Disposal
Area
Gambar 5.2.5 Perataan Tanah Dengan Bulldozer

5.2.3 Timbunan Tanggul

Hampir sebagian besar penampang sungai Sragi Lama rencana memerlukan tanggul.
Tanggul direncanakan berbentuk trapesium dengan lebar puncak : 3,0 m dengan ketinggian
bervariasi. Di dasar timbunan tanggul dipasang bambu-bambu horisontal, lembar sasak
bambu dan bambu tegak (ø 10 cm).

1. Material yang diperlukan


a. Papan dan Kayu untuk bouwplank
b. Bambu dan sasak bambu
c. Material Urugan

2. Peralatan yang diperlukan


a. Peralatan ukur (theodholit dan waterpass).
b. Back hoe /loader untuk mengambil material urugan
c. Dump truck untuk mengangkut material urugan.
d. Bulldozer untuk menebar (spreading) material dan meratakan.
e. Vibrator Roller untuk memadatkan timbunan tanggul.

3. Urutan Pelaksanaan
a. Pemasangan bouwplank
b. Pemasangan batang bambu dan sasak bambu secara manual dengan tenaga manusia
(man power), untuk bambu vertikal menggunakan martil dan kaki tiga.
c. Pengambilan material urugan dari Borrow Area menggunakan Back hoe.
d. Pengangkutan material urugan dari Borrow area ke lokasi tanggul dengan
menggunakan Dump truck.
e. Penyeberan dan perataan material urugan dengan menggunakan Bulldozer.
f. Pemadatan timbunan tanggul dengan menggunakan vibrator Roller.
g. Penimbunan dilakukan lapis demi lapis.

4. Metode Pelaksanaan
a. Material urugan mulai disebarkan dengan bantuan alat bulldozer.

39
Gambar 5.2.6 Perataan Tanah Dengan Bulldozer

b. Setelah disebarkan dan diratakan maka diikuti dengan pemadatan lapis demi lapis
dengan menggunakan Vibrator Roller

Gambar 5.2.7 Pemadatan Tanah Dengan Vibrator Roller

c. Elevasi tanggul dikontrol dengan alat ukur waterpass dan kepadatan dilakukan uji
kepadatan di lapangan dan laboratorium.

5.2.4 Pekerjaan Perkuatan Lereng


Pekerjaan perkuatan lereng dilakukan pada titik-titik yang telah direncanakan dengan
menggunakan spesi 1 Pc : 3 Ps. Perkuatan lereng tersebut didilatasi dengan jarak tiap 25 m
untuk mencegah keruntuhan. Diantara celah dilatasi diberi aspalt sand sheet agar perkuatan
lereng kedap air. Terakhir dilakukan pekerjaan gebalan rumput pada tanggul untuk menjaga
stabilitas tanggul. Gebalan rumput tersebut dipasang berselang seling dan diberi patok agar
stabil.

40
41

Anda mungkin juga menyukai