Pembaharuan pendidikan adalah suatu perubahan yang baru atau inovasi baru dan kualitatif
berbeda dari hal (yang ada sebelumnya) serta sengaja diusahakan untuk meningkatkan
kemampuan guna mencapai tujuan tertentu dalam pendidikan.
1. Inovasi merupakan suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara, barang-barang buatan
manusia yang diamati atau dirasakan sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat).
2. Adanya inovasi tidak terlepas dengan adanya teknologi dan modernisasi. Teknologi
mewujudkan terciptanya inovasi melalui penerapan ilmu pengetahuan dan modernisasi
yang merupakan wujud penerapan hasil teknologi dan inovasi tersebut.
3. Karakteristik inovasi menurut Rogers meliputi: keuntungan relatif, kompatibel,
kompleksitas, trialibilitas dan dapat diamati.
4. Inovasi penemuan diadakan untuk memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu.
5. Kaitan antara inovasi, teknologi, dan modernisasi ialah diterapkannya inovasi di dalam
masyarakat pemakai.
Pengertian Inovasi Pendidikan:
Schwartz (2008) dalam Samani & Hariyanto (2013: 168-175) menguraikan prinsip-prinsip
pendidikan karakter yang efektif, yaitu:
1. untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan yang mengarah pada pendidikan
karakter dan akhlak mulia pembelajar secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan
standar kompetensi lulusan pada setiap satuan pendidikan. Melalui pendidikan karakter
pembelajar diharapkan mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan
pengetahuannya, mengkaji, dan menginternalisasikan, serta mempersonalisasikan nilai-
nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.
2. Membentuk pribadi anak, supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang
baik, dan warga Negara yang baik.
3. Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik.
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.
2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
3. Toleransi: Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan
dan peraturan.
5. Kerja Keras: Tindakan yang menunjukkan perilaku selalu berusaha sekuat tenaga tanpa
kenal putus asa.
6. Kreatif: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri: Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
8. Tanggung Jawab: Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan
(alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
9. Peduli Lingkungan: Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.
10. Peduli Sosial: Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.
6) Implementasi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dapat dilaksanakan melalui dua pihak yaitu, pihak internal dan pihak
eksternal. Pendidikan karakter melalui pihak internal adalah sekolah.
Di Sekolah:
Proses belajar mengajar di kelas: Pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan melalui tatap
muka di dalam kelas. Secara hakiki pencerahan mental dan intelektual yang dilakukan guru
kepada peserta didik menjadi bagian terpenting di dalam pendidikan karakter, seperti
penguatan rasa cinta tanah air dan cinta budaya bangsa sendiri. Melalui pembelajaran dapat
digunakan untuk pengembangan karakter peserta didik karena melalui pembelajaran, peserta
didik dapat tumbuh pemahaman dan pengertian tentang manusia dan kemanusiaan,
mengenal nilai-nilai, mendapatkan ide-ide baru, meningkatkan pengetahuan alam, sosial,
dan budaya, berkembangnya rasa dan karsa, serta terbinanya watak dan kepribadian.
Membangun budaya sekolah: Pendidikan karakter tidak hanya ditanamkan melalui kegiatan
belajar mengajar di kelas, tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan
pembudayaan di sekolah (school culture), contohnya melakukan upacara dan menyanyikan
lagu Indonesia Raya. Hal yang tidak kalah penting dalam penanaman budaya karakter
adalah melalui kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler.
Pembiasaan: Penanaman pendidikan karakter juga dapat dilakukan melalui kegiatan
pembiasaan seperti berjabat tangan dengan guru, senyum-sapa-salam (3S).
Pendidikan karakter melalui pihak eksternal sekolah, yaitu melalui orang tua dan masyarakat.
Di Keluarga:
Tidak kalah pentingnya adalah, tayangan televisi dan media informasi lainnya yang saat ini
menjadi dunia keseharian anak, perlu mendapatkan pengaturan waktu dan kualitasnya agar
bersahabat dengan pendidikan karakter. Untuk itu, orang tua perlu mendampingi dan
mengawasi anak saat menonton televisi.
orang tua harus selalu mengawasi karakter anak, membimbing anak melakukan tata karma
dan sopan santun di dalam keluarga, rajin beribadah, hormat kepada orang tua, dan
penanaman karakter lainnya.
Di Masyarakat:
2. PENDIDIKAN MULTIKULTIRAL
Pendidikan multikultural adalah merupakan suatu gerakan pembaharuan dan proses untuk
menciptakan lingkungan pendidikan yang setara untuk seluruh siswa.
3) Menurut Zamroni (2011) disebutkan beberapa tujuan yang akan dikembangkan pada diri
siswa dalam proses pendidikan multikultural, yaitu :
a. Siswa memiliki kemampuan berpikir kritis atas apa yang telah dipelajari.
b. Siswa memiliki kesadaran atas sifat sakwasangka atas fihak lain yang dimiliki, dan
mengkaji mengapa dan dari mana sifat itu muncul, serta terus mengkaji bagaimana cara
menghilangkannya
c. Siswa memahami bahwa setiap ilmu pengetahuan bagaikan sebuah pisau bermata dua:
dapat dipergunakan untuk menindas atau meningkatkan keadilan sosial.
d. Para siswa memahami bagaimana mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang dimiliki
dalam kehidupan.
e. Siswa merasa terdorong untuk terus belajar guna mengembangkan ilmu pengetahuan
yang dikuasainya.
f. Siswa memiliki cita-cita posisi apa yang akan dicapai sejalan dengan apa yang dipelajari.
g. Siswa dapat memahami keterkaitan apa yang dilakukan dengan berbagai permasalahan
dalam kehidupan masyarakat-berbangsa.
a. Integrasi konten ; pemaduan konten menangani sejauh mana guru menggunakan contoh
dan konten dari beragam budaya dan kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip,
generalisasi serta teori utama dalam bidang mata pelajaran atau disiplin mereka.
b. Proses penyusunan pengetahuan; sesuatu yang berhubungan dengan sejauh mana guru
membantu siswa paham, menyelidiki, dan untuk menentukan bagaimana asumsi budaya
yang tersirat, kerangka acuan, perspektif dan prasangka di dalam disiplin mempengaruhi
cara pengetahuan disusun di dalamnya.
c. Mengurangi prasangka; dimensi ini fokus pada karakteristik dari sikap rasial siswa dan
bagaimana sikap tersebut dapat diubah dengan metode dan mater pengajaran.
d. Pedagogi kesetaraan; pedagogi kesetaraan ada ketika guru mengubah pengajaran mereka
ke cara yang akan memfasilitasi prestasi akademis dari siswa dari berbagai kelompok ras,
budaya, dan kelas sosial. Termasuk dalam pedagogi ini adalah penggunaan beragam gaya
mengajar yang konsisten dengan banyaknya gaya belajar di dalam berbagai kelompok
budaya dan ras.
e. Budaya sekolah dan struktur sekolah yang memberdayakan ; praktik pengelompokan
dan penamaan partisipasi olah raga, prestasi yang tidak proporsional, dan interaksi staf,
dan siswa antar etnis dan ras adalah beberapa dari komponen budaya sekolah yang harus
diteliti untuk menciptakan budaya sekolah yang memberdayakan siswa dari beragam
kelompok, ras, etnis dan budaya.