Anda di halaman 1dari 3

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

B. PEMBAHASAN

Manusia merupakan salah satu faktor yang memiliki peran penting dalam sebuah industri. Saat ini masih
banyak industri yang melibatkan tenaga kerja manusia secara langsung dalam prosesnya, terutama
industri kecil dan menengah (IKM). Hal ini dikarenakan sebagian besar alat yang digunakan bersifat
manual yang membutuhkan manusia dalam pengoperasiannya. Analisis postur kerja penting dilakukan
karena postur kerja yang salah dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kelelahan pada pekerja yang
dapat berdampak pada musculoskeletal disorder (MSDs). Hal ini akan menurunkan kualitas,
produktivitas serta menimbulkan masalah kesehatan. Tujuan analisis postur adalah untuk mengetahui
seberapa besar risiko penyakit yang ditimbulkan akibat pekerjaan yang dilakukan. Hasil tersebut
dijadikan acuan untuk memberikan rekomendasi perbaikan postur kerja maupun lingkungan kerja
(Ramadhan dan Baroroh, 2017). Stasiun kerja yang ergonomis harus bisa fleksibel yang dapat
mengakomodasi seluruh postur tubuh pekerja pada tersebut (Sugiono,dkk, 2018).

Metode yang dapat digunakan untuk menganalisis postur kerja antara lain metode OWAS. OWAS
merupakan metode analisis sikap kerja yang mendefinisikan pergerakan bagian tubuh punggung, lengan,
kaki, dan beban berat yang diangkat. Masing-masing anggota tubuh tersebut diklasifikasikan menjadi
sikap kerja (Astuti dan Suhardi via Nur, dkk, 2016). OWAS tampaknya menjadi metode penilaian
ergonomis yang paling relevan karena paling sering digunakan dalam praktek. Ini menguntungkan
karena OWAS menilai semua bagian tubuh yang relevan dengan MSDs (Brandl, dkk, 2017 via Hellig, dkk,
2018).

Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) telah dikembangkan oleh Dr Lynn McAtamney dan
Profesor E. Nigel Corlett, ahli ergonomi dari University of Notingham di Inggris. RULA adalah metode
penilaian postural untuk memperkirakan risiko gangguan ekstremitas atas yang terkait dengan
pekerjaan, penilaian RULA memberikan penilaian risiko postural yang cepat dan sistematis bagi pekerja.
Analisis dapat dilakukan sebelum dan sesudah intervensi untuk menunjukkan bahwa intervensi telah
berhasil menurunkan risiko cedera (Stack,dkk , 2016).

Berikut ini merupakan langkah-langkah penilaian postur tubuh dengan metode RULA (Torik,2015):
A. Penilaian Postur Tubuh Grup A

Postur tubuh grup A terdiri atas lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran
pergelangan tangan.

a. Lengan Atas

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan atas menurut posisi batang tubuh pada
saat melakukan aktivitas kerja.

b. Lengan Bawah

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk lengan bawah menurut posisi batang tubuh pada
saat melakukan aktivitas kerja.

c. Pergelangan Tangan

Penilaiannya dilakukan terhadap sudut yang dibentuk pergelangan tangan menurut posisi lengan bawah
pada saat melakukan aktivitas kerja.

d. Putaran Pergelangan Tangan

Untuk putaran pergelangan tangan postur netral diberi skor :

1 = Posisi tengah dari putaran

2 = Pada atau dekat dari putaran

Nilai dari postur tubuh lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan dan putaran pergelangan tangan
dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup A untuk diperoleh skor.

e. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup A, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan
skor aktivitas.

f. Penambahan Skor Beban

Skor hasil penambahan dengan skor aktivitas ditambahkan dengan skor beban.

B. Penilaian Postur Tubuh Grup B

Postur tubuh grup B terdiri atas leher, batang tubuh dan kaki.

a. Leher (Neck)

Penilaiannya dilakukan terhadap posisi leher pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator harus
melakukan kegiatan ekstensi atau fleksi dengan sudut tertentu.
b. Batang Tubuh (Trunk)

Penilaiannya terhadap sudut yang dibentuk tulang belakang tubuh saat melakukan aktivitas kerja
dengan kemiringan yang sudah diklasifikasikan.

c. Kaki (Legs)

Penilaiannya dilakukan terhadap posisi kaki pada saat melakukan aktivitas kerja apakah operator bekerja
dengan posisi normal/seimbang atau bertumpu pada satu kaki lurus. Nilai dari skor postur tubuh leher,
batang tubuh dan kaki dimasukkan ke dalam tabel postur tubuh grup B untuk diperoleh skor.

d. Penambahan Skor Aktivitas

Setelah diperoleh hasil skor untuk postur tubuh grup B, maka hasil skor tersebut ditambahkan dengan
skor aktivitas.

e. Penambahan Skor Beban

Skor hasil penambahan dengan skor aktivitas ditambahkan dengan skor beban.

Untuk memperoleh skor akhir, skor yang diperoleh untuk postur tubuh grup A dan grup B
dikombinasikan ke tabel. Hasil skor akhir tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori level
resiko.

Stasiun kerja 1 yaitu memanen singkong dapat dianalisis dengan 2 metode panilaian postur tubuh yaitu
metode OWAS dan metode RULA.

Pada analisis OWAS pada elemen kerja 1 yaitu mencabut singkong diperoleh hasil 222101 kemudian
dengan penyesuaian waktu % of working time nya sebesar 40% dengan asumsi pekerjaan tersebut
dikerjakan selama 3 jam dari total working time stasiun kerja tersebut selama 8 jam, maka diperoleh
hasil akhirnya 211101. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa elemen kerja tersebut masuk dalam
kategori sikap kerja 2 yaitu pekerjaan agak berat yang berarti pada sikap ini blablabla. Sedangkan pada
analisis RULA diperoleh skor akhirnya 6, sehingga elemen kerja 1 termasuk dalam kategori level risiko
sedang dimana diperlukan tindakan dalam waktu dekat karena postur yang dilakukan berisiko

Anda mungkin juga menyukai