Anda di halaman 1dari 20

Perdarahan Antenatal

Perdarahan termasuk tanda bahaya yang merupakan kedaruratan medis. Perdarahan


dibedakan berdasarkan waktu yaitu awal kehamilan dan akhir kehamilan. Perdarahan diawal
kehamilan diantaranya adalah abortus, pelebaran serviks prematur, KET dan MOLA.
Perdarahan diakhir kehamilan diantaranya adalah plasenta previa dan abrupsio plasenta.
Aborsi dibagi menjadi 2 yaitu aborsi patologis dan aborsi terapeutik. Aborsi patologis
yaitu aborsi spontan, aborsi terancam, tidak terelakkan, tidak lengkap, lengkap, tidak jelas
sepsis dan aborsi kekambuhan.
1. Penyebab aborsi :
 kelainan kromosom
 ketidakseimbangan endokrin, misalnya pada ibu yang memiliki cacat fase
luteal
 diabetes mellitus bergantung insulin dengan kadar gula darah yang tinggi.
 Faktor imunologi misalnya antibody antifosfolipid dan infeksi,
 Gangguan sistemik
 Gangguan genetic
2. Manifestasi Klinik :
 perdarahan uterus,
 kontaksi rahim,
 nyeri rahim pada awal kehamilan merupakan tanda ancaman keguguran.
 Nyeri hebat .
 Tingkat keparahannya tergantung kepada durasi kehamilan.
3. Penatalaksanaan :
 Abortus terancam : Tirah baring di tempat tidur, sedasi, menghindari stress,
menghindari stimulasi seksual dan orgasme. Asetaminofen berbasis analgesic
dapat diberikan. Perawatan lebih lanjut bergantung pada respon ibu terhadap
pengobatan.
 Abortus tidak terelakkan : Tirah baring jika tdk sakit, tdk demam, tdk
perdarahan. Terminasi jika. Ada sakit, ada demam, ada perdarahan, ada pecah
ketuban. Dengan Dilasi dan kuretasi. Dilatasi dgn pemberain prostaglandin.
Lakukan perawatan thd efek pemberian prostaglandin. Seperti mual, muntah,
diare. Evakuasi manual/ bedah rahim jika tidak keluar menyeluruh. Pemberian
oksitosin melalui intravena, 10 -20 unit dalam 1000 ml cairan intravena,
dilakukan setelah evakuasi rahim dengan tujuan mencegah perdarahan.
 Tindakan post aborsi jika terjadi perdarahan berat :
- pemberian ergot seperti ergonovine (methergine) atau turunan prostaglandin
seperti carboprost trometamin (Hemabate) untuk merangsang kontraksi uterus.
- Pemberian antibiotic, analgetik, transfuse
4. Setelah Kuretase :
 Umumnya klien udah bisa pulang.
 Indicator, klien boleh pulang : telah pulih dari anestesi, tanda vital stabil,
perdarahan vagina tetap minimal.
 Penkes sebelum pasien pulang : menekankan istirahat, Pencegahan infeksi:
VH, keluhan normal yang akan dirasakan klien yaitu kram perut, perdarahan.
Kebutuhan nutrisi akan zat besi, kembalinya aktivitas seksual, keluarga
berencana, rencana kehamilan berikutnya.
5. Inkompetensia Serviks :
 Dilatasi serviks pasif tampa rasa sakit selama trimester kedua.
 Penyebab :
• Riwayat trauma serviks sebelumnya seperti laserasi persalinan, dilatasi
serviks yang berlebihan saat kuretase atau biopsy,
• Riwayat konsumsi dietilstilbestrol (DES) saat hamil.
• Serviks congenital pendek dan kelainan serviks dan uterus.
 Diagnosis:
• Pemeriksaan USG
• Serviks yang pendek (kurang dari 25 mm) & penipisan serviks
merupakan tanda terjadi penurunan kompetensia serviks
 Tatalaksana
• Suportif: istirahat, penggunaan KB, antibotik
• Obat antiinflamasi, Suplementasi progesterone
• Op: Pemasangan cerclage serviks
6. Pengkajian Psikososial :
• Mengkaji perasaan ibu tentang kehamilan, mengkaji apakah ibu merasa
bersalah atau harus disalahkan atas keguguran yang dialaminya, terlebih lagi
kondisi inkompetensia serviks umumnya ibu memiliki riwayat keguguran
sebelumnya sekali atau lebih dari sekali.
• Pengkajian pemahaman ibu tentang inkompetensia serviks juga perlu
dilakukan.
• Mengkaji support system yang dimiliki ibu
7. Tindakan Perawatan Dirumah :
• Tirah baring di tempat tidur, beberapa hari.
• Menunda hubungan seksual sampai control berikutnya.
• Pembatasan aktivitas di rumah,
• Kontrol dan pengawasan ketat.
• Ibu akan diberi obat tokolitik untuk mencegah kontraksi rahim dan semakin
melebarnya serviks.
• Pendidikan kesehatan tentang hasil akhir yang diharapkan dan efek samping
yang mungkin muncul.
• Anjurkan ibu untuk obs adanya tanda tanda premature, dan infeksi.
• Ibu diberi informasi tentang tanda tanda bahaya yang mengharuskan ibu untuk
control diantaranya munculnya kontraksi kuat setiap kurang dari lima menit
sekali, tekanan perineum yang berat dan dorongan untuk mengedan.

Asuhan Keperawatan Kehamilan Ektopik Terganggu

Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium
kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
Disebut kehamilan ektopik terganggu jika terjadi abortus / pecah, Hal ini dapat berbahaya
bagi wanita hamil tersebut

Lokasi Kehamilan Ektopik Daerah tuba Khususnya di ampulla dan isthmus (Kejadian paling
banyak)
Etiologi :
1. Hambatan pada perjalanan sel telur dari indung telur (ovarium) ke rahim (uterus).
2. Faktor resiko yang diperkirakan sebagai penyebabnya Infeksi saluran telur
(salpingitis), dapat menimbulkan gangguan pada motilitas saluran telur.
3. RiwayatRiwayat operasi tuba.
4. CacatCacat bawaan pada tuba, seperti tuba sangat panjang.
5. KehamilanKehamilan ektopik sebelumnya.
6. AborsiAborsi tuba dan pemakaian IUD.
7. KelainanKelainan zigot, yaitu kelainan kromosom.
Bekas radang pada tuba; disini radang menyebabkan perubahan-perubahan pada
endosalping, sehingga walaupun fertilisasi dapat terjadi, gerakan ovum ke uterus
terlambat.
8. OperasiOperasi plastik pada tuba.
9. AbortusAbortus buatan.

Patofisiologi :
Abortus tuba :
1. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan ampulla,
2. Darah yang keluar dan masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak begitu banyak
karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.

Ruptur dinding tuba :


1. Ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari distensi
berlebihan tuba.
2. SeringSering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya pada
kehamilan muda.
3. RupturRuptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma koitus dan
pemeriksaan vaginal.
4. AkanAkan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit
hingga banyak, sampai menimbulkan syok dan kematian.

Tanda Gejala
Bervariasi dari parah sampai samar, tergantung pada:
1. lamanya kehamilan ektopik terganggu,
2. abortus atau ruptur tuba,
3. tuanya kehamilan,
4. derajat perdarahan yang terjadi
5. Keadaan umum penderita sebelum hamil.
6. PerdarahanPerdarahan banyak yang tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya
gejala yang tidak jelas sehingga sukar membuat diagnosanya.
7. PerdarahanPerdarahan pervaginam merupakan tanda penting kedua pada kehamilan
ektopik terganggu. Hal ini menunjukkan kematian janin.
8. Nyeri abdomen bawah

Penanganan medis
1. Laparatomi
2. Salpingektomi : Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan shg penyembuhan lebih
cepat Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya
penyembuhan lebih cepat
3. transfusi, infus, oksigen,
4. Jika infeksi diberikan antibiotika dan antiinflamasi.
5. Perawatan harus dirawat inap di rumah sakit.

Komplikasi
1. Shyok hipovolumik
2. Infeksi
3. Sterilitas
4. Pecahnya tuba falopii
5. Komplikasi tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio
Prognosis
1. Dgn deteksi dini Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun
2. Kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah
mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi
3. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 – 14,6%.
4. KemungkinanKemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%

Pengkajian
1. Anamnesis :
 Riwayat terlambat haid,
 gejala dan tanda kehamilan muda,
 dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam,
 ada nyeri perut kanan / kiri bawah.
 Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul
dalam peritoneum.
2. Pemeriksaan Fisik
 Rahim yang juga membesar
 Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas
dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah,
nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen.
 PemeriksaanPemeriksaan ginekologis, Pemeriksaan dalam: seviks teraba
lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri.
3. Pemeriksaan Diagnostik
 Laboratorium : Hb, Leukosit, urine B-hCG (+).
Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat
meningkat.
 USGUSG : - Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri
- Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri
- Adanya massa komplek di rongga panggul
 Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di
luar uterus.
 KuldosentesisKuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui
apakah dalam kavum Douglas ada darah.
 DiagnosisDiagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
Diagnosa keperawatan
1. Gg Perfusi jaringan
2. Gg cairan kurang dari kebutuhan
3. Gg rasa nyaman nyeri

Diagnosa Post Op :
1. Gg perfusi jaringan
2. Resti infeksi

Asma dalam Kehamilan


Pengertian :
Asma adalah keadaan klinis yang ditandai oleh masa penyempitan bronkus yang reversibel,
dipisahkan oleh masa di mana ventilasi jalan nafas terhadap berbagai rangsang. (Sylvia
Anderson (1995 : 149)
Asma adalah radang kronis pada jalan nafas yang berkaitan dengan obstruksi reversible dari
spasme, edema, dan produksi mucus dan respon yang berlebihan terhadap stimuli. (Varney,
Helen. 2003)

Perubahan sistem pernafasan selama kehamilan disebabkan Perubahan hormonal


Volume tidal meningkat dari 450 cc menjadi 600 cc sehingga terjadi peningkatan ventilasi
per menit. Peningkatan volume tidal ini diduga disebabkan oleh efek progesteron terhadap
resistensi saluran nafas dan dengan meningkatkan sensitifitas pusat pernafasan terhadap
karbondioksida.

Gejala asma :
1. Mulai dari wheezing saat ekspirasi - bronkokonstriksi berat.
2. HipoksiaHipoksia ringan dikompensasi dengan hiperventilasi. Jika bertambah berat
kelelaha retensi O2.
3. Tanda gagal napas : asidosis, hiperkapnea, adanya pernapasan dalam, takikardi,
pulsus paradoksus, ekspirasi memanjang, penggunaan otot asesoris pernapasan,
sianosis sentral, sampai gangguan kesadaran.
4. ManifestasiManifestasi klinis asma yaitu dispnea, kesesakan dada, wheezing, dan
batuk malam hari, sputum kental.
5. Pasien melaporkan gejala seperti gangguan tidur dan nyeri dada.
6. Batuk yang memicu spasme dapat BERBAHAYA.
7. Beberapa penderita asma hanya dimulai wheezing tanpa batuk.
8. BeberapaBeberapa yang lain tidak pernah wheezing tetapi hanya batuk selama
serangan terjadi.
9. SelamaSelama serangan asma, mukus menjadi kering dan sukar.

DERAJAT ASMA
1. TINGKAT PERTAMA secara klinis normal, tetapi asma timbul jika ada faktor
pencetus
2. TINGKAT KEDUA penderita asma tidak mengeluh dan pada pemeriksaan fisik tanpa
kelainan tetapi fungsi parunya menunjukkan obstruksi jalan nafas
3. TINGKAT KETIGA penderita tidak ada keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik
maupun maupun fungsi paru menunjukkan tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
4. TINGKAT KEEMPAT penderita mengeluh sesak nafas, batuk dan nafas
berbunyi.Pada pemeriksaan fisik maupun spirometri akan dijumpai tanda-tanda
obstruksi jalan napas.
5. TINGKATTINGKAT KELIMA status asmatikus, yaitu suatu keadaan darurat medik
berupa serangan akut asma yang berat, bersifat refrakter terhadap pengobatan yang
biasa dipakai.

Modifikasi asma berdasarkan National Asthma Education Program (NAEPP)


 Asma Ringan
Singkat (< 1 jam ) eksaserbasi symptomatic < dua kali/minggu
Puncak aliran udara ekspirasi > 80% diduga akan tanpa gejala
 Asma Sedang
Gejala asma kambuh >2 kali / mingggu
Kekambuhan mempengaruhi aktivitasnya
Kekambuhan mungkin berlangsung berhari-hari
Kemampuan puncak ekspirasi /detik dan kemampuan volume ekspirasi berkisar
antara 60-80%.
 AsmaAsma Berat
Gejala terus menerus menganggu aktivitas sehari-hari
Puncak aliran ekspirasi dan kemampuan volume ekspirasi kurang dari 60% dengan
variasi luas
Diperlukan kortikosteroid oral untuk menghilangkan gejala.

DiagnosisDiagnosis dan pemantauan penyakit

 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala episodic obstruksi aliran jalan napas


 Derajat asma dikelompokkan berdasarkan frekuensi dan derajat berat gejalanya,
termasuk gejala malam, episode serangan, dan faal paru.
 Pasien asma persisten harus dievaluasi minimal setiap bulannya selama kehamilan.
Evaluasi termasuk riwayat penyakit (frekuensi gejala, asma malam hari, gangguan
aktivitas, serangan dan penggunaan obat ), auskultasi paru, serta faal paru
 Uji spirometri dilakukan pada diagnosis pertama kali, dan dilanjutkan dengan
pemantauan rutin pada kunjungan pasien selanjutnya, tetapi pengukuran APE dengan
peak flow meter biasanya sudah cukup. Pasien dengan VEP1 60-80% prediksi
meningkatkan risiko terjadinya asma pada kehamilan, dan pasien dengan VEP1
kurang dari 60% prediksi memiliki risiko yang lebih tinggi

Penalaksanaan asma pada kehamilan


1. Penyesuaian terapi untuk mengatasi gejala.
2. Pengobatan untuk mencegah serangan dan penanganan dini bila terjadi serangan.
3. Pemberian obat sebaiknya inhalasi, untuk menghindari efek sistemik pada janin.
4. Pemeriksaan fungsi paru ibu.
5. Pada pasien yang stabil, NST dilakukan pada akhir trimester II/awal trimester III.
6. Konsultasi anestesi untuk persiapan persalinan.

Penatalaksanaan asma kronis pada kehamilan harus mencakup :


 Penilaian obyektif fungsi paru dan kesejahteraan janin
 Menghindari faktor pencetus asma
 Edukasi
 Terapi farmakologi selama kehamilan (asma intermiten, asma persisten ringan, asma
persisten sedang, dan asma persisten berat)
 Jgn gunakan morfin pd persalinan krn akan menimbulkan bronkospasme
 Pilih persalinan pervaginam/ Op anestesi logal/ regional

Asuhan Keperawatan Pada Kehamilan Mola HIdatidosa

Definisi :
Mola hidatidosa atau dikenal dengan kehamilan molar adalah pertumbuhan proliferasi
trofoblas plasenta jinak, dimana villi korionik berkembang menjadi edematous, kistik, vesikel
transparan avaskular yang menggantung secara berkelompok seperti anggur.

Etiologi :
 Cacat ovum
 Imunoselektif dari tropoblast
 Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
 Paritas tinggi
 Kekurangan gizi
 Kekurangan protein
 Infeksi virus
 Faktor kromosom yang belum jelas

Kelompok Resiko Tinggi


1. kelompok ibu yang menggunakan klomifen (Clomid) untuk stimulasi ovulasi,
2. Kehamilan pada remaja
3. Kehamilan pada ibu yang berusia lebih dari 40 tahun,
4. Riwayat keguguran
5. Riw. masalah pada gizi seperti defisiensi asupan koefisien karoten dan lemak
hewani
Klasifikasi
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :
 Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin
 Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Patofisiologi :
1. Teori missed abortion.
Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah
darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya
terbentuklah gelembung-gelembung.
2. TeoriTeori neoplasma dari Park.
Sel-sel trofoblast abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi
reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.
3. Studi dari Hertig lebih menegaskan
bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai
degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima.

Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan
trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

Tanda dan Gejala


 Amenore dan tanda-tanda kehamilan
 Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan
lanjut
 kadang keluar gelembung mola.
 Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
 TidakTidak terabanya bagian janin pada palpasi
 Tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.
 Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.

Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan kadar HCG : Terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urin
 Uji Sonde : Sonde (penduga rahim)
Dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri.
Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada
tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)
 Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 – 4 bulan
 Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak
terlihat janin
 Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udara
 USG transvaginal merupakan alat yang paling akurat untuk mendiagnosa mola
hidatidosa.
 Karakteristik massa intrauterine pola difusi menyebar, dikenal dengan istilah badai
salju, terlihat di tempat, atau bersama dengan, suatu embrio atau janin.
 Jaringanaringan trofoblas pada kehamilan mola mengeluarkan hormone hCG. Salah
satu yang membedakan kehamilan mola dengan kehamilan normal adalah pada usia
10 – 12 minggu kehamilan mola, kadar hCG terus menerus meningkat sedangkan
pada kehamilan normal, kadar hCG menurun.

Penatalaksanaan Medik
1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis
- Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis.
- Pada fasilitas kesehatan dan sumber daya terbatas, dapat dilakukan :
Evaluasi klinik : - Riwayat haid terakhir dan kehamilan
- Perdarahan tidak teratur atau spotting
- Pembesaran abnormal uterus
- Pelunakan serviks dan korpus uteri
- Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin
- Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya
diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson
2. kuret isap. Dgn segera
3. Asuhan keperawatan berfokus pada pemberian informasi pada klien dan keluarga
tentang proses penyakit, kebutuhan tindak lanjut jangka panjang, konsekwensi
penyakit. Perawat membantu ibu dan keluarga menghadapi proses berduka hingga ibu
dan keluarga berada pada fase menerimabahwa kehamilan tersebut tidak normal,
dengan cara, perawat memberi kesempatan pada ibu dan keluarga untuk
mengekspresikan perasaan mereka, perawat memberi informasi tentang kelompok
pendukung dan sumber daya konseling yang diperlukan. Kemudian memberi
informasi tentang menunda kehamilan berikutnya dengan kontrasepsi yang sesuai.
4. Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung
berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60
tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas
kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).
5. Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber
vakum adalah tabung manual,
6. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)
7. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Diagnosa keperawatan
 Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
 Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan
 Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
 Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
 Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
 Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
 Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase
 Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahan
Tindak lanjut perawatan :
1. Observasi tumbuhnya koriokarsinoma
2. pemeriksaan fisik, pemeriksaan pelvis, dan pengukuran kadar hCG setelah dua
minggu hingga kadar hCG normal dan tetap normal selama tiga minggu.
3. Pengukuran kadar hCG terus dilakukan secara serial : selama enam bulan, kemudian
setiap dua bulan selama satu tahun.
4. Pada kondisi peningkatan titer kadar hCG dan pembesaran rahim menunjukkan
koriokarsinoma (GTD ganas).
5. Jika berlanjut menjadi trofoblastik persisten, maka dilakukan tindakan kemoterapi.

Askep pada ibu hamil dengan anemia

Anemia sebagai kadari hemoglobin kurang dari 11 g/dl pada trisemester pertama dan
ketiga kurang dari 10.5 g/dl trisemester kedua. Keburuhan zat besi untuk wanita tidak hamil
12mg, dan untuk wanita hamil dan menyusui 17 mg. Klasifikasi anemia :
a. Hb 11 gr% : tidak anemia
b. Hb 9 - 10 gr% : anemia ringan
c. Hb 7 - 8 gr% : anemia sedang
d. Hb < 7 gr% : anemia berat

Anemia Defisiensi Besi


Terjadi sekitar 62,3% kehamilan. Merupakan anemia yang paling serung dijumpai pada
kehamilan.
Etiologi : hipervolemia, kurangnya zat besi dalam makanan, gangguan pencernaan di
absorbsi, pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma.
Tanda gejala : kepala pusing, letih, lesu, lelah, rambut yang rapuh dan halus, perubahan
jaringan epitel kuku, lidak tampak pucat.

Anemia Megaloblastik
Terjadi pada 26% kehamilan. Sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam
kehamilan.
Etiologi : defisiensi asam folat. Defisiensi vitamin B12 (jarang), hal itu erat hubungannya
dengan defisiensi makanan.
Kelompok resiko : diet tidak baik. Malnutrisi, glositis berat, diare, kehilangan nafsu makan,
meminum obat anti kejang, kehamilan multiple.
Tanda gejala : pucat, lelah, glositis, kulit kasar, letargi.

Anemia Hipoplastik
Terjadi pada 8% kehamilan.
Etiologi : sumsum tulang kurang mampu membuat sel sel darah baru, apabila masih masa
nifas akan sembuh dengan sendirinya tetapi pada kehamilan berikutnya biasanya wanita
mengalami anemia hipoplastik.
Ciri - ciri : tidak ditemukan ciri ciri defisiensi besi, asam folat, dan viramin B12, sumsum
tulang bersifat normoblastik .

Anemia Hemolitik
Terjadi sekitar 0.7% kehamilan terjadi pengancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pada pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar hamil, kalau hamil
biasanya anemia menjadi berat. Anemia hemolitik dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu :
faktor intrakorpuskuler dan faktor ekstrakorpuskuler.
Gejala : anemia, hiperbilirubin, hemiglobinuria, kadar sterkobilin dalam feses tinggi.
Patofisiologis : kehamilan - sirkulasi meningkat - pengencaran darah - hemoglobin menurun.
Dampak anemia pada kehamilan :
1. Trisemester pertama : abortus, kelainan congenital, missed abortus.
2. Trisemester kedua : persalinan prenatal, BBLR, pendarahan antepartun, IQ rendah.
Dampak anemia pada persalinan : janin lahir dengan anemia, pendarahan, infeksi, gangguan
jalan persalinan.
Dampak anemia pada pascapartus : retensio plasenta.
Efek samping konsumsi tablet zat besi : mual, muntah, tinja menjadi berwarna hitam.
askep:
1. Pengkajian
Anamnesa : Merasa lebih cepat lelah, letih, lesu, tidak bergairah dan mudah pusing
atau pingsan
2. PemeriksaanFisik ; Konjungtiva pucat, Bibir, lidah dan mukosa mulut pucat, Telapak
tangan Pucat
3. Pemeriksaan Penunjang : Kadar Hb, hematokrit dan jumlah sel darah merah
4. Diagnosa keperawatan : Gg Perfusi jaringan, Gg rasa nyaman nyeri, Intoleransi
Aktifitas
5. Intervensi -> gangguan perfusi :
• Tingkatkan pola makan
• Tingkatkan intake protein hewani dan nabati
• Tingkatkan intake zat besi, asam folat dan Vit C dan B
• Batasi penggunaan antasid
• Pemberian tablet zat besi
• Penkes ttg : Penting dan manfaat zat besi, cara minum zat besi yang benar,
Bahaya Anemia.

Asuhan Keperawatan Pada Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum : mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil sampai
mengganggu pekerjaan sehari hari karena pada umumnya menjadi buruk karena terjadi
dehidrasi (muchtar, 1998). Hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai
umur kehamilan 20 minggu, begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan diminum
dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan pekerjaan sehari-hari, berat badan
menurun, dehidrasi, terdapat aseton dalam urine, bukan karena penyakit seperti
Appendisitis, Pielitis dan sebagainya.

Dalam buku obstetri patologi (1982) Hiperemesis Gravidarum adalah suatu keadaan dimana
seorang ibu hamil memuntahkan segala apa yang di makan dan di minum sehingga berat
badannya sangat turun, turgor kulit kurang, diuresis kurang dan timbul aseton dalam air
kencing. Suatu keadaan pada ibu hamil yang ditandai dengan muntah-muntah yang
berlebihan (muntah berat) dan terus-menerus pada minggu kelima sampai dengan minggu
kedua belas .
Etiologi : Penyebab Utama karena ketidakseimbangan hormon. Hormon Khorionik
gonadotropin dibentuk berlebihan pada kondisi pada mola hidatidosa dan kehamilan ganda
sehingga sering menyebabkan hiperemesis. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolic akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap
perubahan, ini merupakan faktor organik.
Faktor resiko/predisposisi : primi gravida, Kehamilan mola hidatidosa , Kehamilan ganda,
Alergi sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, Faktor psikologi, Ibu
dengan riwayat gangguan psikiatric.
Patofisiologis : plasenta - HCG - efek pada gastrointestinal - menurunnya motilitas
gastrointestinal - mual, muntah (kembung)
Dampak :
1. Gangguan cairan : hivopolemik dan hipoperfusi
2. Gangguan elektrolit : kurang dari kebutuhan
3. Gangguan keseimbangan asam basa
4. Terhadi sindroma mallory- Weiss
5. Perkembangan jamun terganggu sebab kekuranfan nutrisi
Tanda dan gejala :
1. Tingkat I : mual terus menerus yang mempengaruhi keadaan umun penderita.
2. Tingkat II : penderita tampak lebih lemah dan apatis.
3. Tingkat III : keadaan umum lebih parah
Komplikasi : dehidrasi, takikardi, kelaparan, suhu meningkat, gangguan asam basa, ikterik.
Pemeriksaan diagnostik : USG, Urinalisis, pemeriksaan fungsi hepar.
Pencegahan : menganjurkan mengubah pola makan sehari haru, memberikan penerapan
tentang kehamilan dan persalinan, sebagai suatu proses yang fisiologis.
Obat - obatan : sedative, Vitamin B1 dan B6, anti hitamika
Penatalaksanaan : isolasi, pemberian Vitamin dan Mineral, observasi intake dan output :
muntah, urin, feses, pemberian cairan IV an elektrolit.
Pertimbangan gugur kandungan bila : gangguan kejiwaan, gangguan penglihatan faal.
Syarat diet hiperemis gravidarum : karbo tinggi, lemak rendah, protein rendah, makanan
mudah dicerna.
Macam - macam diet :
1. Diet hiperemesis I : diberikan kepada pasien dengan hiperemesis gravidarum berat (III)
2. Diet hiperemesis II : diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang (II)
3. Diet hiperemesis III : diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum (I)

Pengkajian keperawatan :

- Keluhan: Nyeri epigastrium, Segala yang dimakan/ minum dimuntahkan.


- TTV: Tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (> 100 kali per menit),
Frekuensi pernapasan meningkat, berbau aseton, Suhu tubuh meningkat
- Keadaan Umum : Tampak lemah, BB menurun, pengurangan BB (5 – 10 Kg) atau 1/10 dr
BB asal.
- Pola makan: Mual dan muntah yang berlebihan (4 – 8 minggu)
- Eliminasi: Perubahan pada konsistensi; defekasi.
- peningkatan frekuensi berkemih Urinalisis : peningkatan konsentrasi urine dan Adanya
aseton dalam urine.
- Pemeriksaan Fisik: Mata cekung, ikterik, membran mukosa mulut iritasi dan merah, lidah
kering, Turgor kulit berkurang, Kesadaran: koma.
- Pemeriksaan Diagnostik: Hb dan Ht rendah
- Integritas ego: Konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi
tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
- Interaksi sosial: Perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospitalisasi dan sakit, sistem pendukung
yang kurang.
- Diagnosa Keperawatan Yg mungkin muncul:
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan nutrisi yang
berlebihan dan intake yang kurang.
Deflsit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan yang berlebihan.
Koping tidak efektif berhubungan dengan perubahan psikologi kehamilan.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
Gangguan rasa nyaman : nyeri ulu hati berhubungan dengan frekuensi muntah yang sering.
Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan pengobatan berhubungan dengan
informasi yang tidak adekuat.

GASTASIONAL DM
Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok
penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
Klasifikasi dan Karakteristik Diabetes Melitus
Diabetes melitus tipe I:
Destruksi sel beta, menyebabkan defisiensi insulin absolut baik melalui proses imunologik
maupun idiopatik.
DM TIPE I
1. Mudah terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan harus dengan insulin
3. Onset akut
4. Biasanya kurus
5. Biasanya terjadi pada umur yang masih muda
6. Berhubungan dengan HLA-DR3 dan DR4
7. Didapatkan antibodi sel islet
8. 10%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
30-50 % kembar identik terkena
Diabetes melitus tipe II:
Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai
yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
1. Sukar terjadi ketoasidosis
2. Pengobatan tidak harus dengan insulin
3. Onset lambat
4. Gemuk atau tidak gemuk
5. Biasanya terjadi pada umur > 45 tahun
6. Tidak berhubungan dengan HLA
7. Tidak ada antibodi sel islet
8. 30%nya ada riwayat diabetes pada keluarga
9. ± 100% kembar identik terkena
Pengaruh kehamilan pada diabetes
• Pre diabetes menjadi manifes atau penyakitnya menjadi sulit dikendalikan
• Kehamilan  toleransi glukosa terganggu
• Insulin antagonisme akibat laktogen plasenta, estrogen, progesteron.
• Insulinase plasenta ?
• Beberapa keadaan selama kehamilan mempengaruhi DM seperti
Manajement perawatan antepartum
• Diet
• Olah raga
• Personal hygiene
• Perawatan kaki dan kuku
• Terapi insulin
• Pemantauan kadar gula darah
• Pemantauan janin

PENYAKIT JANTNG DAN KEHAMILAN

 Kehamilan merupakan kondisi yang membuat beban sistem kardiovaskuler


meningkat.
Klasifikasi
 Kelas I
Aktifitas biasa tdk terganggu
 Kelas II
Aktifitas fisik terbatas, namun tidak ada gejala saat istirahat
 Kelas III
Aktivitas ringan sahari hari terbatas, timbul sesak/nyeri, palpitasi pd aktivitas yg
ringan
 Kelas IV
Gejala timbul pada waktu istirahat, dan terdapat gejala gagal jantung
Penatalaksanaan
 Pengawasan antenatal ketat
 Penanganan Umum
- Penderita derajat III dan Iv tidak boleh hamil, bila hamil dilakukan terminasi
- Persalinan untuk penderita kelainan jantung adalah persalinan yang singkat
dan bebas nyeri.
- Induksi persalinan dapat dilakukan saat serviks sudang matang.
TORCH PADA KEHAMILAN

Apa yang dimaksud dengan Pemeriksaan TORCH


Pemeriksaan untuk mengetahui atau mendiagnosis adanya infeksi TORCH pada
seseorang
TORCH merupakan singkatan dari 4 penyakit Infeksi (Toxoplasma, Rubella, CMV
dan HSV)
T : Toxoplasmosis O : Other (infeksi lainnya seperti : Syphilis, group B
Streptococcal, dll) R : infeksi Rubella C : infeksi Cytomegalovirus (Chlamydia
Trachomatis) H : infeksi Herpes Simpleks Virus (Hepatitis B-C, HIV, HPV, H.
Parvovirus B19)
Infeksi TORCH mempunyai beberapa kemiripan :
Infeksi yang terjadi pada ibu hamil biasanya tidak bergejala (asimptomatik) - Infeksi pada
janin dampaknya bervariasi : * tidak terjadi infeksi * terjadi infeksi ringan sampai berat
hingga terjadi kematian janin * bayi lahir dengan gejala2 :gangguan/kerusakan pada otak,
paru-paru, mata atau telinga
Sumber Infeksi Toxoplasma
Tinja kucing (mengandung ookista) Hewan potong yang terinfeksi (mengandung kista) Ibu
yang terinfeksi pada saat hamil Organ/darah donor yang terinfeksi
Toxoplasma gondii terdapat Dalam 3 bentuk :
• Trofozoit
• Kista
• Ookista
penularan Infeksi Toxoplasma
Makan makanan : sayuran dan buah-buahan yang tercemar tinja kucing (sumber ookista)
Makan daging yang masih mentah atau kurang matang (mengandung kista)
Melalui kontaminasi mukosa (mulut & mata) Secara vertikal dari ibu ke janin
Melalui transfusi darah Melalui transplantasi organ

Bagaimana gejala infeksi ini


Pada umumnya infeksi ini tidak bergejala, kalaupun ada gejalanya tidak khas/spesifik (seperti
flu) sehingga dokter atau pasien ybs. tidak mengenalinya
Diagnosis klinik sukar ditegakkan

Anda mungkin juga menyukai