Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan perioperatif merupakan sebuah tahapan awal dari keperawatan perioperatif.
Preoperatif dimulai ketika keputusan untuk melakukan intervensi pembedahan.
Kecemasan adalah salah satu respon adaptif yang normal terhadap stress karena akan
dilakukan pembedahan. Kecemasan biasanya akan mulai timbul pada tahap preoperative
ketika pasien mengantisipasi pembedahannya, perubahan pada citra tubuh dan fungsi
tubuh, menggantungkan diri pada orang lain, kehilangan kendali, perubahan pada pola
hidup, dan masalah financial (Baradero, Dayrit & Siswandi, 2009).
Operasi atau pembedahan merupakan semua tindak pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
Pembukaan bagian tubuh ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan, setelah
bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindak perbaikan yang diakhiri
dengan penutupan dan penjahitan luka.
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien, jenis
pembedahan yang dilakukan dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut faktor pasien
merupakan hal yang paling penting, karena bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan
adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan
hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami. Mengingat hal tersebut, maka
sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap langkah-langkah preoperatif.
Tindakan preoperatif yang berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh
terhadap suksesnya pembedahan dan kesembuhan pasien.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan perioperatif?
2. Apa saja tahapan dalam keperawatan perioperatif?
3. Apa saja persiapan perioperatif?
4. Apa saja penilaian dan penanganan perioperatif?
5. Apa saja penanganan pasca bedah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian perioperatif
2. Mengetahuai apa saja tahapan dalam keperawatan perioperatif
3. Mengetahui apa saja persiapan perioperatif
4. Megetahui apa saja penilaian dan penanganan perioperatif
5. Mengetahui apa saja penanganan pasca bedah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Preoperatif


Keperawatan perioepratif adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keragaman fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.
Kata “Perioperatif” adalah salah satu istilah gabungan yang mencakup tiga fase
pengalaman pembedahan-praoperatif., intraoperatif, dan pascaoperatif. Masing-masing
dari setiap fase ini dimulai dan berakhir pada waktu tertentu dalam urutan peristiwa yang
membentuk pengalaman bedah, dan masing-masing mencakup rentang perilaku dan
aktivitas keperawatan yang luas dilakukan oleh perawat dengan mengunakan proses
keperawatan dan standar praktik keperawatan.

2.2 Tahapan Dalam Keperawatan Perioperatif


1. Fase praoperatif dari peran keperawatan periopertif dimulai ketika keputusan
untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi.
Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup penetapan
pengkajiandasar pasien ditatanan klinik atau di rumah, menjalani wawancara
praoperatif dan menyiapkan pasien untuk anestesi yang diberikan dan
pembedahan.
2. Fase intraoperatif dari keperawatan perioperatif dimulai ketika pasien masuk atau
pindah ke bagian atau departemen bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke
ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup qktivitas keperawatan dapat meliputi:
memasang infuse, memberikan medikasi intra vena, melakukan pemantauan
fisiologis menyeluruhi sepanjang prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan
pasien.

3
3. Fase pascaoperatif dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan dan
berakhir dengan evaluasi tindak lanjutpada tatanan klinis atau di rumah. Lingkup
keperawatan mencakup tentang rentang aktivitas yang luas selama periode ini.
Pada fase pascaoperatif langsung, focus termasuk mengkaji efek dari agen
anestesi, dan memantau fungsi vital serta mencegah komplikasi.

2.3 Persiapan Perioperatif


Persiapan perioperatif haruslah dilakukan dalam suatu upaya bersama yang melibatkan
ahli anastesi, ahli bedah, dan ahli penyakit dalam atau endokrinologi. Tujuan utama
persiapan perioperatif adalah untuk menekan morbiditas dan moralitas akibat sekresi
katekolamin berlebihan yang dapat menyebabkan terjadinya krisis hipertensi. Keadaan ini
dapat mengakibatkan pendarahan dan infark organ-organ vital. Beberapa hal yang harus
menjadi perhatian dalam persiapan perioperatif adalah:
1. Pengendalian tekanan darah yang meningkat
2. Mencukupi volume intravaskuler
3. Penilaian pengaruh penyakit terhadap end-organ (antara lain kardiomiopati)
4. Pengenalan dampak-dampak potensial dari kondisi yang terkait dengan
feokromositoma
5. Normalisasi kadar glukosa dan elektrolit

2.4 Penilaian dan Penanganan Perioperatif


Untuk penilaian dan penanganan perioperatif feokromositoma yang adekuat, criteria
Roizen berikut ini harus dipenuhi dengan tujuan untuk mengurangi morbiditas dan
mortalitas (sampai <3%):
1. Tekanan darah <160/90 mmHg selama 24 jam sebelum pembedahan
2. Hipotensi ortostatik, tapi tidak dengan tekanan darah <80/45 mmHg
3. Tidak terdapat perubahan-perubahan segmen ST maupun gelombang T selama
satu minggu sebelum pembedahan
4. Tidak terdapat lebih dari lima kali kontraksi ventrikel premature per menit

4
2.5 Penanganan Pasca Bedah
Terdapat tiga komplikasi penting yang paling sering dijumpai pada periode pasca bedah
dini, yaitu hipertensi, hipotensi dan hipoglikemi.
Hipertensi berkitan dengan peningkatan kadar katekolamin yang tersimpandi ujung saraf
adrenergic, yang menetap selama satu minggu. Oleh karena itu, untuk memulai kembali
ataupun melanjutkan medikasi antihipertensi mungkin masih dibutuhkan selama beberapa
hari.
Hipotensi persistem mungkin dapat terjadi akibat efek residual dari blockade adrenergic
yang diberikan perioperatif mekanisme vasokonstriktor.
Penanganan perioperatif yang optimal serta kerjasama yang baik antara ahli bedah,
anestesi dan penyakit dalam/endokrinologi berperan penting dalam menurunkan
morbiditas pasien.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perioperatif telah berkurang secara nyata dewasa ini, penanganan anastesi pasca
pasien-pasien yang menjalani reseksi masih tetap merupakan suatu tantangan,
bahkan bagi ahli anastesi yang telah berpengalaman. Pengendalian hipertensi
perioperatif dengan penghambat adrenergik alfa dan beta diperlukan. Penanganan
pasca bedah yang intensif turut berperan penting dalam keberhasilan tindakan
operasi.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak sekali kesalahan dan jauh
dari kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah ini dengan berpedoman
pada sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dan kesimpulan di
atas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Ahmed A. Perioperatif management of pheochromocytoma: anaesthetic implication. J Pak Med


Assoc: 2007;57:140-5

Gruendeman, Barbara J. & Fernsebner, Billie (2005). Buku Ajar Keperawatan Perioperatif
Volume 1. Jakarta: EGC

Https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/855/673

Anda mungkin juga menyukai