Anda di halaman 1dari 5

Tugas Kewarganegaran

Membuat Profil Orang Sukses

Disusun Oleh:
Diana Fransiska

P0 0340219 005

Dosen Pengampu:

DR. H. Lukman Asha. M.pd

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

PRODI D III KEBIDANAN CURUP

2019/2020
BIODATA

Nama : Wahyu Depisi S.Pd

Tempat, Tanggal Lahir: Cawang Lama, 27 Juli 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Lajang/Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : Daud Mustopa

Ibu : Evi Yanah

Anak ke- : 1 (Pertama) dari 2 bersaudara

Riwayat Pendidikan

SD : (2000-2008)

SMP : (2008-2011)

SMA : (2011-2014)

KULIAH : IAIN (2014-2019)

Pekerjaan : Guru Agama Desa (GAD)

Pengalaman selama menjadi mahasiswa dan bekerja:

Dari pengalaman yang didapatkan Persoalannya adalah ketika guru agama harus
berhadapan dengan praktek pembelajaran di sekolah dengan berbagai tantangan yang ada baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Tantangan tersebut mulai  dari orientasi pembelajaran
yang kognitif oriented,  beban administrasi yang tidak masuk akal sampai keruwetan birokrasi
yang seringkali membingungkan. Selain itu, di tengah dinamika hidup yang demikian cepat,
guru agama  dituntut untuk mampu menghadirkan wacana keagamaan yang sesuai dengan
maksud teks dan konteks situasi di sekolah.
Menurut wahyu, sistem perkuliahan dapat dijalani dengan baik meskipun ada beberapa
kendala dan hambatan. Diceritakn bahwa Perubahan Nama STAIN menjadi IAIN sempat
menjadi hambatan dalam proses wisuda bik system belajar maupun kurikulum nya ikut
menglami perubahan sedangkn rumpun ilmu pengetahuan yang dimaksud tentu saja adalah
ilmu keislaman yang menjadi napas dalam Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, di mana
terdiri atas Tarbiyah, Syariah, Ushuludian, Adab dan Dakwah. Artinya adalah alih status dari
STAIN menjadi IAIN juga membawa dampak pada rumpun ilmu pengetahuan yang
cakupannya lebih luas lagi, dalam hal ini seperti bertambahnya jurusan baru yang sebelumnya
tidak ada. Seperti misalnya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris atau Pendidikan Matematika
dan lain sebagainya.

Selain itu, ketika menjadi IAIN, struktur kelembagaannya pun berubah. Tidak ada lagi
Ketua atau Pembantu Ketua (PK), melainkan berganti dengan Rektor dan Wakil Rektor. Tidak
ada lagi ketua program pendidikan (prodi), namun sudah berganti menjadi ketua jurusan
(kajur).Hal paling kentara dan nyata terasa dari perubahan alih status ini adalah terdapat pada
pembayaran uang kuliah tunggal (UKT) bagi mahasiswa. Ketika masih STAIN, per semeter
mahasiswa masih ada yang bisa menikmati UKT di bawah satu juta rupiah, berbeda jauh
dengan mahasiswa baru yang masuk ketika sudah alih status ke IAIN.

Kepekaan guru dalam menyadari semakin menguatnya eksklusifisme sebagai awal


berkembangnya radikalisme yang menemukan momentnya di era demokrasi menjadi hal yang
sangat mendesak. Terlebih lagi di tengah kemajemukan masyarakat yang rentan terjadi
konflik. Hal hal di atas ternyata masih belum cukup, karena pendidikan agama juga harus
berhadapan dengan dampak negatif kehidupan modern akibat pesatnya perkembangan
teknologi (terutama teknologi informasi) seperti penyalahgunaan narkoba, seks bebas,
kejahatan seksual, aborsi, hamil pra-nikah sampai tawuran pelajar yang tak kunjung mereda.

Pendidikan Agama Berbasis Pengalaman 


Dari prose pembelajaran menuruh Wahyu Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman
(PABP) merupakan upaya guru agama mewujudkan amanat Pendidikan Nasional yang
berfungsi: “ Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, guru &
tenaga kependidikan berkewajiban untuk menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, & dialogis.”   Proses pembelajaran harus diselenggarakan
secara inspiratif, interaktif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas &
kemandirian sesuai dengan bakat, minat,  perkembangan fisik & psikologis peserta didik.

Dalam pendapatnya Wahyu menyampaikan bahwa Dalam konteks pendidikan


agama,  model pembelajaran ini merupakan upaya guru untuk menggeser orientasi, isi materi
maupun proses pembelajaran yang diampunya. Dari sisi orientasi yang selama ini didominasi
oleh ranah kognitif, digeser menuju ke ranah afektif. Orientasi pembelajaran agama 
digerakkan dari having religion (yang lebih menitikberatkan pada formalisme agama) ke being
religious dan being humane (yang lebih menitikberatkan pada substansi dan nilai agama).

Sebagai konsekwensinya, dari sisi proses  membutuhkan ruang dimana nilai nilai
agama yang konseptual dan abstrak itu berdialog dan bernegosiasi dengan realitas kehidupan
(praxis). Dengan demikian, pembelajaran agama tidak cukup hanya mengajarkan “tentang”
agama, tapi juga “cara” beragama dalam realitas kehidupan yang nyata. Hal tersebut
meniscayakan adanya realitas kehidupan sebagai laboratorium belajar afeksi sekaligus sebagai
wahana belajar hidup yang memungkinkan peserta didik dan guru belajar bersama,  berdialog
dan bernegosiasi dengan persoalan riil kehidupan. Dengan demikian isi materi tidak hanya
mengacu pada silabi kurikulum, tetapi juga mengakomodasi persoalan persoalan riil dan
aktual yang terjadi di sekeliling peserta didik dan juga sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Beberapa realitas  (pengalaman langsung) yang pernah wahyu hadirkan di antaranya:

 Belajar empati dan toleransi di perkuliahan melalui berbgai jenis diskusi


 Belajar memahami perbedaan dengan berkunjung ke Komunitas yang ada di Rejang
Lebong
 Belajar sikap toleran, simpati dan empati bersama masyarakat melalui observasi di
Cawang Lama
 Mengikuti beberapa musyawarah yang dilaksanakan masyarakat di cawang lama,
Rejang Lebong
 Mengikuti kegiatan para pemuda seperti risma dan karang taruna yang ada di Rejang
Lebong khususnya Cawang Lama

Disampaikan juga bahwa menurut wahyu Tantangan  dunia pendidikan bukanlah


merupakan permasalahan yang berdiri sendiri, melainkan terkait baik langsung maupun tidak
langsung dengan perkembangan iptek dan aspek kehidupan lain, baik ekonomi, politik
maupun sosial budaya. Oleh karena itu, upaya perbaikannya harus dilakukan oleh semua pihak
dengan berbagai perndekatan dan cara secara bersama sama

Kemudian, wahyu menyampaikan pesannya bahwaPeran dan fungsi pendidikan di


tengah arus perubahan meniscayakan adanya perubahan paradigma dan performa para pelaku
pendidikan (baik formal, non formal, informal dan juga media)  baik dari segi orientasi, isi
maupun metodologi. Tantangan besar yang mendesak harus dihadapi saat ini adalah
menyiapkan model pembelajaran, termasuk pendidikan  agama yang bisa menyediakan
landasan perkembangan kepribadian generasi muda sehingga senantiasa mempunyai kearifan
dan mampu bersikap adil menghadapi beragam perubahan dan perbedaan yang dihadapi.

Anda mungkin juga menyukai