Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Batu ginjal atau nefrolitiasis merupakan suatu keadaan terdapatnya
batu (kalkuli) didalam ginjal (Muttaqin & Sari, 2011 : 110). Nefrolitiasisi
atau batu ginjal adalah adanya kalkuli yang disebabkan oleh gangguan
keseimbangan antara kelarutan dan pengendapan agarm di saluran kemih
dan ginjal. Natu ginjal terbentuk saat air kemih menjadi jenuh dengan
senyawa tak larut yang mengandung kalsium, oksalat dan fosfat akibat
dehidrasi atau kekurangan cairan (Han, et al 2015). Batu ginjal atau
nefrolitiasis terbentuk saat mineral dalam ginjal tidak bisa diekskresikan
sehingga akhirnya menjadi butiran-butiran yang menyerupai pasir. Sekitar
70-80% batu ginjal yang terjadi di beberapa negara maupun Indonesia adalah
batu kalsium oksalat. Dampak atau akibat dari batu ginjal jika dibiarkan
terlalu lama dan tidak segera ditangani, bukan tak mungkin akan berlanjut ke
kondisi yang lebih parah, yaitu Chronic Kidney Disease (CKD) atau
Penyakit Ginjal Kronik (PGK). PGK merupakan kondisi ginjal yang
kehilangan fungsinya (Rasyida, 2013).
Ginjal merupakan organ vital karena mempunyai fungsi multiple yang
tidak dapat digantikan oleh organ lain. Fungsi ginjal antara lain ; pengaturan
keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan osmolalitas cairan tubuh dan
konsentrasi elektrolit, pengaturan tekanan arteri dan pengaturan
keseimbangan asam dan satbasa, selain itu ginjal memiliki fungsi untuk
membersihkan tubuh dari racun melalui cairan urin (Wahyuni, et al. 2013).
Salah satu bentuk respon tubuh mendapatkan asupan cairan yang cukup
adalah urin dapat keluar dengan bebas dan berwarna cerah, dan sebaliknya
ketika tubuh tidak mendapatkan asupan air yang cukup, urin akan berwarna
gelap dan berbau. Minum air putih yang cukup akan membantu ginjal untuk
bekerja secara normal. Aktivitas tersebut juga dapat mencegah pembentukan
baut ginjal (Rosalina, 2014:10).
Dalam kehidupan sehari-hari manusia memerlukan sumber tenaga
yaitu makan dan minum. Salah satunya adalah kebutuhan akan air minum,
diketahui bahwa 70% bagian yang ada di dalam tubuh manusia berbentuk

1
cairan. Manusia membutuhkan air yang cukup untuk menjaga kesegaran dan
kebugaran jasmani. Air minum merupakan unsur gizi yang sama pentingnya
dengan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Tubuh membutuhkan air
mineral untuk dikonsumsi sebanyak 1 sampai 2,5 liter atau setara dengan 6-8
gelas setiap harinya, mengkonsumsi air mineral yang baik dan cukup bagi
tubuh dapat membantu proses pencernaan, mengatur metabolisme, mengtur
zat-zat makan dalam tubuh dan mengatur keseimbangan tubuh, Asmadi
(2011, dalam Sari, 2014).
Kebiasaan mengkonsumsi air yang kurang, dapat menjadi salah satu
faktor risiko terjadinya batu, selain itu aktivitas yang berlebihan
menyebabkan ekskresi cairan akan terjadi melalui keringat sehingga urin
akan menjadi lebih pekat dan risiko terjadinya batu akan menjadi lebih
besar. Masalah kekurangan air bukan hanya di Indonesia tetapi sduah
masalah mengelobal. Indonesai sendiri dengan jumlah penduduk yang telah
mencapai lebih dari 200 juta jiwa, kebutuhan air minum untuk dikonsumsi
menjadi semakin berkurang (Putra, 2014). Selain itu kebiasaan yang salah
sering dilakukan adalah hanya mengonsumsi air minum saat dirasa haus,
padahal rasa haus merupakan ciri seseorang mengalami dehidrasi. Dampak
dehidrasi jika dibiarkan akan mengakibatkan risiko penyakit batu ginjal,
infeksi saluran kencing, kanker usus besar, konstipasi, obesias, stroke
pembuluh darah otak dan gangguan yang lainnya (Sumarmi & Ernovitania,
2017).
Seiring berkembangnya zaman dan fenomena di dalam masyarakat,
memiliki kecenderungan untuk mengkonsummsi minuman selain air putih.
Seiring itu pula, industri minuman modern pun semakin berkembang dan
menawarkan berbagai macam jenis, rasa, warna, dan kemasan. Berbagai
minuman ringan atau soft drink seperti cola,minuman rasa buah, jus, sduah
banyak tersedia di pasaran (Safriani, 2014). Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa kurang air berdampak buruk terhadap kesehatan atau
meningkatkan risiko terjadinya berbagai macam penyakit air memiliki peran
penting bagi tubuh terutama bagi ginjal (Santoso, et al. 2012:2)
Mengkonsumsi minuman ringan secara rutin dan berlebihan dapat
menyebabkan dampak yang buruk terhadap peminumnya apabila tidak
diselingi dengan asupan air minum yang cukup. Dampak buruk yang bisa

2
terjadi, antara lain obesitas, kerusakan gigi, penyakit jantung, diabetes,
osteoporosis dan batu ginjal (Safriani, 2014). Penelitian yang dilakukan oleh
Ferraro, et al. (2013) tentang soda dan minuman lain dan risiko batu ginjal
menjelaskan bahwa metode yang efektif untuk mmengurangi risiko berulang
terjadinya batu ginjal yaitu dengan diet dan menignkatkan asupan cairan.
Meskipun demikian, tidak semua jenis cairan memiliki manfaat yang sama.
Berdasarkan paparan di atas bahwa dampak dari soft drink atau
minuman bersoda akan berdampak buruk terhadap kesehatan terutama bagi
ginjal, minuman bersoda tinggi akan kandungan fruktosa (pemanis buatan)
dan asam fosfat atau asam nitrat. Macam-macam senyawa tambahantersebut
memaksa ginjal bekerja lebih keras untuk mengolah minuman soda tersebut.
Pada akhirnya, komponen-komponen ini malah terkumpul menjadi satu dan
membentuk gumpalan bantuan kalsium yang nantinya dapat menyumbat
ginjal dan akan menyebabkan terjadinya penyakti batu ginjal dari
kebanyakan minum-minuman bersoda. Penelitian yang dilakukan oleh
Ferraro, et al. (2013) yang melibatkan 194.095 orang memberikan informasi
tentang kebiasaan gaya hidup dan diet mereka selama lebih dari 8 tahun.
Hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa orang yang mengkonsumsi
setidaknya satu soda manis setiap hari memiliki peningkatan risiko batu
ginjal 23% lebih besar dari orang yang mengkonsumsi kurang dari satu
minuman soda perminggu.
Penyakit batu ginjal juga disebut urolitiasis, adalah ketika bahan padat
(batu ginjal) berkembang di saluran kemih. Batu ginjal biasanya terbentuk di
ginjal dan meninggalkan tubuh dalam bentuk urin. Sebuah batu kecil bisa
lewat tanpa menimbulkan gejala. Jika sebuah batu tumbuh lebih dari 5
milimeter (0,2 in), itu dapat menyebabkan penyumbatan ureter, yang
mengakibatkan rasa sakit yang parah di punggung bagian bawah atau perut.
Batu juga bisa menyebabkan darah dalam urin, muntah, atau buang air kecil
yang menyakitkan. Kira-kira setengah dari orang yang menderita batu ginjal
dalam waktu 10 tahun. Batu biasanya diklasifikasikan berdasarkan lokasi :
nefrolitiasis (di ginjal), ureterolitiasis (di ureter), sistolitiasis (di kandung
kemih), atau dari bahan apa yang terbuat dari (kalsium, oksalat, asam urat,
struvite, sistin).

3
Pada mereka yang memiliki batu, pencegahannya adalah dengan
minum cairan sehingga lebih dari 2 liter urin diproduksi per hari. Jika tidak
cukup efektif, dapat diambil diuretik tiazid, sitrat, atau allpurinol.
Disarankan agar minuman ringan yang mengandung asam fosfat (biasanya
cola) dihindari. Saat batu tidak menimbulkan gejala, tidak diperlukan
perawatan. Jika tidak, pengendalian rasa sakit biasanya merupakan tindakan
pertama, menggunakan obat-obatan seperti obat antiinflamasi nonsteroid
atau opioid. Batu yang lebih besar dapat dibantu untuk lewat dengan
tmasulosin obat atau mungkin memerlukanprosedur seperti lithotrispy
gelombang kejut ekstrakorporeal, ureteroskopi, atau nefrolitotomi perkutan.
Antara 1% dan 15% orang di dunia terkena batu ginjal pada titik
tertentu dalam kehidupan mereka. Pada tahun 2015, 22,1 juta kasus terjadi,
mengakibatkan sekitar 16.100 kematian. Mereka telah menjadi lebih umum
di dunia Barat sejak tahun 1970-an. Secara umum, lebih banyak pria yang
terkena dari pada wanita. Batu ginjal telah mempengaruhi manusia
sepanjang sejarah dengan deskripsi operasi untuk menghilangkannya sejak
600 SM.
Pada tahun 2017 di Indonesia sendiri, data hasil yang ditemukan dari
rumah sakit se-Indonesia yaitu 37.363 kasus baru, dari jumlah pemeriksaan
58.959 orang, dan sebanyak 19.018 orang yang dirawat, dengan angka
kematian mencapai jumlah 378 orang atau 1,98% dari semua pasien yang
dirawat. Prevalensi tertinggi penyakit nefrolitiasis yaitu daerah D.I
Yogyakarta (1,3%), di ikuti aceh (0,8%), Jawa Tengah, Jawa Barat, serta
Sulawesi Tengah (0,9%). Hasil survei yang dilakukan pada masyarakat
semakin bertambahnya usia yang paling tinggi terjadi pada kelompok umur
55 – 64 tahun (1,4%) , menurun sedikit pada kelompok usai 67 – 75 tahun
(1,3%) dan usia diatas 75 tahun (1%). Pada daerah Sumatra Barat, dari bulan
Agustus-Oktober 2019, di RS Achmad Mochtar Bukittinggi, di Ambun Suri
Lantai 2 terdapat 8 orang pasien yang menderita nefrolitiasis.
Tingginya angka kejadian nefrolitiasis disebabkan oleh beberapa
faktor resiko yang pada umumnya terjadi karena adanya riwayat batu di usia
muda, riwayat batu pada keluarga, adanya penyakit asam urat , kondisi
medis lokal dan sistematik, predisposisi genetik dan komposisi urin itu
sendiri (Basuki B,2015) faktro juga bisa meningkatkan risiko terjadinya

4
penyakit nefrolitiasis, seperti kelebihan fosfat, kalsium, asam urat, dan
oksalat didalam urine, dan punya riwayat obesitas. Asupan makanan serta
cairan juga memiliki pengaruh penting dalam pembentukan nefrolitiasis
(Jabbar F, et al,2014).

B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan keperawatan pada Ny. Ydengan diagnosa
Nefrolitiasis (Batu Ginjal) di ruang Ambun Suri Lt. 2 RS Dr. Achmad
MochtarKota Bukittinggi.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mahasiswa/i mampu melakukan asuhan keperawatan pada Ny. Y
dengan diagnosa Nefrolitiasis di RS Achmad Mochtar Kota Bukittinggi.
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa/i dapat melakukan pengkajian pada Ny. Y dengan
Nefrolitiasis di RS Achmad Mochtar Kota Bukittinggi.
2. Mahasiswa/i dapat merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. Y
dengan Nefrolitiasis.
3. Mahasiswa/i mampu menyusun intervensi terkait diagnosa
keperawatan pada Ny. Y dengan Nefrolitiasis.
4. Mahasiswa/i mampu untuk melakukan implementasi keperawatan
pada Ny. Y dengan Nefrolitiasis.
5. Mahasiswa mampu untuk mengevaluasi asuhan keperawatan pada
Ny. Y denganNefrolitiasis.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Penulisan Laporan Seminar ini dapat dijadikan sebagai informasi
tambahan dan pedoman bagi institusi kesehatan dalam menangani
masalah Nefrolitiasis (Batu Ginjal).

5
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien/keluarga yang menerima asuhan keperawatan
yang diberikan, untuk mengetahui komplikasi lebih lanjut dan
peningkatan pengetahuan kepada masyarakat luas dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat khususnya tentang Nefrolitiasis (batu ginjal).

3. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat memberikan tambahan informasi kepada institusi
pendidikan khususnya bagi mahasiswa sebagai acuan penelitian lebih
lanjut dalam pemberian asuhan keperawatan dengan Nefrolitiasis (Batu
Ginjal).

4. Bagi Bidang Kesehatan


Dapat dijadikan sebagai referensi atau acuan dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien dengan Nefrolitiasis (batu ginjal).

Anda mungkin juga menyukai