Syok Sepsis
Disusun oleh:
Kelompok 5/ III B
Medelin Sumari
Melania Agnes
Merlin Paranduk
Noviana safitri
Octavyani Tandiayu
Rensi Rianita
Ronaldo Dalton
TAHUN 2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Syok Sepsis” ini dapat
penulis selesaikan. Makalah ini penulis buat sebagai kewajiban untuk memenuhi tugas.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak
kekurangan karena keterbatasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
agar bisa menjadi bekal dalam pembuatan makalah di kemudian hari dengan lebih baik.
Penulis berharap semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi setiap
orang yang membacanya. Terlebih khusus dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang “Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Syok Sepsis”.
Tak lupa penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan sampai penyelesaian makalah ini, karena makalah ini tidak
akan terwujud tanpa adanya bantuan berbagai pihak, baik bantuan secara langsung maupun tidak
langsung.
Hormat kami
Penulis
2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Bab II Pembahasan
A. Kesimpulan ............................................................................................... 20
B. Saran ......................................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan serius yang terjadi di masyarakat. Sepsis
menjadi salah satu dari sepuluh penyebab kematian terbesar di dunia. Diagnosis awal sepsis
seringkali sulit ditegakkan, karena klinis sepsis yang muncul sangat beragam. Jika sepsis tidak
segera ditangani dapat mengakibatkan kegagalan fungsi organ yang dapat berujung pada
kematian.
Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang
berlebihan terhadap infeksi. Sepsis merupakan respon host terhadap infeksi yang bersifat
sistemik dan merusak. Sepsis dapat mengarah pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada
curiga infeksi) dan syok septik (sepsis ditambah hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi
cairan). Sepsis berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang diseluruh dunia setiap tahun , menewaskan satu dari empat orang (dan sering
lebih).
Berdasarkan bulletin yang diterbitkan oleh WHO (World Health Organization) pada
tahun 2010, sepsis adalah penyebab kematian utama diruang perawatan intensif pada Negara
maju, dan insidensinya mengalami kenaikan. Setiap tahunnya terjadi 750.000 kasus sepsis di
Amerika Serikat. Hal seperti ini juga terjadi dinegara berkembang, dimana sebagian besar
populasi dunia bermukim. Kondisi seperti standar hidup dan higienis yang rendah, malnutrisi,
infeksi kuman akan meningkatkan angka kejadian sepsis. Dari tahun 1979 sampai tahun 2000,
kasus sepsis meningkat setiap tahunnya sekitar 8,7%, dari 164.000 kasus (82,7 kasus per
100.000 penduduk) menjadi hampir 660.000 kasus (240,4 kasus per 100.000 penduduk).
Sepsis menyebabkan angka kematian yang tinggi, dengan mortalitas 22-76% pada sepsis
berat. Sepsis merupakan penyebab kematian ketiga dari 10 penyebab kematian terbesar secara
keseluruhan di Amerika Serikat, setelah penyakit jantung dan neoplasma ganas. Kejadian
sepsis meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, kondisi ini menunjukkan bahwa jumlah
kasus akan meningkat di masa mendatang.
4
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar medik dari Syok Sepsis?
2. Bagaimana konsep dasar keperawatan dari Syok Sepsis?
3. Bagaimana manajemen kritis dari syok sepsis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar medik dari syok sepsis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan dari Syok Sepsis.
3. Untuk mengetahui manajemen kritis dari syok sepsis.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang disebut plasma
dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn, 2008:133). Sel-sel darah,
ada tiga macam yaitu:
1) Eritrosit (Sel Darah Merah)
6
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-kira 8
m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3. Fungsi dari eritrosit
adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
Eritrosit dibuat dalam sum-sum tulang, limpa dan hati, yang kemudian akan beredar
keseluruh tubuh selama 14-15 hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning
kemerahan karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Warna ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
Hemoglobin adalah protein yang terdapat pada sel darah merah. Berfungsi
sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru dan dalam peredaran darah untuk dibawa
ke jaringan dan membawa karbon dioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru.
Hemoglobin mengandung kira-kira 95% Besi (Fe) dan berfungsi membawa oksigen
dengan cara mengikat oksigen menjadi oksihemoglobin dan diedarkan ke seluruh
tubuh untuk kebutuhan metabolisme.
2) Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga
dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak berwarna),
banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3.
Leukosit berfungsi sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pegangkut, dimana leukosit mengangkut dan
membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke pembuluh darah
3) Plasma Darah
Bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan hampir 90% plasma
darah terdiri dari :
a) Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah
b) Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang
berguna dalam metabolism dan juga mengadakan osmotic)
c) Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga
menimbulkan tekanan osmotic untuk memelihara keseimbangan cairan dalam
tubuh
7
d) Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin)
e) Hormone yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh
b. Fisiologi Darah
Fungsi darah terdiri atas:
1) Sebagai alat pengangkut, yaitu:
a) Mengambil O2/zat pembakar dari paru-paru untuk diedarkan ke seluruh jaringan
tubuh
b) Mengangkut Co2 dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru
c) Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan ke
seluruh jaringan/alat tubuh
d) Mengangkat/mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui kulit dan ginjal
2) Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan bibit penyakit dan racun yang akan
membinasakan tubuh dengan perantaraan leukosit, antibody/zat-zat anti racun
3) Menyebarkan panas ke seluruh tubuh.
3. Etiologi
Sepsis merupakan respon terhadap setiap kelas mikroorganisme. Dari hasil kultur darah
ditemukan bakteri dan jamur 20-40% kasus dari sepsis. Bakteri gram negative dan gram
positif merupakan 70% dari penyebab infeksi sepsis berat dan sisanya jamur atau gabungan
beberapa mikroorganisme. Pada pasien yang kultur darahnya negative, penyebab infeksi
tersebut biasanya diperiksa dengan menggunakan kultur lainnya atau pemeriksaan
mikroskopis (Munford, 2008).
Penyebab umum sepsis pada pasien yang dirawat:
8
Sumber: Munford, 2008
4. Faktor resiko
(Rab, Tabrani, 2007).
a. Umur
Pasien yang berusia kurang dari 1 tahun dan lebih dari 65 tahun
b. Pemasangan alat invasive
1) Venous catheter
2) Arterial lines
3) Pulmonary artery catheters
4) Endotracheal tube
5) Tracheostomy tubes
6) Intracranial monitoring catheters
7) Urinary catheter
c. Prosedur invasive
1) Cystoscopic
2) Pembedahan
5. Klasifikasi
Menurut I Made Prema Putra 2018, klasifikasi syok sepsis sebagai berikut:
Lama Baru
Sepsis SIRS+fokal infeksi Suspek atau dengan infeksi+
2 dari 3 tanda qSOFA
Tekanan darah sistol ≤ 100
mmHg
Laju pernapasan ≥22x/menit
Penurunan kesadaran (GCS
≤ 13)
Atau peningkatan skor
SOFA ≥ 2
Syok Sepsis Sepsis + Hipotensi Sepsis +
Setelah mendapatkan cairan yang Vasopresor untuk mencapai
adekuat MAP >65 mmHg + Laktat
>2 mmol/L setelah
mendapatkan cairan
resusitasi adekuat
9
6. Manifestasi klinis
a. Pada jantung terjadinya takikardi tetapi terjadinya depresi miokard tidak dapat
diterangkan mekanismenya dan mungkin disebabkan oleh karena terdapatnya
endotoksin atau karena berbagai zat sitokinase mempunyai efek inotropik yang negatif.
b. Pada vascular pada umumnya tahanan perifer turun sehingga terjadi hipotensi,
menurunnya tekanan darah ini disebabkan oleh terdapatnya mediator yang
menyebabkan vasodilatasi antara lain oksid nitrat, prostasiklin, SVRI yang rendah dan
bradikinin.
c. Pada ginjal terjadinya oliguria dan uremi walaupun pada beberapa kasus terjadi poliuri
d. Pada gastrointestinal terjadinya diare yang berdarah, ileus, mual, muntah
e. Pada hepar terjadi icterus pada sepsis yang hebat
f. Pada darah terjadinya koagulopati, masa prothrombin time (PT) dan partial
thromboplastin time PTT memanjang dan dapat pula terjadinya DIC
g. Pada susunan saraf pusat terjadi perubahan mental letargi, konfusi, stupor dan koma.
70% dari shock septik terjadi perubahan mental
h. Pada paru terjadinya takipnea dan PCO2 menurun
(Rab, Tabrani, 2007).
7. Pemeriksaan penunjang
a. Kultur (luka, sputum, urin, darah) yaitu untuk mengidentifikasi dan organisme
penyebab sepsis. Sensitifitas menentukan pilihan obat yang paling efektif.
b. SDP: Ht mungkinmeningkat pada status hipovolemik karena hemokonsentrasi.
Leucopenia (penurunan SDB) terjadi sebelumnya diikuti oleh pengulangan leukositosis
(1500-30.000) dengan peningkatan pita (berpindah ke kiri) yang mengindikasikan
produksi SDP tak matur dalam jumlah besar
c. Elektrolit serum: berbagai ketidakseimbangan mungkin terjadi dan menyebabkan
asidosis, perpindahan cairan dan perubahan fungsi ginjal.
d. Trombosit: penurunan kadar dapat terjadi karena agegrasi trombosit
e. PT/PTT: mungkin memanjang mengindikasikan koagulopati yang diasosiasikan dengan
hati/sirkulasi toksin/status syok
f. Laktat serum : meningkat dalam asidosis metabolic, disfungsi hati, syok
10
g. Glukosa serum: hiperglikenmio yang terjadi menunjukkan glikoneogenesis dan
glikonolisis didalam hati sebagai respon dari puasa/perubahan seluler metabolism
h. GDA: alkalosis respiratori dn hipoksemia dapat terjadi sebelumnya. Dalam tahap lanjut
hipoksemia, asidosis respiratorik dan asidosis metabolic terjadi karena kegagalan
mekanisme kompensasi
i. EKG: dapat menunjukkan segemen ST dan gelombang T dan distritmia menyerupai
infark miokard
8. Penatalaksanaan medis
Pasien dengan syok sepsis memerlukan pemantauan cepat dan agresif serta penatalaksaan
dalam unit perawatan kritis penatalaksanaannya melibatkan seluruh sistem organ yang
memerlukan pendekatan tim dari berbagai disiplin antara lain (Chen et.al, 2009):
a. Terapi-terapi definitive identifikasi dan singkirkan sumber infeksi
b. Terapi-terapi suportif
1) Pulihkan volume intra vaskuler
2) Pertahankan curah jantung yang adekuat
3) Pastikan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat
4) Berikan lingkungan metabolic yang sesuai
c. Terapi-terapi penelitian
Antihistamin
Berikut adalah tata cara pengelolaan pasien secara terstruktur menurut surviving sepsis
campaign: International Guidelines for management of severe sepsis and septic shock
2012:
a. Terapi yang diarahkan oleh tujuan secara dini (Early goal directed therapy)
Early goal directed therapy berfokus pada optimalisasi pengiriman oksigen
jaringan yang diukur dengan saturasi oksigen vena, pH, atau kadar laktat arteri.
Pendekatan ini telah menunjukkan peningkatan kelangsungan hidup dibandingkan
dengan resusitasi cairan dan pemeliharaan tekanan darah yang standar. Tujuan fisiologi
selama 6 jam pertama resusitasi sebagai berikut:
1) Tekanan vena sentral (CVP) 8-12mmHg
2) Tekanan arterial rata-rata (MAP) ≥65mmHg
11
3) Saturasi oksigen vena sentral (SavO2) ≥70%
4) Urine output ≥ 0,5ml/kg/jam (menggunakan tranfusi, agen inotropic, dan oksigen
tambahan dengan atau tanpa ventilasi mekanik)
b. Tiga kategori untuk memperbaiki hemodinamik pada sepsis
1) Terapi cairan
Karena syok sepsis disertai demam, vasodilatasi, dan diffuse capillary leakage,
preload menjadi inadekuat sehingga terapi cairan merupakan tindakan utama.
2) Terapi vasopressor
Bila cairan tidak dapat mengatasi cardiac output (arterial pressure dan organ
perfusion adekuat). Vasopressor potensial: nor epinephrine, dopamine, epinephrine,
phenylephrine.
3) Terapi inotropic bila resusitasi cairan adekuat, kebanyakan pasien syok sepsis
mengalami hiperdinamik, tetapi kontraktilitas miokardium yang dinilai dari ejection
fraction mengalami gangguan. Kebanyakan pasien mengalami penurunan cardiac
output, sehingga diperlukan inotropic: dobutamine, dopamine, dan epinephrine.
9. Komplikasi
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi komplikasi yang
mungkin terjadi meliputi (Rab, Tabrani, 2007):
a. Cedera paru akut (acute lung injury) dan sindrom gangguan fungsi respirasi akut (acute
respiratory distress syndrome)
Melalui inflamasi dari sepsis menyebabkan kerusakan terutama pada paru.
Terbentuknya cairan inflamasi dalam alveoli mengganggu pertukaran gas,
mempermudah timbulnya kolaps paru, dan menurunkan komplian dengan hasil akhir
gangguan fungsi respirasi dan hipoksemia. Komplikasi ALI/ARDS timbul pada banyak
kasus sepsis atau sebagian besar kasus sepsis yang berat dan biasanya mudah terlihat
pada foto thoraks, dalam bentuk opasitas paru bilateral yang konsisten dengan edema
paru. Pasien yang septik yang pada mulanya tidak memerlukan ventilasi mekanik
selanjutnya mungkin memerlukannya jika pasien mengalami ALI/ARDS setelah
resusitasi cairan.
b. Disseminated Intravascular Coagulation( DIC)
12
Pada DIC yang disebabkan oleh sepsis, kaskade koagulasi diaktivasi secara difus
sebagai bagian respon inflamasi. Pada saat yang sama, sistem fibrinolitik, yang
normalnya bertindak untuk mempertahankan kaskade pembekuan, diaktifkan. Sehingga
memulai spiral umpan balik dimana kedua sistem diaktifkan secara konstan dan difus-
bekuan yang baru terbentuk, lalu diuraikan. Sejumlah besar faktor pembekuan badan
dan trombosit dikonsumsi dalam bekuan seperti ini. Dengan demikian, pasien beresiko
mengalami komplikasi akibat thrombosis dan perdarahan. Timbulnya koagulopati pada
sepsis berhubungan dengan hasil yang lebih buruk.
c. Gagal jantung
Depresi miokardium merupakan komplikasi dini syok sepsis, dengan mekanisme yang
diperkirakan kemungkinannya adalah kerja langsung molekul inflamasi ketimbang
penurunan perfusi arteri koronaria. Sepsis memberikan beban kerja jantung yang
berlebihan, yang dapat memicu sindroma koronaria akut (ACS) atau infark miokardium
(MCI), terutama pada pasien usia lanjut. Dengan demikian obat inotropic dan
vasopressor (yang paling sering menyebabkan takikardia) harus digunakan dengan
berhati-hati bilamana perlu, tetapi jangan diberikan bila tidak dianjurkan.
d. Gangguan fungsi hati
Gangguan fungsi hati biasanya menifestasi sebagai icterus kolestatik, dengan
peningkatan bilirubin, aminotransferase, dan alkali fosfatase. Fungsi sintetik biasanya
tidak berpengaruh kecuali pasien mempunyai status hemodinamik yang tidak stabil
dalam waktu yang lama.
e. Gagal ginjal
Hipoperfusi tampaknya merupakan mekanisme yang utama terjadinya gagal ginjal pada
keadaan sepsis, yang dimanifestasikan sebagai oliguria, azotemia, dan sel-sel
peradangan pada urinalisis. Jika gagal ginjal berlangsung berat atau ginjal tidak
mendapatkan perfusi yang memadai, maka selanjutnya terapi penggantian fungsi ginjal
(misalnya hemodialysis) diindikasikan.
13
B. Konsep Dasar keperawatan
1. Pengkajian
a. B1 (Breath):
Batuk
Takipnea
PCO2 menurun
b. B2 (Blood):
Hipotensi
Takikardi
hipoglikemia
c. B3 (Brain):
Hipoksia
Penurunan perfusi jaringan
d. B4 (Bladder):
oliguria
e. B5 (Bowel):
Mual dan muntah
Diare
Ileus
f. B6 (Bone):
Penurunan ADL
2. Diagnosa keperawatan
a. Hambatan pertukaran gas dengan faktor terkait perubahan membrane alveolar kapiler
b. Penurunan curah jantung dengan kondisi terkait perubahan volume sekuncup
c. Ketidakefekttifan perfusi jaringan cerebral dengan kondisi terkait koagulopati
d. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d gaya hidup kurang gerak
e. Hambatan mobilitas fisik dengan kondisi terkait gangguan metabolisme
14
3. Intervensi keperawatan
15
5. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai penggunaan oksigen
di rumah
2 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan A. Perawatan jantung
dengan kondisi terkait keperawatan 3 x 24 jam hasil yang 1. Monitor EKG, adakah
perubahan volume sekuncup diharapkan: perubahan segmrrn ST,
Status sirkulasi sebagaimana mestinya.
1. Tekanan nadi dipertahankan pada 2. Monitor tanda-tanda vital
deviasi berat dari kisaran normal 1, secara rutin
ditingkatkan ke deviasi yang cukup 3. Monitor sesak napas,
besar dari kisaran normal 2 kelelahan, takipnea dan
2. Tekanan darah rata-rata orthopnea.
dipertahankan pada deviasi berat 4. Pastikan tingkat aktivitas
dari kisaran normal 1, ditingkatkan pasien yang tidak
ke deviasi yang cukup besar dari membahayakan curah jantung
kisaran normal 2 atau memprovokasi serangan
3. Saturasi oksigen dipertahankan jantung
pada deviasi berat dari kisaran 5. Lakukan terapi relaksasi,
normal 1, ditingkatkan ke deviasi sebagaimana mestinya.
yang cukup besar dari kisaran 6. Instruksikan passion tentang
normal 2 pentinganya untuk segera
4. Edema perifer dipertahankan pada melaporkan bila merasakan
skala 1 (berat), ditingkatkan ke nyeri dada
skala skala 2 (cukup berat).
3 Ketidakefekttifan perfusi Setelah dilakukan tindakan A. Manajemen edema serebral
jaringan cerebral dengan keperawatan 3 x 24 jam hasil yang 1. Monitor tanda-tanda vital
kondisi terkait koagulopati diharapkan: 2. Monitor adanya kebingungan,
Perfusi jaringan : Serebral perubahan pikiran, keluhan
1. Nilai rata-rata tekanan darah pusing, pingsan
dipertahankan pada deviasi berat 3. Catat perrubahan pasien dalam
dari kisaran normal 1, ditingkatkan berespon terhadap stimulus.
ke deviasi yang cukup besar dari 4. Posisikan tinggi kepala tempat
16
kisaran normal 2. tidur 30 derajat atau lebih.
2. Kognisi terganggu dipertahankan
pada skala 1 (berat) ditingkatkan ke
skala 2 (besar)
3. Penurunan tingkat kesadaran
dipertahankan pada skala 1 (berat)
ditingkatkan ke skala 2 (besar)
4 Ketidakefektifan perfusi Setelah dilakukan tindakan A. Pengecekan kulit
jaringan perifer b/d gaya keperawatan 3 x 24 jam hasil yang 1. Monitor warna dan suhu kulit
hidup kurang gerak diharapkan: 2. Amati warna, kehangatan,
Perfusi jaringan : perifer bengkak, pulsasi, tekstur,
1. Pengisian kapiler jari edema dan ulserasi pada
dipertahankan pada deviasi berat ekstremitas
dari kisaran normal 1, 3. Monitor infeksi, terutama dari
ditingkatkan ke deviasi yang daerah edema
cukup besar dari kisaran normal 2. 4. Dokumentasikan perubahan
2. Nekrosis dipertahankan pada membrane mukosa
skala 1(berat) ditingkatkan ke
skala 2 (cukup berat)
5 Hambatan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan A. Peningkatan mekanika tubuh
dengan kondisi terkait keperawatan 3 x 24 jam hasil yang 1. Kaji komitmen passion untuk
gangguan metabolisme diharapkan: belajar dan menggunakan
Pergerakan postur (tubuh) yang benar
1. Keseimbangan dipertahankan 2. Monitor perbaikan postur
pada skala 1 (sangat terganggu) (tubuh) /mekanika tubuh
ditingkatkan ke skala 2 (banyak pasien
terganggu) 3. Bantu pasien untuk memilih
2. Gerakan otot dipertahankan pada aktivitas pemanasan sebelum
skala 1 (sangat terganggu) memulai latihan atau
ditingkatkan ke skala 2 (banyak memulai pekerjaan yang
terganggu) tidak dilakukan secara rutin
3. Berjalan dipertahankan pada skala sebelumnya
17
1 (sangat terganggu) ditingkatkan 4. Kolaborasikan dengan
ke skala 2 (banyak terganggu) fisioterapis dalam
4. Bergerak dengan mudah mengembangkan
dipertahankan pada skala 1 peningkatan mekanika tubuh,
(sangat terganggu) ditingkatkan sesuai indikasi.
ke skala 2 (banyak terganggu) 5. Instruksikan pasien untuk
menggerakkan kaki terlebih
dahulu kemudian badan
ketika memulai berjalan dari
posisi berdiri
6. Edukasi pasien mengenai
bagaimana menggunakan
postur (tubuh) dan mekanika
tubuh untuk mencegah injuri
saat melakukan berbagai
aktivitas.
18
C. Manajemen kritis
Ya
Nilai adanya disfungsi
organ
Tidak
Pasien kondisi klinis, evaluasi
qSOFA>2? ulang kemungkinan sepsis
Ya
SEPSIS
1. Diperlukan vasopressor
untuk menjaga MAP
>65 mmHg DAN
2. Serum laktat >2
mmol/L?
Ya
SYOK SEPSIS
19
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang
berlebihan terhadap infeksi. Sepsis merupakan respon host terhadap infeksi yang bersifat
sistemik dan merusak. Sepsis dapat mengarah pada sepsis berat (disfungsi organ akut pada
curiga infeksi) dan syok septik (sepsis ditambah hipotensi meskipun telah diberikan resusitasi
cairan). Sepsis berat dan syok septik adalah masalah kesehatan utama, yang mempengaruhi
jutaan orang diseluruh dunia setiap tahun , menewaskan satu dari empat orang (dan sering
lebih).
B. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan, maka dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
tentang asuhan keperawatan kanker kulit dengan baik.
20
Daftar Pustaka
Chen, K., Pohan, H. T., Sudoyo, & Setiati, S. (2009). Buku Ajar Imu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna Publishing.
Evelyn, C. P. (2008). Anatomi dan Fisiologi untuk para Medis. Jakarta: PT Gramedia.
Irvan, Febyan, & Suparto. (2018). Sepsis dan tatalaksana berdasar Guideline Terbaru .
Anestesiologi Indonesia, 63-67.
Munford, R. S. (2008). Severe Sepsis and Septic Shock. USA: Mc Graw Hill.
Rab, T. (2007). Agenda Gawat Darurat (Critical Care). Bandung: P.T. Alumni.
21