Anda di halaman 1dari 15

Makalah KMB ( KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II )

Penelitian Intervensi Keperawatan

Oleh

Ni Putu Leni Anggraeni

C1118048

IV B Keperawatan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BINA USADA BALI

2020
Kata pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi karena dengan pertolongan-
Nya lah saya bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini mempunyai judul “ Penelitian Intervensi Keperawatan” yang di susun dalam
rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II

Maka dari itu saya menyadari bahwa laporan yang saya buat ini belum mencapai
kesempurnaan karena masih banyak terdapat kekurangan – kekurangan yang saya lakukan.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun baik dari pihak Dosen
maupun teman-teman lainnya demi kesempurnaan tugas ini, sehingga tugas ini dapat saya
jadikan pedoman untuk penyusunan tugas dimasa yang akan datang.

Hormat saya

Badung, 01 Aprill 2020

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.....................................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA SLE
a. Definisi SLE.......................................................................................................................3
b. Metode Penelitian...............................................................................................................3
c. Hasil Pengkajian ................................................................................................................3
d. Hasil Intervensi Keperawatan............................................................................................4
2.2 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA REMATIK
e. Definisi REMATIK............................................................................................................4
f. Metode Penelitian..............................................................................................................4
g. Hasil Pengkajian.................................................................................................................5
h. Hasil Intervensi Keperawatan............................................................................................6
2.3 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA HIV/AIDS
i. Definisi HIV/AIDS............................................................................................................6
j. Metode Penelitian..............................................................................................................6
k. Hasil Pengkajian.................................................................................................................7
l. Hasil Intervensi Keperawatan............................................................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................9
3.2 Saran ......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
Bab 1
Pendahuluan

1.1 latar belakang

Penyakit lupus atau Systemic lupus erythematosus (SLE) merupakan penyakit


autoimun kronis yang biasanya memengaruhi berbagai sistem organ termasuk sistem
saraf pusat dan dapat menyebabkan kerusakan (Prasetyo & Kustanti, 2014; Raafat, El
Refai, Alrasheed, & El Din, 2015; Resende, Barbosa, Simões, & Velasque, 2016). Pada
penderita lupus, mekanisme sistem kekebalan tubuh tidak dapat membedakan antara
jaringan tubuh sendiri dan organisme asing seperti virus dan bakteri. Ketika antibodi
dalam tubuh meningkat hingga terlalu signifikan jumlahnya, maka dapat mengakibatkan
kompleksnya imun di dalam jaringan (Raafat dkk., 2015).Di berbagai negara, kasus lupus
lebih banyak ditemukan pada wanita dibandingkan laki-laki (Lawrence dalam Paramita &
Margaretha, 2013;Raafat et al., 2015; Mardiani, 2013). Hal tersebut sesuai dengan data
dari Yayasan Lupus Indonesia yang menunjukkan 90 persen penderita lupus diantaranya
adalah perempuan muda dan 10 persen diderita oleh laki-laki dan anak-anak (Maruli
dalam Paramita & Margaretha, 2013).

Tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia di Indonesia (Badan Pusat
Statistika, 2017). Hal yang perlu jadi perhatian adalah angka kejadian penyakit
rheumatoid arthritis ini yang relatif tinggi, yaitu 1-2 % dari total populasi di Indonesia.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari
25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan
bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid.Dimana 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun
(Wiyono, 2010).

Laporan Epidemi AIDS Global (UNAIDS 2012) menunjukkan bahwa terdapat 34


juta orang dengan HIV di seluruh dunia. Sebanyak 50% di antaranya adalah perempuan
dan 2,1 juta anak berusia kurang dari 15 tahun. Sementara itu di Asia Tenggara terdapat
kurang lebih 4 juta orang dengan HIV. Menurut Laporan Perkembangann HIV-AIDS
WHO-SEARO tahun 2011 sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi HIV.
Jumlah perempuan yang terinfeksi HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat, seiring
dengan meningkatnya jumlah laki-laki yang melakukan hubungan seksual tidak aman
yang akan menularkan HIV pada pasangan seksualnya. Di negara berkembang, HIV
merupakan penyebab utama kematian perempuan usia reproduksi.

1
1.2 Tujuan
1. Agar mampu mendeskripsikan pengertian penyakit lupus
2. Agar Mampu mengetahui diagnosa atau gejala-gejala yang ditimbulkan pada
penyakit lupus serta memberikan intervensi yang tepat
3. Agar mampu mendeskripsikan pengertian penyakit rheumatoid arthritis
4. Agar Mampu mengetahui diagnosa atau gejala-gejala yang ditimbulkan pada
penyakit rheumatoid arthitris serta memberikan intervensi yang tepat
5. Agar mampu mendeskripsikan pengertian penyakit HIV AIDS
6. Agar Mampu mengetahui diagnosa atau gejala-gejala yang ditimbulkan pada
penyakit HIV AIDS serta memberikan intervensi yang tepat

1.3 Rumusan masalah


1. Apa pengertian dari SLE ?
2. Jelaskan Penatalaksanaan Keperawatan dari SLE?
3. Apa pengertian rheumatoid arthritis ?
4. Jelaskan penatalaksaan keperawtan dari Rheumatoi arthritis ?
5. Apa pengertian HIV AIDS ?
6. Jelaskan penatalaksanaan dari HIV AIDS?

2
Bab II
Pembahasan

2.1 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA SLE

A. Defini SLE
SLE adalah gangguan pada regulasi imun yang menyebabkan produksi autoantibodi yang
berlebihan (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010).
B. Metode penelitian
Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahapan proses keperawatan, mulai dari
pengkajian, analisis data, penegakkan diagnosis, perencanaan intervensi keperawatan,
implementasi, serta evaluasi. Asuhan keperawatan ketidakberdayaan dilakukan pada
pasien dan keluarga dengan SLE dilakukan dengan pendekatan masalah fisik dan
psikososial. Namun, asuhan keperawatan yang diberikan penulis lebih fokus kepada
masalah psikososial yang dikaitkan dengan masalah fisik klien serta masalah
perkotaan. Analisis bivariat diawali dengan melakukan uji normalitas data dengan
menggunakan Shapiro-wilk karena jumlah responden pada masing-masing kelompok
kurang dari 50 responden. Selanjutnya dilakukan uji bedapre-test dan post-test
menggunakan uji Paired t-test jika data terdistribusi normal dan menggunakan uji
Wilcoxon jika data tidak terdistribusi normal. Didapatkan hasil paired sampel statistik
yang menunjukkan hasil beda skor depresi, cemas, dan stres pada masing-masing
kelompok. Sedangkakn untuk membandingkan antara kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, dapat menggunakan uji independen t-test apabila data terdistribusi normal,
apabila data tidak terdistribusi normal maka menggunakan uji mann-whitney.
C. Hasil pengkajian
Bapak S (52 tahun) masuk Antasena sejak 10 Mei 2018 dengan diagnosis medis Systemic
Lupus Erythematosus (SLE) dan anemia.Pada hari pertama, pasien cukup kooperatif
meskipun tampak sangat lemas dan murung.Sudah setahun ini pasien merasa mudah lelah
dan mudah lupa, sehingga merasa tidak maksimal saat melakukan pekerjaannya.Saat ini
Bapak S tinggal bersama dengan istri dan satu anaknya yang sudah berusia 27 tahun.
Menurut Bapak S, sudah sejak dua tahun lalu ia sering demam tinggi dan hanya
didiagnosis terkena typhoid. Baru kemudian setelah satu tahun diketahui bahwa
penyakitnya adalah SLE.Bapak S mengungkapkan perasaan frustasi saat pertama kali
mengetahui tentang penyakitnya tersebut.Bapak S bahkan mengungkapkan bahwa
hidupnya saat ini sudah terasa sia-sia.Ia merasa tidak mampu melakukan apa pun dan
merasa bahwa hidupnya saat ini selalu ada yang kurang dan tidak berguna lagi. Meskipun
begitu, Bapak S mengungkapkan keinginannya untuk dapat beraktivitas seperti biasa dan
tidak dirawat terus-menerus.

3
D. Hasil intervensi keperawatan

Asuhan keperawatan kepada Bapak S dilakukan selama 8 hari.Pada awal interaksi,


penulis lebih berfokus untuk mengintervensi pada diagnosis nyeri dan ansietas yang
merupakan keluhan utama. Penulis melakukan pengkajian dan dilanjutkan dengan
intervensi kolaborasi juga dilakukan dengan pemberian tramadol 100 mg melalui IV drip
NaCl 0,9% 100 mL dan latihan teknik napas dalam. Pasien merasa lebih tenang dan
nyerinya berkurang dari 8/10 menjadi skala 6/10 setelah melakukan tarik napas
dalam.Penulis menyarankan kepada pasien untuk melakukan teknik tarik napas dalam
setiap dua jam. Penulis berusaha menenangkan pasien dengan mengingatkan pasien
untuk melakukan tarik napas dalam.Setelah intervensi, laju napas pasien menjadi 20 kali
dalam satu menit dan saturasi oksigen 97%.Pasien pun dapat mempraktikkan tarik napas
dalam dengan baik.Meskipun begitu, pasien tetap merasa tidak nyaman karena batuknya
yang tidak kunjung reda.Pada hari itu, pasien menolak untuk melakukan latihan berpikir
positif. Penulis mulai mengintervensi masalah penurunan koping keluarga pada hari
keenam perawatan.Penulis memberikan edukasi keluarga terkait penyakit yang dialami
Bapak S. Selanjutnya, penulis juga melatih keluarga untuk ikut serta dalam mengatasi
ansietas dan halusinasi yang dialami pasien. Keluarga menunjukkan bahwa ia mampu
mengajak pasien untuk melakukan tarik napas dalam dan mengacuhkan halusinasinya.
Keluarga belum mampu melakukan teknik 5 jari yang diajarkan.Meskipun begitu,
keluarga mampu mengajak pasien untuk melakukan latihan teknik 5 jari dengan
didampingi penulis.
2.2 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA RA ( Rheumatoid
Arthritis )

E. Definisi RA ( Rheumatoid Arthritis)


RA ( Rheumatoid Arthritis) adalah penyakit peradangan sistemis kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dengan manifestasi pada sendi perifer dengan pola simetris
(Noor, 2016).
F. Metode penelitian
Asuhan keperawatan yang bisa diberikan oleh perawat untuk mengurangi nyeri pada
pasien reumatoid artritis diantaranya dengan menganjurkan pasien untuk mengkompres
sendi yang sakit dengan air hangat dan mengajarkan pasien menggunakan relaksasi nafas
dalam. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaningsih dkk (2008) menunjukkan
bahwa teknik relaksasi nafas dalam dapat menurunkan tingkat nyeri pada pasien artritis.
Relaksasi nafas dalam mampu menenangkan pikiran dan tubuh dan melepaskan
ketegangan otot-otot sehingga menghilangkan nyeri reumatoid arthritis tanpa

4
menggunakan obat pereda nyeri lebih banyak lagi (Charlis, 2010). Pemberian kompres
hangat memberikan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot, dan memberikan rasa hangat ( Hidayat dan Uliyah, 2008). Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Yanti (2014)
G. Hasil pengkajian
Desain penelitian yang digunakan adalah Quasy Experiment. Penelitian ini dilakukan
pada tanggal 2 Mei sampai dengan 12 Mei 2017. Populasi pada penelitian ini adalah
Pasien Rawat Jalan Penderita Reumatoid Artritis di Puskesmas Pesantren 1 Kota Kediri
dengan subjek penelitian sebanyak 36 responden. Sampling dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling. Variabel independen dalam penelitian ini
adalah kompres hangat dan relaksasi nafas dalam dan variabel dependen dalam penelitian
ini adalah nyeri Instrumen penelitian ini menggunakan kuesioner. Teknik analisis data
penelitian dengan menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed Ranks Test dan Mann
Whitney dengan a=0,05

H. Hasil intervensi
perawatan Hasil penelitian di ketahui bahwa efek dari kompres hangat terhadap nyeri
pasien reumatoid artritis sangat terlihat hal ini dibuktikan dengan semua responden nyeri
berkurang setelah diberikan kompres hangat. Nyeri berkurang dari nyeri sedang ke nyeri
ringan. Hal ini terjadi karena semua responden mendapatkan efek pemberian kompres
hangat yaitu memperlancar peredaran darah dan memberikan rasa nyaman hal tersebut
menyebabkan penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar sehingga
sel-sel yang ada di pembuluh darah meningkat aktivitasnya hal tersebut yang akan
mengurangi nyeri, oleh karena itu kompres hangat efektif untuk menurunkan nyeri pasien
reumatoid artritis sehingga bermanfaat sebagai salah satu terapi untuk mengurangi nyeri
pasien reumatoid artritis. Selain itu dari hasil penelitian diketahui bahwa responden yang
meminum obat secara rutin mendapatkan manfaat dari kompres hangat hal ini dibuktikan
dengan setelah diberikan kompres hangat responden yang minum obat secara rutin
mengalami perubahan nyeri dari nyeri sedang ke nyeri ringan. Berdasarkan fenomena dan
konsep teori diatas peneliti berasumsi bahwa pemberian kompres hangat memberikan
manfaat untuk mengurangi nyeri disamping pemberian obat yang rutin. Dari penelitian

5
diatas dapat diketahui bahwa kompres hangat menurunkan nyeri pada responden yang
mengalami nyeri pada seluruh bagian sendi yang mengalami nyeri, rata-rata penurunan
skala nyeri sebanyak 2 skala

2.3 PENELITIAN INTERVENSI KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA HIV AIDS

I. Definisi HIV AIDS


(HIV) adalah Virus yang menyebabkan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS).
Acquired Immuno Deficiency Syndrome yang selanjutnya disingkat (AIDS) adalah suatu
kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh
masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang (Permenkes, 2013).

Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala dan infeksi


atau sindrom yang timbul akibat rusaknya sistem kekebalan di dalam tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV. Virus penyebab penyakit
dinamakan Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV). Virus ini bekerja
dengan memperlemah sistem kekebalan tubuh manusia, sehingga orang yang terkena
virus ini akan rentan terhadap infeksi opportunity.
J. METODE PENELITIAN
Desain, Populasi, Sampel Jenis penelitian ini adalah quasi eksperiment dengan desain
penelitian pre-test – post-test with control group. Responden dibagi menjadi dua
kelompok yaitu kelompok perlakuan yang diberikan intervensi brief psychoeducation,
serta kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua ibu rumah tangga diwilayah perkebunan kopi di Kabupaten Jember. Sampel
dalam penelitian didapatkan menggunakan teknik probability sampling dengan
pendekatan simple random sampling dari populasi yang sudah ditentukan yang memenuhi
kriteria inklusi. Jumlah sampel terdiri dari 15 responden untuk kelompok perlakuan serta
15 responden pada kelompok kontrol.
Instrumen Penelitian Instrument dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
telah dikembangkan oleh Britt Rios-Ellis pada tahun 2015 yang selanjutnya digunakan
untuk mengidentifikasi stigma HIV/AIDS pada ibu rumah tangga di area perkebunan
kopi di Kabupaten Jember. Kuesioner terdiri dari 9 (sembilan) pernyataan dengan 4
pilihan jawaban (skala likert): sangat tidak setuju; tidak setuju; setuju; dan sangat setuju.

K. Hasil pengkajian
Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t-test independent dan uji ttest dependent.
Uji t-test independent dilakukan untuk membandingkan mean dari dua kelompok yang
tidak saling berhubungan satu dengan yang lain yaitu kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol. Sedangkan uji t-test dependent dioperasikan untuk mengetahui perbedaan

6
stigmatisasi antara sebelum intervensi dan setelah intervensi pada kelompok intervensi
serta membandingkan nilai baseline dan pengukuran lanjutan pada kelompok kontrol.

L. Hasil Intervensi keperawatan


Karakteristik responden
Tabel 1 berikut menggambarkan karakteristik responden pada kelompok perlakuan
maupun kelompok kontrol yang mendiskripsikan usia, pendidikan, pekerjaan, dan agama.
Rata-rata usia responden pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berada pada
rentang usia yang relatif sama, dengan rentang usia 26 – 46 tahun, ibu rumah tangga,
sebagian besar berpendidikan pada level sekolah dasar, serta beragama Islam. Gambaran
stigma tentang HIV/AIDS Hasil observasi penelitian menunjukkan stigma HIV/AIDS
pada ibu rumah tangga di area perkebunan kopi di Kabupaten Jember pada kelompok
perlakuan didapatkan penurunan jumlah responden dengan stigma negatif terhadap
HIV/AIDS pada saat sebelum (11 orang/73,3%) dan sesudah (5 orang /33,3%) dilakukan
brief psychoeducation. Begitu juga pada kelompok kontrol, meskipun tidak diberikan
intervensi brief psychoeducation didapatkan satu

Tabel 1. Karakteristik responden (n=30)


responden yang tidak melakukan stigmatisasi negatif pada HIV/AIDS. Diskripsi stigma
HIV/AIDS tersaji pada tabel 2

7
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Variabel N (%) N (%)
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 5 33,3 7 46,7
Buruh tani 6 40 4 26,7
Wiraswasta 4 26,7 4 26,7
Pendidikan Tidak
Tamat SD 1 6,7 1 6,7
SD 7 46,7 6 40
SMP 5 33,3 5 33,3
SMA 2 13,3 3 20
Agama
Islam 15 100 15 100
Usia Mean ± SD Min - Max Mean ± SD Min - Max
35,5 ± 4,98 26 - 42 35,2 ± 6,08 27 - 46
Total 15 100 15 100

Tabel 2. Gambaran stigma responden tentang HIV/AIDS (dependent t-test)

8
Analisa efektifitas brief
psychoeducation Efek intervensi brief psychoeducation terhadap stigma HIV/AIDS
pada ibu rumah tangga menunjukkan perbedaan yang signifikan yaitu intervensi ini 4
kali lebih efektif mengurangi stigmatisasi HIV/AIDS pada kelompok yang diberikan
brief psychoeducation (mean different 4.26 / p < 0.05). Hasil analisis dengan SPSS
versi 21 ditampilkan pada tabel 3.

9
Bab III
Penutup

A. Simpulan
Bapak S (52 tahun) terdiagnosis SLE sejak satu tahun lalu.Kondisi penyakitnya
tersebut menyebabkan masalah psikososial muncul, salah satunya ketidakberdayaan.
Tidak hanya itu, penulis juga menemukan masalah penurunan koping keluarga pada
keluarga Bapak S. Penulis melakukan intervensi untuk mengatasi ketidakberdayaan dan
penurunan koping keluarga selama 8 hari masa perawatan Bapak S. Intervensi yang
diberikan meliputi, pengkajian, mengenalkan ketidakberdayaan, melatih berpikir positif,
mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga, mengedukasi keluarga terkait penyakit
pasien, serta mengedukasi terkait cara merawat pasien. Tanda dan gejala
ketidakberdayaan sempat berkurang pada hari kedua perawatan.Namun, kondisi penyakit
Bapak S yang memburuk menyebabkan masalah tersebut muncul kembali.Pada hari
terakhir perawatan, pasien sudah mampu melakukan berpikir positif dengan baik, namun
tanda dan gejala ketidakberdayaan pada pasien masih tampak. Di sisi lain, keluarga
pasien sudah lebih mampu dalam merawat pasien.
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa Kompres hangat dan relaksasi nafas dalam terbukti samasama
efektif untuk menurunkan nyeri pada pasien reumatoid artritis di Puskesmas Pesantren 1
Kota Kediri dan kedua terapi tersebut tidak ada beda dalam efektivitas menurunkan nyeri
pada pasien Reumatoid Artritis.
Terdapat perbedaan yang bermakna terhadap stigma HIV/AIDS responden
kelompok perlakuan sebelum dan setelah diberikan brief psychoeducation, serta pada
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Intervensi brief psychoeducation yang
diberikan pada kelompok perlakuan terbukti empat kali lebih efektif menurunkan stigma
HIV/AIDS dari pada responden yang tidak diberikan intervensi.

B. Saran
Asuhan keperawatan psikososial, salah satunya ketidakberdayaan, penting untuk
dilakukan agar masalah psikososial pasien dapat teratasi dan kualitas hidup pasien dapat
meningkat
Kompres hangat dan relaksasi nafas dalam terbukti efektif dalam menurunkan
nyeri pasien reumatoid artritis dan keduanya tidak ada perbedaan dalam efektivitas

10
menurunkan nyeri. Tindakan mandiri dalam upaya menurunkan nyeri pasien reumatoid
artritis dengan melakukan kedua terapi tersebut dapat secara mandiri di rumah. Upaya
promosi kesehatan tentang terapi kompres hangat dan relaksasi nafas dalam dapat
dikembangkan oleh puskesmas atau pusat kesehatan lainnya dengan cara membuat
Health care provider bisa mengimplementasikan dan mengembangkan intervensi
brief psychoeducation sebagai intervensi supportive dalam upaya mereduksi stigma
HIV/AIDS yang juga merupakan target dari SDGs dimana stigma pada ODHA menurun
sebanyak 90% pada tahun 2030. Penelitian bisa dikembangkan dengan menerapkan
psychoeducation dengan penuh (versi lengkap) sehingga semua fase dalam proses
intervensi bisa diberikan lebih lengkap.

11
Daftar pustaka
Berat, C. K., Fitokimia, K., Krim, Z. G. P. F. E., Asam, J. K., Motivasi, P. M. K. D. M., Perawat, K., ... &
Ibu, P. A. P. Jurnal penelitian keperawatan. (Volume 4 no 2 Agustus tahun 2018)

Salwa Muniroh, Ice Yulia Wardani Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Departemen Keperawatan
Jiwa, Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa Volume 1 No 2, Hal 62 - 68,
November 2018

Ahmad Rifai Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Jember1 Kutipan: Rifai, A. (2016).
Brief Psychoeducation Intervention Against Hiv/Aids Related Stigma Among House Wifes Lived
In Coffee Plantation Area. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 1(2) Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 1(2) 2016

12

Anda mungkin juga menyukai