Anda di halaman 1dari 3

KONSEP MANUSIA DALAM ISLAM

A. Konsep Manusia
1. Siapakah Manusia
Konsep manusia dalam Alquran dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang
saling menunjuk pada makna manusia yaitu kata basyar, insan, dan an-naas.
Allah memakai konsep basyar dalam Alquran sebanyak 37 kali, salah satunya
dalam QS.Al-Khafi [18]; 110, yaitu: ‘Innamaa ana basyarun mitslukum’
(Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu). Konsep basyar selalu
dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia, seperti asalnya dari tanah liat atau
lempung kering (QS.Al-Hijr [15]: 33; Ar-Ruum[30]:20), manusi makan dan minum
(QS.Al-Mukminun[23]:33). Basyar adalah makhluk sekadar berada (being) yang
statis seperti hewan.
Kata insan disebutkan dalam alquran sebanyak 65 kali, diantaranya (QS.Al-
Alaq[96]:5), yaitu: ‘Allamal insana maa lam ya’lam’ (Dia mengajarkan manusia apa
yang tidak diketahuinya). Konsep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologgis
atau spiritual manusia sebagai makhluk yang berfikir, diberi ilmu, dan memikul
amanah (QS.Al-Ahzab[33]:720. Insan adalah makhluk yang menjadi (becoming) dan
terus bergerak maju ke arah kesempurnaan.
Kata an-naas disebut sebanyak 240 kali, seperti dalam QS.Az-Zumar[39]:27,
walaqad dharabnaa linnaasi fii haadzal quraani min kulli matsal (Sesungguhnya telah
kami buatkan bagi manusia dalam alquran ini setiap macam perumpamaan). Konsep
an-naas menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dengan demikian alquran memandang manusia sebagai makhluk biologis,
psikologis, dan sosial. Manusia sebagai basyar tunduk pada takdir allah, sama dengan
makhluk lain. Manusia sebagai insan dan an-naas bertalian dengan hebusan roh allah
yang memiliki kebebasan dalam memilih untuk tunduk atau menentang takdir allah.

2. Persamaan dan Perbedaan Manusia dengan Makhluk Lain


Dibanding makhluk alinnya, manusia mempunyai kelebihan. Kelebihan itu
membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah
kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik didarat, dilaut,
maupun diudara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak diruang yang terbatas.
Walaupun ada binatang yang bergerak didarat dan dilaut(air), namun tetap saja
mempunyai keterbatasan dan tidak bisa melebihi manusia. Mengenai kelebihan
manusia dengan makhluk lain dijelaskan QS.Al-Isra’[17]:70.
Disamping itu manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang
diturunkan allah, berupa alquran. Dengan ilmu manusia maupun berbudaya. Allah
menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya 9QS.At-Tiin[95]:4). Manusia
tetap bermatarbat mulia, manusia sebagai khalifah tetap hidup dengan ajaran allah
(QS.Al-An’am[6]:165). Oleh karena ilmunya manusia dilebihkan dari makhluk
lainnya.
Jika manusia hidup dengan ilmu selain allah, maka manusia tidak bermartabat
lagi. Dalam keadaan demikian manusia disamakan dengan binatang. Mereka itu
seperti binatang (ulaaika kal an’aam), bahkan lebih buruk dari binatang (bal hum
adhall). Dalam keadaan demikian, manusia bermartabat rendah.

3. Proses Kejadian Manusia


Manusia pertama diciptakan allah dari thin/turob yakni tanah bukan dari permata,
adam adalah manusia pertama, dijadikan allah secara sempurna, elok rupawan
bentuknya, sebagaimana difirmankan allah swt. Dalam QS.Al-Baqarah[2]:33, “allah
berfirman: Hai Adam! Beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini”. Firman
ini menunjukkan bahwa adam bukan masih berwujud tanah, tetapi sudah berwujud
manusia yang sempurna.
Ayat yang lain, QS.Al-A’raf [7]:11, “sesungguhnya kami telah menciptakan kamu
(adam), lalu kami memberikan bentuk, kemudian kami katakan pada malaikat:
bersujudlah kamu kepada adam”.
QS. Al-Infithar[82]:7-8 “(Tuhan) Yang telah menciptakan kamu lali
menyempurnakan kejadianmu dan menyeimbangkan (susunan tubuh) secara tepat.
Dalam apa saja yang dia kehendaki. Dia membuatmu dari kompunen-komponen”.
QS.At-Thiin[95]:4, “Sesungguhnya kami telah membentuk manusia menurut
rencana organisasional yang sebaik-baiknya”.
Jadi tiga ayat tersebut menegaskan bahwa allah menciptakan manusia dan
kemudian memberikan suatu bentuk (showwaro), adapun bentuk daripada manusia
adalah selaras(sawwaa) dalam QS.Shaad[38]:72.

4. Proses Kehidupan Manusia


Proses kehidupan manusia yang merupakan perjalanan hidup yang panjang ini
telah diituliskan allah dalam alquran dengan sangat indahnya.
Dalam QS.Al-Baqarah[2]:28, “Bagaimana (bisa) kamu kafir kepada allah.
Padahal dulunya kamu mati (tidak ada) lantas ia hidupkan kamu kembali(di
akhirat)kemudian kepadanya lah kamu akan dikembalikan(buat diminta
pertanggungjawabnnya).”
Dijelaskan pula dalam QS.Al-Mukminun[23]:12-15 “Dan sesungguhnya kami
telah menciptakan manusia dari suatu saripati(berasal) dari tanah. Kemudian kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh(rahim).
Kemudian air mani itu kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu kami jadikan tulang belulang, lalu
tulang belulang itu kami bungkus dengan daging, kemudian kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain, maka Maha Suci Allah, pencipta yang paling baik.
Kemudian, sesudah itu, sesungguhnya kamu sekalian benar-benar akan mati”
Jadi dalam perjalanan hidup (proses kehidupan manusia) ada 5 fase. Fase alam
arwah yakni fase mengadakan perjanjian dan menerima amanat. Fase alam rahim
yaitu fase perkembangan untuk menjadi manusia. Fase alam dunia yaitu fase untuk
melaksanakan janji dan amanat. Fase alam barzah yaitu fase menunggu dan diganjari
pula. Fase alam akhirat yaitu fase untuk dimintai pertanggung jawaban terhadap
pelaksanaan janji dan juga amanat, kemudian akan dibalasi secara sempurna tentang
aktivitasnya dalam melaksanakan janjii dan amanat itu.

5. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama


Firman allah dalam QS.Yunus[10]:35, “Katakanlah, “apakah di antara sekutumu
ada yang membimbing kepada kebenaran?” Katakanlah, “Allah lah yang
membimbing kepada kebenaran.” Maka manakah yang lebih berhak diikuti, Tuhan
yang membimbing kepada kebenaran itu, ataukah orang yang tidak mampu
membimbing bahkan perlu dibimbing? Maka mengapa kamu (berbuat demikian)?
Bagaimanakah kamu mengambil keputusan?”
Ayat diatas mengingatkan manusia, bahwa:
a. Hanya allah saja yang dapat menunjukkan manusia pada jalan kebenaran
b. Manusia tidak dapat memberi petunjuk kepada kebenaran kecuali sesudah
mendapatkan petunjuk dari allah swt.
c. Oleh karena itu petujuk allah lah yang paling benar untuk diikuti.
Manusia harus yakin bahwa kebenaran yang mutlak hanya dari allah swt. Seperti
dijelaskan “Kebenaran itu hanya dari tuhanmu, makan janganlah kamu termasuk
diantara orang yang menjadi ragu.” (QS.Al-Baqarah[2]:147).
Dengan demikian manusia sangat memerlukan petunjuk allah lewat agama sesab:
a. Agama mengatur cara mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
b. Tidak semua persoalan asasi manusia dapat diatasi dengan sains/ilmu murni.
c. Agama memenuhi kebutuhan fitrah batin manusia.

NAMA : ASTRID DWI KAROLIN NOFANA


NPM : 06.2019.1.07221
JURUSAN : T. INFORMATIKA

Anda mungkin juga menyukai