Anda di halaman 1dari 23

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(PROJECT BASED LEARNING) KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM


PENGAPIAN ELEKTRONIK SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR
ABSTRAK

“Penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project based Learning) Pada


kompetensi perbaikan sistem pengapian Elektronik sebagai upaya
meningkatkan hasil belajar”.
Selama ini pembelajaran di SMK ................ cenderung berpusat pada guru
(teacher centered), pembelajaran ini kurang mengena atau siswa kurang paham
tentang pembelajarannya. Dalam penelitian ini peneliti memunculkan
pembelajaran yang berbeda agar siswa dapat berinovasi sendiri tentang hasil
belajarnya.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat kerja proyek sesuai
dengan kompetensi belajarnya, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa
membuat desain dan hasil kerjanya dalam kompetensi perbaikan sistem pengapian
elektronik cdi ac program keahlian teknik kendaraan ringan.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan pre test-post test control group design. Populasi dalam penelitian ini
adalah siswa kelas XI TKR, terdapat empat kelas untuk yang mengambil jurusan
TKR danjumlah populasinya sebanyak 124 siswa. Sampel yang digunakan adalah
29 siswa kelas XI TKR 1 sebagai kelas eksperimen dan 29 siswa kelas XI TKR 2
sebagai kelas kontrol. Pengumpulan data menggunakan metode tes, analisis data
menggunakan uji t.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa pada kelas kontrol rata – rata hasil
belajar pada test pre test mencapai (46,93) dan setelah diberikan metode
pembelajaran konvensional meningkat menjadi (73,17), sehingga pada kelas
kontrol setelah diberikan metode konvensional mengalami peningkatan rata – rata
mencapai (26,24) dan pada kelas eksperimen rata–rata hasil belajar pada test pre
test mencapai (48,55) dan setelah diberikan metode pembelajaran berbasis proyek
meningkat menjadi (80,14), sehingga pada kelas eksperimen setelah diberikan
metode pembelajaran berbasis proyek meningkat mencapai (31,59). Berdasarkan
hasil uji t nilai post test kompetensi perbaikan sistem pengapian ternyata ada
perbedaan hasil belajar perbaikan sistem pengapian setelah menggunakan metode
pembelajaran berbasis proyek.

Kata kunci: hasil belajar, pembelajaran berbasis proyek, perbaikan sistem


pengapian

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
PENGESAHAN.......................................................................................................ii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
ABSTRAK..............................................................................................................iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................3
C. Pembatasan Masalah ............................................................................3
D. Tujuan Penelitian .................................................................................3
E. Manfaat Penelitian................................................................................3
F. Penegasan Istilah …………………………………………..................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................5
A. LandasanTeori.......................................................................................5
B. Kajianpustaka........................................................................................6
C. Model Pembelajaran.............................................................................6
D. Model Pembelajaran Konvensional .....................................................7
E. Pembelajaran Berbasis Proyek ...........................................................15
F. Sistem Pengapian…………………………………………………....19
G. Hipotesis.............................................................................................19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................20
A. Metode Penelitian..............................................................................20
B. Desain Penelitian...............................................................................20
C. Alur Penelitian..................................................................................20
D. Populasi dan Sampel ........................................................................21
E. Variabel Penelitian ...........................................................................22
F. Langkah – langkah Eksperiemen......................................................22
G. Teknik Pengumpulan Data ...............................................................23

ii
H. Instrumen Penelitian .........................................................................24
I. Penilaian Alat Ukur ..........................................................................24
J. Teknik Analisis Data ........................................................................28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................33
A. Hasil Penelitian ................................................................................33
B. Pembahasan ......................................................................................37
BAB V SIMPULAN DAN SARAN..................................................................40
A. Simpulan ..........................................................................................40
B. Saran .................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................41
LAMPIRAN .......................................................................................................

i
BABI
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pembelajaran di SMK bidang teknologi dan industri
bertujuan untuk mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar,
menguasai kompetensi standar, serta menginternalisasi sikap dan nilai profesional
sebagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dunia
kerja dan perkembangan teknologi terkini.
Untuk itu proses kegiatan belajar peserta didik harus sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan agar tingkat penguasaan materi tercapai.
Pembelajaran dapat dilakukan disekolah atau didunia kerja. Proses pembelajaran
disekolah bertujuan mengembangkan potensi akademis dan kepribadian pelajar,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan dunia kerja. Proses pembelajaran/ pelatihan didunia kerja
dimaksud agar pelajar menguasai kompetensi standar, mengembangkan dan
menginternalisasi sikap dan nilai professional sebagai tenaga kerja yang
berkualitas unggul, baik bekerja pada pihak lain ataupun membuka usaha sendiri.
Proses pembelajaran sedapat mungkin melibatkan para pelajar dalam
memecahkan suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada para
pelajar untuk turut serta berperan aktif membangun atau mengatur
pembelajarannya agar menjadi pelajar yang realistis.
Peneliti sudah menjadi guru pembantu di SMK ................. Penulis melihat
proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru (teacher centered), konsep
yang diajarkan guru hanya digambarkan dipapan tulis dan disampaikan secara
lisan. Di sini guru berperan mentransfer materi umum terkadang kurang
melibatkan keaktifan siswa yang akhirnya siswa hanya menerima secara
verbalisme dan sibuk mencatat materi yang disampaikan guru. Pembelajaran yang
hanya menggunakan komunikasi satu arah dapat mengurangi kreatifitas siswa
dalam mengkontruksi pengetahuan dalam dirinya. Banyak siswa yang merasa
bingung dan sulit mendalami dengan materi yang telah disampaikan guru,

5
akibatnya siswa cenderung malas untuk mencari informasi dari luar atau dari
berbagai sumber referensi. Hal ini mempengaruhi pada kurangnya pemahaman
konsep siswa terhadap materi yang diajarkan.
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi siswa dalam proses belajar
mengajar yaitu metode yang digunakan guru dalam menyampaikan
informasi/program diklat. Ketika metode yang digunakan tidak mengena terhadap
siswa, mungkin saja tujuan yang diharapkan tidak tercapai.
Berdasarkan masalah-masalah yang telah diuraikan di atas diperoleh fakta
bahwa masih rendahnya aktifitas dan hasil belajar siswa. Maka dalam penelitian
ini penulis akan memberikan tindakan-tindakan dalam upaya untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran yang akan bermuara pada peningkatkan untuk perbaikan
kinerja sebagai guru sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat, merupakan sebuah metode penelitian yang dinamakan dengan
Penelitian Eksperimen.
Tindakan yang dirancang/diberikan penulis dalam upaya meningkatkan
aktifitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada Standar Kompetensi
Perbaikan Sistem pengapian di SMK ................ dengan menerapkan model
Pembelajaran Berbasis Proyek (Proj ek-B ased Learning).
Pembelajaran Berbasis Proyek (Projek-Based Leraning) cukup potensial
untuk memenuhi tuntutan belajar. Model Pembelajaran Berbasis Proyek
membantu siswa dalam belajar: (1) Pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh
bermakna guna yang dibangun melalui tugas-tugas dan pekerjaan yang otentik,
(2) Memperluas pengetahuan melalui keautentikan kegiatan kurikuler yang
terdukung oleh proses kegiatan belajar melakukan perencanaan (designing) atau
investigasi yang open-ended dengan hasil atau jawaban yang tidak ditetapkan
sebelumnya oleh perspektif tertentu, dan (3) dalam proses membangun
pengetahuan melalui pengalaman dunia nyata dan negosiasi kognitif antar
personal yang berlangsung di dalam suasana kerja kolaboratif (sumiran 2009:20).
Atas dasar itulah penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
mendalam tentang pembelajaran dengan pendekatan Pembelajaran Berbasis
Proyek sebagai bahan skripsi dengan judul “Penerapan model pembelajaran

6
berbasis proyek (project based learning) pada kompetensi sistem perbaikan
system pengapian elektronik sebagai upaya meningkatkan hasil belajar”.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah maka rumusan masalah yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan prestasi belajar siswa antara penggunaan model belajar
konvensional dengan model pembelajaran berbasis proyek pada materi
perbaikan sistem pengapian?
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Penelitian dibatasi pada penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project-Based Learning).
2. Model sistem pengapian menggunakan sistem pengapian elektronik CDI AC
(Capasitor Discharge Ignition).
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Untuk mengetahui ada perbedaan hasil belajar menggunakan model
Pembelajaran Berbasis Proyek dan model konvensional.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini dapat memberikan wawasan agar dalam mengajar guru
menggunakan model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)
terhadap belajar siswa pada Kompetensi Perbaikan sistem pengapian.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru untuk memilih alternatif
model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.
3. Bagi siswa, model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based
Learning) ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan
meningkatkan aktifitas belajar.
F. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi salah penafsiran di dalam memberikan pengertian yang
ada dalam judul skripsi ini, maka perlu diberi batasan-batasan yang jelas. Adapun

7
istilah yang dianggap perlu ditegaskan antara lain:
1. Model pembelajaran berbasis proyek
Pembelajaran berbasis proyek atau Project based learning, merupakan
model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola
pembelajaran dikelas dengan melibatkan kerja proyek Wena (2011: 144). Melalui
pembelajaran kerja proyek, kreativitas dan motivasi siswa akan meningkat.
2. Kompetensi Perbaikan Sistem Pengapian
Secara sederhana dapat diartikan bahwa kompetensi merupakan
kombinasi kompleks dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai – nilai lain
yang ditunjukan dalam kinerjanya.
Pencapaian mata diklat perbaikan sistem pengapian untuk dasar
kompetensi keahlian Teknik Kendaraan Ringan terdiri dari standar kompetensi
beserta kompetensi dasarnya pada mata diklat perbaikan sistem pengapian.
Kompetensi dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah mata diklat
perbaikan sistem pengapian pokok bahasan mengidentifikasi sistem kerja,
komponen–kompenen sistem pengapian, cara kerja, dan permasalahan–
permasalahannya.
3. Sistem Pengapian Elektronik CDI AC
Sistem pengapian merupakan sistem yang menyediakan percikan bunga
api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara / bahan bakar
di dalam ruang bakar engine (Hidayat 2005 : 24).
Sistem pengapian Elektronik CDI AC (Capasitor Discharge Ignition)
bekerja berdasarkan prinsip pengisian dan pengosongan kapasitor yang
memanfaatkan arus bolak-balik dari alternator (Sutiman 2011: 7).
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu keberhasilan yang diperoleh siswa
setelah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2009: 22) bahwa
hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada
hakikatnya menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional.

8
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori
Penelitian tentang pembelajaran berbasis proyek (Project Based
Learning) telah dilakukan oleh banyak peneliti. Contoh penelitian yang telah ada
seperti Febriyanti Nur Kartika (2012), Murdani (2011) dan Ginanjar Gigin (2010).
Menurut Gigin Ginanjar (2010) bahwa untuk mengetahui gambaran awal
tentang proses maupun hasil pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis
proyek, adanya peningkatan proses pembelajaran dari hasil pelaksanaan tindakan,
aktivitas siswa dengan model pembelajaran berbasis proyek meningkat dari
kategori hampir setengahnya menjadi setengahnya. Selain itu, tes formatif pada
setiap siklus terjadi peningkatan. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang
dilakukan mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif.
Menurut Murdani (2011) bahwa adanya peningkatan proses pembelajaran
dari hasil pelaksanaan tindakan, aktivitas siswa dengan model pembelajaran
berbasis proyek meningkat dari kategori hamper setengahnya menjadi
setengahnya. Selain itu, tes formatif pada setiap siklus terjadi peningkatan hasil
post test. Hal ini menunjukan bahwa tindakan yang dilakukan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek kognitif.
Nur Kartika Febriyanati (2012) menyatakan bahawa untuk meningkatkan
prestasi belajar mata diklat menggambar dekorasi. Tujuan penelitian ini adlah
untuk mengembangkan potensi akademik dan kepribadian pelajar, menguasai
kompetensi terstandar, serta menginternalisasi sikap dan nilai professional
sebaagai tenaga kerja yang berkualitas unggul, sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan dunia kerja dan teknologi terkini. Proses pembelajaran sedapat
mingkin melibatkan para pelajar dalam memecahkan masalah, mengijinkan
pelajar untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat
menjadikan pelajar yang realistis. Model penelitian ini menggunakan metode
penelitian eksperimen design dengan desain penelitian pretest-post test kontrol
grup design. Teknik analisis data menggunakan analisis data statistik inferensial

9
kuantitatif untuk menganalisis kemampuan awal siswa.
B. Model Pembelajaran
“Model pembelajaran abad 21 haruslah “learning to know, learning to
do, learning to be, and learning to live together” siswa bukan hanya duduk diam
dan mendengarkan. Siswa harus diberdayakan agar siswa mau serta siswa
mampu berbuat untuk memperkaya pengalaman belajar (learning to do).
Interaksi siswa dengan lingkungannya menuntut mereka untuk memahami
pengetahuan yang berkaitan dengan dunia sekitarnya (learning to know).
Interaksi tersebut diharapkan siswa dapat membangun jati diri (learning to be).
Kesempatan berinteraksi dengan berbagai individu atau kelompok yang
bervariasi akan membentuk kepribadian untuk memahami kemajemukan,
melahirkan sikap toleran positif terhadap keaneragaman individu (learning to
live together).
Salah satu yang membedakan antara model pembelajaran yang satu
dengan yang lainnya adalah syntaks (tingkah laku mengajar). Syntaks inilah yang
dilakukan berbeda-beda walaupun tujuan pembelajaran yang ingin digapai hamper
seluruhnya sama. Namun, keefektifitasnya dari sebuah model pembelajaran akan
dibuktikan dari tujuan pembelajaran yang sebelumnya direncanakan dapat
tercapai.
C. Model Pembelajaran Konvensional
Pembalajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru, yaitu memberi materi
melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan
salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seorang kesejumlah
pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi
searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mondominasi seluruh
kegiatan, sedangkan pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan
seperlunya.
Gambaran pembelajaran dengan pendekatan dengan pendekatan ceramah
adalah: guru mendominasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan sendiri oleh
guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula oleh guru. Langkah-

1
langkah guru diikuti dan diteliti oleh peserta didik. Mereka meniru cara kerja dan
cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru. Kelemahan pembelajaran
konvensional antara lain:
1. Pembelajaran berjalan monoton, peserta didik hanya aktif membuat catatan
saja.
2. Materi belajar tidak luas tapi selalu sama.
3. Pengetahuan yang diperoleh melalui ceramah lebih cepat terlupakan.
4. Ceramah menyebabkan belajar peserta didik menjadi benar menghafal yang
tidak menimbulkan pengertian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka pendekatan konvensional dapat
dimaknai sebagai pendekatan belajar yang lebih banyak berpusat pada guru,
komunikasi lebih banyak satu arah dari guru ke siswa, metode pembelajaran lebih
banyak menggunakan ceramah dan demontrasi, dan materi pembelajaran lebih
pada penguasaan konsep-konsep bukan kompetensi.
D. Pembelajaran Berbasis Proyek (Proj ectBasedLearing)
1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran berbasis proyek atau Project based learning, merupakan
salah satu model pembelajaran yang dikembangkan dalam kegiatan belajar
mengajar. Ada beberapa pengertian mengenai pembelajaran berbasis proyek.
Wena (2011: 145) menyatakan bahwa “pembelajaran berbasis proyek atau
project based learning sebagai model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dalam transfer pengetahuan”.
Model pembelajaran berbasis proyek atau project based learning
menyerupai pembelajaran berbasis masalah hal ini dikarenakan permulaan
pembelajaran berdasarkan adanya permasalahan yang diungkap, serta kegiatan
belajar bersifat kolaboratif ataupun berkelompok yang menekankan lingkungan
peserta didik menjadi aktif. Perbedaanya terletak pada objek, dimana pada
pembelajaran berdasar masalah diperlukan perumusan masalah, pengumpulan
data dan analisis sedangkan dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik
lebih didorong dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik lebih didorong
dalam kegiatan merancang atau desain dari mulai: merumuskan job, merancang,

1
mengkalkulasikan, melaksanakan pekerjaan dan mengevaluasi hasil.
Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek menurut Wena 2012: 145)
yaitu:
1. Pembelajar membuat kerangka kerja dan keputusan.
2. Ada permasalahan dan pemecahan yang belum ditentukan sebelumnya.
3. Pembelajar merancang proses untuk menentukan hasil.
4. Pembelajar bertanggung jawab dalam mengelola informasi yang didapat.
5. Ada evaluasi secara kontinu.
6. Pembelajar secara teratur melihat kembali hasil pekerjaannya.
7. Hasil akhir berupa produk yang diuji kualitasnya.
2. Kegiatan Peserta Didik Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
Di dalam PBP, peserta didik diikut sertakan dalam kegiatan kelompok
selain bekerja sendiri. Selanjutnya, aktivitas individu dalam pembelajaran berbasis
proyek dikelompokkan menjadi tiga kategori aktifitas individu, aktifitas dalam
kelompok, dan aktifitas antar kelompok.
1. Secara individu
Secara kasat mata ataupun dengan tes psikologi, tentunya tiap-tiap peserta
didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam hal pendekatan belajar sampai
pada penyelesaian tugas. Selama mengerjakan proyek, tiap peserta didik
melaksanakan aktifitas seperti: memvisualisasikan aktifitas proyek dan mencari
tugas yang akan dikerjakan, mengatur jadwal, mengorganisir materi pembelajaran,
menata dokumen (computer files), mengirimkan pesan kepada pengajar atau ahli,
self assessment.
Uraian deskripsi aktivitas di atas dapat memberikan langkah – langkah
pembelajaran yang bermakna.
2. Di dalam kelompok
Ketika siswa bekerja di dalam kelompok, para pelajar harus bekerja sama.
Kerja sama berlangsung dalam wujud aktifitas dasar seperti: brainstorming,
diskusi, melakukan editing dokumen secara bersama-sama. Sinkronisasi
komunikasi lewat audio, video, atau text, menata dokumen kelompok, task
scheduling, peer assessment. Sebagian dari aktifitas ini dapat dilakukan bersama

1
kelompok.
3. Antar kelompok
Di dalam PBP, bentuk berbagi informasi dan pengetahuan dengan
kelompok lain dapat diuraikan melalui beberapa contoh aktifitas ini yaitu:
presentasi, peer review, memberikan kontribusi dalam forum diskusi.
3. Kegiatan Pengajar Dalam Pembelajaran Berbasis Proyek
Dalam PBP, instruksi terjadi melalui pelatihan, diskusi, bimbingan, dan
lain-lain. Bagian ini sebagai aktifitas pengajar dalam pendekatan PBP.
1. Desain Proyek, tahap desain proyek adalah sangat pokok.
Perancangan yang salah dari Aktifitas proyek akan menyebabkan dampak
yang tidak baik pada proses belajar mengajar.
2. Menunjukan beberapa aspek dari desain proyek.
Aktifitas ini menunjukan beberapa aspek dari desain proyek. Aktifitas ini
yang sesuai.
a. Isi (content): pengajar memutuskan topik apa yang tercakup pada proyek.
Proyek yang baik adalah yang cocok untuk lintas disiplin.
b. Hasil pembelajaran (learning outcomes): Para pengajar harus menandai
pengetahuan pokok dan keterampilan yang akan diperoleh peserta didik. Juga
menguraikan keterampilan umum yang ditargetkan oleh proyek.
c. Sasaran hasil pembelajaran harus tersampaikan dalam aktifitas proyek.
d. Titik Fokus (focal points): untuk memotivasi peserta didik dan
memperoleh keterlibatannya secara penuhproyek harus dibuat menantang
dan berhubungan dengan permasalahan hidup nyata.
e. Aktifitas & deliverables: Tahap desain menentukan aktifitas seperti
penyelidikan, riset, pemecahan masalah, penggunaan alat bantu, dan lain-lain.
f. Metoda: proyek organisasi kelas dan kelompok, pelatihan, dan material
pendukung, serta prosedur umpan balik, sumber daya, dan lain-lain.
g. Penilaian (assessment): Penilaian sendiri dan oleh tim ahli mempunyai
suatu peran penting dalam pendekatan PBL.
3. Pengajar menyiapkan dan menyediakan selebaran tugas, seperti selebaran
penjelasan metodologi, petunjuk, atau petunjuk penggunaan. Juga

1
menyediakan akses kepada material pelajaran dan sumber yang lain,
seperti catatan ceramah kuliah, pembicaraan video-taped dan proses
melakukan latihan dan membuat demontrasi jika dibutuhkan.
4. Penilaian harus disatukan ke dalam aktifitas proyek. Karena PBP dititik
beratkan pada keberhasilan peserta didik, evaluasi diri dan oleh tim ahli harus
dimasukkan ke dalam strategi penilaian.
5. Umpan balik dapat dimulai dari para pengajar, pelatih, ahli, klien, dan
lain-lain. Presentasi dan diskusi adalah sarana yang baik untuk menjadi
umpan balik. Para pengajar harus mengorganisir prosedur umpan balik.
4. Tahapan Pembelajaran berbasis proyek
Tahapan dalam proses pembelajaran berbasis proyek atau project based
learning, yaitu:
a. Memberikan informasi proyek yang akan dikerjakan.
b. Menentukan waktu dan lamanya pengerjaan proyek.
c. Membentuk kelompok.
d. Memberikan gambaran langkah–langkah pengerjaan proyek.
e. Menugaskan kelompok untuk memulai kegiatan.
f. Menugaskan bagi masing–masing proyek untuk.
g. Mempresentasikan di depan kelas.
h. Menarik kesimpulan.
PBP dapat diterapkan untuk semua bidang studi. Implementasi model
PBP mengikuti lima langkah utama, sebagai berukut:
1) Menetapkan tema proyek.
Tema proyek hendaknya memenuhi indikator–indikator berikut:
a) Memuat gagasan umum dan orisinil.
b) Penting dan menarik.
c) Mendeskripsikan masalah kompleks.
d) Mencerminkan hubungan berbagai gagasan.
e) Mengutamakan pemecahan masalah ill defined.
2) Menetapkan konteks belajar.
Konteks belajar hendaknyamemenuhi indikator-indikator berikut:

1
a) Pertanyaan-pertanyaan proyek mempersoalkan masalah dunia nyata.
b) Mengutamakanotonomi siswa.
c) Melakukan inquiri dalam konteks masyarakat.
d) Siswa mampu mengelola waktu secara efektif dan efesien.
e) Siswa belajar penuh dengan kontrol diri.
f) Mensimulasikan kerja secara profesional.
3) Merencanakan aktivitas-aktivitas.
Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek adalah sebagai
berikut:
a) Membaca.
b) Meneliti.
c) Observasi.
d) Interviu.
e) Merekam.
f) Mengunjungi obyek yang berkaitan dengan proyek.
g) Akses internet.
4) Memeroses aktivitas-aktivitas.
Indikator-indikator memproses aktivitas meliputi antara lain:
a) Membuat sketsa.
b) Melukiskan analisa.
c) Menghitung.
d) Mengenerate.
e) Mengembangkan proto tipe.
5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah
yang dilakukan, adalah:
a) Mencobamengerjakan proyek berdasarkan sketsa.
b) Menguji langkah-langkah yang telah dikerjakan dan hasil yang diperoleh.
c) Mengevaluasi hasil yang telah diperoleh.
d) Merevisi hasil yang telah diperoleh.
e) Melakukan daur ulang proyek yang lain
f) Mengklasifikasi hasil terbaik.

1
5. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Tentunya dalam model pembelajaran terdapat keunggulan serta
kelemahan yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Pembelajaran
berbasis proyek memiliki keunggulan dan kelemahannya sendiri, yaitu:
Tabel 1. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek / Project
Based learning

6. Perbedaan Antara Model Pembelajaran Konvensional dan


Pembelajaran Berbasis Proyek.
Berdasarkan definisi profesi bidang keteknikan menurut Accreditation

1
Board for Engineering and Technology (ABET) merupakan profesi yang
memanfaatkan pengetahuan matematika dan ilmu-ilmu alam yang diperoleh dari
studi, pengalaman, dan latihan secara bijaksana untuk mengembangkan cara-cara
memanfaatkan bahandan sumber daya alam secara ekonomis untuk kesejahteraan
manusia.
Pendidikan bidang keteknikan selain memberikan teori-teori yangcukup,
juga perlu memberikan contoh-contoh pemecahan problem nyata dengan
memanfaatkan teori-teori yang ada. Dengan demikian, pengembangan profesi
bidang keteknikan secara alamiah disimulasi oleh masalah-masalah teknik pada
situasi nyata dimana PBP menstimulasi proses belajar dengan menggunakan
masalah-masalah tersebut pada situasi nyata dari suatu profesi.
Dibawah ini dirangkumkan beberapa perbedaan antara pembelajaran
konvensional dan pembelajaran berbasis proyek dilihat dari berbagai aspek.
Tabel 2. Perbedaan pembelajaran konvensional dan pembelajaran berbasis proyek

1
1
E. Sistem Pengapian
Sistem pengapian berfungsi menghasilkan percikan bunga api pada busi
pada saat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara diruang
silinder.
Dalam perkembangannya sistem pengapian berkembang menjadi dua
sistem, yaitu :
1. Sistem Pengapian Konvensional
2. Sistem Pengapian Elektronik (CDI)
Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian yang berfungsi
sebagai pemercik api dengan kompenen – komponen manual. Sedangkan sistem
pengapian elektronik (CDI) merupakan salah satu jenis sistem pengapian pada
kendaraan bermotor yang memanfaatkan arus pengosongan muatan (discharge
current) dari kondensator guna mencatu daya kumparan pengapian (ignition coil).
Berdasarkan sistem pencatu dayannya, sistem pengapian CDI dibagi
menjadi dua yaitu:
a. Sistem pengapian CDI AC yang merupakan dasar dari sistem pengapian CDI,

1
dan menggunakan pencatu daya dari sumber Arus Bolak – balik atau
alternator.
b. Sistem pengapian CDI DC yang menggunakan pencatu daya dari sumber arus
listrik searah (misalnya dinamo DC, Baterai, maupun Aki). Berikut adalah
bagian–bagian sistem pengapian CDI:
1) Kumparan pengisian (charging coil)
2) Kumparan pemicu (trigger/pulser coil)
3) Penyearah (rectifier)
4) Baterai (battery)
5) Sekering (fuse)
6) Kunci kontak (contact switch)
7) Kondensator (capasitor)
8) Saklar elektronik
9) Pengatur / penyetabil tegangan (voltage regulator)
10) Transformator penaik tegangan
11) Kumparan pengapian (ignition coil)
12) Kabel busi (sparkplug cable)
13) Busi (sparkplug)
Keuntungan sistem pengapian CDI:
a. Sistem CDI tidak tegantung dengan waktu (sudut dwel) untuk memastikan
magnetic coil pengapian terpenuhi sepenuhnya.
b. Dapat beroperasi pada frekuensi uang jauh lebih tinggi dibandingkan sistem
pengapian elektronik dan kontak trandisional.

Gambar 1. Sistem pengapian CDI AC


Cara kerja system pengapian elektronik CDI AC
a) Pada saat kunci kontak off
Kunci kontak dalam posisi terhubung dengan massa. Arus listrik yang
dihasilkan sumber tegangan (Alternator) dibelokkan ke massa melalui kunci
kontak, tidak ada arus yang mengalir ke unit CDI sehingga sistem pengapian tidak
bekerja dan motor tidak dapat dihidupkan.

2
b) Pada saat kunci kontak on
Hubungan ke massa melalui kunci kontak terputus sehingga arus listrik
yang dihasilkan alternator akan mengalir masuk ke sistem pengapian. Ketika rotor
alternator (magnet) berputar, kumparan stator menghasilkan arus
listrikdisearahkan diode mengisi kapasitor sehingga muatan kapasitor penuh. Pada
saat yang ditentukan (saat pengapian) arus sinyal yang dihasilkan oleh signal
generator (pick up coil). Arus sinyal pick up coil mengaktifkan thyristor.
Thyristor aktif (kaki anoda dan katoda terhubung) dan arus listrik dapat mengalir
dari kaki anoda katoda.
Hal ini menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannnya)
dengan cepat melalui kumparan primer koil pengapianmassa koil pengapian, pada
kumparan primer koil pengapian dihasilkan tegangan induksi itu sendiri sebesar
200-300 V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 Kvolt disalurkan melalui kabel busi ke busi
untuk diubah menjadi pijaran api listrik.

Gambar 2. Sistem Pengapian CDI DC


Cara kerja CDI DC
a) Pada saat kunci kontak off
Hubungan sumber tegangan dengan rangkaian sistem pengapian terputus
tidak ada arus yang mengalir sehingga motor tidak dihidupkan.
b) Pada saat kunci kontak on

2
Kunci kontak menghubungkan sumber tegangan ((+) baterai) dengan
rangkaian sistem pengapian, sehingga arus listrik dari baterai dapat disalurkan ke
unit CDI (DC-DC Conventer). Ketika rotor alternator (magnet) berputar, reluctor
ikut berputar. Pada saat reluctor mulai mencapai lilitan pick up coil, lilitan pick
up coil akan menghasilkan sinyal listrik yang dimanfaatkan untuk mengaktifkan
switch transistor pada DC-DC Conventer. Kumparan primer sekunder pada DC-
DC Conventer akan bekerja secara induksi menaikkan tegangan sumber
disearahkan lagi oleg dioada mengisi kapasitor sehingga muatan penuh.
Pada saat yang hampir bersamaan (saat pengapian), arus sinyal yang
dihasilkan oleh signal generator mampu mebuka gerbang SCR, sehingga SCR
menjadi aktif dan membuka hubungan arus listrik dari kaki anoda katoda. Hal ini
akan menyebabkan kapasitor terdischarge (dikosongkan muatannya) dengan
cepat melalui kumparan primer koil pengapian massa koil pengapian. Pada
kumparan primer koil pengapian dihasilkan tengangan induksi sendiri sebesar
200-300V. Akhirnya pada kumparan sekunder koil pengapian akan timbul
induksi tegangan tinggi sebesar ± 20 KVolt disalurkan melalui kabel busi ke busi
untuk diubah menjadi pijaran api listrik.
F. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan salah satu keberhasilan yang diperoleh siswa
setelah terjadinya proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2009: 22) hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Hasil belajar sebagai objek penilaian pada hakikatnya
menilai penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan intruksional.
Hal ini karena isi rumusan tujuan intruksional menggambarkan hasil
belajar yang harus dikuasai siswa berupa kemampuan-kemampuan siswa setelah
menerima dan menyelesaikan pengalaman belajarnya. Howard Kingsley (Sudjana
2009: 22) membagi tiga macam hasil pembelajaran, yakni (1) ketrampilan dan
kebiasaan (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita.
Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah
diterapkan dalam kurikulum. Sedangkan dalam Gagne (Sudjana 2009: 22)
membagi kategori hasil belajar yakni, (a) informasi verbal, (b) ketrampilan

2
intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, (e) ketrampilan motoris.
G. Hipotesis
Berdasarkan dari kerangka berfikir di atas maka disusun suatu hipotesis
yaitu “ Ada Perbedaan hasil belajar pada kompetensi perbaikan sistem Pengapian
elektronik menggunakan Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (project
based learning) dengan model Pembelajaran Konvensional”.

Anda mungkin juga menyukai