Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan suatu upaya pembinaan
yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No.20/2003 : SPN,
Pasal 1 butir 14). Program layanan PAUD di Indonesia terbagi dalam jalur
pendidikan formal dan non formal. Taman Kanak – Kanak atau Roudlotul
Athfal (4 – 6 tahun) termasuk jalur pendidikan formal. Sedangkan Kelompok
Bermain (2 – 4 tahun), Taman Pengasuhan Anak, dan Satuan PAUD sejenis
termasuk jalur pendidikan non formal.
Agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat mencapai hasil
maksimal, dibutuhkan kurikulum untuk mencapai tujuan – tujuan pendidikan
yang diinginkan sebagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pengajaran. Kurikulum PAUD yang saat ini dianut adalah Kurikulum 2013
sesuai Permendikbud No. 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum
2006 dan Kurikulum 2013 pasal 7. Di lapangan, banyak guru yang belum
memahami kurikulum 2013 ini karena pemerintah hanya menyiapkan waktu
pelatihan 52 jam untuk guru dan 72 jam untuk kepala sekolah. Selain itu
pelatihan tanpa proses tindak lanjut hasil di kelas menyebabkan guru hanya
sekadar tahu tapi tak paham apalagi mampu mengembangkan ilmu untuk
melayani kebutuhan belajar siswa. Hal tersebut mendorong penulis untuk
menyusun makalah ini dengan tujuan dapat memberi gambaran model
pembelajaran K-13 PAUD yang saat ini sedang diterapkan di satuan PAUD
seluruh Indonesia.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana awal pembentukan K-13 ?
b. Apa saja karakteristik K-13 PAUD ?
c. Apa saja jenis model pembelajaran K-13 ?
d. Bagaimana penerapan K-13 di satuan PAUD di Indonesia ?

1.3 TUJUAN
a. Untuk mengetahui awal pembentukan K-13.
b. Untuk menjelaskan karakteristik K-13 PAUD.
c. Untuk menjelasakan jenis model pembelajaran K-13.
d. Untuk mengetahui penerapan K-13 di satuan PAUD di Indonesia.

1.4 MANFAAT
a) Manfaat bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan mahasiswa tentang model pembelajaran K –
13 yang saat ini sedang diterapakan di satuan PAUD seluruh Indonesia
serta dapat menjadi sumber referensi tugas kampus.
b) Manfaat bagi pendidik PAUD
Untuk membantu pendidik PAUD dalam menentukan model
pembelajaran K-13 yang sesuai dengan kondisi lembaga masing –
masing.
c) Manfaat bagi dosen
Sebagai bahan pertimbangan untuk kelulusan mahasiswa.
d) Manfaat bagi masyarakat
Untuk dapat mendukung proses pelaksanaan pembelajaran K-13 agar
terlaksana secara maksimal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 AWAL PEMBENTUKAN KURIKULUM 2013


Pertanyaan yang banyak diajukan oleh masyarakat adalah
“mengapa kurikulum harus berubah?”. Kurikulum tidak bersifat statis.
Kurikulum dipandang sebagai inti yang menggerakkan dan mengarahkan
proses pendidikan sehingga dapat mengembangkan potensi anak menjadi
kemampuan – kemampuan yang diperlukan dalam kelanjutan jenjang
pendidikan dan kehidupannya.
Kurikulum yang responsif berarti kurikulum yang menyadari
kondisi saat ini dan memahami kondisi yang diharapkan di masa depan.
Ada 3 kondisi yang menyebabkan kurikulum terus berubah, yaitu :
1. Perubahan kondisi dan kebutuhan dunia yang semakin kompleks
menuntut sumber daya manusia yang responsive terhadap segala
perubahan dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
2. Globalisasi dibidang ekonomi berakibat batasan antar negara semakin
longgar dalam pemenuhan ketenagakerjaan. Karenanya kurikulum
harus mampu membangun keluaran pendidikan menjadi sumber daya
pembangunan yang memiliki kemampuan yang kompetitif, kreatif, dan
adversity yang tinggi.
3. Pesatnya perkembangan sains dan teknologi sehingga dunia tanpa
batas. Untuk itu kurikulum pendidikan harus mampu membangun
sikap dan karakter kuat dari peserta didik agar tetap menjaga jati diri,
kehormatan keluarga, dan kebanggan bangsa tanpa harus merasa
tertinggal dari negara lain.

Kondisi – kondisi tersebut di atas harus diatasi, mengingat perkembangan


suatu bangsa terletak pada kualitas bangsanya (SDM) bukan SDA nya.

3
Sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menjawab tantangan di abad
21 adalah manusia yang memiliki keterampilan dalam belajar yang
mencakup 4 C, yaitu critical thinking, communication, collaboration,
creativity, dan keterampilan menguasai teknologi, informasi dan media.
Sesorang yang hanya memiliki pengetahuan semata tidak atau kurang
mampu membantu eksistensi seseorang bila tidak ditunjamg dengan
kreatif, berfikir kritis dan berkarakter.

2.2 KARAKTERISTIK K-13 PAUD


1. Mengoptimalkan perkembangan anak.
2. Menggunakan pembelajaran tematik dengan pendekatan saintifik
dalam pemberian rangsangan pendidikan.
3. Menggunakan penilaian otentik dalam memantau perkembangan anak.
4. Memberdayakan peran orang tua dalam proses pembelajaran
5. Kurikulum dikembangkan dengan prinsip diversitifikasi ( sesuai
karakeristik daerah masing – masing).
2.3 JENIS MODEL PEMBELAJARAN K-13 PAUD
Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Dari lingkungan anak
belajar tentang kebersihan, kerapihan, disiplin, kemadirian dan lain-lain.
Karena itu lingkungan pada PAUD harus direncanakan, ditata,
dimanfaatkan dan dirawat secara cermat agar mampu mendukung
pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan bersama. Penataan
lingkungan belajar terkait dengan model pembelajaran. Di Indonesia
model pembelajaran yang banyak digunakan ada tiga macam, yaitu model
sudut, area dan sentra.
1. Model Sudut
Model pembelajaran sudut memberikan kesempatan kepada anak
didik belajar dekat dengan kehidupan sehari – hari. Model ini
bersumber pada teori pendidikan dan perkembangan Montessori. Pada
model ini program pembelajaran difokuskan pada lima hal.
Diantaranya :

4
a. Praktek kehidupan. Anak – anak diajarkan berbagai hal dalam
kehidupan sehari – hari yang melibatkan keterampilan dan
kemandirian. Ruangan yang digunakan dinamakan “Sudut
Latihan”. Di sudut ini anak diberi kesempatan untuk meniru apa
yang dilakukan oleh orang dewasa disekitar mereka setiap hari.
Misal : menyapu, mencuci, dan sebagainya. Melalui berbagai
aktivitas yang menarik ini, anak – anak belajar untuk membantu
diri mereka sendiri (self-help), berkonsentrasi dan
mengembangkan kebiasaan bekerja dengan baik.
b. Pendidikan kesadaran sensori. Di sini anak dilatih untuk peka
menggunakan lima indera yang mereka miliki. Ruangan yang
digunakan dinamakan “Sudut Sensori”. Di sudut ini fokus pada
pengenalan benda seperti berbagai perbedaan warna, merasakan
berat - ringan, tekstur halus – kasar, tinggi – rendah suara,
mengenal berbagai bau dari berbagai benda dan mengecap
berbagai rasa dari benda yang dijumpai sehari – hari.
c. Seni berbahasa. Anak – anak disorong untuk mengekspresikan diri
mereka secara verbal. Anak – anak juga belajar membaca,
mengeja, tata bahasa, dan kemampuan menulis. Ruangan yang
disunakan dinamakan “Sudut Bahasa”. Di sudut ini anak – anak
mulai diperkenalkan tentang susunan kata, kalimat, dan cerita,
bentuk – bentuk geometris, tumbuh – tumbuhan, dan sebagainya.
d. Matematika dan geometri. Anak – anak diajarkan tentang angka,
baik itu dengan menggunakan tangan maupun alat. Ruangan yang
digunakan adalah “Sudut Matematika”. Di sudut ini anak – anak
diperkenalkan melalui konsep matematika yang jelas dan menarik
dari hal yang konkret hingga abstrak. Anak – anak belajar
memahami konsep dasar kuantitas atau jumlah dan hubungannya
dengan lambang – lambang serta mempelajari operasi matematika
seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian

5
secara alami. Selain itu, anak dapat belajar matematika melalui
pengukuran seperti mengukur jarak, literan, dan sebagainya.
e. Budaya. Pendidikan budaya di sini mencakup geografi, hewan,
waktu, sejarah, musik, gerak, sains, dan seni. Ruangan yang
dipakai adalah “Sudut Kebudayaan”. Di sudut ini anak – anak
diperkenalkan mempelajari Geografi, Sejarah, Ilmu pengetahuan
binatang dan tumbuhan dan Ilmu Pengetahuan yang sederhana.
Selain itu, anak – anak diperkenalkan tentangmasakan khas daerah
melalui kegiatan memasak.
2. Model Area
model ini dikenalkan di Indonesia oleh Children Resource
Internasional, Inc. Model area memfsilitasi kegiatan anak secara
individu dan kelompok untuk pengembangan semua aspek. Setiap
area memiliki beberapa kegiatan yang menggunakan alat dan
bahan yang berbeda. Semua anak dapat memilih area mana yang
diminatnya. Guru mengawasi anak – anak yang bermain di semua
area yang dibukanya. Area yang biasa dibuka terdiri dari :

a. Area Balok f. Area Gerak dan


b. Area Drama Musik
c. Area Seni g. Area Sain
d. Area Keaksaraan h. Area Matematika
e. Area Pasir dan Air i. Area Imtaq

3. Model Sentra
Model Sentra ini dikenalkan di Indonesia oleh DR. Pamela Phelp
dari CCRT Florida. Bermain dipandang sebagai kerja otak sehingga
anak diberi kesempatan untuk memulai dari pengembangan ide hingga
tuntas menyelesaikan hasil karyanya (start and finish). Dukungan guru
memfasilitasi anak mengembangkan kecakapan berfikir aktif dan anak
diberi keleluasaan untuk melakukan berbagai kegiatan untuk
mendapatkn pengalaman tentang dunia sekitarnya. TEORI

6
KONTRUKTIVISME. Sentra yang dikempangkan tidak berbeda
dengan model area. Perbedaan yang nampak dalam pengelolaan kelas.
Dalam model area, semua anak semua anak bebas bergerak di semua
area yang dikelola oleh seorang guru. Dalam model sentra anak bebas
memilih bermain yang disiapkan dalam satu sentra. Di dalam sentra
dilengkapi 3 jenis kegiatan bermain yaitu, bermain sensorimotorik,
main peran, dan main pembangunan. Keragaman main atau disebut
juga densitas main memfasilitasi untuk dapat memilih mainan sesuai
dengan minatnya. Kelompok anak berpindah bermain dari satu sentra
ke sentra lainnya setiap hari. Tiap sentra dikelola oleh seorang guru.
Proses pembelajarannya mengguanakan 4 pijakan yaitu, pijakan
penataan alat (pijakan lingkungan), pijakan sebelum main, pijakan
selama main, dan pijakan setelah bermain. Sentra yang dibuka
diantaranya :

a. Sentra Balok d. Sentra Imtaq


b. Sentra Main Peran e. Sentra Seni
Kecil (mikro) f. Sentra Persiapan
c. Sentra Main Peran g. Sentra Bahan Alam
Besar h. Sentra Memasak

2.4 PENERAPAN K-13 SATUAN PAUD DI INDONESIA


Standar PAUD terdiri dari delapan standar yang diatur dalam pasal
1 Bab I Ketentuan Umum Permendikbud No.137 tahun 2014, sebagai
berikut :
1. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STTPA)
2. Standar Isi
3. Standar Proses
4. Standar Penilaian
5. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Standar Sarana dan Prasarana
7. Standar Pengelolaan

7
8. Standar Pembiayaan

Sedangkan Faktor Pendukung penerapakan K-13 yaitu kemampuan


tenaga pendidik (sebagian besar lulusan Sarjana), lembaga (lembaga
yang mendukung untuk memajukan pendidikan anak), sarana dan
prasarana (media pembelajaran di setiap sentra, Alat permainan edukatif,
alat permainan luar kelas yang nyaman), kegiatan pendukung
(menggambar, mewarnai, komputer, sempoa, lassy).
Merujuk pada kedudukan Standar PAUD dan faktor pendukung
sebagai acuan dalam pengembangan kurikulum 2013 PAUD, maka
ketentuan dalam kurikulum merupakan penjabaran dari standar dan tidak
ada pertentangan dari keduanya.

Di lapangan, banyak PAUD yang belum memenuhi standar


tersebut dikarenakan kondisi masing – masing sekolah yang berbeda.
Oleh karena itu, penerapan K-13 PAUD dilakukan secara bertahap dan
target pemerintah untuk penerapan kurikulum ini hingga tahun 2020.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kurikulum pendidikan terus berubah mengikuti perkembangan zaman
yang terus berubah. Kurikulum 2013 PAUD yang merupakan kurikulum
terbaru dan memiliki karakteristik sendiri bertujuan mencetak peserta didik
yang tidak hanya memiliki pengetahuan semata namun dapat berfikir kreatif,
kritis dan berkarakter. Sedangkan penerapan kurikulum 2013 PAUD di
Indonesia tidak dapat dilaksanakan secara serentak karena kondisi masing –
masing sekolah yang berbeda dan pemerintah memberikan target penerapan K-
13 PAUD serentak telah dilaksanakan hingga tahun 2020.

3.2 SARAN
Penerapan Kurikulum 2013 PAUD tidak akan berhasil apabila pendidik
belum memahami betul kurikulum tersebut. Alokasi waktu dan kuota pelatihan
yang kurang dan minimnya proses monitoring dari dinas pendidikan setempat
membuat penerapan kurikulum 2013. Ditambah proses sosialisasi kepada
masyarakat (wali murid) belum dilaksanakan menjadikan penerapan
Kurikulum 2013 belum berjalan maksimal.

9
DAFTAR PUSTAKA

ruceri.blogspot.co.id

http://www.jpnn.com/read/2013/05/30/174498/Guru-Belum-Siap-Terapkan
Kurikulum-2013

http://www.republika.co.id/berita/pendidikan/eduaction/15/07/23/nrxqxj361-
penerapan-k13-dilakukan-secara-bertahap

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.


Direktorat Pembianaan Pendidikan Anak Usia Dini . 2015. Pengenalan Kurikulum
Anak Usia Dini. Jakarta.

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat.


Direktorat Pembianaan Pendidikan Anak Usia Dini . 2015. Pedoman Perencanaan
Pengelolaan Kelas Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta.

Wahyuningsih, Sri. 2015. Implementasi Kuriukulum PAUD 2013 Di TKIT Bina


Amal. Early Childhood Education Papers (Belia). Volume 4, No. 2,
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/belia/article/viewFile/7498/5232,02
Januari 2015.

Ilham. 23 Juli 2015. Penerapan K-13 Dilakukan Secara Bertahap. Republika


[online]. Tersedia: www.republika.co.id. [03 Januari 2015]

10
11

Anda mungkin juga menyukai