menyangkut apa yang lazim disebut dengan istilah hubungan industrial. Pemeliharaan
hubungan industrial dalam rangka keseluruhan proses manajemen sumber daya manusia
berkisar pada pemikiran bahwa hubungan yang serasi dan harmonis antara manajemen
dengan para pekerja yang terdapat dalam organisasimutlak perlu ditumbuhkan, dijaga
serasi dan harmonis akan merugikan banyak pihak dan tidak terabatas pada pihak
Hubungan industrial dalam artian umum, yaitu hubungan formal yang terdapat
anatara kelompok manajemen dan kelompok pekerja yang terdapat dalam suatu
organisasi. Istilah yang biasa digunakan dengan makna yang sama adalah “hubungan
kerja”. Banyak pihak yang berkepentingan dalam keberhasilan suatu organisasi untuk
yang dipimpinnya, akan tetapi juga kepentingan yang lebih luas, termasuk
baik yang bersifat meteril, maupun yang bersifat mental, psikologis, sosial dan
wahana yang amat penting dalam mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai
manusia.
3. Para pemilik modal dan pemegang saham yang telah menanamkan sebagian
hartanya dalam organisasi dengan harapan bahwa modal yang ditanam itu secara
4. Kelompok tertentu di masyarakat yang menjadi konsumen barang atau jasa yang
yang dihasilkan oleh organisasi dan yang mengharapkan bahwa penyediaan barang
dan jasa tersebut tidak mengalami ganguan yang apabila terjadi akan mempengaruhi
5. Para pemasok bahan baku atau bahan penolong yang diperlukan oleh organisasi
untuk menghasilkan barang atau jasa melalui rekanan itu berusaha memenuhi
tanggung jawab untuk meningkatkan mutu hidup dari seluruh warganya. Oleh
karena itu tidak dapat disangkal bahwa pemerintah, dengan seluruh jajarannya, juga
seluruh masyarakat yang disertai oleh rasa keadilan dan solidaritas sosial.
terjamin, suasana kerja menjadi semakin menggairahkan semangat kerja sama, sehingga
organisasi akan lebih mampu mencapai tujuannya dan pemuasan berbagai kebutuhan
umumnya adalah petani yang melakukan kegiatannya dengan teknik dan metode yang
relatif sama dengan teknik dan metode bertani yang sudah berlangsung turun-temurun.
Sejarah telah mencatat bahwa timbulnya revolusi industri telah membawa dua
1. Perubahan dalam produksi barang dan jasa yang beralih dari tangan perseorang
ke tangan perusahaan;
karena sebelum revolusi industri, baik dibidang pertanian maupun industri seseorang
berlangsung setelah revolusi industri mempunyai tiga jenis akbat langsung pada
organisasi.
2. Adalah diluar kemampuan seseorang pekerja untuk memiliki dan
diganti, baik oleh tenaga kerja yang lain maupun oleh mesin.
Perubahan yang pertama berkibat pada adanya keharusan dan tuntutan hidup
seorang menjadi penerima dan bukan menjadi pemberi perintah. Perubahan yang ketiga
karena orang lain atau mesin dengan mudah dapat “mengambil alih” peranan yang
dimainkannya. Harus ditegaskan bahwa manusia dalam hubungan ini ditinjau dari segi
kharkat dan martabat manusia, pandangan demikian adalah pandangan yang kurang
tepat.
Perubahan penting yang kedua sebagai salah satu akibat timbulnya revolusi
industri ialah lahirnya sistem pengelolaan perekonomian yang dinamik, mobile dan
impersonal. Perubahan itulah yang kemudian melahirkan sistem kapitalisme dan teori
kekuatan pasar. Sebelum lahirnya revolusi indutri, sistem kehidupan masyarakat diliputi
oleh suasana solidaritas sosial yang tinggi. Setiap orang mempunyai tugas yang harus
mengubah filsafat sosial yang demikian. Begitu besarnya pengaruh dari perubahan
filsafat itu sehingga timbul pendapat mengatakan bahwa dalam sistem kapitalisme
terjadilah penghisapan sekelompok manusia dalam hal ini para pemilik modal terhadap
manusia lainnya, yaitu para pekerja yang bukan pemilik modal. Bahlan, sesungguhnya
kenyataan yang timbul ketidak serasian hubungan kerja antara majikan dan para
pekerja.
Salah satu akibat lahirnya revolusi industri ialah pesatnya pertumbuhan kota-
kota besar. Dengan perkataan lain, urbanisasi timbul bersamaan dengan industrialisasi.
Banyak orang yang tadinya tinggal di daerah pedesaan dan bekerja pada bidang
pertanian pindah ke kota besar dan mencari nafkah sebagao pekerja. Dalam hal ini
beroperasinya berbagai pabrik selalu selalu merupakan sumber keresahan bagi para
pekerja karena memang pada masa itu itu terdapat berbagai macam keadaan yang tidak
menguntungkan para pekerja seperti upah yang sangat rendah, jam kerja yang panjang,
kondisi kerja yang tidak manusiawi, yang kesemuanya turut berpengaruh terhadap sikap
Sejarah telah mecatat bahwa kondisi seperti digambarkan di atas yang tidak
menggembirakan itulah yang dihadapi oleh para pekerja, yang pada gilirannya
menimbulkan reaksi. Salah satu bentuk reaksi itu ialah tumbuhnya serikat-serikat
pekerja yang dilandasai oleh kesadaran bahwa apabila para pekerja berjuang sendiri-
sendiri, mereka akan berada dalam posisi yang lemah. Sebaiknya apabila para pekerja
berjuang bersama, para pemilik modal dan perusahaan terpaksa memberikan tanggapan
sebab apabila tidak, para karyawan tidak akan melakukan tugasnya yang tentunya
berakibat pada disrupsi pada proses produksi yang pada gilirannya akan mendatangkan
Jelaslah bahwa ada beberapa alasan yang bersifat ekonomi, psikologi dan
1. Hasrat untuk diakui dalam arti bahwa dalam organisasi serikat pekerja ia
2. Melalui serikat pekerja, mereka mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
3. Melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh serikat pekerja, para karyawan
Terlihat dengan jelas bahwa serikat pekerja sejak mulanya sudah perperan,
antara lain sebagai juru bicara para karyawan dalam memperjuangkan kepentingannya
tujuan organisasi yang dipimpinnya dengan efisien dan efektif, akan tetapi juga
kewajiban terhadap para pekerja dan bahkan juga terhadap masyarakat luas. Dengan
Sering terdapat persepsi yang tidak tepat mengenai hubungan industrial antara
para pekerja dengan manajemen, seolah-olah kepentingan para pekerja dan kepentingan
manajemen berada pada posisi yang bertentangan secara diametrikal dan oleh karenanya
kepentingan manajemen, justru harus dilihat sebagai kepentingan yang saling berkaitn
konflik antara majikan dan para pekerja yang bagaimanapun, harus dapat diselesaikan
dengan baik. Dalam dunia usaha, negosiasi yang terjadi antara manajemen dan para
pekerjanya harus dilandasi oleh persepsi yang sama dan kedua belah pihak harus
bertekad dan mempunyai itikad baik untuk menumbuhkan dan memelihara hubungan
industrial yang serasi. Memang merupakan hal yang wajar apabila dalam suatu
negosiasi antara majikan dan para pekerjanya, masing-masing pihak berusaha untuk
itu tidak akan tercapai penyelesaian yang menguntungkan, paling sedikit harus
diusahakan agar hubungan antara manajemen dan para pekerja tidak semakin
memburuk.
menjalankan roda organisasi. Hak-hak prerogatif itu mencakup antara lain kebebasan
Di lain pihak, para pekerja sering berpendapat bahwa salah satu peranan
terpenting dari serikat pekerja adalah justru turut campur tangan dalam proses
Dalam suatu organisasi, ada dua jenis keputusan untuk mana diperlukan
1. Serangkaian keputusan yang menjadi hak prerogatif salah satu pihak untuk
mengambilnya, dalam hal ini manajemen atau pekerja, tanpa campur tangan
pihak lain.
kecenderungan bagi serikat pekerja tersebut untuk mengajukan semakin banyak hal
yang mereka pandang merupakan hal-hal yang harus diputuskan bersama. Di lain pihak,
manajemen ingin memegang teguh pendirian bahwa terdapat serangkaian hak dan
lingkup hak dan wewenang manajemen untuk memutuskan tanpa mengikut sertakan
f. Pola distribusi.
g. Bahan yang akan diolah, kecuali ada kaitannya dengan kesehatan dan
keselamatan kerja.
k. Uraian tugas para karyawan untuk berbagai tingkat dan golongan pangkat serta
jabatan.
o. Tata cara pemeliharaan displin kerja dan pengenaan sanksi jika terjadi
pelanggaran.
Jika terdapat perbedaan antara manajemen dan pekerja mengenai berbagai hal
di atas, harus diusahakan agar penyelesaiannya dilakukan melalui dialog, agar berhasil
harus bertitik tolak dari itikad baik kedua belah pihak. Dalam dialog seperti itu,
keberhasilan akan lebih mungkin dicapai apabila kedua belah pihak berusaha melihat
permasalahan dari sudut pandang pihak lain. Manajemen harus berusaha menempatkan
diri dalam melihat permasalahan tersebut pada posisi pekerja dan demikian pula
sebaliknya. Dengan sikap yang demikian, dapat dicegah timbulnya konflik dan
b. Kesediaan kedua belah pihak untuk menempatkan diri pada posisi pihak lain
Dengan perkataan lain, negoisasi antara manajemen dan serikat pekerja hanya
akan mendatangkan hasil yang menguntungkan kedua belah pihak apabila semangat
give and take terdapat pada meja perundingan. Sesungguhnya semangat give and take
itulah yang merupakan landasan yang kokoh bagi bertumbuh dan terpeliharanya
hubungan industrial yang serasi. Pentingnya sikap demikianterlihat jelas lagi apabila
diingat bahwa dengan sikap seperti itu saja masalah dalam hubungan industrial akan
tetap timbul, apalagi tanpa sikap demikian. Jelaslah bahwa hubungan industrial dalam
suatu organanisasi akan cenderung tegang apabila masing-masing pihak secara kaku
konfrontasi.
a. Tahap konflik
Jika sifat hubungan kerja antara pekerja dan manajemen berada pada tahap ini,
apa yang biasanya terjadi ialah bahwa manajemen berusaha sedapat mungkin untuk
mencegah masuknya para pekerja menjadi anggota serikat pekerja. Dalam hal demikian,
yang dicari-cari atau memasukkan dalam daftar hitam. Siapa saja diantara para pekerja
yang menunjukkan minat memasuki sesuatu organisasi serikat pekerja. Tegasnya, pada
tahap ini manajemen menolak kehadiran serikat pekerja dalam organisasi yang
bersangkutan. Hal ini tentunya menimbulkan suasana konflik. Dalam tahap ini
manajemen menolak untuk berhubungan dengan para wakil serikat pekerja yang datang
kepadanya.
Pada tahap ini manajemen membiarkan dan mengakui adanya serikat pekerja
dalam organisasi yang dipimpinnya, meskipun sebenarnya disertai oleh sikap terpaksa.
Manajemen memang mau berhubungan dengan para wakil serikat pekerja untuk
akan tetapi tidak dengan sikap yang ikhlas. Seandainya ada pilihan lain, manajemen
akan tetap memilih untuk tidak berhubungan dengan serikat pekerja dalam
menyelesaikan pertikaian yang timbul. Pada tahap ini, terdapat tiga pola tindakan
1. Apabila tidak mendapat tekanan kuat, misalnya dari pemerintah atau pihak lain,
dalam organisasi.
karyawan.
memelihara hubungan industrial yang serasi. Dikatakan demikian karena pada tahap ini,
hubungan kerja antara manajemen dengan pekerja. Hanya saja manajemen menyadari
bahwa kehadiran serikat pekerja dalam organisasi sudah merupakan kenyataan hidup
industrial dan oleh karenanya tidak lagi berusaha menghalangi serikat pekerja tersebut.
Dengan tekanan yang tidak terlalu kuatpun, manajemen bersedia mengakui bahwa
keberadaan serikat pekerja dalam organisasi mempunyai arti yang bernilai pula bagi
manajemen. Dengan persepsi demikian pada tahap ini akan terlihat bahwa manajemen
akan berusaha agar serikat pekerja berada pada posisi yang lemah dan defensif.
haknya secara gigih. Dalam situasi keras demikian, tidak mustahil bahwa manajemen
akan berusaha mencari tenaga kerja sementara untuk menggantikan tenaga kerja yang
ada, tetapi tidak produktif. Pada tahap inipun serikat pekerjapun akan mengambil
kepentingan dan tuntutan para pekerja, seperti penyediaan dana untuk menjamin
d. Tahap akomodasi
serikat pekerja untuk memperkuat kedudukannya di kalangan pekerja. Akan tetapi pada
tahap ini manajemen pada umumnya menyadari bahwa serikat pekerja dapat
memainkan peranan yang positif dalam kehidupan organisasional para pekerja seperti
dalam rangka penegakan disiplin dan dalam mengarahkan perilaku para karyawan
sedemikian rupa sehingga terjalin hubungan kerja yang baik antara para pekerja dengan
manajemen. Salah satu manifestasi dari hubungan yang akomodatif ialah dalam
mengambil keputusan yang menyangkut kepentingan para karyawan, seperti dalam hal
penilaian prestasi kerja, tolok ukur prestasi kerja itu dibicarakan terlebih dahulu dengan
pimpinan serikat pekerja dan bahkan dalam berbagai kesempatan dan peristiwa akan
memuji peranan konstruktif yang dimainkan oleh serikat pekerja yang memungkinkan
organisasi mencapai berbagai keberhasilan yang diraihnya. Sudah barang tentu perilaku
manajemen yang demikian akan lebih menjamin kehadiran serikat pekerja dalam
organisasi yang pada gilirannya akan memudahkan serikat pekerja itu memberikan
pertikaian yang mungkin terjadi, proses negoisasi dilakukan atas dasar sikap saling
menghormati, saling memperlakukan pihak lain secara dewasa dan tidak melakukan
e. Tahap kerjasama
Tahap kerja sama merupakan tahap yang paling maju dan paling ideal dalam
hubungan industrial. Pada tahapan ini, serikat pekerja turut serta aktif dalam
berbagai keberhasilan.
2. Para karyawan berada pada posisi yang memungkinkan mereka mengamati dan
kelemahan dalam proses produksi itu serta dapat pula memberikan saran-saran
Sudah barang tentu hubungan industrial yang didasarkan pada semangat kerja
tidak terbatas hanya pada memberikan saran-saran tentang cara-cara kerja yang lebih
efisien, efektif, dan produktif. Dalam hal terjadinya perbedaan pendapat mengenai
musyawarah.
Arbritrasi
organisasi dapat mencapai tahap kerjasama yang seperti telah disinggung dimuka,
merupakan tahap yang paling maju dan kondisi yang paling ideal dalam pemeliharaan
hubungan industrial. Dalam hal tidak mungkin tercapai penyelesaian yang memuaskan
dalam perselisihan atau pertikaian perburuhan, masih ada jalan lain yang dapat dan bisa
Jika hubungan industrial dipandang sebagai salah satu cara yang dapat
dapat diselesaiakan dengan baik, sedapat mungkin antara pihak-pihak yang berselisih
atau bersengketa tanpa melibatkan pihak ketiga. Akan tetapi apabila memang diras
bahwa kedua belah pihak tudak sanggup menyelesaikan sendiri, arbitrsi dapat dan harus
Telah umum dimaklumi bahwa yang dimaksud dengan arbitrasi adalah dengar
pendapat dan penentuan sesuatu hal yang dipermasalahkan oleh keduabelah pihak yang
bertentangn oleh seorang atau beberapa orang yang dipilih oleh kedua belah pihak untuk
bersifat sukarela dalam arti bahwa kedua belah pihak yang bersengketa sepaham dan
sepakat untuk meminta bantuan arbitrotor, kecuali arbitrasi itu diharuskan oleh
pemerintah. Dalam hal demikian keputusan arbitrtor menjadi bersifat mengikat dan
pertikaian dan tidak hanya terbatas pada pertikaian antara pekerja dengan manajemen,
utama, yaitu perdagangan, hubungan antar negara, dan hubungan industrial. Tentunya
perselisihan atau pertikaian para pekerja dengan manajemen. Faktor yang menjadi
b. Jam kerja
c. Syarat-syarat kerja
hubungan kerja yang serasi dan mencegah timbulnya situasi yang mengakibatkan salah
satu pihak menempuh cara-cara tertentu yang pada akhirnya merugikan kedua belah
pihak, seperti pemogokan kerja atau penutupan perusahaan oleh manajemen di lain
pihak. Dapat dikatakan bahwa arbitrasi dalam penyelesaian perselisihan atau pertikaian
perburuhan merupakan fenomena yang timbul abad ini. Pada mulanya, mekanisme
arbitrasi digunakan untuk mengakhiri pemogokan kerja yang tidak jarang disertai oleh
bentrokan fisik antara pihak-pihak yang membela kepentingan para pekerja dengan
yang timbul dalam hubungan industrial adalah tahap konflik, tidak mengherankan
apabila bentrokan fisik seperti itu terjadi. Juga tidak mengherankan apabila para
legislator pada waktu itu perhatiannya kepada perumusan dan penetapan berbagai
demikian dapat dipahami apabila diingat bahwa antara pekerja da manajemen terdapat
persepsi berbeda tenatng hakikat pemogokan sebagai alat yang digunakan oleh para
dilihat dari berbagai sudut pandang, seperti pandangan politik, ekonomi dan ketertiban
masyarakat. Berbagai sudut pandang itu dapat dibenarkan antara lain karena
tergantungnya kehidupan industrial mempunyai dampak terhadap berbagai segia
industrial dalam negara yang bersangkutan dan cara-cara penyelesaian dalam hal
perburuhan sangat penting artinya untuk dijadikan pegangan, baik oleh para pekerja dan
undangan dalam bidang ini juga memudahkan pelaksanaan tugas pemerintah dalam
mengawasi jalannya hubungan industrial, suatu hal yang dimasyarakat manapun mutlak
pertikaian perburuhan yang salang menguntungkan pada umumnya diterima baik oleh
para pekerja maupun oleh manajemen. Penerimaan demikian terbukti antara lain dari