Anda di halaman 1dari 35

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

DENGAN METODE DEMOSTRASI PADA POKOK BAHASA FLUIDA


STATIS UNTUK MENINGKATAKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR
SISWA

Oleh

Siti Aminah

1730209042

Dosen Pengampu : Evelina Astra Patriot, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2019
1

A. Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menginisiasi,
memfasilitasi, dan meningkatkan itensitas dan kualitas belajar pada diri peserta
didik. Oleh karna itu pembelajaran merupakan upaya sistematis dan sistematik
untuk menginisiasi, memfasilitasi dan meningkatkan proses belajar maka
kegiatan pembelajaran berkaitan erat dengan jenis hakikat dan jenis belajar serta
hasil belajar tersebut. Pembelajaran harus menghasilkan belajar, tapi tidak semua
hasil belajar terjadi karna pembelajaran. Proses belajar juga dalam konteks
interaksi sosial-kultural dalam lingkungan masyarakat (winataputra, dkk. 2014).
Pendidikan bertujuan untuk menigatkan kualitas peserta didik, hal ini tentu
saja akan berkaitan dengan kegiatan belajar sehngga tujuan pembelajaran akan
tercapai. Belajar merupakan suatu proses yang harus ditempuh dalam pendidikan.
Menurut Nurcahyani (2011), Dalam proses pencapaian tujuan-tujuan pendidikan
melalui proses pembelajran banyak faktor-faktor yang mempengaruhinya,
diantaranya faktor ekstern dan faktor intern. Faktor tersebut dapat bersifat positif,
apabila mempengaruhi terhadap perubahan dan pembaharuan tingakah laku dan
pencapaian peserta didik menjadi lebih baik.
Pada kurikulum 2013 siswa dituntut untuk lebih akif dari pada guru dalam
pembelajaran yang dilakukan dengan pendekatan saintifik, dimana dalam
pembelajran tersebut peserta didik didorong agar lebih mampu untuk mengamati,
bertanya, mencoba, serta mengumpulan data dan mengomunikasikannya.
Sehingga peserta didik dapat terlibat dalam proses pembelajran.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang menarik dan lebih banyak
memerlukan pemahaman dari pada menghafal. Namun, pada kenyataanya siswa
sering beranggapan bahwa fisika merupakan mata pelajaran yang sulit dan
kurang menarik. Sehingga menyebabkan siswa bosan dalam pelajaran tersebut.
Hal ini dikarnakan dalam mata pelajaran fisika guru hanya menjelaskan dan
memaparkan materi saja tanpa melibatkan siswa sehingga, menyebabkan
ketidak- aktifan siswa didalam proses belajar.
2

Maka dari itu diperlukan sebuah model pembelajaran yang lebih


mengedepankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
terpusat pada siswa yang mencaup keaktifan siswa dalam belajar, maupun aktif
mencari sumber informasi lainya yang berhubungan dengan pembelajaran maka
siswa akan lebih berfikir kreatif sehingga akan menghasilkan hasil belajar yang
baik.
Oleh karena itu, guru harus memilih model pembelajran yang tepat disetiap
materi pembelajaran yang akan diajarnya sehingga akan tercapai tujuan
pembelajran yang baik. Pada saat ini banya siswa yang kesulitan untuk
memecahkan suatu masalah dalam proses pembelajran, Hal itu menyebaban
siswa sulit untu memahami konsep dalam belajar. Maka dari itu, guru dituntut
menggunakan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa dalam proses
pembelajan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung adalah model pembelajran inkuiri.
Menurut Astusi dan setiawan dalam buku eggen & kauchack (1996),
menyataan inkuiri merupakan salah satu cara efektif yang membantu siswa
meningkatkan keterampilan berfikir dengan menggunakan proses mental lebih
tinggi dan keterampilan berfikir kritis. Dalam pembelajaran dengan inkuiri, siswa
disamping menguasai konsep sains, juga dilatih untuk meneliti dan memecahkan
suatu permasalahan atau pernyataan dengan fakta-fakta yang ada,pernyataan
tersebut didukung oleh pendapat dari (Sadeh,2009) menyatakan bahwa siswa
yang mengalami inkuiri terbuka dapat mendefinisikan fenomena, mengajukan
pertanyaan, hipotesa dan perencanaan percobaan. Pada inkuiri kemungkinan
siswa akan lebih dinamis berdasarkan perubahan, bukti, dan m uncul selama
proses inkuiri.
Model pembelajaran inkuiri dapat mendorong pengalaman belajar siswa untuk
memahami konsep-konsep ilmiah, yang memberikan pemahaman yang lebih
mendalam, membuat konsep lebih lama diingat dan bermakna bagi siswa. Jenis
model pembelajaran inkuiri terbagi 2 yaitu inkuiri bebas dan terbimbing, dalam
proses pembelajaran inkuiri bebas, siswa secara individu atau kelompok
3

termotivasi untuk melakukan aktivitas masing-masing karena harus


menghasilkan produk yang berbeda untuk dijadikan satu dalam laporan kerja
kelompok (yasniati dalam jurnal .Suarnithi, 2012). Model pembelajaran inkuiri
bebas yang memberikan kebebasandan kesempatan kepada siswa untuk
bereksplorasi dengan mengumpulkan fakta-fakta melalui kegiatan observasi
ataupun praktikum sehingga dapat membangkitkan minat dan rasa ingintahu
siswa terhadap konsep yang dipelajari (Abdi,2014).
Inkuiri terbimbing merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola pembelajaran kelas. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
pembelajaran kelompok dimana siswa diberi kesempatan untuk berfikir mandiri
dan salingmembantu dengan teman yang lain.Pembelajaran inkuiri terbimbing
membimbing siswa untuk memiliki tanggung jawab individu dan tanggung
jawab dalam kelompok atau pasangannya (Ambarsari dkk., 2013).
Menurut Meidawati (2014) model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
model pembelajaran yang diorganisasikan lebih terstruktur, dimana guru
mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan prosedur
penelitian yang harus dilakukan oleh siswa.
Salah satu metode yang tepat untuk melaksanakan model pembelajaran ini
adalah dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan
pendekatan inkuiri serta metode demonstrasi ini sejalan dengan teori belajar
belajar penemuan yang dikemukakan oleh bruner. Bruner beranggapan, bahwa
belajar penemuan sesuai dengan pencaraian pengetahuan secara aktif oleh
manusia, dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik (Dahar,
1989: 103). Jadi siswa diharapkan terlibat aktif dalam pemeblajaran melalui
proses mentalnya sendiri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang berorientasi
ilmiah. Sehingaa perolehan pengetahuan yang berupa konsep IPA diperoleh
melalui proses bukan lagi melalui hafalan.
Model inkuiri dengan metode demontras ini menuntut siwa untuk berfikir
lebih kritis dan lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga, memudahkan
siswa dalam memahami materi yang diajaran arana melinat siswa secara
4

langsung. Siswa yang aktif dalam pembelajaran duharapakan dapat memahani


materi sehingga meningkatan motivasi dan hasil belajarnya. ini sejalan dengan
ajaran agaman isalam dimana orang orang yang berilmu dan pemahan aan
ditinggikan derajatnya. Sebagiamana dengan firman Allah SWT. dalam Al-
qur’an :

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-


orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan.“ (Al Mujadilah : 11).
Adapun pokok bahasan yang difokuskan dalam penelitian ini adalah fluida
statis, dimana materi fluida statis ini merupakan materi yang terdapat pada kelas
X SMA. Fluida statis merupakan pokok bahasan yang memerlukan pemahaman
dan memerlukan peranan aktif siswa agar siswa dapat mudah memahami materi
fluida statis ini. Oleh sebab itu guru harus memilih model dan metode
pembelajaran yang tepat dengan salah satunya adalah model pembelajaran inuiri
terbimbing dengan menggunakan metode demostrasi.
Dalam Peneliti ini dilakukan di SMA N 1 Air Saleh. Dimana di sekolah ini
setelah telah banyak menggunaan model pembelajaran dalam pelajaran Fisika.
Tetapi di sekolah ini masih banyak menggunakan metode ceramah dari guru dan
peseta didik hanya bersifat pasif yaitu hanya mendengarkan penjelasan dari guru
kemudian mengerjakan soal. Sehingga minat dan hasil belajar siswa masih sangat
rendah khusunya pada materi fluida statis. Oleh karena itu peneliti ingin
mengetahui apakah ada pengaruh minat dan hasil belajar siswa setelah di
terapkan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan menggunakan metode
demostrasi.
Berdasaran latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian
terhadap hasil belajar siswa denagan menggunakan model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan metode Demonstrasi . maka penulis tertarik menggambil
5

judul penelitian “ Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Pokok Bahasan Fluida
Statis Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMA ”

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah didapat maka permasalahan
penelitan ini adalah sebagi berikut:
1. Bagimana penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan
Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Pokok Bahasan Fluida Statis
untuk meningkatkan minat dan hasil belajar Fisika Siswa SMA?
2. Bagaimana peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan Metode
Demonstrasi Pada Poko Bahasan Fluida ?
3. Bagaimana respon siswa terhadap diterapkannya Model Pembelajaran
Inkuiry Terbimbing Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada
Pokok Bahasan Fluida Statis ?

B. Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang ada maka tujuan dari penelitain ini
yaiti :
1. Untuk mengetahui angkah-langkah penerapan Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada
Pokok Bahasan Fluida Statis Untuk Meningkatkan Minat Dan Hasil
Belajar Fisika Siswa SMA?
2. Mengetahui peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui Model
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan Metode
Demonstrasi Pada Pokok Bahasan Fluida Statis ?
3. Mengetahui respon siswa terhadap diterapkannya Model Pembelajaran
Inkuiri Terbimbing Dengan Menggunakan Metode Demonstrasi Pada
Pokok Bahasan Fluida Statis ?
6

C. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberikan manfaat
untu semua pihak, terutama dalam dunia pendidikan. Adapun manfaat yang
diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai beriut:
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan minat
dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode demonstrasi.
2. Manfaat praktisan
Secara praktis, penelitian ini di harapkan mampu memberikan
manfaat sebagai berikut :
a. Bagi Siswa
Penelitian ini bermanfaat bagi siswa yang kebanyakan kurang
memahami konsep, kurang aktif dan juga menyukai pembelajaran fisika
yang umunya hanya pembelajari rumus rumus saja. Penggunaan
penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan metode
demontrasi yang diharapkan akan lebih dapat menarik minat belajar
siswa dan juga pemahan konsep siswa sehingga meningkatkan minat
dan hasil belajar dalam pelajaran fisika.
b. Bagi Guru
Guru dapat menggunakan penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan metode demonstrasi sebagai referensi untuk pembelajaran fisika
agar dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa atau peserta
didik yang optimal dan juga lebih baik, dan guru dapat ,menggunakan
variasi pembelajaran baik dari segi metode atau pun strategi mengajar
agar dapat mendapatkan atau mencapai proses pembelajaran yang
efektif dan efisien.
c. Bagi Sekolah
7

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi sekolah untuk menggunakan


model inkuiri terbimbing dengam metode demontari dalam rangka
perbaikan proses pembelajaran khususnya mata pelajaran fisika. Hasil
penelitian ini juga dapat digunakan sebagai masukan dalam usaha
meningkatkan pemahan konsep serta minat dan hasil belajar dalam
pelajaran fisika khusus nya dalam pembahasan tentang materi fluida
statis
8

A. Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia, kegiatanya dapat berlangsung baik dalam lingkungan masyarakat,
keluarga, sekolah dan lain-lain. Khususnya dalam lingkungan sekolah belajar
dapat digunakan untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik.
Pengertian belajar telah didefinisikan oleh beberapa ahli psikologi diantaranya
adalah:
Morgan menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan relative permanen
yang terjadi karena hasil dari praktik atau pengalaman. Slavin menyatakan bahwa
belajar merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman. Gegne
menyatakan bahwa belajar merupakan perubahan disposisi atau kecakapan
manusia, yang berlangsung selama periode waktu tertentu, dan perubahan perilaku
itu tidak berasal dari proses pertumbahan (Anni, 2006: 2)
B. Minat belajar
Minat adalah suatu rasa lebih ska dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (andi dalam buku. slameto, 2003:180).
Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah kecendeungan hati yang
tinggi terhadap suatu gairah keinginan.

Dengan kata lain apabila seorang menaruh minat terhadap sesuatu, maka
orang tersebut akan berusaha dengan sekuat mungkin untuk memperoleh yang
diinginkannya tnpa mengharapkan hadiah. Usaha yang dilakukan oleh seorang
tersebut, dapat terjadi karena adanya dorongan dari minat yang dimilikinya.
Dengan demikian minat adalah alat pengerak atau pendorong yang ada dalam diri
seseorang untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan.

Sesuai dengan definisi minat dan belajar secara umum seperti yang sudah
dijelaskan di atas, maka minat belajar dapat diartikan sebagai gairah, keinginan,
perasaan suka untuk melakukan proses perubahan tingkah laku melalui berbagai
kegiatan yang meliputi mencari pengetahuan dan pengalaman. Dengan kata lain
minat belajar itu adalah perhatian, rasa suka, ketertarikan seseorang (siswa)
9

terhadap suatu pembelajaran yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi


dan keaktifan dalam belajar untuk mengembangkan diri dalam aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk


melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (setiawan
dalam buku Hurlock, 2005 : 114) Menurut Hurlock (2005: 117) metode untuk
menemukan minat anak terhadap sesuatu adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan kegiatan
Dengan mengamati mainan anak dan benda-benda yang mereka beli,
kumpulkan atau gunakan dalam aktifitas yang ada unsure spontanitas, kita
dapat memperoleh petunjuk minat mereka.
2) Pertanyaan
Bila anak terus-menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya hal
tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali kali
ditanyakan.
3) Pokok pembicaraan
Apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman sebaya
memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya minat
tersebut.
4) Membaca
Bila anak bebas memilih buku untuk dibaca atau dibacakan, anak anak
memilih membahas topik yang menarik minatnya.
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat
sekali. Jika seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan
akan cenderung untuk memperhatikan pelajaran tersebut. Dan begitu pula
sebaliknya, jika siswa tidak minat terhadap pelajaran tersebut, maka siswa
tersebut cenderung tidak memperhatikan pelajaran tersebut. Jika hal ini
terjadi pada peserta didik maka, tentu akan mempengaruhi hasil belajarnya
10

C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh pembelajar
setelah melakukan aktifitas belajar (Anni, 2006: 4). Perilaku manusia terdiri dari
sejumlah aspek. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil belajar peserta didik dapat
diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah Kognitif; 2) Ranah Afektif;
3) Ranah Psikomotorik (Arikunto, 2007: 117).
Karena terbatasnya waktu penelitian, dalam penelitian ini hasil belajar yang
diteliti adalah hasil belajar ranah kognitif. Oleh karena itu maka penulis hanya
mengkaji tentang hasil belajar ranah kognitif.Ranah kognitif oleh Bloom
dibedakan dalam 6 kategori yaitu:

1). Pengetahuan

Adalah kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali


apa saja yang telah dipelajari.

2) Pemahaman
Adalah kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah
diketahuidengan bahasanya sendiri.
3) Penerapan
Adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam konteks atau situasi yang baru.
4) Analisis
Adalah kemampuan untuk menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat,
asumsi dan semacamnya atas elemen-elemen yang ada sehingga dapat
menentukan hubungan masing-masing elemen.

5) Sintesis
Adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen ke
dalam suatukesatuan atau struktur.
6) Evaluasi
11

Adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen ke


dalam suatu kesatuan atau struktur.
D. Pendekatan Demonstrasi
Demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan
atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang
sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan, yang sering disertai dengan
penjelasan lisan (Djamarah, 2002: 102). Dalam strategi pembelajaran, demostrasi
dapat digunakan untuk mendukung keberhasilan pembelajaran inkuiri.
Dalam sistem pengajaran fisika terdapat keterkaitan antara teori dan
praktek yang menuntut adanya metode pengajaran yang sesuai dengan keadaan
atau kondisi sekolah dan siswanya, agar data-data secara teori dapat ditunjukan
kembali dengan fakta- fakta yang realitis. Hal ini juga disesuaikan dengan
keadaan sekolah, mengingat tidak semua sekolah mempunyai sarana peralatan
laboratorium yang memadai. Untuk menanggulangi keterbatasan peralatan
tersebut, guru dituntut untuk mencari alternatif lain, salah satunya dengan cara
menerapkan metode demonstrasi.
Pendekatan adalah konsep dasar yang mewadahi, menginsipirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu. Pendekatan demonstrasi yang digunakan untuk mendukung/
menguatkan pembelajaran inkuiri bukanlah demonstrasi yang berpusat pada
guru, tetapi demonstrasi yang berpusat pada siswa. Guru tidak hanya
menunjukkan proses atau alatnya, tetapi disertai banyak pertanyaan yang
mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang telah diajukan guru baik
secara lisan atau dalam bentuk LKS.
Demonstrasi yang baik untuk mendukung pembelajaran inkuiri yaitu
demonstrasi yang diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga
siswa berpikir dan membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru
menunjukan demonstrasinya pada siswa dan siswa dapat mengamati apakah
jawaban yang mereka pikirkan sesuai dengan apa yang mereka amati. Selama
demosntrasi berjalan guru tetap dapat terus mengajukan pertanyaan pada siswa.
12

Pertanyaan itulah yang akan membantu siswa untuk mengembangkan gagasan


mereka dan aktif berpikir. Dengan demikian, siswa bukan hanya sekedar
melihat tetapi aktif memikirkan, mulai dari mengidentifikasi masalah, membuat
hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan.
Sehingga pembelajaran inkuiri dengan pendekatan demonstrasi dapat terlaksana
dengan baik.
Djamarah (2002: 102) metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan
kekurangan, sebagai berikut:
1) Kelebihan metode demonstrasi
a. Dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkret,
sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau
kalimat).
b. Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
c. Proses pengajaran lebih menarik.
d. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan mencoba melakukanya sendiri.
2) Kekurangan metode demonstrasi
a. Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa
ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak efektif.
b. Tidak efektif untuk diterapkan pada kelas yang besar..
c. Demonstrasi memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
E. Metode Inuiri
Menurut Meidawati (2014) model pembelajaran inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran yang diorganisasikan lebih terstruktur,
dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan
prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa.
13

Inkuiri yang dalam bahasa inggris inquiry, berarti pertanyaan, atau


pemeriksaan, penyelidikan. Secara umum inkuiri adalah proses dimana para
saintis mengajukan pertanyaan tentang alam dunia ini dan bagaimana mereka
secara sistematis mencari jawabanya. Secara khusus inkuiri adalah metode
yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari
dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah (Suparno 2007: 65).
Menurut Wenning (2005a: 14-15) dalam jurnalnya yang berjudul
Minimizing resistance to inquiry-oriented science instruction: The importance
of climate setting bahwa ada beberapa tujuan metode inquiry diterapkan dalam
kelas IPA, yaitu :
1. Melalui metode inkuiri siswa belajar tentang sains sebagai proses maupun
produk.
2. Melalui metode inkuiri siswa belajar sains dengan pemahaman
kontekstual.
3. Melalui metode inkuiri siswa belajar bahwa Ilmu Pengetahuan adalah
proses dinamis, kooperatif dan akumulatif.
4. Melalui metode inkuiri siswa belajar isi dan nilai-nilai ilmu pengetahuan
melalui bekerja seperti ilmuan.
5. Melalui metode inkuiri siswa belajar tentang sifat ilmu pengetahuan dan
metode ilmiah.

Menurut Joyce et. Al, sebagaimana dikutip oleh Wiyanto (2008: 26),
tujuan umum inkuiri, adalah membantu siswa mengembangkan ketrampilan
yang diperlukan untuk membangkitkan pertanyaan dari rasa keingintahuannya
dan upaya mencari tahu jawabannya.

Menurut Kindsvater, Wilen, dan ishler, sebagaimana dikutip oleh


Suparno (2007: 65), meski para ahli menjelaskan secara berbeda-beda metode
inkuiri tetapi secara sederhana dapat dijelaskan sebagai metode pengajaran
yang menggunakan proses sebagai berikut:
14

1. Identifikasi persoalan
2. Membuat hipotesis
3. Mengumpulkan data
4. Menganalisis data
5. Mengambil kesimpulan

Dari langkah-langkah di atas nampak jelas bahwa model inkuiri ini


menggunakan prinsip metode ilmiah atau saintifik dalam menemukan suatu
prinsip, hukum, ataupun teori.

Menurut Gulo (2002: 86-87), peranan utama guru dalam menciptakan


kondisi pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut.

1. Motivator, yang memberikan rangsangan supaya siswa aktif dan gairah


berpikir.
2. Fasilitator, yang menunjukkan jalan keluar jika ada hambatan dalam
proses berpikir siswa.
3. Penanya, untuk menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka perbuat
dan memberikan keyakinan pada diri sendiri.
4. Administrator, yang bertanggungjawab terhadap seluruh kegiatan di
dalam kelas.
5. Pengarah, yang memimpin arus kegiatan berpikir siswa pada tujuan yang
diharapkan.
6. Manajer, yang mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, yang memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai dalam
rangka peningkatan semangat heuristik pada siswa.

Menurut Suryosubroto (2002: 200-203) ada beberapa kelebihan dan


kelemahan pembelajaran inkuiri yaitu sebagai berikut :
1) Kelebihan pembelajaran inkuiri
15

a. Membantu siswa mengembangkan atau memperbanyak persediaan dan


pengua saan keterampilan dan proses kognitif siswa.
b. Membangkitkan gairah pada siswa, misalkan siswa merasakan jerih
payah penyelidikannya, menemukan keberhasilan dan kadang-kadang
kegagalan.
c. Memberi kesempatan pada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuan.
d. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya
kepercayaan pada diri sendiri melalui proses-proses penemuan.
e. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk
belajar.
f. Strategi ini berpusat pada anak, misalkan memberi kesempatan kepada
mereka dan guru berpartisipasi sebagai sesama dalam mengecek ide.

2) Kelemahan pembelajaran inkuiri

a. Dipersyaratkan keharusan ada persiapan mental untuk cara belajar ini.


b. Pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalnya sebagian
waktu hilang karena membantu siswa menemukan teori-teori atau
menemukan bagaimana ejaan dari bentuk kata-kata tertentu.
c. Harapan yang ditumpahkan pada strategi ini mungkin mengecewakan
siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pembelajaran secara
tradisional jika guru tidak menguasai pembelajaran inkuiri

3) Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing


Menurut Suryosubroto (2002), lebih lanjut mengatakan bahwa pada
inkuiri terbimbing guru membimbing peserta didik melakukan
kegiatan dengan memberi pertanyan awal dan mengarahkan pada suatu
diskusi. Kemudian guru mengemukakan masalah, memberi pengarahan
mengenai pemecahan, dan membimbing peserta didik dalam mencatat
16

data. Adapun tahapan/sintaks dari pembelajaran inkuiri terbimbing


(guided inquiry) sebagai berikut:
Tabel 1.1: Tahapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Fase
Indikator Kegiatan guru
ke-
 Guru membimbing Peserta didik
mengidentifikasi
Perumusan masalah dan dituliskan dipapan tulis
1.
masalah  Guru membagi Peserta didik dalam
beberapa
kelompok
 Guru meminta Peserta didik untuk
mengajukan
jawaban semntara tentang masalah itu.
2 Membuat Hipotesis
 Guru membimbing Peserta didik dalam
menentukan
hipotesis.
 Guru memberikan kesempatan pada
Peserta didik untuk
menentukan langkah- langkah yang sesuai
Merancang dengan
3
percobaan hipotesis yang akan dilakukan.
 Guru membimbing Peserta didik dalam
menentukan
langkah langkah percobaan.
Melakukan
 Guru membimbing Peserta didik
percoban
4 mendapatkan data
untuk memperoleh
melalui percobaan dan pegamatan langsung.
data
17

 Guru memberikan kesempatan kepada tiap


kelompok
Mengumpulkan untuk menuliskan percobaan ke dalam seuah
5 data dan media
menganalisis data pembelajaran dan menyampaikan hasil
pengelolaan
data yang terkumpul.
 Guru membimbing Peserta didikdalam
Membuat membuat
6
kesimpulan kesimpulan berdasarkan data yang telah
diperoleh.

F. Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Demonstrasi


Pembelajaran inkuiri dengan pendekatan demonstrasi adalah suatu strategi
pembelajaran dimana dalam pembelajaranya menekankan pada langkah-langkah
inkuiri yang disampaikan melalui metode demonstrasi. Pembelajaran inkuiri
tidak terlepas dari proses ilmiah. Langkah-langkah dalam pembelajaran inkuiri
dengan pendekatan demonstrasi mengadaptasi dari tahapan Kindsvater, Wilen,
dan Ishler (Suparno 2007: 65) yaitu:
1) Identifikasi persoalan
2) Membuat hipotesis
3) Mengumpulkan data
4) Menganalisis data
5) Mengambil kesimpulan
G. Fluida Statis
Cabang ilmu yang mempelajari Fluida dalam keadaan diam dinamakan
Fluida Statis atau kadang disebut sebagai hidrostatika. Fluida Statis adalah
fluida yang berada dalam keadaan tidak bergerak (diam) atau fluida dalam
keadaan bergerak, tetapi tak ada perbedaan kecepatan antarpartikel fluida
18

tersebut atau bisa dikatakan bahwa partikel-partikel fluida tersebut bergerak


dengan kecepatan seragam sehingga tidak memiliki gaya geser.
1) Tekanan Hidrostatis
Fluida dalam suatu wadah memiliki berat akibat pengaruh gravitasi bumi.
Berat fluida menimbulkan tekanan pada setiap bidang permukaan yang
bersinggungan dengannya. Pada dasarnya, fluida selalu memberikan
tekanan pada setiap bidang yang bersentuhan dengannya. Besarnya tekanan
bergantung pada besarnya gaya dan luas bidang tempat gaya bekerja.
Berdasarkan definisi tersebut, maka tekanan dirumuskan sebagai berikut.

𝐹
P ……………………………………………(1)
𝐴

Keterangan:

P = tekanan (N/m2) atau Pascal (Pa)

F = gaya (N)

A = luas bidang tekan (m2)

Tekanan zat cair dalam keadaan diam disebut tekanan hidrostatis.


Misalnya, sebuah gelas dengan luas penampang A berisi air yang massanya
m denganketinggian h diukur dari dasar gelas. Apabila air tersebut berada
dalam P = keadaan diam, maka besarnya tekanan hidrostatis di dasar gelas
dapat dirumuskan sebagai berikut:

P ……………………………………(2)

Karena dalam keadaan diam, air hanya melakukan gaya berat sebagai
akibat gaya gravitasi bumi, maka

P …………………………………(3)
19

Berdasarkan persamaan massa jenis diperoleh:

-> m= ……………………………….(4)

Sehingga persamaan sebelumnya menjadi Karena V = A h,

Berdasarkan rumus tekanan hidrostatis di atas, diketahui bahwa


tekanan hidrostatis bergantung pada massa jenis zat cair, kedalaman zat cair,
serta percepatan gravitasi bumi.
Bahwa apabila suatu wadah yang berisi air dilubangi di dua sisi yang
berbeda dengan ketinggian yang sama dari dasar wadah, maka air akan
memancar dari kedua lubang tersebut dengan jarak yang sama. Hal itu
menunjukkan bahwa pada kedalaman yang sama tekanan air sama besar.
Selain itu, tekanan hidrostatis di dalam suatu zat cair pada kedalaman yang
sama memiliki nilai yang sama.

Besarnya tekanan udara di permukaan bumi dapat berbeda-beda


bergantung pada ketinggian di suatu tempat di permukaan bumi. Semakin
rendah tempat dari permukaan bumi, maka tekanan udaranya semakin besar.
Sebaliknya, semakin tinggi suatu tempat di permukaan bumi, maka tekanan
udaranya semakin kecil. Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan
atmosfer adalah barometer. Salah satu jenis barometer yang banyak
digunakan adalah barometer raksa. Barometer raksa ini merupakan hasil
perkembangan dari alat yang digunakan pada suatu percobaan yang
dilakukan oleh ahli fisika berkebangsaan Italia Evangelista Torricelli pada
tahun 1643. Satuan yang digunakan untuk menyatakan tekanan atmosfer
adalah atmosfer (atm) atau cmHg.

1 atm = 76 cmHg
1 atm = 1,01 x 105 Pa
Berdasarkan hasil pengukuran, diketahui bahwa tekanan atmosfer di
permukaan laut bernilai kira-kira 1 atmosfer (atm) atau 76 cmHg. Semakin
20

rendah posisi suatu tempat dari permukaan laut, semakin besar tekanan
atmosfernya, sedangkan semakin tinggi posisi suatu tempat dari permukaan
laut, semakin kecil atmosfernya.
2) Hukum Pokok Hidrostatis
Berkaitan fluida statis terdapat sebuah hukum yang menyatakan
tekanan hidrostatis pada titik-titik di dalam zat cair, yang
disebut dengan hukum pokok hidrostatis. Hukum pokok hidrostatis
menyatakan bahwa:
“Setiap titik yang terletak pada bidang datar di dalam suatu zat cair
yangsama akan memiliki tekanan hidrostatis yang sama.”
Tekanan hidrostatis suatu zat cair hanya bergantung pada tinggi dalam zat
cair (h); massa jenis zat cair (ρ), dan percepatan gravitasi (g), tidak
bergantung pada bentuk dan ukuran bejana.
Jika suatu fluida yang dilengkapi dengan sebuah penghisap yang dapat
bergerak, maka tekanan di suatu titik tertentu tidak hanya ditentukan oleh
berat fluida di atas permukaan air, tetapi juga oleh gaya yang dikerahkan
oleh penghisap. Berikut ini adalah gambar fluida yang dilengkapi oleh dua
penghisap dengan luas penampang berbeda. Penghisap pertama memiliki
luas penampang yang kecil (diameter kecil) dan penghisap yang kedua
memiliki luas penampang yang besar (diameter besar).

Gambar 1. Prinsip huum pascal

Persamaan hukum pascal dirumuskan sebagai berikut:


21

……………………………………(5)

…………………………………(6)

Keterangan:

F1 = gaya pada pengisap pipa 1 (N)

A1 = luas penampang pengisap pipa 1 (

F2 = gaya pada pengisap pipa 2, dan

A2 = luas penampang pengisap pipa 2.

3) Hukum Archimedes
Sesungguhnya benda yang berada di dalam air beratnya tidak
berkurang. Hanya pada saat benda berada di dalam air, benda mengalami
gaya ke atas yang dikerjakan air oleh benda, sehingga berat benda seolah-
olah berkurang. Peristiwa adanya gaya ke atas yang bekerja pada suatu
benda yang tercelup ke dalam air atau zat cair lainnya pertama kali
dijelaskan oleh seorang ahli matematika dan filsuf Yunani bernama
Archimedes (287-212 SM). Archimedes menyatakan bahwa:
“Sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam air
atau zat cair lain akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan
berat zat cair yang dipindahkannya.”
Pernyataan Archimedes ini dikenal sebagai Hukum Archimedes.
Secara sistematis hukum Archimedes dirumuskan sebagai berikut.

FA = Wb ……………………………………….(7)
Keterangan:
FA = gaya ke atas (N)
22

Wbf = berat zat cair yang dipindahkan (N)


Karena Wbf = mbf g dan mbf = ρf Vbf , maka
FA = ρf Vbf ..……………………………………(8)
Keterangan:
ρf = massa jenis fluida (zat cair) (kg/m3)
Vbf = volume zat cair yang dipindahkan (m3)
a) Tenggelam
Sebuah benda dikatakan tenggelam jika benda tersebut tercelup
seluruhnya dan berada di dasar suatu zat cair. Sebuah benda akan
tenggelam di dalam suatu zat cair jika berat benda (w) lebih besar
daripada gaya ke atas (FA). dengan kata lain, sebuah benda akan
tenggelam di suatu zat cair jika massa benda lebih besar dari massa jenis
zat cair dan volume benda sama dengan volume zat cair yang
dipindahkan (Vb = Vf), sehingga ketika benda tenggelam, berlaku
persamaan berikut.
W > FA …………………………….............(8)
mb g > mf g…………………………………(9)
ρb Vb g > ρf Vf g…………………………………(10)
ρb > ρf..………………………………..(11)
dengan:
mb = massa benda (kg)
mf = massa zat cair yang dipindahkan (kg)
Vb = Volume benda (m3)
Vf = Volume zat cair yang dipindahkan (m3)
ρb = massa jenis benda (kg/m3)
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3)
Benda tenggelam sebenarnya memiliki komponen gaya lain,
yaitu Gaya Normal yang arahnya berlawanan dengan arah Gaya Berat.
Maka berdasarkan Hukum Newton 1 berlaku:
F = 0
23

F+N–W=0
W=F+N

(Inilah yang mengakibatkan W > F)

b) Melayang
Sebuah benda dikatakan melayang jika benda tersebut tercelup
seluruhnya, tetapi tidak mencapai dasar dari zat cair tersebut. Suatu
benda akan melayang di dalam suatu zat air jika berat benda (w) sama
dengan gaya ke atas (FA). Jadi, dalam keadaan melayang, massa jenis
benda (ρb) sama dengan massa jenis zat cair (ρf) dan volume benda
sama dengan volume zat cair yang dipindahkan (Vb = Vf), sehingga
ketika benda melayang, berlaku persamaan berikut.
W = FA…………………..……………………………….(12)
mb g = mf g………………………………………….…...(13)
ρb Vb g = ρf Vf g…..……………………………………(14)
ρb = ρ……..……………………………………………...(15)
c) Terapung
Sebuah benda dikatakan terapung jika benda tersebut tercelup
sebagian di dalam zat cair. Dalam keadaan terapung, volume benda
yang tercelup dalam zat cair lebih kecil daripada volume benda (Vf <
Vb). Pada kasus benda tercelup, berat benda (w) sama dengan gaya ke
atasnya (FA). Sehingga, dalam keadaan terapung, massa jenis benda
(ρb) lebih kecil daripada massa jenis zat cair (ρf).
Oleh karena itu, dalam keadaan ini berlaku persamaan berikut.

W = FA
mb g = mf g
ρb Vb g = ρf Vf g ρb < ρf…………………… (16)

ρb = ρf Karena Vf < Vb, maka


24

4) Tegangan Permukaan Zat Cair


Tegangan permukaan didefinisikan sebagai besar gaya yang dialami
pada permukaan zat cair per satuan panjang. Berdasarkan definisi tersebut,
maka persamaan tegangan permukaan dapat dituliskan sebagai berikut:

γ= ……………………………………………(17)

Keterangan:
γ = tegangan permukaan (N/m)
F = gaya (N)
l = panjang (m)
25

A. Waktu Dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun ajaran 2019-2020 dengan


menyesuaikan jam pelajaran Fisika di kelas X di SMA N 1 Air Saleh. Penelitian
ini dilaksanakan di SMA N1 Air Saleh yang berlokasi di Desa saleh mukti,
kecamatan air saleh, abupaten bayuasin.

B. Jenis Dan Desain Penelittian


Jenis penelitian yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dimana data yang digunakan berbentuk angka. Dan desain penelitian yang
digunakan Pre-test and post test Group. Dalam penelitian ini observasi yang
dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan sesudah eksprimen
(Arikunto, 2013: 124). Adapun pola dari desain Pre-test and post test ini adalah
sebagai berikut
O1 X O2

(Arikunto, 2013)
Keterangan : O1: Pre-Test sebelum eksperimen
O2 : Post-Test sesudah penelitian
X : Treatmen Perlakuan

C. Definisi Operasional Varibel


Istilah-istilah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Model Inkuiri
Terbimbing, Minat dan Hasil Belajar Siwa. Agar tidak terjadi perbedaan persepsi
mengenai definisi operasional variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini,
maka akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Model inuiri terbimbing
Menurut Meidawati (2014) model pembelajaran inkuiri terbimbing
merupakan model pembelajaran yang diorganisasikan lebih terstruktur,
dimana guru mengendalikan keseluruhan proses interaksi dan menjelaskan
prosedur penelitian yang harus dilakukan oleh siswa.
26

2. Min at belajar
Minat adalah suatu rasa lebih ska dan rasa ketertarikan pada suatu hal
atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh (andi dalam buku. slameto,
2003:180). Minat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
kecendeungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.

Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk


melakukan apa yang mereka inginkan bila mereka bebas memilih (setiawan
dalam buku Hurlock, 2005 : 114) Menurut Hurlock (2005: 117) metode untuk
menemukan minat anak terhadap sesuatu adalah sebagai berikut:

1) Pengamatan kegiatan
Dengan mengamati mainan anak dan benda-benda yang mereka
beli, kumpulkan atau gunakan dalam aktifitas yang ada unsure
spontanitas, kita dapat memperoleh petunjuk minat mereka.
2) Pertanyaan
Bila anak terus-menerus bertanya mengenai sesuatu, minatnya hal
tersebut lebih besar daripada minatnya pada hal yang hanya sekali kali
ditanyakan.
3) Pokok pembicaraan
Apa yang dibicarakan anak dengan orang dewasa atau teman
sebaya memberi petunjuk mengenai minat mereka dan seberapa kuatnya
minat tersebut.
4) Membaca
Bila anak bebas memilih buku untuk dibaca atau dibacakan, anak
anak memilih membahas topik yang menarik minatnya.
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat
sekali. Jika seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan
akan cenderung untuk memperhatikan pelajaran tersebut. Dan begitu pula
sebaliknya, jika siswa tidak minat terhadap pelajaran tersebut, maka siswa
27

tersebut cenderung tidak memperhatikan pelajaran tersebut. Jika hal ini


terjadi pada peserta didik maka, tentu akan mempengaruhi hasil belajarnya
3. Hasil belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang di peroleh
pembelajar setelah melakukan aktifitas belajar (Anni, 2006: 4). Perilaku
manusia terdiri darisejumlah aspek. Berdasarkan taksonomi Bloom hasil
belajar peserta didik dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah yaitu: 1) Ranah
Kognitif; 2) Ranah Afektif; 3) Ranah Psikomotorik (Arikunto, 2007: 117).
Karena terbatasnya waktu penelitian, dalam penelitian ini hasil belajar
yang diteliti adalah hasil belajar ranah kognitif. Oleh karena itu maka penulis
hanya mengkaji tentang hasil belajar ranah kognitif.Ranah kognitif oleh
Bloom dibedakan dalam 6 kategori yaitu:

1). Pengetahuan

Adalah kemampuan untuk mengingat kembali atau mengenal kembali


apa saja yang telah dipelajari.

2) Pemahaman
Adalah kemampuan mental untuk menjelaskan informasi yang telah
diketahui dengan bahasanya sendiri.
3) Penerapan
Adalah kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang
dimiliki dalam konteks atau situasi yang baru.
4) Analisis
Adalah kemampuan untuk menguraikan suatu fakta, konsep, pendapat,
asumsi dan semacamnya atas elemen-elemen yang ada sehingga dapat
menentukan hubungan masing-masing elemen.
5) Sintesis
Adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen ke
dalam suatukesatuan atau struktur.
28

6) Evaluasi
Adalah kemampuan untuk mengkombinasikan elemen-elemen ke
dalam suatu kesatuan atau struktur.
Adapun menurut Sudjana (2010), hasil belajar adalah kemampuan
yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar
tampak terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati
dan diukur melalui perubahan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut
dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya. Selanjutnya Arikunto (2010)
mengemukakan bahwa, “Hasil belajar secara garis besar dibagi atas tiga
kategori yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku dari sesorang yang dapat dilihat dari beberapa aspek
penilaianyang ada.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi merupakan kesulurahan subjek penelitian, baik itu siswa
,atau pun suatu yang di teliti dalam penelitian tersebut, bila seorang peneliti
ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian. Menurut
Sugiono (2016:117), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
abyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA N 1 Air Saleh
2. Sampel
Sampel merupakan sebagia atau yang mewakili populasi dari
penelitian yang di ambil. Menurut Sugiono (2016:117), sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel
dalam penelitian ini adalah siswa/I kelas X yang diambil dengan
menggunakan Random Sampling yaitu pemilihan sampel yang dilakukan
29

dengan cara mengambil sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian yang sedang digunakan adalah jenis penelitian tindakan . ini
bertuhuan untu mewujudkan upaya memperbaiki pembelajaran yang dilaksanaan
dengan memberikan suatu tindakan yang dapat meningkatan minat dan hasil
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran fisika
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan yang
dikembangkan oleh Kusnandar (2009). Model yang dikembangkan oleh
Kusnandar didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan kelas terdiri
dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah, yaitu perencanaan
(planning), Pelaksanaan tindakan (acting), observasi (pengamatan) dan evaluasi,
dan analisis dan refleksi (reflecting).
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian mengenai
Peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMA N 1 Air Saleh
adalah:

a. Observasi
Observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu Teknik
pengumpulan data apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan
dicatat secara sistematis, serta dapat dikontrol keandalan dan kesahihannya
(Adib, 2016:37).
Observasi ini digunakan untuk melihat aktivitas belajar siswa sehingga
dapat diketahui proses pelajaran yang terjadi. Observasi aktivitas belajar
siswa dapat dilihat dari proses pembelajaran yang meliputi siswa
memperhatikan penjelasan guru, megerjakan LKS, siswa terlibat dalam
diskusi kelompok siswa mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, serta
siswa bertanya dan mencari informasi terkait materi tersebut.
30

b. Tes
Tes ini berupa tes tertulis yaitu dengan tes awal (pretest) adalah tes
yang dilakukan sebelum pelajaran diberikan kepada siswa dan tes akhir
(posttest) adalah tes yang dilakukan setelah siswa mendapatkan apa yang
telah diajarkan.
c. Kuisioner atau Angket
Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untu dijawab (Sugiyono, 2017: 199).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanyaan yang
terdiri dari 20 soal mengenai Hasil belajar siswa serta respon siswa terhadap
Model inkuiri terbimbing dengan metoe demonstrasi pada pembelajaran
Fisika.
G. Tenik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Teknik analisis data secara
kuantitatif yang dinamakan Analisis Deskriptif, yaitu analisis yang di sajikan
dalam bentuk angka dan persen, grafik, tabel nilai dispersi, nilain tendensi
sentral, SD dan varians. Analisis data ini dapat dilakukan melalui tahap berikut
ini :
a. Tes Kognitif
1. Analisis Data Instrument Tes
a) Uji Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Sugiyono (2008)
mengatakan bahwa tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas
tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat
31

mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tetap.Tinggi


rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang
terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang
dimaksud (Arikunto, 2010).
Sehubungan dengan penelitian ini, maka validitas tes yang
digunakan adalah validitas isi. Menurut Arikunto (2013) sebuah tes
dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.
Oleh karena itu materi yang yang diajarkan tertera dalam kurikulum.
Pada penelitian ini, penulis membuat kisi-kisi soal tes sesuai dengan
materi yang diberikan berdasarkan silabus SMA N 1 Air Saleh
b) Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu
soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dalam bentuk
indeks. Makin besar harga indeks kesukaran berarti soal itu semakin
mudah atau sebaliknya
Menghitung taraf kesukaran tes adalah mengukur berapa besar
kesukaran butir-butir soal tes, tingkat kesukaran soal dipandang dari
kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan
dilihat dari sudut guru sebagai pembuat soal. Soal yang baik adalah
soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang
terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha
memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan
menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai
semangat untuk mencoba mengerjakan (Arikunto, 2013).
Selanjutnya Arikunto (2013) mengatakan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kesukaran soal dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:

................................................(18)
32

Dimana :
= indeks kesukaran
= banyak siswa yang menjawab soal itu dengan betul
= jumlah seluruh siswa peserta tes
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering
diklasifikasikan sebagai berikut:
0,00< P ≤0,30 = soal sukar
0,31< P ≤ 0,70 = soal sedang
0,71< P ≤ 1,00 = soal mudah
Soal-soal yang dianggap baik yaitu soal-soal dengan kriteria
sedang, tetapi perlu diketahui bahwa tidak berarti soal-soal yang
terlalu mudah atau sukar sekali tidak boleh digunakan (Arikunto,
2010). Jadi soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal
dengan tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah. Dari hasil uji
coba soal yang telah dilaksanakan, dilakukan analisis tingkat
kesukaran butir soal dalam perangkat tes yang dapat dilihat pada
lampiran 28. Butir soal no. 23, 28, 29 memenuhi kriteria sedang,
butir soal no. 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18,
19, 20, 21, 22, 24, 25, 26, 27, 30, 31, 32, 33, 34, 35 dan 36 memenuhi
kriteria mudah.
33

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. 2014. The Effect of Inquiry Based Learning Method on Students Academic
Achievement in Science Course. Journal of Educational Research, 2(1): 37-
41.
Ambarsari, W.,Santosa, S.dan Maridi, M. 2013. Penerapan pembelajaran inkuiri ter
bimbing terhadap keterampilan proses sains dasar pada pelajaran biologi
siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta. Jurnal Pendidikan Biologi, vol
5(1):81-95.
Anni, T. C. 2006. Psikologi Belajar. Semarang: UNNES press.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT
RINEKA CIPTA.
Arikunto, S. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Proedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rhineka Cipta.

Arikunto, Suharsini. 2013. Prosedur Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

Astuti,Y Dan B. Setiawan. 2013 pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis
Pendeatan Inkuiri Terbimbing Dalam Pembelajaran Ooperatif Pada Materi
Kalor. Jurnal Pendidikan Ipa Indonesia.vol 2(1).88-92
Djamarah, S. B. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta. PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Kusnandar, 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Meidawati, Y. 2014. Pengaruh pendekatan pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap


peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SMP. Jurnal
Pendidikan dan Keguruan,Vol 1(2) :1-10
Nurcahyani, Isti. 2011. pengaruh Teknik Probing Terhadap Hasil Belajar Pesertas
Didik.Tangerang: Uin Syarif Hidayatullah
Sadeh,I And Zion, M.2009. Thr Development Of Dynamic, Inquiry Performance
Within An Open Inquirysetting : A Comparison To Guided Inquiry Setting.
Jurnal Of Research In Science Teching, Vol 46 (10) : 137-160
34

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka


Cipta.
sugiono. 2017. Metode Penelitian Pendidikan. Penerbit Alfabeta: Bandung.
Sudjana, N. 2010. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru
Algensindo
Suparno, P. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas
Sanata Dharma.
Suryosubroto, B. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Wenning, C. J. 2005a. Minimizing resistance to inquiry-oriented science
instruction: The importance of climate setting, Journal Physics Teacher
Education, 3(2),14-15. Online at
http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/minimizing_resistance.pdf
(diunduh pada tanggal 3 Septmber 2010).
Yasmiati. 2017. Penerapan Model Pembelajran Inkuiri Terbimbing Terhadap Hasil
Belajar Pada Materi Laju Reaksi. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, Vol
05(02) : 1-9.

Anda mungkin juga menyukai