Sistem pasar juga sangat dipengaruhi oleh elemen kekuasaan. Meskipun para pemikir
teori liberal beranggapan kalau pasar dapat berjalan dengan sendirinya tanpa harus diawasi dan
tetap akan menghasilkan kekuntungan, pada akhirnya mereka yang memiliki kekuasaanlah yang
akan mendapatkan keuntungan terbesar pada saat pembagian keuntungan terjadi.
Secara garis besar ada dua hal yang mendorong Negara dalam mendominasi politik
ekonomi internasional, yaitu kecenderungan Negara untuk selalu mengungguli kekuatan
masyarakat dan juga membendung tekanan, serta Negara dianggap mampu untuk memaksakan
kehendaknya pada rakyat jika memang dirasa harus.
Teori stabilitas hegemon berasumsi kalau stabilitas ekonomi dunia itu baru bisa dicapai
kalau seandainya ada suatu Negara hegemon yang kekuatannya, baik di bidang ekonomi maupun
militer, tidak dapat ditandingi oleh Negara lain. Robert Cox menggambarkan hegemon sebagai
manifestasi yang mendasari aturan dan tingkah laku Negara serta masyarakat sipil yang
melampaui batas-batas nasional.
Kritik tersebut mendapatkan teori keras, sebab teori tersebut dianggapo terlalu
memfokuskan diri pada tangible resources seperti GDP, militer, wilayah, jumlah sumberdaya
manusia, luas wilayah dan yang lainnya. Sementara pada saat yang bersamaan teori ini seakan
melupakan intangible resources seperti kemampuan diplomasi, dukungan internasional,
kemampuan menarik investor dan yang lainnya.
Pendekatan struktur menekankan pada pentingnya struktur dunia yang dianggap sebagai
penentu pola hubungan ekonomu antar Negara. Teori ini memiliki tiga asumsi dasar, yaitu
perilaku ekonomi ditentukan oleh perjuanagan kelas dan konflik kepentingan, kapitaslisme harus
dipahami sebagai fenomena global, serta sistem perekonomian dunia sarat konflik antar Negara
Negara core dan Negara periphery.