Anda di halaman 1dari 36

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI UU NO.

38 TAHUN 2014 PASAL 23-44

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Etika Keperawatan

Dosen Pengampu: Mukhadiono, SSIT, MH

DISUSUN OLEH:

1. Restyas Setio Rahayu (P1337420219104)


2. Novia Kamilatunn Nisa (P1337420219105)
3. Sella Mitha Fatima (P1337420219107)
4. Alfionika Eman Mey Lingga (P1337420219108)
5. Alfian Nur Hidayat (P1337420219109)
6. Amanda Aziz B (P1337420219110)
7. Velia Rahmadani Prasetyanti (P1337420219114)
8. Chebyta Maudra Pangesti (P1337420219115)
9. Alfina Khimatun Ahya (P1337420219116)
10. Aulia Nurhanifa Sukoco (P1337420219120)
11. Anisa Fajar Oktaviani (P1337420219121)
12. Frida Nur Fadilah (P1337420219122)
13. Eli Rohilin (P1337420219125)
14. Aprilia Nafisatul Khoridah (P1337420219127)
15. Sapta Mariyadhi Tasyrik (P1337420219132)
TINGKAT 1C

D III KEPERAWATAN PURWOKERTO

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Sungguh suatu kesyukuran yang memiliki makna tersendiri, karena
walaupun dalam keadaan terdesak, kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Dalam penulisan karya tulis ini, kami membahas tentang “ANALISIS


DAN IMPLEMENTASI UU NO.38 TAHUN 2014 PASAL 23-44”. Apa yang
kami lakukan dalam karya tulis ini, masih jauh yang diharapkan dan isinya masih
terdapat kesalahan-kesalahan baik dalam penulisan kata maupun dalam
menggunakan ejaan yang benar. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya
membangun, sangat kami harapkan sehingga makalah ini menjadi sempurna.

Purwokerto,20 Februari 2020

Penyusun
PENDAHULUAN

Sumber daya kesehatan adalah semua unsur atau komponen yang


digunakan untuk mewujudkan pelayanan kesehatan masyarakat dalam rangka
upaya peningkatan derajat kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 55). Sumber
daya di bidang kesehatan sebagaimana tertera dalam Pasal 1 angka 2 Undang-
undang Nomor 36. Tahun 2009 adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Berdasarkan hal
tersebut, salah satu sumber daya di bidang kesehatan adalah tenaga kesehatan.

Tenaga kesehatan merupakan sumber daya kesehatan paling utama, sebab


dengan tenaga kesehatan ini semua sumber daya kesehatan yang lain seperti
fasilitas kesehatan, perbekalan kesehatan, serta teknologi dan produk teknologi
dapat dikelola secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan
kesehatan (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 97).

Untuk menduduki tugas dan fungsi sesuai jenis tenaga kesehatan, maka
tenaga kesehatan harus mempunyai kemampuan atau keterampilan sesuai dengan
jenis dan kualifikasi tenaga kesehatan tersebut (Soekidjo Notoatmodjo, 2010: 99).

Tenaga kesehatan mempunyai kewenangan untuk menyelenggarakan


pelayanan wajib memiliki izi dari pemerintah. Sebagaimana tertera dalam
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 pada Pasal 23 ayat (1) dan ayat (3) yang
berbunyi:

Ayat (1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan


kesehatan

Ayat (3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib


memilikimizin dari pemerintah
UNDANG-UNDANG NO 38 TAHUN 2014 TENTANG KEPERAWATAN

PASAL 23 – 44

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam

Peraturan Menteri

Pasal 24

1) Perawat Warga Negara Asing yang akan menjalankan praktik di Indonesia


harus mengikuti evaluasi kompetensi.

2) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. penilaian kelengkapan administratif; dan

b. penilaian kemampuan untuk melakukan praktik.

3) Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a


paling sedikit terdiri atas:

a) penilaian keabsahan ijasah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang pendidikan;

b) surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

c) surat pernyataan untuk mematuhi dan

melaksanakan ketentuan etika profesi.

4) Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b dinyatakan dengan surat keterangan telah mengikuti program
evaluasi kompetensi dan Sertifikat Kompetensi.
5) Selain ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Perawat Warga Negara
Asing harus memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan.

Pasal 25

1. Perawat Warga Negara Asing yang sudah mengikuti proses evaluasi


kompetensi dan yang akan melakukan praktik di Indonesia harus memiliki
STR Sementara dan SIPP.

2. STR sementara bagi Perawat Warga Negara Asing sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang hanya
untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

3. Perawat Warga Negara Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


melakukan Praktik Keperawatan di Indonesia berdasarkan atas permintaan
pengguna Perawat Warga Negara Asing.

4. Praktik Perawat Warga Negara Asing sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ditujukan untuk meningkatkan kapasitas Perawat Indonesia.

5. SIPP bagi Perawat Warga Negara Asing berlaku selama 1 (satu) tahun dan
dapat diperpanjang hanya untuk 1 (satu) tahun berikutnya.

Pasal 26

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan dan praktik Perawat Warga


Negara Asing diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 27
1) Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Keperawatan di Indonesia harus mengikuti proses evaluasi
kompetensi.

2) Proses evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui:

a) penilaian kelengkapan administratif; dan

b) penilaian kemampuan untuk melakukan Praktik Keperawatan.

3) Kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a


paling sedikit terdiri atas:

a) penilaian keabsahan ijasah oleh menteri yang bertanggung jawab di


bidang pendidikan;

b) surat keterangan sehat fisik dan mental; dan

c) surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika


profesi.

4) Penilaian kemampuan untuk melakukan praktik sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf b dilakukan melalui Uji Kompetensi sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.

5) Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang telah lulus Uji
Kompetensi dan akan melakukan Praktik Keperawatan di Indonesia
memperoleh STR.

6) STR sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diberikan oleh Konsil Keperawatan
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

7) Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri yang akan melakukan
Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) wajib memiliki
SIPP sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara proses evaluasi kompetensi bagi
Perawat warga negara Indonesia lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB V

PRAKTIK KEPERAWATAN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 28

1. Praktik Keperawatan dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan


tempat lainnya sesuai dengan Klien sasarannya.

2. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a) Praktik Keperawatan mandiri; dan

b) Praktik Keperawatan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

3. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didasarkan


pada kode etik, standar pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur
operasional.

4. Praktik Keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan pada


prinsip kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau Keperawatan masyarakat
dalam suatu wilayah.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan pelayanan kesehatan dan/atau


Keperawatan dalam suatu wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Kedua
Tugas dan Wewenang

Pasal 29

1) Dalam menyelenggarakan Praktik Keperawatan, Perawat bertugas sebagai:

a) pemberi Asuhan Keperawatan;

b) penyuluh dan konselor bagi Klien;

c) pengelola Pelayanan Keperawatan;

d) peneliti Keperawatan;

e) pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau

f) pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.

2) Tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan secara


bersama ataupun sendiri-sendiri.

3) Pelaksanaan tugas Perawat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


dilaksanakan secara bertanggung jawab dan akuntabel.

Pasal 30

1. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang


upaya kesehatan perorangan, Perawat berwenang:

a) melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;

b) menetapkan diagnosis Keperawatan;

c) merencanakan tindakan Keperawatan;

d) melaksanakan tindakan Keperawatan;


e) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;

f) melakukan rujukan;

g) memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan


kompetensi;

h) memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;

i) melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan

j) melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan


resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

2. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang


upaya kesehatan masyarakat, Perawat berwenang:

a. melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat


keluarga dan kelompok masyarakat;

b. menetapkan permasalahan Keperawatan kesehatan masyarakat;

c. membantu penemuan kasus penyakit;

d. merencanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

e. melaksanakan tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

f. melakukan rujukan kasus;

g. mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat;

h. melakukan pemberdayaan masyarakat;

i. melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

j. menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat;

k. melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling;


l. mengelola kasus; dan

m. melakukan penatalaksanaan Keperawatan komplementer dan alternatif.

Pasal 31

1) Dalam menjalankan tugas sebagai penyuluh dan konselor bagi Klien, Perawat
berwenang:

a) melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik di tingkat individu


dan keluarga serta di tingkat kelompok masyarakat;

b) melakukan pemberdayaan masyarakat;

c) melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat;

d) menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat; dan

e) melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling.

2) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola Pelayanan Keperawatan,


Perawat berwenang:

a) melakukan pengkajian dan menetapkan permasalahan;

b) merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi Pelayanan


Keperawatan; dan

c) mengelola kasus.

3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti Keperawatan, Perawat


berwenang:

a) melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etika;

b) menggunakan sumber daya pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atas izin


pimpinan; dan
c) menggunakan pasien sebagai subjek penelitian sesuai dengan etika profesi
dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 32

1) Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf e hanya dapat diberikan secara
tertulis oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan
medis dan melakukan evaluasi pelaksanaannya.

2) Pelimpahan wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan


secara delegatif atau mandat.

3) Pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu tindakan


medis diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan disertai
pelimpahan tanggung jawab.

4) Pelimpahan wewenang secara delegatif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


hanya dapat diberikan kepada Perawat profesi atau Perawat vokasi terlatih
yang memiliki kompetensi yang diperlukan.

5) Pelimpahan wewenang secara mandat diberikan oleh tenaga medis kepada


Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan.

6) Tanggung jawab atas tindakan medis pada pelimpahan wewenang mandat


sebagaimana dimaksud pada ayat (5) berada pada pemberi pelimpahan
wewenang.

7) Dalam melaksanakan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:

a) melakukan tindakan medis yang sesuai dengan kompetensinya atas


pelimpahan wewenang delegatif tenaga medis;
b) melakukan tindakan medis di bawah pengawasan atas pelimpahan
wewenang mandat; dan

c) memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan program Pemerintah.

Pasal 33

1) Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) huruf f merupakan penugasan Pemerintah
yang dilaksanakan pada keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga
kefarmasian di suatu wilayah tempat Perawat bertugas.

2) Keadaan tidak adanya tenaga medis dan/atau tenaga kefarmasian di suatu


wilayah tempat Perawat bertugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan setempat.

3) Pelaksanaan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan kompetensi Perawat.

4) Dalam melaksanakan tugas pada keadaan keterbatasan tertentu sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Perawat berwenang:

a) melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat


tenaga medis;

b) merujuk pasien sesuai dengan ketentuan pada sistem rujukan; dan

c) melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak


terdapat tenaga kefarmasian.

Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan wewenang Perawat diatur dengan
Peraturan Menteri.

Pasal 35

1) Dalam keadaan darurat untuk memberikan pertolongan pertama, Perawat


dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai dengan
kompetensinya.

2) Pertolongan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk


menyelamatkan nyawa Klien dan mencegah kecacatan lebih lanjut.

3) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keadaan


yang mengancam nyawa atau kecacatan Klien.

4) Keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh


Perawat sesuai dengan hasil evaluasi berdasarkan keilmuannya.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai keadaan darurat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

BAB VI

HAK DAN KEWAJIBAN

Bagian Kesatu

Hak dan Kewajiban Perawat

Pasal 36

Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berhak:


a. memperoleh pelindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai
dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang undangan;

b. memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur dari Klien dan/atau
keluarganya.

c. menerima imbalan jasa atas Pelayanan Keperawatan yang telah diberikan;

d. menolak keinginan Klien atau pihak lain yang bertentangan dengan kode etik,
standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, atau
ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan memperoleh fasilitas kerja
sesuai dengan standar.

Pasal 37

Perawat dalam melaksanakan Praktik Keperawatan berkewajiban:

a) melengkapi sarana dan prasarana Pelayanan Keperawatan sesuai dengan


standar Pelayanan Keperawatan dan ketentuan Peraturan Perundang
undangan;

b) memberikan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar


Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan

c) merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;

d) mendokumentasikan Asuhan Keperawatan sesuai dengan standar;

e) memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah


dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f) melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan

g) melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.

Bagian Kedua

Hak dan Kewajiban Klien

Pasal 38

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berhak:

a. mendapatkan informasi secara, benar, jelas, dan jujur tentang tindakan


Keperawatan yang akan dilakukan;

b. meminta pendapat Perawat lain dan/atau tenaga kesehatan lainnya;

c. mendapatkan Pelayanan Keperawatan sesuai dengan kode etik, standar


Pelayanan Keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan;

d. memberi persetujuan atau penolakan tindakan Keperawatan yang akan


diterimanya; dan

e. memperoleh keterjagaan kerahasiaan kondisi kesehatannya.

Pasal 39

1) Pengungkapan rahasia kesehatan Klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal


38 huruf e dilakukan atas dasar:

a. kepentingan kesehatan Klien;


b. pemenuhan permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penegakan hukum;

c. persetujuan Klien sendiri;

d. kepentingan pendidikan dan penelitian; dan

e. ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

2) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia kesehatan Klien diatur dalam


Peraturan Menteri.

Pasal 40

Dalam Praktik Keperawatan, Klien berkewajiban:

a. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur tentang masalah


kesehatannya;

b. mematuhi nasihat dan petunjuk Perawat;

c. mematuhi ketentuan yang berlaku di Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan

d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

BAB VII

ORGANISASI PROFESI PERAWAT

Pasal 41

1) Organisasi Profesi Perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun


Perawat secara nasional dan berbadan hukum.
2) Organisasi Profesi Perawat bertujuan untuk:

a. meningkatkan dan/atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan,


martabat, dan etika profesi Perawat; dan

b. mempersatukan dan memberdayakan Perawat dalam rangka menunjang


pembangunan kesehatan.

Pasal 42

Organisasi Profesi Perawat berfungsi sebagai pemersatu, pembina, pengembang,


dan pengawas Keperawatan di Indonesia.

Pasal 43

Organisasi Profesi Perawat berlokasi di ibukota negara Republik Indonesia dan


dapat membentuk perwakilan di daerah.

BAB VIII

KOLEGIUM KEPERAWATAN

Pasal 44

1) Kolegium Keperawatan merupakan badan otonom di dalam Organisasi


Profesi Perawat.

2) Kolegium Keperawatan bertanggung jawab kepada Organisasi Profesi


Perawat
ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PASAL 23-44

ANALISIS PASAL 23-44

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam peraturan menteri

Pasal 24

1. Perawat yang akan praktik di idnonesia harus dievaluasi terlebih dahulu


supaya terjamin kualitasnya dan tidak membahayakan warga negara
Indonesia
2. Evaluasi yang dilaksanakan yaitu kelengkapan administratif dan
kemampuan praktik
3. Penilaian administrative meliputi ijazah, surat keterangan sehat, dan surat
mematuhi etika profesi
4. Penilaian kemampuan praktik meliputi surat keterangan mengikuti
evaluasi kompetensi dan sertifikat kompetensi
5. Perawat WNI harus memenuhi segala persyaratan sesuai dengan perpu
demi kesejahteraan bersama

Perawat dari negara asing yang akan bekerja di Indonesia harus mengikuti
beberapa evaluasi/penilaian sesuai dengan UU dan Perpu supaya terjamin
kualitasnya dan dem keseiahteraan bersarna.

Pasal 25

Profesi perawata baik terutama yeng bernegara asing yang akan melakukan
praktik di Indonesia harus memiliki STR sementara dan SIPP sesuai yang telah
dicantumkan pada ayat 1, dengan begitu perawat yang berwarga negara asing bisa
memiliki kualitas yang sama dengan perawat di idnonesia, dan perawat warga
negara asing juga bisa meningkatkan kapasitas dan kualitas sehingga bisa menjadi
peraway yang professional

Pasal 26

a. Tenaga kesehatan yang telah ditempatkan di fasilitas pelayanan kesehatan


wajib tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
b. Pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat 1
dan atau/ kepala daerah yang membawahi fasilitas pelayanan kesehatan harus
mempertimbangkan pemenihan kebutuhan sandang, pangan, papan dan
lokasi, serta kemanan dan keselamatan kerja tenaga kesehatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Pasal 27

1. Perawat WNI yang lulusan luar negeri yang akan melaksanakan praktik di
indonesia harus mengikuti proses evaluasi kompetensi melalui :
a. Kelengkapan administratif
b. Penilaian kemampuan
2. Kelengkapan administratif yaitu :
a. Keabsahan ijazah oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang
pendidikan
b. Surat keteranga sehat fisik dan mental
c. Surat pernyataan untuk mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika
profesi
3. Penilaian kemampuan untuk melakukan praktek dilakukan melalui uji
kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan
4. Perawat WNI lulusan luar negeri yang telah lulus uji kompetensi dan akan
melakukan praktik keperawatan di indonesia memperoleh STR . STR
diberikan oleh konsil keperawatan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
5. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara proses evalusi kompetensi bagi
perawat WNI diatur dengan peraturan menteri

Pasal 28
1) Praktik keperawatan dilaksanakan harus didasarkan pada kode eteik, standar
pelayanan, standar profesi, dan standar prosedur operasional (SOP) sesuai
dengan klie sasarannya
2) Praktik keperawatan mandiri dan praktik keperawatan di fasilitas pelayanan
kesehatan dan/atau keperawatan masyarakat dalam suatu wilayah diatur
dengan peraturan menteri
.

Pasal 29

Dalam menyelenggarakan praktik keperawatan, perawat bertugas sebagai :

a. Pemberi asuhan keperawatan


b. Penyuluh dan konselor bagi klien
c. Pengeloloa pelayanan keperawatan
d. Peneliti keperawatan
e. Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
f. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu

Dalam menyelenggarakan tugas/praktik dapat dilaksanakan secara


bersama/sendiri-sendiri. Serta harus dilaksanajan secara bertanggung jawab dan
akuntabel

Pasal 30

1. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan dibidang


upaya kesehatan perorangan, perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik
b. Menetapkan diagnosis keperawatan
c. Merencanakan tindakan keperawatan
d. Melaksanakan tindakan keperawatan
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
f. Melakukan rujukan
g. Memberikan tindakan pada keadaan darurat
2. Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi asuhan keperawatan dibidang
upaya kesehatan masyarakat perawat berwenang :
a. Melakukan pengkajian keperawatan kesehatan masyarakat
b. Menetapkan permasalahan keperawatan kesehatan masyarakat
c. Membantu penentuan kasus penyakit
d. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
e. Melaksanakan tindakan keperawatan kesehatan masyarakat
f. Melakukan rujukan kasus
g. Mengevaluasi

Pasal 31

1. Surat izin praktik perawat berlaku selama lima tahun dan diregistrasi ulang
setiap lima tahun sekali
2. Registrasi ulang untuk memperoleh STRP dilakukan dengan persyaratan
sebagaimana dimaksud pada pasal 27 ayat (3), ditambah dengan :
a. Rekomendasi dari komite titik dan disiplin
Rekomendasi dari komite etik berupa surat pernyataan/ surat
keterangan dari komite etik dan disiplin bahwa perawat yang
bersangkutan tidak pernah melakukan pelanggaran etik dan disiplin
b. Angka kredit pendidikan berlanjut
3. SIPP hanya diberikan paling banyak di dua tempat pelayanan kesehatan
Pasal 32

Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tenaga medis perawat kepada pasien.


Pelimpahan delegatif untuk melakukan suatu tindakan medis dan hanya dapat
diberikan kepada perawat profesi atau perawat vokasi telatih yang memiliki
kompetensi yang di[perlukan. Perawat melkukan tindakan medis dibawah
pengawasan atas pelimpahan wewenang dan sesuai dengan program pemerintah.

Pasal 33

Kompetensi perawat dalam pendidikan profesional keperawatan (ners) tidak


memasukan kompetensi dalam melakukan tindakan medis dan pengobatan
terbatas, darurat, dan keadaan. Keterbatasan tertentu sehingga besar kemungkinan
trejadinya tindakan malpraktik, oleh karena itu perlunya undang-undang
keperawatn dilakukan sesuai dengan menghiolangkan tugas dan wewenagn dalam
melakukan tindakan medis dan pengobatan terbats, darurat, dan keterbatasan
tertentu

Pasal 34

Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas an wewenang perawat diatur dengan


peraturan mentri. Dalam peraturan menteri kesehatan Nomer 26 Tahun 2019
dalam menyelengarakan praktik keperawatan perawat bertugas sebagai:

1. Pemeberian asuhan keperawatan


2. Penyuuhan dan konselor bagi klien
3. Pengelola klien pelayanan kesehatan
4. Penelti keperawatan

Dalam menjalankan tugas sebaga pemeberian asuhan keperawatan perawat


memiliki wewenang untuk:
1. Melakukan pengkajian keperawatan secara holistic
2. Menetapkan diagnosis keperawatan
3. Merencanakan tindakak keperawatan
4. Melaksanakan tindakan keperawatan
5. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan
6. Melaukan rujukan
7. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesau dengan
kompetensi
8. Memberikan konsultasi keperawatan dan berkolaborad dengan dokter
9. Melakukan penyuluhan kesehatan dan oseling dan
10. Melakukan penatan laksanaan memberi obat kepada klien sesaui dengan
resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas

Pasal 35

1) Seorang perawat dapat melakukan tindakan medis dan pemberian obat sesuai
dengan kompetensinya dalam menangani keadaan darurat
2) Dalam menjalankan tugasa sebagai penyiluh dan konselor bagi klien, perawat
berwenang melakukan pengkajian
3) Dalam menjalankan tugasnya sebagai pengelola pelayanan keperawatan
berwenang merencanakan dan mengevaluasi masyarakat keperawatan
4) Dalam menjalankan tugasnya sebagai peneliti keperawatan berwenang
melakukan penelitian sesuai dengan standar dan etik

PasaL 36

Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berhak :

1. Memperoleh perlindungan hukum selama melaksanakan tugas sesuai


dengan standar prosedur operasional
2. Mendapat informasi yang benar, jelas, dan jujur dari klien atau
keluargannya
3. Menerima imbalan jasa atas pelayanan keperawatan yang telag diberikan
4. Menolak keinginan klien/pihak lain yang bertentangan dengan standar
prosedur operasional
5. Memperoleh fasilitas kerja yang sesuai dengan standar

Pasal 37
1. Melengkapi sarana prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan keperawatan dan ketentuan perundang-undangan, kode
etik, standar profesi
2. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga lain
yang lebih tepat sesuai lingkup dan keahliannya
3. Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai standar serta memberikan
informasi yang sebenar-benarnya agar mudah dimengerti mengenai tindak
keperawatan kepada klien
4. Melaksanakan tugas pemerintah

Pasal 38

1. Klien berhak mendapatkan informasi secara benar, jelas, dan jujur tentang
tindak keperawatan yang akan dilakukan. Tidak berbohong dan tidak
menutup-nutupi
2. Klien dapat menerima pendapat tentang kesehatan kepada perawat atau
tenaga kesehatan lainnya untuk meyakini pertanyaan tersebut
3. Klien harus mendapatkan pelayanan keperawatan sesuai kode etik, standar
pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan, baik sesuai usia, sosial dan
ekonomi
4. Klien boleh mempersetujui dan menolak tindakan keperawatan yang
hendak diterima, tidak ada paksaan
5. Memperoleh keterjagaan rahasia tentang kondisi kesehatannya, tidak
memberitahukan tentang kondisi klien kepada perawat lain/klien lainnya,
kecuali kepada keluargannya

Pasal 39

Dalam melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang, konsil tenaga kesehatan


Indonesia dibantu sekretariat yang dipimpin oleh seorang sekretaris

Pasal 40

Klien atau pasien dalam menerima pelayana pada praktik keperawatan


berkewajiban memberikan informasi yang benar jelas dan jujur tentang masalah
kesehatanya, mematuhi nasehat dan petunjuk perawat, mematuhi ketentuan yang
berlaku difasilitas pelayanan kesehatan dan memberikan imbalan jasa atau
pelayanan yang diterima.

Berdasarkan beberspa poin kewajiban pasien diatas, implementasinya tentu


berbeda-beda antara satu rumah sakit dan lainya. Contohnya dalam hal pemberian
imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, apabila pasien belum dapat memenuhi
kewajibanya maka ada tenggang waktu yang bisa diberikan sesuai perjanjian.
Mengingat implementasinya berbeda, sangat direkomendasikan untunk bertanya
kepada pihak rumah sakit apa saja hak dan kewajiban pasien saat mendapatkan
pelayanan rawat disana. Apabila masih ada yang membingungkan, bisa bertanya
kepada pihak provider atau rumah sakit.

Pasal 41

1. Organisasi profesi perawat dibentuk sebagai satu wadah yang menghimpun


perawat secara rasional dan berbadan hukum
2. Organisasi profesi perawat bertujuan untuk mempersatukan dan
memberdayakan perawat dalam rangka menunjang pembangunan kesehatan

Pasal 42

Organisasi profesi perawat berfungsi sebagai pemersatu, Pembina, pengembang,


dan pengawas keperawatan di Indonesia

Pasal 43

Profesi perawat berlokasi di ibu kota negara Republik Indonesia dan dapat
membentuk perwakilan di daerah

Pasal 44

Kolegium keperawatan pada SK tersebut disesuaikan dengan disiplin ilmu


keperawatan yang merupakan ilmu keperawatan yang digunakan landasan praktik
keperawatan sebagai kompetensi yang dimiliki perawat dalam melaksanakan
kegiatan proses keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat). Berikut jenis-jenis kolegium keperawatan di Indonesia :

1) Kolegium keperawatan anak


2) Kolegium keperawatan maternitas
3) Kolegium keperawatan jiwa
4) Kolegium keperawatan medical bedah
5) Kolegium keperawatan komunitas
6) Kolegium kepemimpinan dan manajemen keperawatan
7) Kolegium keperawatan onkologi
8) Kolegium keperawatan kardiovaskuler

Kolegium berfungsi mengembangkan cabang disiplin ilmu keperawatan dan


standar pendidikan tinggi bagi perawat profesi yaitu ners dan ners spesialis.
Kolegium keperawatan bertanggung jawab kepada organisasi profesi keperawatan
IMPLEMENTASI PASAL 23-44

Pasal 23

Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan diatur dalam peraturan menteri.

Pasal 24

Perawat X dari negara asing yang akan bekerja di rumah sakit di Indonesia harus
mengikuti evaluasi kompetensi terlebih dahulu. Evaluasi kompetensi tersebut
adalah penilaian kelengkapan administratif yg meliputi ijazah, surat keterangan
sehat fisik dan mental, dan surat pernyataan mematuhi dan melaksanakan
ketentuan etika profesi . Selain itu harus mengikuti evaluasi penilaian kemampuan
untuk melakukan praktik yg dinyatakan dengan surat telah mengikuti program
evaluasi kompetensi dan sertifikat kompetensi. Perawat X juga harus memenuhi
persyaratan lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.

Pasal 25

Perawat dirumah sakit ananda yang bernama veronica merupakan warga negara
asing, sebelum perawat itu melakukan praktik di rumah sakit ananda ia harus
menyiapkan segala persyaratan sebelum melakukan praktiknya di indonesia.
Persyaratannya yaitu memiliki STR sementara dan SIPP. Setelah persyaratan itu
terpenuhi perawat tersebut bisa bekerja di rumah sakit ananda secara profesional
dan memiliki kualitas yang sama dengan perawat lainnya, selain itu mampu
bersaing di era global.
Pasal 26

1) Pemerintah mengatur penempatan tenaga kesehatan untuk pemerataan


pelayanan kesehatan.

2) Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan tenaga


kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya.

3) Pengadaan dan pendayagunaan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dilakukan dengan memperhatikan:

4) jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat;

5) jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan

6) jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja pelayanan kesehatan


yang ada.

7) Penempatan tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan dengan tetap. memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata.

8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan tenaga kesehatan diatur dalam


Peraturan Pemerintah.

Pasal 27

Andi adalah seorang perawat WNI yang merupakan lulusan dari luar negeri.
Apabila andi ingin melaksanakan praktik keperawatannya di Indonesia maka andi
harus melakukan proses evaluasi kompeten yang berupa :

1. Melengkapi administrasi

2. Melakukan penilaian uji kemampuan


Apabila andi sudah dinyatakan lulus uji kompetensi dan akan melakukan praktik
keperawatan di Indonesia maka andi memperoleh STR untuk melakukan
praktiknya di Indonesia

Pasal 28

Melaksanakan praktik keperawatan yang didasarkan pada kode etik, standar


pelayanan, standar profesi dan SOP sesuai dengan klien sasarannya

Pasal 29

1. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang dalam rangka


pelaksanaan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27
huruf b diberikan kepada Perawat yang telah mengikuti pelatihan atau
orientasi yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan


wewenang dalam rangka pelaksanaan program pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Pasal 30

Dalam pasal 30 peraat melakukan advokasi dalam perawatan kesehatan


masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat,
melakukan penyuluhan kesmas, serta mengelola kasus
Pasal 31

a) Melakukan pengkajian keperawatan secara holistik di tingkat individu dan


keluarga dan tingkat kelompok masyarakat

b) Melakukan pemberdayaan masyarakat

c) Melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat

d) Menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat

e) Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling

Pasal 32

Apabila seorang perawat yang bertugas sedang melakukan suatu tindakan medis
harus dibawah pengawasan dan sesuai dengan SOP dan sesuai dengan program
pemerintah juga wewenang yang dimilikiny

Pasal 33

1. Pemberi asuhan keperawatan


2. Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
3. Melakukan pengobatan untuk penyakit umum dalam hal tidak terdapat
tenaga medis.
4. Merujuk pasien sesuai dengan ketentuan.
5. Melakukan pelayanan kefarmasian secara terbatas dalam hal tidak terdapat
tenaga kefarmasian.

Pasal 34

1. Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan melakukan kegiatan yang


ditujukan pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia untuk pencapaian derajat kesehatan
yang optimal dengan menggunakan proses keperawatan dan melibatkan
pasien/klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pelayanan keperawatan
2. Perawat melakukan kegiatan membimbing dan mendidik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
klien tentang kebiasaaan hidup sehat, gejala penyakit, tindakana yang
diberikan, mengatasi tekanan atau masalah psikososial klien, serta
memberikan dukungan emosional dan intelektual sesuai kondisi klien
sehingga terjadi perubahan perilaku sehat dari klien untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatanny
3. Perawat melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam menyelenggarakan
praktik keperawatan. Lingkup pengelolaan mencakup pengelolaan
terhadap kasus, unit ruang rawat dan institusi pemberi pelayanan
keperawatan.
4. Perawat melakukan kegiatan dalam mengembangkan ilmu dan teknologi
keperawatan, mengidentifikasi terhadap fenomena yang terjadi di
masyarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan
mengancam kesehatan dengan cara mencari fakta/bukti baru secara
empiris untuk diaplikasikan dalam praktik keperawatan serta untuk
memperdalam dan memperluas ilmu keperawatan.

pasal 35:

“Kompetensi perawat dalam pendidikan Ners tidak memajukan kompetensi dalam


melaksanakan tindakan medis dan pengobatan terbatas, darurat dan keadaan
keterbatasan tertentu. Kemungkinan akan terjadinya tindakan malpraktek”
Pasal 36

a. Jika terdapat hal yang tidak diinginkan, perawat harus mendapat perlindungan
hukum

b. Dalam melakukan pengkajian, perawat mendapat informasi yang sebenar-


benarnya

c. Perawat memperoleh gaji atas pekerjaannya

d. Menolak tindakan yang bertentangan dengan SOP

e. Mendapat ruangan kerja yang nyaman

Pasal 37

a. Perawat memperoleh kelengkapan sarana dan prasarana sesuai standar


pelayanan keperawatan

b. Dalam melakukan pelayanan keperawatan, perawat harus memperhatikan


kode etik dan SOP dengan benar.

c. Merujuk klien yang tidak dapat ditangani jika perawat benar-benar tidak bisa
mengatasinya

d. Dalam melakukan tindakan keperawatn, perawat harus memberikan informasi


yang lengkap, jujur, dan mudah dimengerti keluarga klien

e. Perawat harus siap dengan pelimpahan wewenang yang diberikan kepadanya


sesuai dengan kompetensi perawat

Pasal 38

Klien berhak untuk memberikan persetujuan atau penolakan tindakan keprawatan


yang akan diterimanya. Dan sebagai tenaga kesehatan perawat memberikan upaya
pelayanan kesehatan dengan klien untuk menghindari kerugian yang muncul dari
keduanya.

Pasal 39

"Ketentuan mengenai perbekalan kesehatan ditetapkan dengan Peraturan


Menteri."

Pasal 40

1. Pasien mengungkapkan segala keluhan dan perasaan yang dialaminya


kepada perawat dengan benar,jelas,jujur, tidak menutup-tutupi sesuatu
apabila timbul perasaan tertentu sewaktu dilakukan pemeriksaan serta
tidak membohongi data dan mengatakan tidak ada keluhan agar cepat
pulang. Dengan demikian perawat bisa lebih cepat menegakkan diagnosa
penyakitnya
2. Pasien mentaati prosedur medis berhubungan dengan terapinya salah
satunya seperti tidak mengatur jumlah tetesan infus agar cepat habis tanpa
sepengetahuan perawat, beristirahat secara cukup, obat diminum sesuai
anjuran yang telah diberikan oleh perawat agar proses penyembuhan
berlangsung dengan baik.
3. Pasien mematuhi semua tata tertib yang ada di Rumah Sakit yang pada
dasarnya dibuat dalam rangka menunjang upaya penyembuhan pasien
yang dirawat, misalnya jam kunjungan keluarga, kerabat, kebersihan, serta
menerima pelayanan rawat inap seperti penempatan ruangan apabila
pasien mendapat ruangan biasa fasilitas yang ada berbeda dengan kelas
VIP dan VVIP jadi pasien tidak bisa meminta lebih, yang membedakan
hanyalah rasa nayaman dan aman, karena tidak harus berbagi kamar dan
berbagi tamu dengan yang disebelah. Implementasinya tentu berbeda-beda
antara satu rumah sakit dan lainnya
4. Pasien merupakan pemakai/penggunaan jasa pelayanan kesehatan di
rumah sakit, dan setelah pasien mendapatkan jasa dari tenaga kesehatan
maka akan terjadi transaksi ekonomi baik secara langsung maupun tidak
langsung berupa pembayaran atas jasa yang telah diperoleh seperti
pembayaran atas konsultasi, pemeriksaan medis, dan pelayanan lain yang
diterima.

pasal 41 :

“ Dalam organisasi perawat tang disebut dengan PPNI yang mempunyai tujuan
mempersatukan perawat untuk pembangunan kesehatan dan meningkatkan
keterampilan perawat”

Pasal 42

Terdapat organisasi PPNI yang mengayomi perawat di indonesia

Pasal 43

Organisasi profesi perawat ada di ibu kota dan dapat membentuk perwakilan di
daerah

Pasal 44

Obat bebas, obat bebas terbatas, dan bahan habis pakai yang dapat disimpan oleh
Perawat yang menjalankan Praktik Keperawatan secara mandiri di tempat praktik
mandiri Perawat dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
YANG MENGANALISIS

1. Restyas Setio Rahayu (P1337420219104)

Menganalisis pasal 23 dan 38

2. Novia Kamilatunn Nisa (P1337420219105)

Menganalisis pasal 24

3. Sella Mitha Fatima (P1337420219107)

Menganalisis pasal 25

4. Alfionika Eman Mey Lingga (P1337420219108)

Menganalisis pasal 26 dan 39

5. Alfian Nur Hidayat (P1337420219109)

Menganalisis pasal 27

6. Amanda Aziz B (P1337420219110)

Menganalisis pasal 28

7. Velia Rahmadani Prasetyanti (P1337420219114)

Menganalisis pasal 29 dan 44

8. Chebyta Maudra Pangesti (P1337420219115)

Menganalisis pasal 30

9. Alfina Khimatun Ahya (P1337420219116)

Menganalisis pasal 31
10. Aulia Nurhanifa Sukoco (P1337420219120)

Menganalisis pasal 32

11. Anisa Fajar Oktaviani (P1337420219121)

Menganalisis pasal 33

12. Frida Nur Fadilah (P1337420219122)

Menganalisis pasal 34 dan 40

13. Eli Rohilin (P1337420219125)

Menganalisis pasal 35 dan 41

14. Aprilia Nafisatul Khoridah (P1337420219127)

Menganalisis pasal 36 dan 42

15. Sapta Mariyadhi Tasyrik (P1337420219132)

Menganalisis pasal 37 dan 43

Anda mungkin juga menyukai