PENDAHULUAN
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana awal pembentukan K-13 ?
b. Apa saja karakteristik K-13 PAUD ?
c. Apa saja jenis model pembelajaran K-13 ?
d. Bagaimana penerapan K-13 di satuan PAUD di Indonesia ?
1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui awal pembentukan K-13.
b. Untuk menjelaskan karakteristik K-13 PAUD.
c. Untuk menjelasakan jenis model pembelajaran K-13.
d. Untuk mengetahui penerapan K-13 di satuan PAUD di Indonesia.
1.4 MANFAAT
a) Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang model pembelajaran K –
13 yang saat ini sedang diterapakan di satuan PAUD seluruh Indonesia
serta dapat menjadi sumber referensi tugas kampus.
b) Manfaat bagi pendidik PAUD
Untuk membantu pendidik PAUD dalam menentukan model
pembelajaran K-13 yang sesuai dengan kondisi lembaga masing –
masing.
c) Manfaat bagi dosen
Sebagai bahan pertimbangan untuk kelulusan mahasiswa.
d) Manfaat bagi masyarakat
Untuk dapat mendukung proses pelaksanaan pembelajaran K-13 agar
terlaksana secara maksimal.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan di abad
21 adalah manusia yang memiliki keterampilan dalam belajar yang
mencakup 4 C, yaitu critical thinking, communication, collaboration,
creativity, dan keterampilan menguasai teknologi, informasi dan media.
Sesorang yang hanya memiliki pengetahuan semata tidak atau kurang
mampu membantu eksistensi seseorang bila tidak ditunjamg dengan
kreatif, berfikir kritis dan berkarakter.
4
a. Praktek kehidupan. Anak – anak diajarkan berbagai hal dalam
kehidupan sehari – hari yang melibatkan keterampilan dan
kemandirian. Ruangan yang digunakan dinamakan “Sudut
Latihan”. Di sudut ini anak diberi kesempatan untuk meniru apa
yang dilakukan oleh orang dewasa disekitar mereka setiap hari.
Misal : menyapu, mencuci, dan sebagainya. Melalui berbagai
aktivitas yang menarik ini, anak – anak belajar untuk membantu
diri mereka sendiri (self-help), berkonsentrasi dan
mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
b. Pendidikan kesadaran sensori. Di sini anak dilatih untuk peka
menggunakan lima indera yang mereka miliki. Ruangan yang
digunakan dinamakan “Sudut Sensori”. Di sudut ini fokus pada
pengenalan benda seperti berbagai perbedaan warna, merasakan
berat - ringan, tekstur halus – kasar, tinggi – rendah suara,
mengenal berbagai bau dari berbagai benda dan mengecap
berbagai rasa dari benda yang dijumpai sehari – hari.
c. Seni berbahasa. Anak – anak disorong untuk mengekspresikan diri
mereka secara verbal. Anak – anak juga belajar membaca,
mengeja, tata bahasa, dan kemampuan menulis. Ruangan yang
disunakan dinamakan “Sudut Bahasa”. Di sudut ini anak – anak
mulai diperkenalkan tentang susunan kata, kalimat, dan cerita,
bentuk – bentuk geometris, tumbuh – tumbuhan, dan sebagainya.
d. Matematika dan geometri. Anak – anak diajarkan tentang angka,
baik itu dengan menggunakan tangan maupun alat. Ruangan yang
digunakan adalah “Sudut Matematika”. Di sudut ini anak – anak
diperkenalkan melalui konsep matematika yang jelas dan menarik
dari hal yang konkret hingga abstrak. Anak – anak belajar
memahami konsep dasar kuantitas atau jumlah dan hubungannya
dengan lambang – lambang serta mempelajari operasi matematika
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian
5
secara alami. Selain itu, anak dapat belajar matematika melalui
pengukuran seperti mengukur jarak, literan, dan sebagainya.
e. Budaya. Pendidikan budaya di sini mencakup geografi, hewan,
waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni. Ruangan yang
dipakai adalah “Sudut Kebudayaan”. Di sudut ini anak – anak
diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, Ilmu pengetahuan
binatang dan tumbuhan dan Ilmu Pengetahuan yang sederhana.
Selain itu, anak – anak diperkenalkan tentangmasakan khas daerah
melalui kegiatan memasak.
2. Model Area
model ini dikenalkan di Indonesia oleh Children Resource
Internasional, Inc. Model area memfsilitasi kegiatan anak secara
individu dan kelompok untuk pengembangan semua aspek. Setiap
area memiliki beberapa kegiatan yang menggunakan alat dan
bahan yang berbeda. Semua anak dapat memilih area mana yang
diminatnya. Guru mengawasi anak – anak yang bermain di semua
area yang dibukanya. Area yang biasa dibuka terdiri dari :
3. Model Sentra
Model Sentra ini dikenalkan di Indonesia oleh DR. Pamela Phelp
dari CCRT Florida. Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga
anak diberi kesempatan untuk memulai dari pengembangan ide hingga
tuntas menyelesaikan hasil karyanya (start and finish). Dukungan guru
memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berfikir aktif dan anak
diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkn pengalaman tentang dunia sekitarnya. TEORI
6
KONTRUKTIVISME. Sentra yang dikempangkan tidak berbeda
dengan model area. Perbedaan yang nampak dalam pengelolaan kelas.
Dalam model area, semua anak semua anak bebas bergerak di semua
area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas
memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra
dilengkapi 3 jenis kegiatan bermain yaitu, bermain sensorimotorik,
main peran, dan main pembangunan. Keragaman main atau disebut
juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai
dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari satu sentra
ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru.
Proses pembelajarannya mengguanakan 4 pijakan yaitu, pijakan
penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan
selama main, dan pijakan setelah bermain. Sentra yang dibuka
diantaranya :
7
8. Standar Pembiayaan
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kurikulum pendidikan terus berubah mengikuti perkembangan zaman
yang terus berubah. Kurikulum 2013 PAUD yang merupakan kurikulum
terbaru dan memiliki karakteristik sendiri bertujuan mencetak peserta didik
yang tidak hanya memiliki pengetahuan semata namun dapat berfikir kreatif,
kritis dan berkarakter. Sedangkan penerapan kurikulum 2013 PAUD di
Indonesia tidak dapat dilaksanakan secara serentak karena kondisi masing –
masing sekolah yang berbeda dan pemerintah memberikan target penerapan K-
13 PAUD serentak telah dilaksanakan hingga tahun 2020.
3.2 SARAN
Penerapan Kurikulum 2013 PAUD tidak akan berhasil apabila pendidik
belum memahami betul kurikulum tersebut. Alokasi waktu dan kuota pelatihan
yang kurang dan minimnya proses monitoring dari dinas pendidikan setempat
membuat penerapan kurikulum 2013. Ditambah proses sosialisasi kepada
masyarakat (wali murid) belum dilaksanakan menjadikan penerapan
Kurikulum 2013 belum berjalan maksimal.
9
DAFTAR PUSTAKA
ruceri.blogspot.co.id
http://www.jpnn.com/read/2013/05/30/174498/Guru-Belum-Siap-Terapkan
Kurikulum-2013
http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/15/07/23/nrxqxj361-
penerapan-k13-dilakukan-secara-bertahap
10
11