Bab 2
Bab 2
TINJAUAN TEORI
A. TeoriKonsep Psikososial
1. Konsep Psikososial
Erikson (1963) dalam buku Sunaryo (2014) mengembangkan teori
psikososial sebagai pengembangan teori psikoanalisis dari Freud. Di dalam
teori psikososial disebutkan bahwa tahap perkembangan individu selama
siklus hidupnya, dibentuk oleh pengaruh sosial yang berinteraksi dengan
individu yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Inti dari teori
Erikson (1902), yaitu :
a. Perkembangan emosional sejajar dengan pertumbuhan fisik.
b. Adanya interaksi antara pertumbuhan fisik dan perkembangan psikologis.
c. Adanya keteraturan yang sama antara antara pertumbuhan fisik dan
perkembangan psikologis.
d. Dalam menuju kedewasaan, perkembangan psikologis, biologis, dan
sosial akan menyatu
e. Pada setiap saat anak adalah gabungan dari organisme, ego, dan mahluk
sosial.
f. Perkembangan manusia dari sejak lahir hingga akhir hayatnya dibagi
dalam 8 fase, dengan tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan
pada setiap fase.
2. Konsep Diri
4
menurut pendapat lain, konsep diri adalah cara individu dalam melihat
pribadinya secara utuh menyangkut fisik, emosi, intelektual, sosial, dan
spiritual (Sunaryo, 2013).
5
meningkat seiring waktu dan mereka akan menjadi orang lain yang berarti
bagi orang lain.
Praktik budaya dan sosialisasi juga sangat memengaruhi konsep diri dan
pengembangan kepribadian.
b. Persepsi Diri
Persepsi seseorang tentang realitas dipilih dan didasarkan pada
pengalaman konsisten dengan pandangan seseorang saat ini terhadap diri.
Cara seseorang berprilaku adalah hasil dari bagaimana seseorang
mempersepsikan situasi. Bukan peristiwa itu sendiri yang memunculkan
respon tertentu melainkan pengalaman subjektif individu terhadap
peristiwa itu.
Kebutuhan, nilai-nilai, dan keyakinan seseorang sangat
memengaruhi persepsi. Orang lebih cenderung untuk memahami apa yang
berarti dan sesuai dengan kebutuhan dan nilai-nilai pribadinya saat ini.
Demikian pula orang-orang berperilaku dengan cara yang konsisten
dengan apa yang mereka yakini benar. Dalam hal ini faktanya bukanlah
apa yang benar tetapi apa yang dipercayai seseorang benar.
Seseorang dengan konsep diri yang lemah atau negatif yang tidak
yakin pada dirinya cenderung mengalami persepsi yang sempit dan
menyimpang. Tingkat ansietas seseorang akan meningkat dengan cepat
dan akan sibuk membela diri, karena merasa terancam. Sebaliknya
seseorang dengan konsep diri yang kuat atau positif dapat menjelajahi
dunia secara terbuka dan jujur karena dia memiliki latar belakang
pendukung penerimaan dan keberhasilan.
Konsep diri positif dihasilkan dari pengalaman positif yang
mengarah kekompetensi yang dirasakan dan diterima oleh orang lain yang
berbeda dari diri sendiri. Konsep diri negatif berhubungan dengan
penyesuaian pribadi dan sosial yang buruk.
Gambar 1 menggambarkan rentang respon konsep diri dari keadaan
yang paling adaptif yaitu aktualisasi diri sampai pada respons yang paling
mal adaptif yaitu depersonalisasi.
6
Respon Adaptif Respon Maladaptif
1) Respon adaptif adalah respon yang dihadapi klien, bila klien menghadapi
suatu masalah dapat menyelesaikannya secara baik, antara lain :
a) Aktualisasi diri adalah pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat
diterima.
b) Konsep diri positif adalah apabila individu mempunyai pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi dan menyadari hal positif dan negatif
dalam dirinya.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri
positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(1) Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap
kemampuan subjektif untuk mengatasi persoalan-persoalan
objektif yang dihadapi.
(2) Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia
dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan.
Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan
7
bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan
individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.
(3) Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian,
atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan
dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.
(4) Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan
proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap
kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(1) Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima
kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
(2) Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan
terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala
tindakannya perlu mendapat penghargaan.
(3) Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subjektif
bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan
negatif.
(4) Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara
berlebihan terhadap orang lain.
(5) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan
orang-orang lain.
2) Respon mal-adaptif adalah respon individu dalam menghadapi masalah
dimana individu tidak mampu memecahkan masalah tersebut. Respon
mal-adaptif gangguan konsep diri adalah :
a) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya
negatif dan merasa lebih rendah dari orang lain.
b) Kerancuan identitas adalah kegagalan individu mengintegrasikan
aspek-aspek identitas masa kanak-kanak kedalam kematangan. Aspek
psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
8
c) Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik dan asing
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
c. Citra Tubuh
Konsep tubuh seseorang merupakan pusat konsep diri. Tubuh
adalah bagian yang paling terlihat dari diri. Sikap seseorang terhadap
tubuhnya dapat mencerminkan aspek-aspek penting dari identitas. Citra
tubuh adalah perasaan seseorang bahwa tubuhnya besar atau kecil,
menarik atau tidak menarik, lemah atau kuat juga mengungkapkan sesuatu
tentang konsep diri seseorang. Citra tubuh adalah jumlah dari sikap sadar
dan bawah sadar seseorang terhadap tubuh sendiri.citra tubuh terus
berubah saat persepsi dan pengalaman baru terjadi dalam kehidupan. Citra
tubuh, penampilan dan konsep diri yang positif berkaitan satu sama lain.
Seseorang merasa lebih aman dan bebas dari ansietas apabila ia menerima
dan menyukai tubuhnya sendiri. Seseorang yang menerima tubuhnya lebih
mungkin memiliki harga diri yang tinggi daripada orang yang tidak suka
tubuhnya.
d. Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi seseorang tentang bagaimana berperilaku
berdasarkan standar pribadi tertentu. Standar ini mungkin menggambarkan
tipe seseorang yang diingikan atau aspirasi, tujuan, atau nilai-nilai yang
ingin dicapai. Ideal diri menimbulkan harapan diri berdasarkan norma-
norma masyarakat, yang dicobanya untuk menyesuaikan diri.
Pembentukan ideal diri dimulai pada masa anak-anak dan
dipengaruhi oleh orang yang berarti, yang meminta atau berharap pada
anak. Sejalan dengan waktu anak menginternalisasi harapan tersebut, dan
membentuk dasar dasar ideal diri anak. Pada usia tua, tambahan
penyesuaian harus dibuat yang mencerminkan berkurangnya kekuatan
fisik dan perubahan peran serta tanggung jawab. Berbagai faktor
memengaruhi ideal diri :
9
1) Tujuan yang ditetapkan dalam rentang yang ditentukan oleh
kemampuan pribadi
2) Faktor budaya, dengan membandingkan standar diri dengan
standar teman sebaya
3) Ambisi atau keinginan untuk sukses
4) Kebutuhan bersikap realistis
5) Perasaan cemas dan rendah diri
6) Keinginan menghindari kegagalan
Fungsi sehat seseorang memiliki kesesuaian antara persepsi diri
dan ideal diri; yaitu melihat dirinya mirip dengan idolanya. Ideal diri
penting dalam menjaga kesehatan dan keseimbangan jiwa. Ideal diri harus
tidak terlalu tinggi dan menuntut atau tidak jelas dan samar, namun harus
cukup tinggi dan cukup jelas untuk memberikan dukungan terus-menerus
terhadap harga diri seseorang.
e. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian penilaian harga diri diri pribadi
seseorang berdasarkan seberapa baik perilakunya cocok dengan ideal diri.
Seberapa sering seseorang mencapai tujuan secara langsung memengaruhi
perasaan kompeten (harga diri tinggi) atau rendah diri (harga diri rendah).
Harga diri tinggi adalah perasaan penerimaan diri, tanpa syarat,
meskipun salah,kalah dan gagal, sebagai pembawaan yang berharga dan
penting. Harga diri melibatkan penerimaan tanggung jawab penuh untuk
kehidupan sendiri. Harga diri berasal dari dua sumber yaitu dari diri
sendiri dan orang lain. Harga diri adalah fungsi pertama dari dicintai dan
mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Harga diri akan turun ketika
cinta hilang dan ketika seseorang gagal menerima pengakuan dari orang
lain dan meningkat ketika cinta diterima kembali dan ketika seseorang
bertepuk tangan serta memuji.
Asal-usul harga diri dimulai pada masa kanak-kanak dan
didasarkan oleh penerimaan, kehanggatan, keterlibatan, konsistensi,pujian,
10
dan rasa hormat. Empat cara terbaik untuk mempromosikan harga diri
anak adalah :
1) Memberikan kesempatan untuk sukses
2) Menanamkan ideal
3) Mendorong aspirasi
4) Membantu membangun pertahanan terhadap serangan pada
persepsi diri.
Pendekatan ini akan memberikan perasaan berarti atau
keberhasilan pada anak karena diakui dan diterima oleh orang lain;
perasaan kompeten, atau mampu mengatasi kehidupan secara efektif; dan
perasaan kuat, atau mengendalikan atas nasibnya sendiri. Harga diri
meningkat seiring usia dan paling terancam selama masa remaja, ketika
konsep diri sedang berubah dan banyak keputusan diri yang dilakukan.
Remaja juga harus memutuskan apakah mereka dapat
berpartisipasi atau diterima dalam berbagai kegiatan sosial. Konsep diri
orang dewasa lebih stabil, dan kedewasaan memberikan gambaran lebih
jelas tentang diri.
Dalam kehidupan selanjutnya masalah harga diri muncul kembali
karena tantangan baru yang ditimbulkan oleh pensiun, kehilangan orang
yang dicintai, dan gangguan fisik. Dampak penuaan pada konsep diri juga
dipengaruhi oleh status sebagai orang lanjut usia. Menjadi tua dalam
masyarakat yang menghargai remaja sering menyebabkan status yang
rendah dan sikap merugikan terhadap orang lanjut usia.
Harga diri yang tinggi telah dikaitkan dengan ansietas yang rendah,
fungsi kelompok yang efektif, dan penerimaan, toleransi dari orang lain.
f. Penampilan Peran
Peran adalah sekumpulan pola perilaku yang diharapkan secara
sosial berhubungan dengan fungsi seseorang dalam kelompok sosial yang
berbeda. Perilaku peran berkaitan erat dengan konsep diri dan identitas,
dan gangguan peran yang sering melibatkan konflik antara fungsi
depennden dan independen. Harga diri tinggin dihasilakan dari peran yang
11
memenuhi kebutuhan dan sesuai dengan ideal diri seseorang. Faktor-faktor
yang memengaruhi penyesuaian seseorang untuk berperan meliputi berikut
ini :
1) Pengetahuan tentang harapan peran yang spesifik
2) Respon konsisten dari orang lain, yang berarti untuk peran
seseorang
3) Kecocokan dan keseimbangan berbagai peran
4) Kesesuaian norma-norma, budaya dan harapan sendiri untuk
perilaku peran
5) Pemisahan situasi yang akan menyebabkan peran perilaku yang
tidak sesuai.
Peran gender memengaruhi kinerja dalam peran lainnya. Peran
gender sangat berarti dalam peran keluarga dan sering menjadi penyebab
konflik peran.
g. Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran diri yang didasarkan pada observasi dan
penilaian diri. Hal ini tidak terkait dengan satu prestasi, aktivitas,
karakteristik, atau peran. Identitas berbeda dari konsep diri yaitu perasaan
berbeda dari orang lain. Orang dengan rasa identitas yang kuat merasa
menyatu dan tidak menyebar. Ketika seseorang bertindak sesuai dengan
konsep diri, rasa identitas diperkuat. Ketika seseorang bertindak dengan
cara yang bertentangan dengan konsep diri menghasilkan ansietas dan
ketakutan. Orang dengan rasa identitas positif melihat dirinya sebagai
individu yang unik dan berharga.
12
diri semakin berkembang pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola
konsep diri umum. Pada saat itu semakin banyak peneliti yang menyadari
betapa pentingnya mempelajari konsep diri karena konsep diri sangat
mempengaruhi perilaku individu. Dalam permasalahan seperti penggunaan
alkohol, permasalahan keluarga, penyalahgunaan obat-obatan, masalah
akademis dan lain sebagainya, sangat dipengaruhi oleh konsep diri seseorang.
Sehingga banyak para peneliti mengembangkan suatu cara bagaimana agar
dapat menguatkan konsep diri untuk menjadi lebih baik (Purkey, 1988).
Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat
umum atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo,
2006). Konsep diri umum merupakan generalisasi pemahaman konsep diri
tanpa melihat deskripsi spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini
mengandung artibahwa konsep diri umum merupakan pemahaman seorang
individu terhadap diri mereka secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang
lebih spesifik dari diri mereka (Puspasari, 2007).
Perkembangan konsep diri selanjutnya lebih mengarah pada konsep
diri yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah
multidimensional. Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri
individu yang melihat ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri
individu, sehingga bisa mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai
sudut pandang yang beragam dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada
satu penjelasan mengenai konsep diri unidimensional, maka pada konsep diri
multidimensional dapat melihat diri seseorang dari berbagai konteks, seperti
konsep diri spiritual, konsep diri sosial, konsep diri terhadap lingkungan dan
lain sebagainya (James, dalam Metivier,2009).
Pada seperempat abad terakhir, penelitian mengenai konsep diri
semakin meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan para peneliti untuk
mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pengembangan konsep diri yang banyak dilakukan adalah dengan
menggunakan pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh &
Craven, 2008). Marsh & Parker (dalam Metivier, 2009) mengatakan
bahwasanya pola pengukuran konsep diri yang bersifat multidimensional
13
memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pola unidimensional.
Dalam konsep diri yang bersifat multidimensional kita dapat melihat
karakteristik individu dari berbagai macam konteks pada diri individu, dapat
memprediksi perilaku seseorang, dapat membantu menyelesaikan
permasalahan pada individu, dan dapat mengembangkan integrasi antar
konstruk daripada konsep diri yang bersifat unidimensional.
Teori perkembangan psikososial Erikson (1963) menunjukan
kegunaanya dalam memahami tugas utama yang dihadapi individu pada
berbagai tahapan perkembangan. Setiap tahapan membangun tugas untuk
tahapan sebelumnya. Keberhasilan menyelesaikan setiap tahap akan
membentuk konsep diri yang kuat.
14
b) Meningkatkan kepercayaan diri dengan menguasai ketrampilan
baru (seperti membaca, matematika, olahraga, dan musik).
c) Mengenali kekuatan dan kelemahan diri.
5) Identitas (identity) versus kebingungan identitas (identity
confusion) (12-20 tahun)
a) Menerima perubahan / pematangan tubuh.
b) Menilai perilaku, nilai-nilai, dan kepercayaan ; menentukan
tujuan untuk masa depan.
c) Perasaan positif tentang perkembangan perasaan diri.
6) Keintiman (intimacy) versus Isolasi (isolation) (Pertengahan 20-
pertengahan 40)
a) Memiliki perasaan yang stabil dan positif tentang diri.
b) Mengalami keberhasilan perubahan peran dan meningkatkan
tanggung jawab.
7) Generativitas (generativity) versus Stagnasi (stagnation)
(Pertengahan 40 – Pertengahan 60)
a) Dapat menerima perubahan dalam penampilan dan daya tahan
fisik.
b) Menetapkan tujuan hidup.
c) Menunjukan kesenangan sesuai usia.
8) Integritas (integrity) versus keptusasaan (Akhir 60 -
Meninggal)
a) Perasaan positif tentang kehidupan dan arti kehidupan.
b) Tertarik untuk mempersiapkan warisan untuk generasi
berikutnya.
b. Konsep diri selalu berubah dan berdasarkan pada hal-hal berikut ini :
1) Perasaan mampu melakukan sesuatu.
2) Reaksi penerimaan seseorang terhadap tubuhnya.
3) Persepsi dan interpretasi berkelanjutan dari pemikiran dan perasaan
seseorang.
4) Hubungan personal dan profesional.
15
5) Akademi dan identitas yang berkaitan dengan perkerjaan.
6) Karakteristik personal yang mempengaruhi harapan diri.
7) Persepsi terhadap kejadian yang berdampak pada dirinya.
8) Menguasai pengalaman baru dan sebelumnya.
9) Etnik, ras, dan identitas spiritual.
16
2) Terbentuknya masa remaja melalu proses identifikasi terhadap
orang tua, guru, dan teman.
3) Dipengaruhi oleh orang-orang yang dipandang penting dalam
memberi tuntunan dan harapan.
4) Mewujudkan cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma
keluarga dan sosial.
Dalan menetapkan ideal diri hendaknya tidak terlalu tinggi, masih
tinggi dari kemampuan individu, dan masih dapat dicapai.
17
individu disibukan oleh berbagai macam peran yang terkait dengan
posisinya pada setiap saat, selama ia masih hidup. Misalnya peran
sebagai anak, istri, suami, ayah, mahasiswa, perawat, dokter, bidan,
dan ketua RT/RW.
Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang
diduduki individu lain, misalnya ada individu ingin menjadi ketua
BEM, namun belum ada pergantian ketua BEM yang lama.
Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang
kabur, sesuai perilaku yang diharapkan. Misalnya, individu ditetapkan
sebagai ketua panitia, tetapi tidak disertai uraian tugas apa yang ia
harus lakukan atau kerjakan.
Peran yang tidak sesuai, terjadi apabila individu dalam proses
peralihan mengubah nilai dan sikap. Misalnya seseorang yang masuk
anggota organisasi profesi keperawatan, terdapat konflik antara sikap
dan nilai individu dengan profesi.
Peran berlebih, terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran
dalam kehidupannya. Misalnya, sebagai istri, sebagai perawat, sebagai
mahasiswa, sebagai ketua PKK, dan sebagai ibu dari anak-anaknya.
e. Identitas diri (self identity)
Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari
pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri
dan menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal-hal penting yang terkait
dengan identitas diri yaitu :
1) Berkembang sejak masa kanak-kanak, bersamaan dengan
berkembangnya konsep diri
2) Individu yang memiliki perasaan identitas diri kuat akan
memandang dirinya tidak sama dengan orang lain, unik, dan
tidak ada duanya.
3) Identitas jenis kelamin dimulai dengan konsep laki-laki dan
perempuan serta banyak dipengaruhi oleh pandangan maupun
masyarakat.
4) Identitas jenis kelamin berkembang secara bertahap sejak bayi.
18
5) Kemampuan timbul dari perasaan beharga, menghargai diri
sendiri, kemampuan, dan penguasaan diri.
6) Individu yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
19
Konfik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran, ada 3
jenis dasar konflik peran yaitu :
1) Konflik interpersonal
Ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan berlawanan atau
tidak cocok secara individu dalam peran tertentu. Misalnya teman
dari seorang wanita dan ibunya mungkin mempunyai perbedaan
yang besar bagaimana ia harus merawat anak-anaknya.
2) Konflik antar-peran
Terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu
peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan.
Misalnya, seorang pria bekerja 10 sampai 12 jam sehari mungkin
akan mempunyai masalah jika istrinya mengharapkan dirinya
untuk berada dirumah bersama keluarga.
3) Konflik peran personal
Terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu.
Misalnya, seorang perawat yang menghargai penyelamatan hidup
mengalami konflik ketika dihadapkan pada merawat klien yang
memilih untuk menolak terapi pendukung hidup.
20
b. Identitas diri : status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap statusnya.
c. Peran diri : peran yang diemban dalam keluarga atau kelompok
maupun masyarakat, serta kemampuan klien dalam melaksanakan
tugas.
d. Ideal diri : harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran,
serta harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah,
tempat kerja, masyarakat)
e. Harga diri : hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan
kondisi citra diri, identitas diri, ideal diri, peran diri, serta
penilaian/penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
Selain itu beberapa hal yang dapat dikaji pada konsep diri meliputi :
a. Faktor predisposisi :
1) Faktor yang mempengaruhi harga diri.
2) Ideal diri yang tidak realistis
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi penampilan kerja : peran
gender dan peran kerja
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi identitas personal.
b. faktor presipitasi meliputi :
1) trauma emosi
2) ketegangan peran
3) transisi perkembangan
4) transisi perkembangan sakit
5) stresor biologis
6) penilaian terhadap stresor
c. Mekanisme koping meliputi :
1) Pertahanan jangka pendek
a) Memberikan pelarian sementara dari krisis identitas.
b) Memberikan identitas pengganti sementara
c) Sementara memperkuat atau meningkatkan rasa membaur
dengan diri
21
d) Mewakili upaya jangka pendek untuk membuat identitas
diri.
2) Pertahanan jangka panjang
3) Mekanisme pertahanan ego
2. Diagnosa
Data pengkajian membutuhkan interpretasi yang cermat oleh
perawat. Klien dengan batasan karakteristik untuk gangguan konsep diri
mungkin menunjukan diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan
defisiensi identitas, citra tubuh, harga diri, atau kinerja peran. Peristiwa
yang mempunyai dampak pada diri menimbulkan stressor cukup besar
atau jika stressor ditimbulkan pada klien dalam periode yang cukup lama,
maka klien akan menjadi simptomatis.
Pengkajian harus menunjukan adanya batasan karakteristik dan
perilaku klien yang mengarah pada diagnosa keperawatan. Perawat harus
cermat untuk membuat diagnosa yang akurat berdasarkan data pengkajian.
Misalnya pertimbangan klien dengan diagnosa penyakit paru kronis.
Perawat mungkin dengan cepat berasumsi bahwa klien mempunyai citra
tubuh yang buruk sebagai akibat kehilangan fungsi tubuh. Namun
demikian, informasi ini saja tidak akan membentuk diagnosa keperawatan
yang konklusif. Diagnosanya dapat meliputi :
a. Gangguan konsep diri : gambaran diri b.d perubahan
fisik/kehilangan bagian tubuh.
b. Gangguan konsep diri : harga diri b.d harapan diri yang tidak
realistis.
c. Gangguan konsep diri : identitas diri b.d harapan orang tua yang
tidak realistis
d. Gangguan konsep diri : peran diri b.d menerima peran dan
pekerjaan baru dimasyarakat.
22
a. Gangguan citra tubuh
b. Kesiapan meningkatkan konsep diri
c. Harga diri rendah (kronis, situasional, risiko situasional)
d. Ketidak efektifan performa peran
e. Gangguan identitas pribadi.
f. Ketegangan peran pemberi layanan
23
Melaporkan perasaan yang menggambarkan gangguan pandangan
tubuh seseorang ( missal : penampilan, struktur, fungsi )
Melaporkan persepsi yang mereflesikan gangguan pandangan tubuh
seseorang pada tampilan
Trauma terhadap bagian tubuh yang tidak berfungsi
Menyembunyikan atau membuka secara berlebihan bagian tubuh tanpa
sengaja.
INTERVENSI NIC
Bimbingan antisipasi : Mempersiapkan pasien terhadap krisis
perkembangan atau krisis situasional.
Peningkatan citra tubuh : Meningkatkan presepsi sadar dan tak sadar
pasien serta sikap terhadap tubuh pasien
24
Peningkatan Perkembangan Remaja : Memfasilitasi pertumbuhan fisik,
kognitif, sosial, dan emosional individu selama masa transisi dari masa
kanak kanak ke masa dewasa
Peningkatan Perkembangan anak : Memfasilitasi atau memberi
penyuluhan orang tua pengasuh untuk memfasilitasi pertumbuhan
motorik kasar, motorik halus, bahasa, kognitif, sosial, dan emosional
anak usia prasekolah dan anak usia sekolah
Edukasi Orang Tua Remaja : Membantu orang tua untuk memahami
dan membantu anak anak remaja mereka
Edukasi Orang Tua : Childrearing Family : Membantu orang tua untuk
memahami dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan fisik,
psikologi, dan sosial anak balita, anak prasekolah, atau anak usia
sekolah atau anak
Peningkatan Harga diri : Membantu pasien untuk meningkatkan
penilaian personal tentang harga diri
Manajemen Pengabaian Unilateral : Melndungi dan menyatukan
kembali secara aman bagian tubuh yang terkena seraya membantu
pasien beradaptasi terhadap gangguan kemampuan mental.
25
Ketidakpastian tentang nilai budaya (misal : mempertanyakan
keyakinan, agama, moral)
Ketidakpastian tentang nilai ideologis (misal : mempertanyakan
keyakinan, agama, moral)
Hasil NOC
Distorsi kendali pikir : pembatasan diri terhadap gangguan persepsi,
proses pikir, dan isi pikir
Identitas : Membedakan antara diri sendiri dan orang lain serta
menggolongkan esensi individu
Identitas Seksual : Pengakuan dan penerimaan tentang identitas
seksual diri
Intervensi NIC
26
Manajemen Waham : Memberikan kenyamanan, keamanan, dan
orientasi realitas kepada pasien yang mengalami kepercayaan yang
salah dan kuat dan tidak atau hanya sedikit berdasar pada realitas
Manajemen Lingkungan : memanipulasi lingkungan pasien untuk
manfaat terapeuti, pertimbangan sensori, dan kesejahteraan psikologi
Manajemen Halusinasi : Meningkatkan keamanan, kenyamanan, dan
orientasi realitas pada pasien yang mengalami halusinasi
Peningkatan Kesadaran Diri : Membantu pasien untuk menggali dan
memahami isi pikir, perasaan , motivasi, dan perilakunya
Peningkatan Harga diri : Membantu pasien untuk memahami
penilaian personalnya terhadap harga diri
Penyuluhan Seksual : Membantu individu untuk memahami dimensi
fisik dan psikososial pertumbuhan dan perkembangan seksual
27
Adaptasi terhadap perubahan (atau masa transisi) yang
tidakadekuat
Dukungan eksternal yang tidak adekuat untuk menjalankan peran
Kesempatan untuk menjalankan peran yang tidak adekuat
Ketrampilan dan kompetensi peran yang tidak adekuat
Manajemen diri yang tidak adekuat
Harapan yang tidak sesuai dengan tahapan perkembangan
Koping tidak efektif
Performa peran tidak efektif
Pesimisme
28
Nyeri
Sosial
Konflik
Tingkat perkembangan , usia masih belia
Kekerasan rumah tangga
Ketidakadekuatan atau ketidaksesuaian hubungan dengan sistem
layannan keseshatan
Ketidakadekuatan sosialisasi peran (misal : model peran, harapan,dan
tanggung jawab peran)
Ketidakadekuatan sistem pendukung
Kurang penghargaan
Status sosioekonomi rendah
Stres
Usia yang masih belia
29
Merasa kurang dihargai orang lain
Gangguan jiwa
Kegagalan berulang
Penguatan negatif yang berulang
Kejadian atau situasi traumatis
Hasil NOC
Tingkat Depresi : keparahan alam perasaan melankolis dan hilang
minat dalam peristiwa hidup
Harga Diri : Penilaian diri tentang penghargaan terhadap diri
Intervensi NIC
Penumbuhan Harapan : Memfasilitasi perkembangan penampilan
positif pada situasi tertentu
Manajemen Alam Perasaan : Menciptakan keamanan, kestabilan,
pemulihan, dan pemeliharaan pasien yang mengalami disfungsi alam
perasaan baik depresi maupun peningkatan alam perasaan
Peningkatan Harga Diri : Membantu pasien meningkatkan penilaian
penghargaan terhadap diri.
30
Setelah menentukan diagnosa keperawatan, perawat, klien, dan
keluarganya harus merencanakan perawatan yang diarahkan pada
membantu klien meraih kembali atau mempertahankan konsep diri
yang sehat. Rencana perawatan didasarkan pada tujuan dan hasil yang
diperkirakan. Hasil akan memberikan ukuran untuk menentukan
apakah rencana perawatan pada akhirnya berhasil. Perawat harus
menentukan apakah hasil yang ditetapkan realistis, sesuai dengan
keadaan fisik dan psikososial klien saat ini.
Meningkatkan gambaran diri klien dengan cara :
a. Menciptakan hubungan saling percaya dengan cara mendorong
klien untuk membicarakan perasaan tentang dirinya.
b. Meningkatkan interaksi sosial dengan cara membantu pasien
untuk menerima pertolongan dari orang lain, mendorong pasien
untuk melakukan aktivitas sosial, menerima keadaan dirinya.
c. Bila terjadi kehilangan/perubahan fungsi tubuh berikan
pemahaman tentang arti kehilangan, mendorong klien untuk
bereaksi terhadap kehilangan dan menggali alternatif yang nyata
guna membantu mengatasi.
Meningkatkan harga diri klien dengan cara :
a. Membantu klien untuk mengurangi ketergantungan dengan
bersikap mendukung dan menerima.
b. Memberi kesadaran klien akan pentingnya keinginan atau
semangat hidup yang tinggi
c. Meingkatkan sensitifitas klien terhadap dirinya dengan cara
memberi perhatian, membangun harga diri dengan dengan
memberi umpan balik yang positif
d. Membantu klien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan
mendorong untuk mengungkapkan perasaan baik positif dan
negatif.
e. Memberi kesempatan untuk melakukan aktivitas sosial
Memperbaiki identitas diri klien dengan cara :
31
a. Mengenal diri sendiri sebagai bagian dari tubuh dan terpisah
dengan orang lain.
b. Mengakui seksualitasnya sendiri.
c. Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu kesatuan.
d. Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian di masyarakat.
e. Menyesuaikan antara peran yang diemban
f. Menyelaraskan antara budaya dan harapan terhadap perilaku
peran.
3. Pelaksanaan
Sama seperti semua tahap dalam proses keperawatan, menciptakan
lingkungan dan hubungan yang teraupetik dan mendukung penggalian
diri penting untuk mengintervensi klien yang mempunyai masalah
konsep diri, banyak variabel yang mempengaruhi pandangan klien
tentang diri bersifat pribadi dan personal. Perawat mengembangkan
tujuan dan kriteria hasil, kemudian mempertimbangkan intervensi
keperawatan untuk meningkatkan konsep diri yang sehat dan
membantu klien mencapai tujuan.
Tanpa memperhatikan bentuk tatanan layanan kesehatan, penting
bagi perawat untuk bekerja sama dengan klien, keluarga, atau orang-
orang terdekat guna menciptakan konsep diri yang sehat. Salah satu
intervensi keperawatan yang dapat digunakan yaitu: promosi
kesehatan, ini dapat membantu klien mengembangkan perilaku yang
mendukung konsep diri positif. Ukur tindakan yang mendukung
adaptasi terhadap stressor, seperti: gizi yang sesuai, istirahat dan tidur
yang cukup dan latihan teratur sesuai kemampuan klien.
4. Evaluasi
Evaluasi berkala terhadap kemajuan klien sangat diperlukan.
Terapkan pengetahuan tentang perilaku dan karakteristik konsep diri yang
sehat ketika meninjau ulang perilaku actual klien. Hasil yang diharapkan
pada klien dengan gangguan konsep diri meliputi perilaku non verbal yang
32
mengidentifikasi konsep diri yang positif, pernyataan tentang penerimaan
diri, menghargai diri, melakukan peran yang sesuai, mampu menunjukan
identitas diri.
Indikator kunci dari konsep diri klien adalah perilaku non verbal.
Sebagai contoh, seorang klien yang mengalami kesulitan dalam
melakukan kontak mata akan menunjukkan konsep diri yang lebih positif
saat melakukan kontak mata yang lebih sering selama pembicaraan.
33