OLEH
KELOMPOK 2
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
berkat-Nyalah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “Model pembelajaran
problem posing” dengan baik dan tepat waktu.
Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
strategi belajar mengajar. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun
tidak langsung sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Dalam peyusunan makalah ini kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat banyak kekurangan baik tulisan ataupun tata bahasa yang kurang baik.
Oleh karena itu, kami memohon saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca, untuk perbaikan berikutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap menyertai kita
semua.
Kelompok II
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
3. Bagaimana karakteristik model pembelajaran problem posing?
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran problem posing?
5. Bagaimanakah model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran
kimia?
6. Apa kekurangan dan kelebihan model pembelajaran problem posing?
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Problem posing adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik
dalam proses pembelajaran secara langsung untuk memberi kesempatan kepada
siswa dalam menganalisis permasalahan yang ada dengan serangkaian kegiatan-
kegiatan yang lebih bermakna. Proses pembelajaran didominasi dengan kegiatan-
kegiatan siswa secara langsung dengan situasi yang telah diciptakan oleh guru.
Dalam kegiatan tersebut, maka siswa dapat membuka wawasan yang dimilikinya
dan memberikan kesempatan yang luas untuk saling berkomunikasi.
Thobroni dan Mustofa (2012), menyatakan bahwa model pembelajaran
problem posing (pengajaran yang mengemukakan masalah-masalah) memiliki
ciri-ciri sebagai berikut:
1. Guru belajar dari siswa dan siswa belajar dari guru.
2. Guru menjadi rekan siswa yang melibatkan diri dan menstimulasi daya
pemikiran kritis siswa-siswanya serta mereka saling memanusiakan.
3. Manusia dapat mengembangkan kemampuannya untuk mengerti secara kritis
dirinya dan dunia tempat ia berada.
4. Pembelajaran problem posing senantiasa membuka rahasia realita yang
menantang manusia dan kemudian menuntut suatu tanggapan terhadap tantangan
tersebut. Tanggapan terhadap tantangan membuka manusia untuk berdedikasi
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, maka model
pembelajaran problem posing ini bersifat fleksibel, menganggap siswa adalah
subjek belajar, membuat siswa untuk dapat mengembangkan potensinya sebagai
orang yang memiliki potensi rasa ingin tahu dan berusaha keras dalam memahami
lingkungannya.
4
kembali dari permasalahan yang telah ada atau pembentuk masalah dari masalah
yang telah ada atau bahkan pembentuk masalah yang telah diperoleh solusinya.
Dalam penelitian ini, menggunakan salah satu dari tiga bentuk aktivitas
kognitif tersebut yaitu pengajuan pre-solution posing dalam memberikan tugas
pengajuan masalah kepada siswa karena siswa dituntut untuk mengeluarkan ide-
ide yang mereka miliki.
Brown dan Walter yang dikutip oleh Hobri mengatakan bahwa informasi
atau situasi problem posing dapat berupa gambar, benda manipulatif, permainan,
teorema atau konsep, alat peraga, masalah, atau penyelesaian dari suatu masalah.13
Selain itu jenis informasi dalam problem posing ada dua, yaitu:14
a. Informasi bergambar
Informasi bergambar ini dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:
5
2) Informasi bergambar yang tidak disertai keterangan gambar, kecuali berupa
kata sebagai penjelas gambar.
Soedjadi menjelaskan bahwa ada syarat yang harus dimiliki siswa agar dapat
mengajukan masalah adalah kemampuan membaca, kemampuan memahami
informasi yang disajikan dan kemampuan mengkomunikasikan pola pikir
bertanya dalam bentuk kata-kata, baik lisan maupun tulisan.15 Sedangkan
Stoyanova menyatakan bahwa situasi atau informasi dalam problem posing dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:16
Pada situasi problem posing bebas, siswa tidak diberikan informasi yang
harus dipatuhi, tetapi siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk
membentuk masalah sesuai dengan apa yang dikehendaki. Siswa dapat
menggunakan fenomena dalam kehidupan sehari-hari sebagai acuan dalam
pembentukan masalah.
6
dimilikinya. Selain itu, siswa harus mengkaitkan informasi itu dengan konsep-
konsep dan prinsip-prinsip yang diketahuinya untuk membuat masalah.
Dalam penelitian ini, jenis situasi atau informasi yang digunakan adalah
problem posing semiterstruktur. Brown dan Walter menyatakan bahwa pengajuan
masalah terdiri dari dua aspek penting, yaitu accepting dan challenging.
Accepting berkaitan dengan kemampuan siswa memahami situasi yang diberikan
oleh guru atau situasi yang sulit ditentukan. Sementara challenging, berkaitan
dengan sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan sehingga
melahirkan kemampuan untuk mengajukan masalah.17 Dua aspek tersebut
digunakan oleh peneliti dalam mengidentifikasi kreativitas pengajuan masalah
siswa.
7
3. Siswa diminta saling menukarkan soal yang telah diajukan
2. Guru menyampaikan materi pelajaran dengan media atau bahan bacaan yang
telah disediakan. Selanjutnya, guru memberi contoh cara membuat soal dari
informasi/materi yang diberikan.
5. Selain dikerjakan sendiri, soal latihan yang dibuat dapat ditukarkan dengan
teman dalam kelompoknya maupun di luar kelompoknya, sehingga peserta
didik menukarkan lembar soal pada kelompok lainnya dengan panduan guru.
6. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dengan cara
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan
kelas.
8
Selain dengan cara berkelompok, problem posing dapat dilaksanakan secara
individu. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
2. Siswa mencatat hal-hal yang telah diketahui dari situasi atau informasi yang
telah diberikan.
3. Siswa membuat pertanyaan atau soal dengan menggali konsep dari hal-hal
yang telah diketahui.
4. Siswa menganalisis pertanyaan atau soal yang telah dibuat dan memprediksi
solusi dari soal tersebut.
9
paham siswa akan membuat soal, sehingga menyebabkan terbentuknya
pemahaman yang lebih mantap pada diri siswa.
10
Setiap model pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan kekurangan.
Menurut Thobroni dan Mustofa (2012: 349) kelebihan dan kekurangan problem
posing yaitu:
a. Kelebihan
1) Mendidik siswa berpikir kritis.
2) Siswa aktif dalam pembelajaran.
3) Belajar menganalisis suatu masalah.
4) Mendidik siswa percaya pada diri sendiri.
b. Kekurangan
1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.
Membutuhkan waktu yang lebih banyak bagi siswa untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan. Menyita waktu yang lebih banyak bagi pengajar,
khususnya waktu koreksi tugas siswa.
2) Memerlukan keahlian khusus dan kemampuan guru dalam mengarahkan
siswa membuat masalah, sebab masalah yang dibuat siswa dapat beragam
benar/salah, apakah sesuai dengan informasi yang ada, atau apakah dapat
11
DAFTAR PUSTAKA
Thobroni. (2015). Belajar dan pembelajaran: Teori dan praktik. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Agus Sutejo. (2002). Hasil belajar siswa yang diberi tugas pengajuan soal
matematika berdasarkan dua sajian informasi yang berbeda, Tesis, PPs.
Unesa, hal. 18.
Stephen, I. B., &Marion, I. W. (2005). The art of problem posing 3rd edition. New
Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc., Publishers.
Aceng Haetami & La Djadi Siharis. (2010). Meningkatkan motivasi dan prestasi
belajar kimia dasar ii melalui model pengajaran langsung (mpl) dengan
pendekatan problem posing. Kendari: Universitas Haluoleo.
Mohammad Nurul Hajar. (2011). Problem posing; belajar dari masalah membuat
masalah. [Online]. Tersedia:
http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/08/problem-posing-belajar-dari-
masalah-membuat-masalah-419538.html Diakses pada 27 November
2019.
12