Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang berkaitan dengan manusia
yang selalu hidup bermasyarakat. Pada kodratnya ia adalah mahluk sosial yang
selalu hidup dinamis dan berkembang. Politik dapat dihubungkan dengan manusia
sebagai pelaksana dari politik tersebut. Berbagai macam hal mengenai
perkembangan politik di Indonesia sering terjadinya perubahan terhadap sistem
pemilu terutama dalam sistem pemilu di DPR. Berbagai partai politik berusaha
memperoleh jabatan di DPR dengan menggunakan berbagai macam cara. Salah
satu caranya dengan mempersempit atau memperampingkan jumlah partai politik
yang dapat lolos menduduki kursi DPR dengan sistem Parliamentery Threshold.
Sistem Parliamentery Threshold ini sudah diberlakukan di Indonesia pada pemilu
2009 dengan ketentuan sebesar 2,5% dan pada pemilu 2014 sebesar 3,5% dan
tidak berlaku secara nasional. Pada Pemilu 2009, parliamentary treshold diatur
dalam pasal 202 UU No. 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang menentukan sebagai berikut
Negara Indonesia dan negara maju lainnya menganut Demokrasi tidak langsung
hal tersebut dikarenakan:4
1
Tasya,Hanna.2019 “Parliamentery Treshold”.
http://fh.unpad.ac.id/parliamentary-threshold-hantu-bagi-partai-baru,diakses
16 Oktober 2019
2
Kansil CST & ST Kansil Christine, Ilmu Negara, (Jakarta: PT Pradnya
Paramita,2001),hlm.113.
3
Rahaditya R, Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi,cet.5
(Tangerang : Pustaka Mandiri,2015),hlm.114.
4
Ibid.,hlm.115.
c. Setiap warga negara mempunyai kesibukan sendiri-sendiri di dalam
mengurus kehidupannya sehingga masalah pemerintahan cukup
diserahkan pada orang yang berminat dan memiliki keahlian dibidang
pemerintahan negara
5
Ibid.,hlm.118.
6
Ali Moertopo,Strategi Pembangunan Nasional.Cet II.CSIS,
(Jakarta:CSIS,1982).hlm.90 dst.
c. Menjelang Pemilu tahun 1955 yang berdasarkan demokrasi liberal terdapat
70 Partai Politik maupun perseorangan yang mengambil bagian dalam
pemilu tersebut.
d. Mulai Dekrit Presiden 5 Juli 1959 dilakukanlah penyederhanaan sistem
kepartaian di Indonesia
e. Pada tanggal 14 April 1961 diumumkan hanya ada 9 Partai Politik yang
mendapat pengakuan, yaitu PNI,NU,PKI,PSII,PARKINDO,Partai Katolik,
Perti, Murba, dan Partindo.
f. Pada tanggal 9 Maret 1970 terjadi pengelompokkan Partai-partai Politik
dengan terbentuknya Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri
dari PNI, Partai Katolik , Parkindo , IPKI , dan Murba Kemudian pada
tanggal 13 Maret 1970 terbentuk Kelompok Persatuan Pembangunan
yang terdiri dari NU, Parmusi ,PSII dan Perti.
g. Pada tanggal 5 dan 10 Januari 1973 terbentuk Partai Persatuan
Pembangunan (PPP) sebagai bentuk fusi dari Kelompok Persatuan
Pembangunan dan Partai Demokrasi di Indonesia sebagai fusi kelompok
Demokrasi Pembangunan
h. Akhirnya pada tahun 1971 hanya ada 3 kekuatan sosial Politik peserta
pemilu yaitu dua partai politik (PPP dan PDI) dan satu Golongan Karya
(GOLKAR)
Dari proses perkembangan partai politik dari masa ke masa, kita dapat melihat
bahwa Pemerintah Indonesia atau presiden dari masa orde lama maupun masa
orde baru mengiinginkan pembatasan jumlah partai politik hal itu sangat
dibutuhkan untuk membatasi perkembangan ideologi lain yang dapat
menyebabkan ideologi Pancasila menjadi tergantikan dengan ideologi lain di luar
pancasila dan mencegah terjadinya perbedaan pendapat antara pemerintah dengan
partai politik yang sebagian besarnya menjalankan fungsi legislatif. Pemerintah
pada masa orde lama dan orde baru tidak ingin adanya kritik dari para wakil
rakyat agar pemerintah dapat membuat kebijakan tanpa perlu diawasi oleh para
wakil rakyat dalam hal ini disebut sebagai partai politik. Setelah masa Orde Lama
dan Orde Baru ini Indonesia memasuki masa Reformasi. Pada masa Reformasi
negara Indonesia mengalami kemajuan dari segi partai politik dan mulai adanya
kebebasan pers terutama dalam hal menyampaikan pendapat di muka umum
sehingga hal ini sesuai dengan pengertian demokrasi yang mengandung kebebasan
yang diberikan kepada rakyat untuk menyampaikan pendapat di muka umum
untuk mengkritisi setiap kebijakan pemerintah yang dianggap oleh rakyat,
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah tersebut merugikan kepentingan rakyat
banyak. Rakyat pun pada masa reformasi sudah boleh membuat kelompok atau
partai politik sehingga perkembangan partai politik sudah semakin pesat dan
jumlah partai politik setiap tahunnya semakin bertambah. Tetapi jika rakyat terlalu
diberikan kebebasan seluas-luasnya untuk menyampaikan pendapat, berkumpul
atau membentuk suatu kelompok sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar
1945 dan Pancasila, maka akan timbulnya paham-paham yang baru yang
kemungkinan besar akan bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 sebagai
dasar negara. Jika suatu kepentingan rakyat atau kelompok tidak terpenuhi maka
rakyat atau kelompok tersebut boleh membuat partai politik, akan tetapi hal
tersebut dapat menimbulkan perbedaan antara kepentingan suatu kelompok atau
partai politik yang satu dengan kepentingan partai politik yang lainnya dan
kepentingan dari suatu kelompok atau partai politik akan mempengaruhi suatu
produk hukum atau produk legislasi yang dibuat oleh partai politik tersebut akan
menimbulkan ketidakpastian hukum akibat dari diturutinya masing-masing
kepentingan suatu partai politik atau kelompok golongan tertentu.
Sistem Parliamentery Threshold sangat bagus dan dapat membuat partai politik
yang sudah lama terbentuk akan tetap berkuasa sehingga partai politik tersebut
tidak perlu menghawatirkan posisinya akan digeser oleh partai politik yang baru.
Kelemahannya bagi partai politik yang baru terbentuk tidak dapat masuk ke dalam
DPR sehingga membuat suara aspirasi atau gagasan perubahan mengenai suatu
rancangan undang-undang tidak dapat disampaikan.
DAFTAR PUSAKA