Anda di halaman 1dari 7

MATERI PEMBAHARUAN PENDIDIKAN

Pengertian Pembaharuan Pendidikan

Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru atau inovasi baru dan kualitatif
berbeda dari hal (yang ada sebelumnya) serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.

Putra (2006) menyatakan bahwa pengertian pembaharuan pendidikan sebagai berikut:

1. Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan
manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat).
2. Adanya inovasi tidak terlepas dengan adanya teknologi dan modernisasi. Teknologi
mewujudkan terciptanya inovasi melalui penerapan ilmu pengetahuan dan modernisasi
yang merupakan wujud penerapan hasil teknologi dan inovasi tersebut.
3. Karakteristik inovasi menurut Rogers meliputi: keuntungan relatif, kompatibel,
kompleksitas, trialibilitas dan dapat diamati.
4. Inovasi penemuan diadakan untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.
5. Kaitan antara inovasi, teknologi, dan modernisasi ialah diterapkannya inovasi di dalam
masyarakat pemakai.
Pengertian Inovasi Pendidikan:

1. Inovasi pendidikan digunakan untuk memecahkan masalah pendidikan atau untuk


mencapai tujuan pendidikan tertentu.
2. Inovasi pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari empat aspek, yaitu inovasi terhadap
tujuan pendidikan, struktur pendidikan dan pengajaran, isi kurikulum pengajaran serta
perubahan terhadap aspek-aspek pendidikan dan proses.
3. Beberapa inovasi pendidikan pada tingkat sekolah dasar salah satunya yaitu adanya SD
Pamong untuk anak terlantar dan putus sekolah.
1. PENDIDIKAN KARAKTER

1) Pengertian Pendidikan Karakter

Keputusan Presiden RI No 1 Tahun 2010 bahwa setiap jenjang pendidikan di Indonesia


harus melaksanakan pendidikan karakter. Menurut Muslich Masnur (2011:75) Lickona (1992)
pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek
pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action) . Secara umum pendidikan
karakter dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah
yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri,
sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Pelaksanaan pembelajaran pendidikan karakter yang dituntut oleh Lickona Thomas
(1992:54) yaitu “mempunyai dasar kurikulum yang mengandung nilai-nilai karakter dan
terintegrasi dalam mata pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik nantinya”.
Begitu juga dengan cara penilaian yang digunakan dalam pelaksanaan pendidikan karakter
ini, yang mana penilaian yang harus dilakukan dengan mencantumkan nilai-nilai karakter
yang telah tercapai oleh peserta didik baik dalam proses pembelajaran maupun
dilingkungan sekitarnya.

2) Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter

Schwartz (2008) dalam Samani & Hariyanto (2013: 168-175) menguraikan prinsip-prinsip
pendidikan karakter yang efektif, yaitu:

a. Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai inti (ethical core values)


b. Karakter harus dapat dipahami secara komperhensif termasuk dalam pemikiran, perasaan,
dan perilaku;
c. Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan yang sungguh-sungguh dan
proaktif serta mempromosikan nilai-nilai inti ke semua fase kehidupan;
d. Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli;
e. Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral;
f. Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum akademis yang
bermakna dan menantang
g. Pendidikan karakter harus secara nyata mengembangkan motivasi pribadi siswa;
h. Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas moral yang
semuanya saling berbagi tanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter
i. Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral yang diperlukan
bagi staf sekolah maupun para siswa;
j. Sekolah harus merekrut orangtua dan anggota masyarakat sebagai partner penuh dalam
upaya pembangunan karakter;

3) Tujuan Pendidikan Karakter

1. untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pendidikan
karakter dan akhlak mulia pembelajar secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
pembelajar diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
2. Membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga Negara yang baik.
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik.

4) Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pembentukkan Karakter Peserta Didik


a. Corak nilai yang ditanamkan;
b. Keteladanan sang idola;
c. Pembiasaan;
d. Ganjaran dan hukuman;
e. Kebutuhan

5) Nilai-nilai dalam pendidikan karakter anatara lain:

1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
5. Kerja Keras: Tindakan yang menunjukkan perilaku selalu berusaha sekuat tenaga tanpa
kenal putus asa.
6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
9. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
10. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
6) Implementasi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui dua pihak yaitu, pihak internal dan pihak
eksternal. Pendidikan karakter melalui pihak internal adalah sekolah.

Di Sekolah:

 Proses belajar mengajar di kelas: Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui tatap
muka di dalam kelas. Secara hakiki pencerahan mental dan intelektual yang dilakukan guru
kepada peserta didik menjadi bagian terpenting di dalam pendidikan karakter, seperti
penguatan rasa cinta tanah air dan cinta budaya bangsa sendiri. Melalui pembelajaran dapat
digunakan untuk pengembangan karakter peserta didik karena melalui pembelajaran, peserta
didik dapat tumbuh pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan,
mengenal nilai-nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan alam, sosial,
dan budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbinanya watak dan kepribadian.
 Membangun budaya sekolah: Pendidikan karakter tidak hanya ditanamkan melalui kegiatan
belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembudayaan di sekolah (school culture), contohnya melakukan upacara dan menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Hal yang tidak kalah penting dalam penanaman budaya karakter
adalah melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
 Pembiasaan: Penanaman pendidikan karakter juga dapat dilakukan melalui kegiatan
pembiasaan seperti berjabat tangan dengan guru, senyum-sapa-salam (3S).

Pendidikan karakter melalui pihak eksternal sekolah, yaitu melalui orang tua dan masyarakat.

Di Keluarga:

 Tidak kalah pentingnya adalah, tayangan televisi dan media informasi lainnya yang saat ini
menjadi dunia keseharian anak, perlu mendapatkan pengaturan waktu dan kualitasnya agar
bersahabat dengan pendidikan karakter. Untuk itu, orang tua perlu mendampingi dan
mengawasi anak saat menonton televisi.
 orang tua harus selalu mengawasi karakter anak, membimbing anak melakukan tata karma
dan sopan santun di dalam keluarga, rajin beribadah, hormat kepada orang tua, dan
penanaman karakter lainnya.
Di Masyarakat:

 Membangun budaya masyarakat: Menanamkan pendidikan karakter kepada anak, misalnya


dengan membentuk Jam belajar Masyarakat (JBM) antara pukul 18.00 s.d. 21.00. Pada jam
tersebut, seluruh masyarakat dilarang menghidupkan TV sehingga tidak mengganggu
konsentrasi anak belajar. Pada jam itu, kepala desa, ketua RW atau ketua RT, bahkan
masyarakat umum pun dapat menegur masyarakat yang menghidupkan televisi.

2. PENDIDIKAN MULTIKULTIRAL

1) Pengertian Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa.

2) Prinsip-Prinsip Pendidikan Multikultural

a. Prinsip pertama: pendidikan multikultural adalah gerakan politik yang bertujuan


menjamin keadilan sosial bagi seluruh warga masyarakat tanpa memandang latar
belakang yang ada.
b. Prinsip kedua : pendidikan multikultural mengandung dua dimensi: pembelajaran (kelas)
dan kelembagaan (sekolah) dan antara keduaanya tidak bisa dipisahkan, tetapi justru
harus ditangani lewat reformasi yang komprehensif
c. Prinsip ketiga : pendidikan multikultural menekankan reformasi pendidikan yang
komprehensif dapat dicapai hanya lewat analisis kritis atas sistem kekuasaan dan
privileges untuk dapat dilakukan reformasi komprehensif dalam pendidikan.
d. Prinsip keempat : berdasarkan analisis kritis ini, maka tujuan pendidikan multikultural
adalah menyediakan bagi setiap siswa jaminan memperoleh kesempatan guna mencapai
prestasi maksimal sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
e. Prinsip kelima : pendidikan multikultural adalah pendidikan yang baik untuk seluruh
siswa, tanpa memandang latar belakangnya.

3) Menurut Zamroni (2011) disebutkan beberapa tujuan yang akan dikembangkan pada diri
siswa dalam proses pendidikan multikultural, yaitu :

a. Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis atas apa yang telah dipelajari.
b. Siswa memiliki kesadaran atas sifat sakwasangka atas fihak lain yang dimiliki, dan
mengkaji mengapa dan dari mana sifat itu muncul, serta terus mengkaji bagaimana cara
menghilangkannya
c. Siswa memahami bahwa setiap ilmu pengetahuan bagaikan sebuah pisau bermata dua:
dapat dipergunakan untuk menindas atau meningkatkan keadilan sosial.
d. Para siswa memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
dalam kehidupan.

e. Siswa merasa terdorong untuk terus belajar guna mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dikuasainya.
f. Siswa memiliki cita-cita posisi apa yang akan dicapai sejalan dengan apa yang dipelajari.
g. Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dilakukan dengan berbagai permasalahan
dalam kehidupan masyarakat-berbangsa.

4) Adapun bangunan paradigma pendidikan multikultural yang ditawarkan Zamroni ( 2011 )


adalah sebagai berikut.

a. Pendidikan multikultural adalah jantung untuk menciptakan kesetaraan pendidikan bagi


seluruh warga masyarakat.
b. Pendidikan multikultural bukan sekedar perubahan kurikulum atau perubahan metode
pembelajaran.
c. Pendidikan multikultural mentransformasi kesadaran yang memberikan arah kemana
transformasi praktik pendidikan harus menuju.
d. Pengalaman menunjukan bahwa upaya mempersempit kesenjangan pendidikan salah arah
yang justru menciptakan ketimpangan semakin membesar.
e. Pendidikan multikultural bertujuan untuk berbuat sesuatu, yaitu membangun jembatan
antara kurikulum dan karakter guru, pedagogi, iklim kelas, dan kultur sekolah guna
membangun visi sekolah yang menjunjung kesetaraan
5) Banks menyatakan bahwa pendidikan multikultural dapat dikonsepsikan atas lima dimensi,
yaitu:

a. Integrasi konten ; pemaduan konten menangani sejauh mana guru menggunakan contoh
dan konten dari beragam budaya dan kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip,
generalisasi serta teori utama dalam bidang mata pelajaran atau disiplin mereka.
b. Proses penyusunan pengetahuan; sesuatu yang berhubungan dengan sejauh mana guru
membantu siswa paham, menyelidiki, dan untuk menentukan bagaimana asumsi budaya
yang tersirat, kerangka acuan, perspektif dan prasangka di dalam disiplin mempengaruhi
cara pengetahuan disusun di dalamnya.
c. Mengurangi prasangka; dimensi ini fokus pada karakteristik dari sikap rasial siswa dan
bagaimana sikap tersebut dapat diubah dengan metode dan mater pengajaran.
d. Pedagogi kesetaraan; pedagogi kesetaraan ada ketika guru mengubah pengajaran mereka
ke cara yang akan memfasilitasi prestasi akademis dari siswa dari berbagai kelompok ras,
budaya, dan kelas sosial. Termasuk dalam pedagogi ini adalah penggunaan beragam gaya
mengajar yang konsisten dengan banyaknya gaya belajar di dalam berbagai kelompok
budaya dan ras.
e. Budaya sekolah dan struktur sekolah yang memberdayakan ; praktik pengelompokan
dan penamaan partisipasi olah raga, prestasi yang tidak proporsional, dan interaksi staf,
dan siswa antar etnis dan ras adalah beberapa dari komponen budaya sekolah yang harus
diteliti untuk menciptakan budaya sekolah yang memberdayakan siswa dari beragam
kelompok, ras, etnis dan budaya.

Anda mungkin juga menyukai