Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR JAWABAN

Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Gadar Kritis

Minggu ke-2

Oleh:

UMI KASANAH

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2020
JAWABAN

1. B. Cek denyut nadi


Alasan : karena pasien memiliki penyakit gagal jantung dan ditemukan gambaran
EKG dengan ciri-ciri ventrikel takikardia
1. Gelombang QRS lebar
2. Lebih dari 3 PVC tampak berurutan
3. Rate > 100 kali/menit
4. Kompleks QRS di VT monomorfik memiliki bentuk dan amplitudo yang sam

Dan pada hasil pemeriksaan EKG diatas adalah termasuk VT monomorfik yaitu
penting untuk meraba nadi klien, karena VT monomorfik dapat bersifat non perfusi.
VT monomorfik dapat memburuk menjadi VF atau VT unstable

Referensi : Haryanto Andi. 2013. Algoritme Elektrokardiografi Baru Untuk


Membedakan Takikardia Ventrikel Dan Takikardia Supraventrikel Dengan Aberansi.
Universitas Indonesia:Tesis

2. A. Lakukan RJP 5 Siklus


Alasan: karena hasil pemeriksaan terakhir didapatkan
- gambaran EKG Asistol
- nadi tidak teraba
- dan apnea

kondisi diatas yaitu Aktivitas Listrik Tanpa Denyut (Pulseless Electrical


Activity/PEA) adalah suatu keadaan dimana masih terdapat aktivitas listrik
jantung, tanpa disertai respon mekanik jantung berkontraksi untuk menghasilkan
denyut yang teraba atau tekanan darah yang terukur. Hal ini ditandai dengan
adanya gambaran aktivitas listrik pada monitor EKG, tetapi pasien tidak sadar,
tidak bernafas, dan tidak ditemukan denyut nadi pada perabaan arteri karotis. Pada
keadaan ini ventrikel masih berkontraksi tetapi tidak cukup kuat menimbulkan
pulsasi yang dapat diraba.

Diagnosis PEA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang khas. Pada pasien
PEA sering ditemukan adanya penurunan kesadaran tiba-tiba, henti nafas dan
tidak ada denyut nadi. PEA adalah keadaan gawat darurat yang tidak memerlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik lengkap. Penanganan PEA harus cepat dengan
protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku meliputi RJP efektif pemberian
obat-obatan berupa epinefrin dan vasopressin serta identifikasi dan penanganan
penyebab.

Maka tindakan yang harus segera dilakukan RJP sebanyak 5 siklus. RJP (30
kompresi dada: 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum terpasang advanced
airway (ETT). Jika pada pasien telah terpasang advanced airway, berikan ventilasi
8-10 kali/menit sambil dilakukan kompresi dada 100 kali/menit.Pertimbangkan
pemberian obat-obatan selama RJP. Berikan epinefrin 1 mg IV setiap 3-5 menit
atau vasopressin 40 U IV (untuk menggantikan dosis pertama dan kedua
epinefrin). Setelah 5 siklus RJP, cek kembali irama jantung. Tatalaksana
selanjutnya sesuai dengan temuan (Lihat Algoritma penatalaksanaan PEA).

Referensi : Daindes Tommy, Dkk. 2018. Ventrikular Takikardia Refrakter Pada


STEMI & Stroke. Jurnal Kesehatan Andalas.

3. B ventrikel takikardi
Pembahasan : karena didapatkan tanda gejala sebagai berikut
- Nadi tidak teraba
- Nafas tidak ada
- Frekuensi nadi 355 x/mnt sehingga tidak terhitung
Penjelasan:
Ventrikel Takikardi adalah adanya daerah miokard iskemik menyebabkan putaran
balik konduksi impuls sehingga terjadi depolarisasi ventrikel berulang secara
cepat. Takikardi ventrikel mempunyai karakteristik sebagai berikut: (Brunner &
Suddarth, 2002)
- Frekuensi : 150-200 x/menit
- Gelombang P: biasanya tenggelam dalam kompleks QRS; bila terlihat, tidak
selalu mempunyai pola yang sesuai dengan QRS. Kontraksi ventrikel tidak
berhubungan dengan kontraksi atrium.
- Kompleks QRS: mempunyai konfigurasi yang sama dengan PVC-lebar dan
aneh, dengan gelombang T terbalik. Denyut ventrikel dapat bergabung dengan
QRS normal, menghasilkan denyut gabungan
- Hantaran: berasal dari ventrikel, dengan kemungkinan hantaran retrograde ke
jaringan penyambung dan atrium
- Irama: biasanya regular, tetapi dapat juga terjadi takikardi ventrikel irregular.
Dan dokter dalam kasus tersebut memberikan tatalaksana pasien sesuai
dengan algoritma. Penatalaksanaan ventrikel takikardia (VT) harus cepat dengan
protokol resusitasi kardiopulmonal yang baku, meliputi defibrilasi sesegera
mungkin, diikuti resusitasi jantung paru (RJP), dengan pemberian obat-obatan
epinefrin dan amiodaron. Penanganan utama ketika mendapatkan pasien dengan
fibrilasi ventrikel adalah melakukan defibrilasi. Defibrilasi non-synchronized
menggunakan energi 360 Joule gelombang monofasik atau 120-200 Joule
gelombang bifasik. Setelah dilakukan defibrilasi, segera lakukan RJP sebanyak 5
sikulus. Satu siklus terdiri dari 30 kompresi dada:2 ventilasi (30:2). RJP dilakukan
jika pada pasien belum dipasang advanced airway (ETT). Jika pada pasien telah
terpasang ETT, ventilasi diberikan 8-10 kali/menit sambil terus melakukan
kompresi dada 100 kali/menit.

Referensi : Haryanto Andi. 2013. Algoritme Elektrokardiografi Baru Untuk


Membedakan Takikardia Ventrikel Dan Takikardia Supraventrikel Dengan Aberansi.
Universitas Indonesia:Tesis

4. B. Pola Nafas Tidak Efektif


Pembahasan : karena pasien memiliki diagnosis gagal jantung kongesif dan dengan
keluhan
- Mengeluh sesak bertambah saat berjalan kekamar mandi
- Hasil pemeriksaan fisik frekuensi nadi 98x/mnt
- TD : 160/90mmHg
- RR : 28 x/mnt
- hasil EKG sinus rhythm
- Dan urin 50cc/jam

Maka dapat diambil masalah keperawatan adalah pola nafas tidak efektif karena
adanya penurunan volume paru

Patofisiologi penurunan volume paru : Adanya CHF mengakibatkan Ventrikel kanan


gagal dalam memompa darah, sehingga tekanan diastole meningkat dan menyebabkan
atrium kanan dan vena sistemik mengalami bendungan, adanya bendungan tersebut
berdampak pada lien dan hepar yaitu mengalami splenomegali dan hepatomegali
selanjutnya mendesak diafragma dan terjadi sesak nafas

Referensi : Eko Prihantono Wahyu. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Ny. G Dengan
Gangguan Sistem Kardiovaskular: Congestive Heart Failure (Gagal Jantung
Kongestive) Di Bangsal Anggrek - Bogenville Rsud Pandanarang Boyolali. Naskah
Publikasi

5. A. Membatasi Aktivitas
Pembahasan : karena keluhan pasien adalah
- nyeri pada daerah leher yang menyebar kepunggung kiri dengan skala 7.
- Mengeluh sesak
- Gelisah dan sulit tidur dimalam hari
- TD : 140/90 mmHg
- Nadi : 100 x/mnt
- Frekuensi Nafas 28 x/mnt
- SaO2 : 92%
- Hasil EKG menunjukkan gambaran ST Elevasi

Maka sesuai dengan keluhan dan tanda-tanda tersebut sama dengan ST ELevasi
Miokard Infark (STEMI) yaitu salah satu spektrum klinis Sindroma Koroner Akut
yang dapat berakibat fatal. Gejala klinis STEMI adalah

1. Nyeri dada yang khas atau tipikal yang menetap (lamanya berlangsung >20 menit),
2. Nyeri tidak berkurang dengan istirahat atau pemberian nitrat,
3. Nyeri dapat menjalar ke rahang bawah, leher, lengan kiri atau punggung, dan disertai
gejala penyerta seperti keringat dingin, mual dan muntah.
Nyeri dada yang tipikal pada STEMI bersifat substernal, berlokasi ditengah atau kiri
dada seperti ditekan benda berat, diremas dan ditusuk. Gejala penyerta yang juga dapat
timbul adalah pusing seperti melayang, sinkop, dan sesak napas. Beberapa gejala yang
tidak khas berupa mual/muntah, sesak napas, lemas, berdebar-debar dan pingsan.
Kadang-kadang nyeri dada dapat dirasakan di daerah epigastrium dan dapat menyerupai
gejala dispespia. Gejala tidak khas lebih sering didapatkan pada wanita, usia lanjut dan
pasien diabetes. Nyeri dada perlu dibedakan dengan nyeri dada/angina tipikal pada
penyakit jantung koroner (coronary artery disease/CAD) stabil.
Disebut angina atipikal bila hanya memenuhi dua kriteria di atas. Sedangkan, dsebut
non-anginal chest pain bila hanya memenuhi satu atau tidak memenuhi kriteria diatas.
Gambaran EKG yang khas adalah: Peningkatan segmen ST di V2 sampai V3

- Lebih dari 2 mm (0,2 mV) pada laki-laki


- Dan lebih dari 1,5 mm (0,15 mV) pada wanita.
- Dan peningkatan lebih dari 1 mm (0,1 mV) pada lebih dari 1 sadapan dada lain atau
sadapan ekstremitas lainnya yang berhubungan.

Tatalaksana Non-Medikamentosa

1. Tirah baring
2. Pemberian oksigen 2-4 L/menit untuk mempertahankan saturasi oksigen >95%
3. Pasang jalur infus dan monitor

Referensi : Darliana Devi. Manajemen Pasien St Elevasi Miokardial Infark (Stemi). Idea
Nursing Journal. ISSN Vol. I No. 1 : 2087-2879

6. C. Sela iga ke 4 garis sternal kiri


Alasan : EKG merupakan rangkaian kegiatan merekam aktivitas listrik jantung dalam
waktu tertentu, sandapan elektrode standar yang di pasang di perikordial adalah
V1 : Sela iga ke-4 garis sternal kiri
V2 : Sela iga ke-4 garis sternal kiri
V3 : Antara V2 dan V4
V4 : Sela iga ke-5 garis mid klavicula
V5 : Sejajar V4 garis anterior axila
V6 : Sejajar V5 garis mid axila
Selain jawaban C merupakan bukan sandapan elektroda V2

Referensi : AIPNI. 2019. Sinersi Hadirkan Sukses Uji Kompetensi Ners Indonesia.
Edisi R.
7. C. Otonomi
Alasan : pasien meempunyai hak untuk mengelola dan memutuskan tindakan yang
boleh atau tidak boleh dilakukan terhadap dirinya sepanjang perawat telah
menjelaskan dengan benar dan proporsional. Namun keputusan tetap ditangan pasien
atau keluarga. Pada kasus ini perawat melakukan tindakan RJP padahal pasien sudah
nyaman dengan tidak dilakukan tindakan apapun dan atau telah menjadi pilihannya.
Maka perawat telah mengabaikan hak dan otonomi pasien.
Sedangkan pengertian dari:
- Fidelity adalah menepati janji dan komitmen terhadap orang lain.
- Veracity adalah prinsip penuh dengan kejujuran akan kebenaran.
- Beneficience adalah melakukan hal-hal yang baik untuk orang lain

Referensi: AIPNI. 2019. Sinersi Hadirkan Sukses Uji Kompetensi Ners Indonesia.
Edisi R.

8. E. Obat diminum dengan cara meletakkan obat dibawah lidah


Pembahasan : karena obat ini sangat baik untuk diabsorbsi tanpa makanan dan lebih
cepat lagi diabsorbsi di sublingual. Karena nyeri yang dialami pasien itu akiat dari
kontriksi atau sumbatan pembuluh coroner maka perlu diberikan obat yang paling
cepat kerjanya. Maka yang paling sering diberikan adalah sublingual.
Karena pada pilihan A, B,C,D obat lebih lama untuk diabsorbsi.

Referensi : AIPNI. 2019. Sinersi Hadirkan Sukses Uji Kompetensi Ners Indonesia.
Edisi R.

9. A. POLIURI
Pembahasan : Fungsi & Manfaat Lasix/Furosemide
- Fungsi Lasix/Furosemide adalah untuk mengurangi cairan di dalam tubuh dan
membuangnya melalui saluran kemih. Sementara itu, manfaat Lasix/Furosemide
adalah untuk pengobatan penderita penyakit endema dan hipertensi (tekanan darah
tinggi).
- Komposisi Lasix adalah furosemide. Furosemide bekerja di dalam ginjal untuk
menghambat penyerapan garam dan tidak bisa diserap lagi oleh ginjal, sehingga air
akan dibuang melalui mekanisme buang air kecil supaya tidak terjadi kelebihan
cairan yang mengakibatkan di paru-paru, ginjal, jantung dan hati.
Referensi : https://doktersehat.com/lasix-furosemid/.aksespada26/03/20

10. B. Defisit Volume Cairan


- Pembahasan : Karena pasien diberikan terapi lasix (diuretik) dan manfaat lasik
adalah untuk mengurangi cairan di dalam tubuh dan membuangnya melalui saluran
kemih. Jadi yang harus diwaspadai perawat adalah defisit volume cairan. Karena
furosemide bekerja di dalam ginjal untuk menghambat penyerapan garam dan tidak
bisa diserap lagi oleh ginjal, sehingga air akan dibuang melalui mekanisme buang
air kecil supaya tidak terjadi kelebihan cairan yang mengakibatkan di paru-paru,
ginjal, jantung dan hati.
Referensi : https://doktersehat.com/lasix-furosemid/.aksespada26/03/20

Anda mungkin juga menyukai