Anda di halaman 1dari 27

ORIENTASI PENDIDIKAN ISLAM FORMAL

ORIENTASI MATERI PAI

OLEH

KHAERANI NASIR 18.1100.017

FATWAH DWI SUCI.B 18.1100.008

IRMASARI 18.1100.015

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

PAREPARE 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam

semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW

yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis mengucapkan syukur

kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehart fisik maupun

akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari

mata kuliah Orientasi Materi PAI dengan judul “Orientasi Pendidikan Islam Formal”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih

banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini

nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Penulis juga mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membimbing penulis dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Parepare, 28 September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL .............................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

I.1 Latar Belakang...................................................................................................1

I.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2

I.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3

2.1 Pengertian Orientasi Pendidikan Islam Formal.................................................3

2.2 Sistem Pendidikan Islam Formal.......................................................................7

2.3 Implementasi Pendidikan Islam Formal..........................................................19

BAB III PENUTUP...........................................................................................................22

3.1 Keimpulan .......................................................................................................22

3.2 Saran................................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................23

DAFTAR RUJUKAN .......................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Islam yang memiliki sifat universal dan kosmopolit dapat merambah

keranah kehidupan apapun, termasuk kedalam ranah pendidikan. Ketika Islam

dijadikan sebagai paradigm ilmu pendidika paling tidak berpijak pada tiga

alasan. Pertama, ilmu pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu

normatif, karena ia terkait oleh norma norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai

islam sangat berkompeten untuk di jadikan norma dalam ilmu pendidikan.

Kedua, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli selama ini cenderung

mengambil teori-teori dan falsafah pendidikan barat. Atas dasar itu, nilai-nilai

ideal Islam sangat memungkinkan untuk di jadikan acuan dalam mengkaji

phenomena kependidikan. Ketiga, dengan menjadikan Islam  sebagai paradigma,

maka keberadaan ilmu pendidikan memilih ruh yang dapat menggerakan

kehidupan spritural dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini bearti pendidikan

telah kehilangan ideologinya.

Maka islam sebagai paradigm ilmu pendidikan adalah suatu konstruksi

pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas ilmu pendidikan

sebagaimana islam memahaminya.

Islam sebagai paradigm ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi

system pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal.

1
Lembaga pendidikan islam formal yang berkembang di Indonesia di

antaranya yaitu : Raudhatul Athfal (RA) setingkat dengan TK, Madrasah

Diniyah Awalliyah (MDA), Madsarsah Ibtidaiyyah (MI), setingkat dengan SD,

Madrassa Tsanawiyah (MTs), setingkat dengan SMP, Madrasah Aliyah (MA)

setingkat dengan SMA, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Institut Agama

Islam Negri (IAIN) setingkat dengan Universitas.

Pendidikan keagamaan Islam merupakan sesuatu yang wajib diajarkan

pada semua jalur dan jenjang pendidikan. Pelaksanaan pendidikan keagamaan

Islam diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang

pendidikan agama dan pendidikan keagamaan. Peraturan Pemerintah ini

merupakan penjelasan lebih lanjut dari Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2.2 RUMUSAN MASALAH

2.2.1 Apa pengertian orientasi pendidikan Islam formal?

2.2.2 Bagaimana sistem pendidikan Islam formal?

2.2.3 Bagaimana implementasi pendidikan Islam formal?

2.3 TUJUAN MAKALAH

2.3.1 Untuk mengetahui orientasi pendidikan Islam formal.

2.3.2 Untuk mengetahui sistem pendidikan Islam formal.

2.3.3 Untuk mengetahui implementasi pendidikan Islam

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Orientasi merupakan

Peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dsb) atau pandangan yang

mendasari pikiran, perhatian atau kecenderungan. Atau dengan istilah lain

pemahaman kepada peserta, tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan

latihan yang sedang  diadakan.

Pendidikan merupakan latihan mental, moral, dan fisik (jasmaniah) yang

menghasilkan manusia berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas dan

kewajiban dan tanggung jawab dalam masyarakat selaku hamba Allah.

Pendidikan dapat diartikan menumbuhkan personalitas (kepribadian) serta

menanamkan rasa tanggung jawab.

Pendidikan Islam merupakan suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh


1
aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah Swt. Pendidikan Islam

merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda dengan

konsep pendidikan lain yang kajiannya lebih menfokuskan pada pemberdayaan

umat berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Artinya, kajian pendidikan islam bukan

sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam, tetapi juga terapannya dalam

1
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1966), H. 10-11.

3
ragam materi, institusi, budaya, nilai dan dampaknya terhadap pemberdayaan

umat.

Pendidikan Islam formal merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh

peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh

dalam lingkungan sekolah.

DIMENSI HISTORIS DAN FILOSOFIS PENDIDIKAN ISLAM DI

INDONESIA

Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam ke

Indonesia. Pada tahap awal pendidikan Islam dimulai dari kontak-kontak pribadi

maupun kolektif antara mubalig (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah

komunitas muslim terbentuk di suatu daerah tersebut tentu mereka membangun

tempat peribadatan dalam hal ini masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan

Islam yang pertama muncul di samping rumah tempat kediaman ulama atau

mubaligh. Setelah itu muncullah lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti

pesantren, dayah, ataupun surau. Nama- nama tersebut walaupun berbeda, tetapi

hakikatnya yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan.

Perbedaan nama itu adalah dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Perkataan

pesantren populer di masyarakat Jawa, Rangkang, Dayah di Aceh, dan Surau di

Sumatra Barat.

Inti dari materi pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu

keagamaan yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Kitab-

4
kitab klasik adalah menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya ilmu keagamaan

seseorang.

Sesuai dengan gencarnya pembaruan pemikiran Islam yang dicanangkan oleh

para pembaharu Muslim di berbagai negara-Mesir, India, Turki-sampai juga

gaung Pembaharuan itu ke indonesia. Salah satu aspeknya adalah munculnya

pembaruan pendidikan Islam.

Di awal abad kedua puluh muncullah ide-ide pembaruan pendidikan di

Indonesia, ide ini muncul disebabkan sudah mulai banyak orang yang tidak puas

dengan sistem pendidikan yang berlaku saat itu. Karena- nya ada beberapa sisi

yang perlu diperbaharui, yakni dan segi isi (materi), metode, sistem, dan

manajemen.

Dari segi isi (materi) yang disampaikan, sudah ada segi metode tidak lagi hanya

mempergunakan metode keinginan untuk memasukkan materi perngetahuanan

umum ke dalam isi pengajaran pada ketika itu, dan sorogan, hafalan watonan,

tetapi diinginkan adanya metode-metode baru yang sesuai dengan

perkembangan zaman. Dari segi sistem, perubahan dari sistem halaqah ke sistem

klasikal. Sedangkan tinjauan manajemen adalahe penerapan manajemen

pendidikan adalah penerapan manajemen sekolah.

Dari perjalanan historis tersebut terlihat adanya dinamika dalam dunia

pendidikan Islam di Indonesia. Ada tiga lembaga pendidikan yang telah muncul

sejak awal abad kedua puluh. Pertama pesantren, kedua sekolah, dan ketiga

madrasah. Pesantren telah mengalami dinamika hingga sekarang, sejak dari

5
pesantren tra- disional sampai kepada pesantren modern, sekolah sejak dari tidak

diajarkannya pelajaran agama di sekolah, pada zaman kolonial Belanda, sampai

dimasukkannya pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri dan swasta setelah

Indonesia merdeka. Madrasah yang pada mulanya penekannya dalam bidang

ilmu-ilmu agama dan hanya berkiprah di lingkungan Departemen Agama saja,

sampai kepada ditetapkannya madrasah sebagai sekolah yang berciri khas agama

Islam, yang kedudukannya sama dengan sekolah

Apa sebetulnya yang melatar belakangi timbulnya pembaruan tersebut? Ini tidak

lain disebabkan dua hal. Ada dua faktor daya dorong timbulnya dinamika

tersebut. Pertama, daya dorong dari ajaran Islam itu sendiri yang memotivasi

umatnya untuk melakukan Pembaruan (tajdid), dan juga kondisi umat Islam

Indonesia yang jauh tertinggal dalam bidang pendidikan. Kedua pengetahu daya

dorong yang muncul dari para pembaru-pemikiran Islam yang telah mendapat

masukan dan berbagai tokoh- tokoh pembaru seperti Jamaluddin al- Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha, dan lain-lain.

Ide dan inti dari pembaruan itu adalah berupaya meninggalkan pola dan

pemikiran lama yang tidak sesuai lagi dengan kemajuan zaman dan berupaya

meraih aspek-aspek yang menopang untuk menyesuaikan diri zaman.

Berdasarkan dua daya dorong itulah makanya mulai muncul ide untuk

memasukkan mata pelajaran umum ke lembaga-lembaga pendidikan Islam serta

mengubah metode pengajaran kepada metode yang lebih adaptif terhadap

perkembangan zaman.

6
Ditinjau dari segi inti dan hakikat pendidikan Islam itu sendiri, maka inovasi

terhadap pendidikan Islam itu adalah sesuatu yang sudah selayaknya, sebab inti

dan hakikat dari pendidikan Islam itu adalah bagaimana upaya membentuk

manusia muslim seutuhnya, dan memberdayakan seluruh potensi manusia. Ke

arah sanalah ditujukan pendidikan Islam itu, maka dengan demikian pembaruan

tetap digulirkan sepanjang belum tercapainya konsep pembentukan manusia

ideal menurut Islam

2.2 SISTEM PENDIDIKAN ISLAM FORMAL

2.2.1 Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan,

karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan

harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika

pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan

berakhir pada tercapainya tujuan akhir.2

Berbicara tentang tujuan pendidikan, erat kaitannya dengan tujuan hidup

manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan

manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu

maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan

sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. 3 Tujuan

pendidikan pendidikan Islam dibangun di atas landasan nilai etik-

2
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1993, H. 119.
3
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Huzna Zikra, 1995), H. 147.

7
normatif, yaitu Al-Qur’an dan hadis yang dikonsultasikan dengan realitas

atau masyarakat yang melingkupi.

Kedisiplinan menjadi syarat utama dalam pembetukan kepribadian

peserta didik. Untuk itu, penanaman nilai-nilai yang mendasar dalam

agama seperti Islam, iman, ihsan, takwa, ikhlas, tawakkal, syukur, dan

sabar harus disertai dengan pernghayatan yang sedalam-dalamnya

terhadap makna ibadah yang bersifat ritual. Dengan terwujudnya dimensi

ketuhanan dan kemanusiaan tersebut diharapkan dapat mencetak ulama-

ulama yang berkualitas. Ulama merupakan sumber pencerahan moral.

Sikap dan perilakunya harus menjadi teladan bagi masyarakat. Adapun

tugas ulama seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

       


       

104. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru

kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari

yang munkar merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran

(3): 104)

Menurut pandangan Islam, tujuan pendidikan Islam sangat diwarnai dan

dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh

nilai-nilai Al-Qur’an dan hadis seperti yang termaktub dalam rumusan,

yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah,

8
sekaligus mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.4 Dalam First World

Conference on Muslim education yang diadakan di Mekah pada tahun

1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan bahwa tujuan

pendidikan Islam, yaitu mencapai pertumbuhan kepribadian manusia

yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, perasaan

dan indra. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup pertumbuhan

manusia dengan segala aspeknya, yaitu fisik, mental, intelektual,

imajinasi, dan kemampuan berbahsa, baik secara individu maupun

kolektif. Selain itu, pendidikan juga mendorong semua aspek ini kearah

kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan Islam terletak

pada perilaku yang tunduk dengan sempurna kepada Allah, baik secara

pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.5

Dari rumusan Mekkah tersebut dapat ditarik dua asumsi. Pertama,

pendidikan islam menumbuhkan daya kreativitas, daya kritis, dan

inovatif sehngga potensi dasar yang dimiliki anak dapat tumbuh dengan

optimal. Kedua, pendidikan Islam merupakan proses bimbingan dan

pendampingan peserta didik dengan nilai-nilai ketuhanan dan

kemanusiaan, sehinggaa akan terbentuk generasi yang beriman sekaligus

berkemanusiaan. Maksud dari generasi berketuhanan, yaitu generasi

yang berpegang teguh dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya. Sementara

itu, berkemanusiaan yaitu suatu kemampuan adaptasi dengan lingkungan

4
Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’rif, 1980), H. 8.
5
Ibid. H. 57

9
sekitar. Dengan kata lain, tujuan pendidikan Islam menyangkut fungsi

manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

2.2.2 Pendidik (Guru)

Pendidik merupakan salah satu komponen manusiawi yang memiliki

peranan besar dalam membentuk sumber daya manusia, karena berperan

sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing yang mengarahkan

sekaligus menuntun siswa dalam belajar.6

Menurut ahli bahasa Belanda, J. E. C. Gericke dan T. Roorda, seperti

yang dikutip oleh Hadi Supeno, menerangkan bahwa guru berasal dari

bahasa Sansekerta yang artinya berat, besar, penting, baik sekali,

terhirmat, dan pengajar.7

Pendidik bertugas sebagai fasilitator yang mampu mengembangkan

kemampuan belajar peserta didik, mengembangkan kondisi belajar yang

relevan agar tercipta suasana belajar yang wajar dan gembira, serta

mengadakan pembatasan positif terhadap pengajar. Tanggung jawab

pendidik dalam konteks ini – merupakan aspek yang terpenting - adalah

merencanakan dan menuntun peserta didik untuk belajar guna mencpaai

pertumbuhan dan perkembangan yang diinginkan.8

Untuk mengasilkan sebuah pembelajaran yang efektif, pendidik memiliki

peran yang sangat urgen, sebab pendidk merupakan pengelolah proses

oembelajaran. Artinya pendidik merupakan salah satu komponen penting


6
M. Agus Nuryanto, Mazhab Pendidikan Kritis, (yogyakarta: Resist Book, 2008), H. 84
7
Hadi Supeno, Potret Guru, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), H. 26
8
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), H. 127

10
dalam pendidikan yang ikut bertanggung jawab dalam pembentukan

pribadi pesertaa didik.9

Penetapan kriteria guru merupakan salah satu bentuk upaya atisipasi

yang menunut keseriusan dan tanggung jawab bagi pelaksanaannya,

sekalius sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas guru secara

kompherensif. Dengan demikian diharapkan kualitas pendidikan sesuai

dengan tujuan yang dicita-citakan. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah

Saw. berikut.

َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم اِ َذا ُو ِّس َد ااْل َ ْم ُر اِلَى َغي ِْر اَ ْهلِ ِه فَا ْنتَ ِظ ِر السَّا َعة‬ َ َ‫ع َْن اَبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬

Dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah Saw. bersabda, ‘apabila

suatu perkara diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka

tunggulah saat kehancurannya.” (HR. Al-Bukhari)

Sifat dan sikap pendidik akan menjadi bagian yang urgen pada

pelaksanaan pembelajaran. Pendidik tidak saja dituntut untuk menguasai

dan menformulasikan materi menjadi tampilan yang menari, namun juga

dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pengiring agar peserta didik

dengan sadar mau belajar, juga sikap dan perilakunya sessuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan.

Tugas guru terbagi menjadi dua, yaitu mengajar dan mendidik.

Keduanya saling melengkapi. Mengajar meliputi menyusun rencana,

menyiapkan materi, menyajikan pelajaran, menilai hasil belajar peserta

didik, membina hubungan dengan peserta didik, dan bersikap


9
Ali Syaifullah, Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, (Surabaya: Pustaka Al-Ikhlas), H. 86

11
profesional. Sementara itu, mendidik meliputi menginspirasi peserta

didik, menjaga disiplin dikelas, memberikan motivasi, dan memfasilitasi

peserta didik untuk belajar.10

2.2.3 Peserta Didik (Siswa/Murid)

Peserta didik merupakan bahan mentah dalam proses tranformasi

pendidikan Islam. Transformasi ini mengarah pada perkembangan

pendidikan yang berorientasi pada kompetensi di berbagai bidang untuk

menghadapi globalisasi. Dalam bahasa Indonesia, makna siswa, murid,

pelajar, peserta didik merupakan sinonim. Semua bermakna anak yang

sedang berguru, anak yang sedang memperoleh pendidikan dasar dari

suatu lembaga pendidikan. jadi, dapat dikatakan bahwa anak didik

merupakan semua orang yang sedang belajar, baik dilembaga pendidikan

formal maupun nonformal.

Menurut teori barat, anak didik dalam pendidikan Islam, adalah anak

yang sedang tumbuh dan berkembang, baik secara fisik maupun

psikologis.11 Menurut M. Arifin, murid adalah manusia didk yang sedang

berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan menurut fitahnya

masing-masing yang memerlukan bimbingan konsisten menuju titk

optimal. Dengan demikian, manusia didik adalah makhluk yang masih

membaawa kemungkinan untuk berkembang, baik jasmani, dan rohani.

10
Endang Poerwanti dan Nur Widodo, Perkembangan Peserta Didik, (Malang: UMM Perss, 2002), H. 8-
12
11
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofiss dan Kerangka Dasar
Operasional, (Bandung: Tri Genda Karya, 1993), H. 177.

12
Ia memiliki jasmani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk,

kekuatan, maupun pertimbangan bagian-bagiannya. Sementara itu pada

segi rohani, anak mempunyai bakat yang harus dikembangkan, seperti

kebutuhan akan ilmu pengetahuan duniawi dan ukhrawi, nilai-nilai

kemasyarakatan, kesusilaan, dan kasih sayang. Oleh karena itu,

pendidikan Islamlah yang harus membimbing, menuntun, dan memenuhi

kebutuhan anak didik dalam berbagai bidang.

2.2.4 Kurikulum Pendidikan Islam

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pngaturan mengenai isi

dan bahan pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 12 Sementara itu,

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, kurikulum didefenisikan sebagai

susunan rencana pembelajaran.13 Pada perkembangan selanjutnya,

kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk mencapai menunjukkan

satuan mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai suatu gelar

atau memperoleh Ijazah.14

Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan

pengetahuan dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada

anak didik untuk mencapai tujuan. Kirikulum juga merupakan kegiatan

yang mencakup berbagai rencana kegiatan peerta didik secara terperinci

berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar

12
Abdullah Rahman Shaleh, Pendidkan Agama dan Keagamaan, Visi, Misi, dan Aksi, (Jakarta:
Gemawindu Pancaperkasa, 2000), H. 39.
13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1976), H. 543
14
Nana Sudjana, Pembinaan dan pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Jakarta: Sinar Baru Algensindo,
2005), H.4.

13
mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat duterapkan, dan

hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapainya tujuan

yang diinginkan.

Suatu kurikulum disusun dengan mengacu pada satu atau beberapa teori

kurikulum. Selanjutya, teori kurikulum tersebut dijabarkan berdasarkan

teori pendidkan tertentu, seperti pendapat Nana S. Sukmadinata yang

dikutip oleh Sri Minarti bahwa ada empat teori pendidikan, yaitu (1)

pendidikan klasik, (2) pendidikan pribadi, (3) teknologi pendidikan, dan

(4) teori pendidikan interaksional.15

Dalam lembaga pendidikan formal, kirikulum merupakan salah satu

kompnen utama yang digunakan sebagai acuan untuk menenentukan isi

pengajaran. Kurikulum juga digunakan untuk mengarahkan proses

mekanisme pendidikan dan sebagai tolak ukur keberhasilan.16 Secara

praaktis, isi dari kurikulum pendidikan islam harus sesuai dengan

tingkatannya, yaitu sebagai berikut.

1. Tingkat dasar (ibtidaiyah). Bobot materi hanya mencakup pokok-

pokok ajaran Islam, seperti akidah, syariat, dan akhlak.

2. Tingkat menengah pertama (tsanawiyah). Bobot materi mencakup

bobot materi yang diberikan pada jenjang dasar dan ditambah dengan

argumen-argumen dalil naqli dan dalil aqli.

15
Sri Minarti, Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri, (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2011), H. 82-85.
16
Mastuhu, Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren, (Jakarta: INIS, 1994), H. 16

14
3. Tingkat menengah atas (aliyah). Bobot materi mencakup bobot

materi yang telah diberikan kepada jenjang dasar dan jenjang tingkat

menengah pertama, ditambah dengan hikmah serta manfaat di balik

materi yang diberikan.

4. Tingkat perguruan tinggi (jami’ah). Bobot materi mencakup materi

yang diberikan pada jenjang dasar, menengah pertama, menengah

atas, dan perguruan tinggi. Selain itu, ditambah dengan materi yang

bersifat ilmiah dan filosofis.

2.2.5 Metode Pendidikan Islam

Kata metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata ini

berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui dan

hodos berarti jalan atau cara. Dalam Kamus Besar Bahsa Indonesia, kata

metode diartikan sebagai cara yang teratur yang digunakan untuk

melaksanakan pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;

cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu

kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.17

Dalam pendidikan Islam, An-Nahlawi, seorang pakar pendidikan Islam,

mengemukakan metode pendidikan yang berdsarkan metode Al-Qur’an

dan hadis yang dapat menyentuh perasaan, yaitu sebagai berikut.

1. Metode hiwar (percakapan) Alqurani dan nabawi adalah percakapan

silih berganti antara dua pihak atau lebih mengenai suatu topik dan

17
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h.
740.

15
sengaja diarahkan pada satu tujuan yang dikehendaki oleh

pendidik.jenis-jenis hiwar ini ada 5 macam, yaitu sebagai berikut.

a. Hiwar khitabi merupakan dialog yang diambil dari dialog Tuhan

dan hamba-Nya

b. Hiwar washfi, yaitu dialog antara Tuhan dan makhluk-Nya.

c. Hiwar Qishashi adalah percakapan yang baik bentuk maupun

rangkaian ceritanya sangat jelas. Hiwar ini merupakan bagian

dari uslub kisah dalam Al-Qur’an.

d. Hiwar Jadali adalah hiwar yang bertujuan untuk memantapkan

hujjah, baik dalam rangka menegakkan kebenaran maupun

menolak kebatilan.

e. Hiwar nabawi adalah hiwar yang digunakan oleh nabi dalam

mendidik sahabat-sahabatnya.

2. Metode kisah Qurani dan nabawi adalah penyajian bahan

pembelajaran yang menapilkan cerita-cerita yang terdapat dalam Al-

Qur’an dan hadis Nabi.

3. Metode amstal (perumpamaan) Alqurani adalah penyajian bahan

pembelajaran dengan mengangkat perumpamaan yang ada di dalam

Al-Qur’an. Metode ini memudahkan peserta didik dalam memahami

konsep yang abstrak. Ini terjadi karena perumpamaan itu mengambil

benda yang konkret, seperti kelemahan Tuhan orang kafir yang

16
diumpamakan dengan sarang laba-laba. Sarang itu lemah sekali,

bahkan disentuh dengan liduh pun dapat rusak.

4. Metode keteladanan (uswah hasanah) adalah memberikan teladan

atau contoh yang baik kepada peserta didik dalam kehidupan sehari-

hari. Pelajar cenderung meneladani pendidiknya. Metode ini secara

sederhana merupakan cara memberikan teladan yang baik – tidak

hanya di dalam kelas, tetpi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan

begitu peserta didik tidak segan-segan meniru dan mencontohnya,

seperti shalat berjamaah, kerja sosial, dan partisipasi kegiatan

masyarakat.

5. Metode pembinaan adalah membiasakan peserta didik untuk

melakukan sesuatu sejak ia lahir. Inti dari pembinaan ini adalah

pengulanan. Jadi, sesuatu yang dilakukan peserta didik hari ini akan

diulang keesokan harinya dan begitu seterusnya.

6. Metode ibrah dan mau’izah. Metode ibrah adalah penyajian bahan

pembelajaran yang betujuan melatih daya nalar pembelajar dalam

menangkap makna terselubung dari suatu pernyataan atau kondisi

psikis yang menyampaikan menusia kepada intisari sesuatu yang

disaksikan. Sementara itu, metode mau’izah adalah pemberian

motivasi dengan menggunakan keuntungan dan kerugian dalam

melakukan perbuatan.

17
7. Metode targhib dan tarhib. Metode targhib adalah penyajian

pembelajaran dalam konteks kebahagiaan hidup akhirat. Targhib

berarti janji Allah terhadap kesenangan dan kenikmatan akhirat yang

disertai bujukan. Sementara itu tarhib adalah penyajian bahan

pembelajaran dalam konteks hukuman (ancaman Allah) akibat

perbuatan dosa yang dilakukan.

Akan tetapi dalam menggunakan metode pendidikan Islam yang harus

diperhatikan adalah prinsip-prinsipnya. Dari prinsip-prinsip tersebut

dapat memberikan pengarahan dan petunjuk dalam pelaksanaan metode

pendidikan, sehingga para pendidik mampu menerapkan metode dan

efesien sesuai dengan kebutuhannya. Prinsip-prinsip metode pendidikan

Islam, yaitu sebagai berikut.18

1. Mempermudah

Metode pendidikan yang digunakan oleh pendidik pada dasarnya

memberikan kemudahan bagi peserta didik untuk menghayati

sekaligus mengamalkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

2. Berkesinambungan

Berkesinambungan dijadikan sebagai salah satu prinsip karena

pendidikan Islam merupakan proses yang berlangsung terus-menerus.

Oleh karena itu, pendidik perlu memperhatikan kesinambungan

pelaksanaan pemberian materi.

18
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, H. 162-164

18
3. Fleksibel dan Dinamis

Metode pendidikan Islam harus fleksibel dan dinamis – tidak

monoton. Pendidik hendaknya mampu memilih sejumlah alternatif

yang ditawarkan oleh para pakar yang dianggap cocok dengan

materi, kondisi peserta didik, sarana dan prasarana, serta kondisi

lingkungan.

2.3 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM FORMAL

Pendidikan Islam sebagai lembaga diakui keberadaan lembaga pendidikan

secara eksplisit. Pendidikan Islam sebagai mata pelajaran diakui sebagai salah

satu mata pelajaran yang wajib diberikan pada tingkat dasar sampai perguruan

tinggi. Berikutnya pendidikan Islam sebagai nilai, yakni ditemukannya nilai-

nilai Islami dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Islam merupakan

sebuah sistem yang memiliki keterkaitan antar komponen-komponen.

Komponen-komponen itu saling berkaitan dan membentuk suatu sistem terpadu.

Apabila salah satu aspek pendidikan tersebut berubah, maka aspek lainnya juga

berubah.19 Setiap sistem pasti mempunyai tujuan, dan semua kegiatan dari

semua komponen atau bagian-bagiannya diarahkan dari tercapainya tujuan

tersebut. Karena itu, proses pendidikan merupakan sebuah sistem yang disebut

sebagai sistem pendidikan.20

Mengenai sistem pendidikan Islam yang berjalan sesuai dengan yang sudah

dibuat, yaitu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait
19
Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2012), H. 17.
20
Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2012), H. 123.

19
satu sama lain. Komponen-komponen tersebut yaitu tujuan pendidikan,

pendidik, peserta didik, kurikulum, dan metode. Maka diperlukan aksi nyata

dalam menjalankan rencana yang telah dirancang sebelumnya agar hasilnya

sesuai dengan yang diharapkan. Rencana yang sudah dibuat dengan sangat baik

tidak akan berarti apa-apa jika dilaksanakan dengan asal-asalan. Maka dari itu,

perlunya implementasi yang merupakan hal yang sangat penting dalam

keseluruhan rangkaian kegiatan.

Pada dasarnya, perkembangan merupakan suatu proses perubahan ke arah yang

lebih maju. Perubahan tersebut merupakan perubahan psikofisik sebagai hasil

dari proses pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik yang ditunjang oleh faktor

lingkungan dan proses belajar. Perkembangan fisik berkaitan dengan perubahan

fisik, sedangkan perkembangan psikis berkaitan dengan perkembangan sosial,

emosional, intelektual, dan spiritual.21

Berdasarkan hal tersebut, pendidik (guru) hendaknya lebih memperhatikan

perkembangan peserta didik. Pendidik dapat mengajarkan shalat dan membaca

ayat suci Al-Qur’an, kemudian menjelaskan pentingnya pelaksanaan shalat dan

kitab suci Al-Qura’an bagi seorang muslim. Pendidik hendaknya memberikan

penyajian tentang akhlak yang baik, sehingga peserta didik dapat memahami

serta mengetahui apa saja yang termasuk dalam akhlak baik. Sehingga peserta

didik dapat terhindar dari perbuatan yang buruk.

21
Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif, (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2010),H. 32.

20
Sebagai umat beragama Islam, mengucapkan salam sangat diwajibkan. Olehnya

itu, pendidik dapat memberikan penjelasan terkait dengan pentingnya kalimat

salam. Peserta didik dapat membiasakan salam apabila bertemu dengan seorang

guru di perjalanan, atau hendak masuk ke kelas.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendidikan Islam formal merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh

peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh

dalam lingkungan sekolah.

Sistem pendidikan Islam terdiri dari, tujuan pendidikan Islam, pendidik (guru),

peserta didik (siswa/murid), kurikulum Pendidikan Islam, dan metode pendidikan

Islam.

Mengenai sistem pendidikan Islam yang berjalan sesuai dengan yang sudah dibuat,

yaitu sistem yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain.

21
Komponen-komponen tersebut yaitu tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik,

kurikulum, dan metode. Maka diperlukan aksi nyata dalam menjalankan rencana

yang telah dirancang sebelumnya agar hasilnya sesuai dengan yang diharapkan.

3.2 SARAN

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan

lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –

sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Minarti, Sri. 2016. Ilmu Pendidikan Islam: Fakta Teoritis-Filosofis & Aplikatif-

Normatif. Jakarta: Amzah

Arifin, H.M. 1996. Ilmu Pendidikan Islam: Suatu Tinjauan Teoritis dan Praktis

Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.

Haidar Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Indonesia. Jakarta: Prenada Media

Fatah Yasin. 2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: Malang Press

22
BUKU RUJUKAN

23
24

Anda mungkin juga menyukai