Anda di halaman 1dari 72

KEPERAWATAN GERONTIK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP PADA LANSIA


DENGAN DIABETES MELITUS

OLEH:
KELOMPOK 3 / KELAS B12-B

A.A. ISTRI CAHYADININGRUM (193223107)


IDA AYU PUTU MIRAH ADI ANGGRAENI (193223123)
LUH PUTU NITA MELIANDARI (193223127)
LUH PUTU WIDYANTARI (193223129)
NI LUH GEDE ITA SUNARIATI (193223138)
NI LUH GEDE RIKA RAHAYU (193223139)
NLG YUPITA ASTRI SURYANDARI (193223140)
NI LUH PUTU ARI PUSPITARINI (193223141)
NI PUTU PRASTIWI FATMA SARI (193223150)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI
2020
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Laporan Pendahuluan dan Askep pada
Lansia dengan Diabetes”
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Oleh karena itu kami sangat menghargai bantuan
dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat,
buku dan sumber lainnya sehingga tugas ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu
melalui media ini kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna untuk menyempurnakan makalah ini.
“Om Santih, Santih, Santih Om”

Denpasar, 17 Maret 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover ..............................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit / Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus..................... 4
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Diabetes Melitus.................17
2.3 Askep Gerontik pada Ny. Ns dengan Diabetes Melitus.............................33
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.....................................................................................................67
3.2 Saran...........................................................................................................69
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................70

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis
paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih,
lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program
pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak
perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan.
( Beare, 2007).
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang 2 menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop electron
(Mansjoer, 2001).
Menurut WHO, Indonesia diperkirakan akan menempati peringkat 5
sedunia dengan jumlah penderita diabetes sebanyak 12,4 juta orang pada tahun
2025. Menurut penelitian Epidemiologi yang sampai saat ini dilaksanakan di
Indonesia kekerapan diabetes di Indonesia berkisar antara 1,4% sampai dengan 2
1,6%. Kecuali dua tempat yaitu Pekajangan, suatu desa didaerah Semarang 2,3%
dan di Manado 6% (Suyono, 2007).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya
seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya
lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi
berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa,
sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah,
2006). Umur secara kronologis hanya merupakan suatu determinan dari
perubahan yang berhubungan dengan penerapan terapi obat secara tepat pada
orang lanjut usia. Terjadi perubahan penting pada respon terhadap beberapa obat
yang terjadi seiring dengan bertambahnya umur pada sejumlah besar individu
(Katzung, 2004).

1
Diabetes Mellitus (DM) pada geriatri terjadi karena timbulnya resistensi
insulin pada usia lanjut yang disebabkan oleh 4 faktor : pertama adanya perubahan
komposisi tubuh, komposisi tubuh berubah menjadi air 53%, sel solid 12%, lemak
30%, sedangkan tulang dan mineral menurun 1% sehingga tinggal 5%. Faktor
yang kedua adalah turunnya aktivitas fisik yang akan mengakibatkan penurunan
jumlah reseptor insulin yang siap berikatan dengan insulin sehingga kecepatan
transkolasi GLUT-4 (glucosetransporter-4) juga menurun. Faktor ketiga adalah
perubahan pola makan pada usia lanjut yang disebabkan oleh berkurangnya gigi
geligi sehingga prosentase bahan makanan karbohidrat akan meningkat. Faktor
keempat adalah perubahan neurohormonal, khususnya Insulin Like Growth
Factor-1 (IGF-1) dan dehydroepandrosteron (DHtAS) plasma (Rochmah, 2006).
Prevalensi DM pada lanjut usia (geriatri) cenderung meningkat, hal ini
dikarenakan DM pada lanjut usia bersifat muktifaktorial yang dipengaruhi faktor
intrinsik dan ekstrinsik. Umur ternyata merupakan salah satu faktor yang bersifat
mandiri dalam pengaruhnya terhadap perubahan toleransi tubuh terhadap glukosa.
Dari jumlah tersebut dikatakan 50% adalah pasien berumur > 60 tahun
(Gustaviani, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini diantaranya:
1. Bagaimana konsep dasar penyakit pada pasien dengan Diabetes Melitus?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Diabetes
Melitus?
3. Bagaimana contoh aplikasi asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan umum
Tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk mengetahui konsep dasar
penyakit dan asuhan keperawatan pada pasien dengan Pneumonia.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini diantaranya:

2
a. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit pada pasien dengan Diabetes
Melitus
b. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan
Diabetes Melitus
c. Untuk mengetahui contoh aplikasi asuhan keperawatan pada pasien
Diabetes Melitus

1.4 Manfaat Penulisan


Dari penulian makalah ini diharapkan dapat menerapkan asuhan
keperawatan Gerontik pada klien dengan Diabetes Melitus sesuai dengan teori
yang didapat di bangku kuliah serta menambah wawasan dan memperluas
pengetahuan bagi penulis.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit / Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


A. PENGERTIAN
Diabetes Melitus adalah gangguan yang melibatkan metabolisme
karbohidrat primer dan ditandai dengan defisiensi (relatif/absolute) dari hormon
insulin. (Dona L. Wong, 2003).
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai dengan
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai
lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron.
(Mansjoer, Arif, 2002).
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang
ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner
dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolik kronis yang tidak dapat
disembuhkan tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan hiperglikemia
karena defisiensi insulin atau ketidakadekutan penggunaan insulin. (Engram ,
2005)

B. KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditentukan oleh National Diabetes Data Group of The
National Institutes of Health, sebagai berikut :
1. Diabetes Melitus tipe I atau IDDM ( Insulin Dependent Diabetes
Melitus ) atau tipe juvenile
Yaitu ditandai dengan kerusakan insulin dan ketergantungan pada
terapi insulin untuk mempertahankan hidup. Diabetes melitus tipe I juga
disebut juvenile onset, karena kebanyakan terjadi sebelum umur 20 tahun.

4
Pada tipe ini terjadi destruksi sel beta pankreas dan menjurus ke defisiensi
insulin absolut. Mereka cenderung mengalami komplikasi metabolik akut
berupa ketosis dan ketoasidosis.
2. Diabetes Melitus tipe II atau NIDDM ( Non Insulin Dependent
Diabetes melitus)
Dikenal dengan maturity concept, dimana tidak terjadi defisiensi
insulin secara absolut melainkan relatif oleh karena gangguan sekresi insulin
bersama resistensi insulin. Terjadi pada semua umur, lebih sering pada usia
dewasa dan ada kecenderungan familiar.
NIDDM dapat berhubungan dengan tingginya kadar insulin yang
beredar dalam darah namun tetap memiliki reseptor insulin dan fungsi post
reseptor yang tidak efektif.
3. Gestational Diabetes
Disebut juga DMG atau diabetes melitus gestational. Yaitu
intoleransi glukosa yang timbul selama kehamilan, dimana meningkatnya
hormon – hormon pertumbuhan dan meningkatkan suplai asam amino dan
glukosa pada janin yang mengurangi keefektifitasan insulin.
4. Intoleransi glukosa
Berhubungan dengan keadaan atau sindroma tertentu., yaitu
hiperglikemi yang terjadi karena penyakit lain. Penyakit pankreas, obat –
obatan, dan bahan kimia. Kelainan reseptor insulin dan sindrome genetik
tertentu. Umumnya obat – obatan yang mencetuskan terjadinya
hiperglikemia antara lain : diuretik furosemid ( lasik ), dan thiazide,
glukotikoid, epinefrin, dilantin, dan asam nikotinat ( Long, 2006 ).

C. ETIOLOGI
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada
individu yang memiliki tipe antigen HLA.

5
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

D. PATOFISIOLOGI
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon
insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi
glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal
tidak dapat menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah
adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa
menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan
sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine
yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang
dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler,
hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport
glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan

6
karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk
melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga
menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang
dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan
keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu
banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,
akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan.
Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut
koma diabetik (Price,2006).
Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel yang digunakan sebagai bahan bakar. Insulin
adalah suatu zat atau hormon yang dihasilkan oleh sel beta di pankreas. Bila
insulin tidak ada maka glukosa tidak dapat masuk sel dengan akibat glukosa akan
tetap berada di pembuluh darah yang artinya kadar glukosa di dalam darah
meningkat.
Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. Pasien diabetes tipe ini mewarisi kerentanan genetik yang merupakan
predisposisi untuk kerusakan autoimun sel beta pankreas.
Pada diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada lansia, jumlah
insulin normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel sedikit dan glukosa
dalam darah menjadi meningkat.

7
Pathway

Proses menua / Life Style yang buruk (junk food,


minim olahraga, konsumsi alkohol,
dll)

Fungsi Fungsi
pengecap pankreas
menurun

Konsumsi Menurunnya
gula kualitas dan
berlebih kuantits insulin

Hiperglikemi
(DM)

Glukosa Komplikasi Konsumsi


intra sel vaskuler gula
menurun berlebih

Glukoneog Proses M M Osmotik


enesis pembuatan ik a diuresis
meningkat ATP/energi r kr
terganggu

Cad Basa Kelem re nef Kekuranga


ang keton ahan/ tin ro n Volume
an meni Cairan
ne - Paratesia
lem
ur (kesemutan,
ak R
PK : rasa
BB e terbakar)
ketoasidosi
me s PK - Semibilitas
s diabetik
nu GG nyeri
- Suhu
Gangguan Gang menurun
nutrisi : kurang guan
dari kebutuhan Integ
tubuh ritas
Resiko ekstremitas
gangren

8
E. MANIFESTASI KLINIK
1. Gejala klasik pada DM adalah :
a. Poliuri ( banyak buang air kecil ), frekuensi buang air kecil
meningkat termasuk pada malam hari.
b. Polidipsi ( banyak minum ), rasa haus meningkat.
c. Polifagi ( banyak makan ), rasa lapar meningkat.
2. Gejala lain yang dirasakan penderita
a. Kelemahan atau rasa lemah sepanjang hari.
b. Keletihan.
c. Penglihatan atau pandangan kabur.
d. Pada keadaan ketoasidosis akan menyebabkan mual, muntah dan
penurunan kesadaran.
3. Tanda yang bisa diamati pada penderita DM adalah :
a. Kehilangan berat badan.
b. Luka, goresan lama sembuh.
c. Kaki kesemutan, mati rasa.
d. Infeksi kulit.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronik. (Smeltzer, 2002)
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka
pendek dari glukosa darah.
a. Diabetik Ketoasedosis ( DKA )
Ketoasedosis diabatik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari
suatu perjalananpenyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis
disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata.
b. Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)
Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi
oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat

9
kesadaran. Salah satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak
terdapatnya ketosis dan asidosis pada KHHN.
c. Hypoglikemia
Hypoglikemia ( Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi
aklau kadar glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl.
Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian preparat insulin atau preparat
oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit.
2. Komplikasi kronik
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan.
a. Mikrovaskuler
1) Penyakit Ginjal
Salah satu akibat utama dari perubahan – perubahan mikrovaskuler
adalah perubahan pada struktural dan fungsi ginjal. Bila kadar glukosa
darah meningkat, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami
stress yang menyebabkan kebocoran protein darah dalam urin.
2) Penyakit Mata (Katarak)
Penderita Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai
kebutaan. Keluhan penglihan kabur tidak selalui disebabkan
retinopati. Katarak disebabkan karena hiperglikemia yang
berkepanjanganyang menyebabkan pembengkakan lensa dan
kerusakan lensa.
3) Neuropati
Diabetes dapat mempengaruhi saraf - saraf perifer, sistem saraf
otonom, Medsulla spinalis, atau sistem saraf pusat. Akumulasi sorbital
dan perubahan – perubahan metabolik lain dalam sintesa atau funsi
myelin yang dikaitkan dengan hiperglikemia dapat menimbulkan
perubahan kondisi saraf.
b. Makrovaskuler
1) Penyakit Jantung Koroner
Akibat kelainan fungsi pada jantung akibat diabetes melitus maka
terjadi penurunan kerja jantung untuk memompakan darahnya
keseluruh tubuh sehingga tekanan darah akan naik atau hipertensi.

10
Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan
mengerasnya arteri (arteriosclerosis), dengan resiko penderita
penyakit jantung koroner atau stroke
2) Pembuluh darah kaki
Timbul karena adanya anesthesia fungsi saraf – saraf sensorik,
keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan tidak
terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren. Infeksi dimulai dari
celah – celah kulit yang mengalami hipertropi, pada sel –sel kuku
yang tertanam pada bagian kaki, bagia kulit kaki yang menebal, dan
kalus, demikian juga pada daerah – daerah yang tekena trauma.
Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:
a) Grade 0 : tidak ada luka
b) Grade I  : kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit
c) Grade II  : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang
d) Grade III  : terjadi abses
e) Grade IV  : gangren pada kaki bagian distal
f) Grade V  : gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah
distal
3) Pembuluh darah otak
Pada pembuluh darah otak dapat terjadi penyumbatan sehingga suplai
darah keotak menurun.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Doengoes, dkk. (2003) pemeriksaan penunjang yang perlu
dilakukan pada penderita penyakit diabetes mellitus antara lain :
1. Pemeriksaan darah, yang meliputi:
a. Glukosa darah biasanya meningkat antara
100-200 mg/dl atau lebih. Nilai normalnya: GDP 70-100 mg/dl. GD 2
JPP < 140 mg/dl.
b. Aseton plasma atau keton, positif secara
mencolok. Normalnya nagatif.

11
c. Asam lemak bebas. Kadar lipid dan
kolesterol meningkat. Nilai normalnya : 450-1000 mg /100ml.
d. Osmolalitas serum meningkat, tetapi biasnya
kurang dari 330 mOsm/lt. Nilai normalnya 500-850 mOsm/lt.
e. Elektrolit
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun. (Normal :
135-145 mEq/lt).
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun. (Normal: 3,5-5,0 mEq/lt).
Fosfor : Lebih sering menurun. (Normal 1,7-2,6 mEq/lt).
f. Hemoglobin glikosilat, kadarnya meningkat
2-4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol DM yang kurang
selama 4 bulan terakhir. (Normal : P 13-18 gr/dl ; W 12-16 gr/dl ).
g. Gas darah arteri, biasanya menunjukkan pH
rendah dan penurunan pada HCO3 ( asidosis metabolik ) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik. (Normal : pH 7,25-7,45).
h. Trombosit darah, Ht mungkin meningkat
(dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap
stress atau infeksi. (Normal : 150-400 ribu/lt).
i. Ureum/kreatinin mungkin meningkat atau
normal (dehidrasi/ penurunan fungsi ginjal). Nilai normalnya : 110-150
mg/mnt.
j. Amilase darah mungkin meningkat, yang
mengindikasikan adanya pankreatitis akut sebagai penyebab dari diabetes
ketoasidosis (DKA). (Normal : 80-180 unit/100ml)
k. Insulin darah mungkin menurun / bahkan
sampai tidak ada (tipe I) atau normal sampai tinggi (tipe II) yang
mengindikasikan insufisiensi insulin dalam penggunaannya (endogen
atau eksogen ).
l. Pemeriksaan fungsi tiroid. Peningkatan
aktivitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan
akan insulin.

12
2. Pemeriksaan urin, yang meliputi :
a. Urin
Gula dan aseton positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
Normal : Bj : 1,003-1,030

b. Kultur dan sensitivitas


Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih, infeksi pernapasan dan
infeksi pada luka.

H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler
serta neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar
glukosa darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan
series pada pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1) Jumlah sesuai kebutuhan
2) Jadwal diet ketat
3) Jenis: boleh dimakan/tidak
c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.
1) Diit DM I : 1100 kalori

13
2) Diit DM II : 1300 kalori
3) Diit DM III : 1500 kalori
4) Diit DM IV : 1700 kalori
5) Diit DM V : 1900 kalori
6) Diit DM VI : 2100 kalori
7) Diit DM VII : 2300 kalori
8) Diit DM VIII : 2500 kalori
Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,
atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti
pedoman 3 J yaitu:
JI : Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah.
J II : Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.
J III : Jenis makanan yang manis harus dihindari
Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan
oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung
Percentage of relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan
rumus:
BB (Kg)
BBR = X 100 %
TB (cm) – 100
Kurus (underweight)
1) Kurus (underweight) : BBR < 90 %
2) Normal (ideal) : BBR 90 – 110 %
3) Gemuk (overweight) : BBR > 110 %
4) Obesitas, apabila : BBR > 120 %
a) Obesitas ringan : BBR 120 – 130 %
b) Obesitas sedang : BBR 130 – 140 %
c) Obesitas berat : BBR 140 – 200 %

14
d) Morbid : BBR > 200 %
Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk
penderita DM yang bekerja biasa adalah:
a. Kurus : BB X 40 – 60 kalori sehari
b. Normal : BB X 30 kalori sehari
c. Gemuk : BB X 20 kalori sehari
d. Obesitas : BB X 10-15 kalori sehari
2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan
setiap 1 ½ jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten
pada penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor
insulin dan meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena
pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.
3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan
salah satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui
bermacam-macam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset
video, diskusi kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
 Mekanisme kerja sulfanilurea
1) Kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
2) Kerja OAD tingkat reseptor
 Mekanisme kerja Biguanida

15
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
1) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
a) Menghambat absorpsi karbohidrat
b) Menghambat glukoneogenesis di hati
c) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin
2) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin
3) Biguanida pada tingkat pascareseptor : mempunyai efek
intraseluler
b. Insulin
1) Indikasi penggunaan insulin
a) DM tipe I
b) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat
dengan OAD
c) DM kehamilan
d) DM dan gangguan faal hati yang berat
e) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
f) DM dan TBC paru akut
g) DM dan koma lain pada DM
h) DM operasi
i) DM patah tulang
j) DM dan underweight
k) DM dan penyakit Graves
2) Beberapa cara pemberian insulin
a) Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan
tergantung pada beberapa factor antara lain:
(1) Lokasi suntikan
Ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yaitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)

16
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
(2) Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam
waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan
otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah
suntikan.
(3) Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
(4) Suhu
Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan
mempercepat absorpsi insulin.
(5) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.
Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya
daripada subcutan.
(6) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 – 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan
dari u –100 ke u – 10 maka efek insulin dipercepat.
b) Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau
pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.
Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi
koma diabetik.
5. Cangkok pancreas
Pendekatan terbaru untuk cangkok pancreas adalah segmental dari donor
hidup saudara kembar identik (Tjokroprawiro, 2005).

17
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pasien dengan Diabetes Melitus
A. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi identitasnya, yang
meliputi: nama, jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama,
tanggal pengkajian.
2. Keluhan Utama
Sering menjadi alasaan klein untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kaki kesemutan, mati rasa, kelelahan/keletihan, penglihatan yang mulai
kabur.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Gejala dan keluhan yang sering dialami pasien saat ini. Kemungkinan
pasien merasa kesemutan pada kakinya dan sudah mati rasa namun pasien
tidak menyadari.
4. Riwayat Penyakit Masa lalu
Perjalanan penyakit yang dialami pasien dari awal terdiagnosa diabetes
melitus. Pernah atau tidaknya pasien dirawat di RS karena keluhan yang
dirasakan.
5. Genogram
Keturunan pasien dalam keluarga dan anggota keluarga yang tinggal
bersama pasien.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit diabetes pada keluarga
7. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan yang pernah dijalani oleh pasien.
8. Riwayat Lingkungan Hidup
Pasien selama hidupnya tinggal bersama siapa dan keadaan di dalam rumah
pasien.
9. Riwayat Rekreasi
Kegiatan yang dilakukan pasien untuk menghibur dan menghilangkan
stress.

18
10. Sistem Pendukung
Sistem pendukung yang menjadi sumber kehidupan bagi pasien.
11. Spiritual/Kultural
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan terhadap
klien dalam upaya pelaksanaan ibadah dan persepsi individu tentang arti
kehidupan.
12. Keyakinan Tentang Kesehatan
Persepsi pasien terhadap penyakit yang dialami.
13. Pola Fungsi Gordon
a. Persepsi Kesehatan – Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga mengenai penyakit yang
dialami pasien.
b. Pola Aktivitas/Latihan
Gejala : Kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas.
c. Pola Nutrisi Metabolik
Gejala : Biasanya pasien mengalami peningkatan nafsu makan,
pasien dengan diabetes melitus biasanya merasa cepat lapar tetapi
mengalami penurunan berat bada atau disebut dengan poliphagi.
d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien yang mengalami diabetes melitus mengalami masalah
pada sistem perkemihannya yaitu sering buang air kecil atau disebut
poliuri..
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman, daya
ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab pertanyaan.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur karena sesak napas sering terjadi.

19
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Persepsi pasien mengenai sakit yang dialami. Menjelaskan konsep diri
dan persepsi diri misalnya body image, body comfort.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan sesudah
sakit.Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau perubahan
kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Manajemen Koping Stress
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan, rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan agama
yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan ini
diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.
14. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
b. Tingkat Kesadaran : Compos mentis, apatis, delirium, somnolen, coma
c. GCS : E4 : V5 :M6
d. Tanda-tanda Vital : Tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu pasien
e. Antropometri
1) Tinggi Badan :
Pada pria: 64,19 – (0,04 x usia dalam tahun) + (2,02 x tinggi lutut
(cm))
Pada wanita: 84,88- (0,24 x usia dalam tahun) + (1,83 x tinggi lutut
(cm))
2) Berat Badan
BB
IMT = 2
(TB) dalam meter
f. Pemeriksaan Head to Toe
15. Pengkajian Instrument Geriatric

20
a. Fungsional Bartel
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = tidak ada
(Feeding) 1 = perlu bantuan untuk
memotong dll
2 = mandiri
2 Mandi 0 = tergantung orang
(Bathting) lain
1 = mandiri
3 Perawatan Diri 0 = perlu bantuan
(Grooming) 1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung
(Dressing) 1 = sebagian dibantu
2 = mandiri
5 Buang Air Kecil 0 = tidak bisa
(Bowel) mengontrol (perlu
dikateter dan tidak dapat
mengatur)
1 = BAK kadang-
kadang (sekali/24 jam)
2 = terkontrol penuh
(lebih dari 7 hari)
6 Buang Air Besar 0 = inkontinensia (perlu
(Bladder) enema)
1 = kadang
inkontinensia (sekali
seminggu)
2 = terkontrol penuh
7 Penggunaan Toilet 0 = tergantung bantuan
orang lain
1 = perlu bantuan tetapi
dapat melakukan
sesuatu sendiri

21
2 = mandiri
8 Berpindah 0 = tidak dapat
(Tidur atau duduk) 1 = butuh bantuan (2
orang)
2 = dapat duduk dengan
sedikit
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = tidak bergerak/tidak
mampu
1 = mandiri dengan
kursi
2 = berjalan dengan
bantuan
3 = mandiri
10 Naik Turun Tangga 0 = tidak mampu
1 = perlu bantuan
2 = mandiri
Interpretasi Hasil :
20 : Mandiri
12 - 19 : Ketergantungan Ringan
9 – 11 : Ketergantungan Sedang
5 –8 : Ketergantungan Berat
0–4 : Ketergantungan

b. Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)


Benar Salah Nomor Pertanyaan
1 Tanggal berapa hari ini?
2 Hari apa sekarang?
3 Apa nama tempat ini?
4 Dimana alamat anda?
5 Berapa alamat anda?
6 Kapan anda lahir?
7 Siapa presiden Indonesia?
8 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?

22
9 Siapa nama ibu anda?
10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
semua secara menurun
Jumah
Interpretasi:
Salah 0 – 3 : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8 : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10 : Fungsi intelektual kerusakan berat

c. Mini Mental State Exam (MMSE)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 Menyebutkan dengan benar
 Tahun
 Musim
 Tanggal
 Hari
 Bulan
2 Orientasi 5 Dimana sekarang kita berada?
Registrasi 3  Negara
 Provinsi
 Kabupaten
Sebutkan 3 nama objek (kursi, meja, kertas) kemudian
ditanyakan kepada klien, menjawab
1. Kursi
2. Meja
3. Kertas
3 Perhatian 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100, kemudian
dan dikurangi 7 sampai 5 tingkat
Kalkulasi 1. 100, 93, .., ..., ...
4 Mengingat 3 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada poin 2:
1. Kursi

23
2. Meja
3. Kertas
5 Bahasa 9 Menanyakan kepada klien tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
1. Jendela
2. Jam dinding
Meminta klien untuk mengulangi kata berikut “tak ada
jika, dan, atau, tetapi”
Klien menjawab -, dan, atau, tetapi
Minta klien untuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah
Ambil ballpoint di tangan anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
1. Ambil bolpen
2. Ambil kertas
3. –
Perintahkan klien untuk hal berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
1. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk menulis atau kalimat dan
menyalin gambar
Total 30

Skor:
Nilai 24 – 30 : Normal
Nilai 17 – 23 : Probable gangguan kognitif
Nilai 0 – 16 : Defisit gangguan kognitif

d. Pengkajian Risiko Jatuh


No Risiko Skala Hasil
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami demensia) 3
4 Nokturia/Inkontinen 3

24
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang mengalamidelirium/Acute 2
confusional state)
6 Kelemahan umum 2
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, antipsikotik,laksatif, 2
vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat hipoglikemik,antidepresan,
neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2
9 Osteoporosis 1
10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1
Jumlah
Tingkat risiko
Risiko rendah bila skor 1 – 3 : Lakukan intervensi risiko rendah
Risiko tinggi bila skor ≥ 4 : Lakukan intervensu risiko tinggi

e. Pengkajian Depresi (GDS)


Pilihlah jawaban yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan Anda
selama dua minggu terakhir.

25
No Pertanyaan Skor
1 Apakah anda pada dasarnya puas dengan kehidupan anda? YA TIDAK
2 Apakah anda sudah meninggalkan banyak kegiatan dan minat YA TIDAK
/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kehidupan anda hampa? YA TIDAK
4 Apakah anda sering merasa bosan? YA TIDAK
5 Apakah anda mempunyai semangat baik setiap saat? YA TIDAK
6 Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada anda? YA TIDAK
7 Apakah anda merasa bahagia pada sebagian besar hidup anda? YA TIDAK
8 Apakah anda sering merasa tidak berdaya? YA TIDAK
9 Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi ke luar YA TIDAK
dan mengerjakan sesuatu hal yang baru?
10 Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan daya YA TIDAK
ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
11 Apakah anda pikir hidup anda sekarang ini menyenangkan? YA TIDAK
12 Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan anda saat YA TIDAK
kini?
13 Apakah anda merasa penuh semangat? YA TIDAK
14 Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? YA TIDAK
15 Apakah anda pikir bahwa orang lain lebih baik keadaannya dari YA TIDAK
anda?
TOTAL
SKOR
Panduan pengisian instrumen GDS
1) Jelaskan pada pasien bahwa pemeriksa akan menanyakan
keadaanperasaannya dalam dua minggu terakhir, tidak ada jawaban
benar salah, jawablah ya atau tidak sesuai dengan perasaan yang
paling tepat akhir-akhir ini.
2) Bacakan pertanyaan nomor 1 – 15 sesuai dengan kalimat yang tertulis,
tunggu jawaban pasien. Jika jawaban kurang jelas, tegaskan lagi
apakah pasien ingin menjawab ya atau tidak. Beri tanda (lingkari)
jawaban pasientersebut.
3) Setelah semua pertanyaan dijawab, hitunglah jumlah jawaban
yangbercetak tebal. Setiap jawaban (ya/tidak) yang bercetak tebal
diberi nilai satu(1).
4) Jumlah skor diantara 5-9 menunjukkan kemungkinan besar ada

26
gangguandepresi.
5) Jumlah skor 10 atau lebih menunjukkan ada gangguan depresi

16. Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan glukosa darah biasanya


meningkat antara 100-200 mg/dl atau lebih. Nilai normalnya: GDP 70-100
mg/dl. GD 2 JPP < 140 mg/dl.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah peningkatan metabolisme protein,
lemak.
2. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang menurun.
3. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan.
4. Risiko berat badan lebih berhubungan dengan peningkatan nafsu makan.

27
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
1 Ketidakstabilan LuaranUtama: Intervensi utama : Intervensi utama :
kadar glukosa Kestabilan Kadar Manajemen Manajemen
darah GlukosaDarah hiperglikemia hiperglikemia
Setelah dilakukan asuhan Observasi : Observasi :
keperawatan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
diharapkankestabilan kemungkinan kemungkinan
kadar glukosa penyebab penyebab
darahmeningkat dengan hiperglikemia hiperglikemia
kriteria hasil: 2. Monitor kadar gula 2. Untuk memantau
1. Pusing menurun darah kadar gula darah
2. Lelah/lesu menurun 3. Monitor tanda dan 3. Untuk memantau
3. Keluhan lapar gejala hiperglikemia tanda dan gejala
menurun 4. Monitor intake dan hiperglikemia
4. Rasa haus menurun output cairan 4. Untuk memantau
5. Kadar glukosa darah intake dan output
membaik cairan
6. Kadar glukosa dalam Terapeutik :
urin membaik 1. Berikan asupan cairan Terapeutik :
oral 1. Untuk memantau
2. Konsultasi dengan intake dan output
medis jika tanda dan cairan
gejala hiperglikemia 2. Untuk menangani
tetap ada atau jika tanda dan gejala
memburuk hiperglikemia tetap
Edukasi : ada atau memburuk
1. Anjurkan monitor Edukasi :
kadar gula darah 1. Untukmengajarkan
secara mandiri pasienmemonitor
2. Ajarkan pengelolaan kadar gula darah
diabetes secara mandiri

28
Kolaborasi : 2. Untuk mengajarkan
1. Kolaborasi pasiendalam
pemberian insulin pengelolaan
jika perlu diabetes
Kolaborasi :
1. U
ntuk menstabilkan
kadar glukosa darah
2 Keletihan LuaranUtama : Intervensi utama : Intervensi utama :
Tingkat Keletihan Manajemen Energi Manajemen Energi
Setelah dilakukan asuhan Observasi Observasi
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi gangguan 1. Untuk mengkaji
tingkat keletihan fungsi tubuh yang gangguan pada
menurun dengan kriteria mengakibatkan fungsi tubuh
hasil : kelelahan 2. Untuk mengetahui
1. Verbalisasi kepulihan 2. Monitor kelelahan fisik tingkat keletihan
tenaga meningkat dan emosional 3. Untuk
2. Kemampuan 3. Monitor lokasi meminimalkan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama ketidaknyamaanan
rutin meningkat melakukan aktivitas pasien
3. Motivasi meningkat Terapeutik Terapeutik
4. Sakit kepala menurun 1. Sediakan lingkungan 1. Mengurangi
yang nyaman keletihan pasien
2. Lakukan latiham 2. Meningkatkan
ROM aktif dan pasif kemampuan
3. Berikan latihan aktivitas fisik yang
distraksi yang bertahap
menenangkan 3. Membuat pasien
Edukasi merasa tenang
1. Anjurkan tirah baring Edukasi
2. Anjurkan melakukan 1. Memberi waktu
aktivitas secara untuk beristirhat
bertahap mengembalikan

29
Kolaborasi energi
1. Kolaborasi dengan ahli 2. Menningkatkan
gizi tentang cara kepulihan tenaga
meningkatkan asupan secara bertahap
makanan Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan
ahli gizi
3 Risiko cidera LuaranUtama: Tingkat Intervensi utama : Intervensi utama :
Cidera Manajemen Keselamatan Manajemen
Setelah dilakukan asuhan Lingkungan Keselamatan
keperawatan Observasi : Lingkungan
diharapkann 1. Identifikasi kebutuhan Observasi :
tingkatcideramenurunde keselamatan 1. Mengetahui cidera
ngan kriteria hasil: 2. Monitor status yang mungkin
1. Kejadiancideramenur keselamatan terjadi
un lingkungan 2. Mengetahui situasi
2. Gangguan mobilitas Terapeutik : lingkungan sekitar
menurun 1. Hilangkan bahaya pasien
3. Tanda-tanda vital keselamatan lingkungan Terapeutik :
membaik 2. Modifikasi lingkungan 1. Untuk memberikan
untuk meminimalkan posisi nyaman bagi
bahaya dan risiko pasien
3. Sediakan alat bantu 2. Meminimalkan
keamanan lingkungan risiko cidera
Edukasi : 3. Memberi alat bantu
1. Ajarkan individu dan mencegah cidera
keluarga risiko tinggi Edukasi :
bahaya lingkungan 1. Meningkatkan
pengetahuan pada
individu dan
keluarga tentang
cidera yang
mungkin terjadi

30
Risiko berat Luaran Utama: Berat Intervensi utama : Intervensi utama :
badan lebih Badan Edukasi Diet Edukasi Diet
Setelah dilakukan asuhan Observasi : Observasi :
keperawatan diharapkan 1. Identifikasi 1. Untuk mengetahui
beratbadanmembaikdeng kemampuan keluarga kemampuan
an kriteria hasil: dan pasien menerima keluarga dan pasien
1. Be informasi menerima informasi
ratbadanmembaik 2. Identifikasi tingkat 2. Untuk mengetahui
2. In pengetahuan saat ini tingkat pengetahuan
deks masa 3. Identifikasi kebiasaan pasiensaat ini
tubuhmembaik pola makan saat ini 3. Untuk mengetahui
dan masa lalu kebiasaan pola
4. Identifikasi makan saat ini dan
keterbatasan finansial masa lalu
untuk menyediakan 4. Untuk mengetahui
makanan keterbatasan
Terapeutik : finansial untuk
1. Persiapkan materi, menyediakan
alat peraga dan media makanan
2. Sediakan rencana Terapeutik :
makan tertulis 1. untukmempermudahd
3. Beri kesempatan alampenyampaianmat
pasien dan keluarga eri
bertanya 2. agar
Edukasi : kegiatanterstrukturses
1. Jelaskan tujuan uairencana makan
kepatuhan diet tertulis
terhadap kesehatan 3. untukmengetahuisejau
2. Informasikan h mana
makanan yang pemahamanpasien
diperbolehkan dan Edukasi :
dilarang 1. Agar pasien

31
3. Ajarkan cara mengetahui
merencanakan kepatuhan diet
makanan sesuai terhadap kesehatan
program 2. Agar pasien
mengetahui
makanan yang
Kolaborasi : diperbolehkan dan
1. Rujuk ke ahli gizi dilarang
dan sertakan keluarga 3. Agar pasien
mengetahui
merencanakan
makanan sesuai
program
Kolaborasi :
1. Untuk
mendapatkan
penangan
pemahaman terkait
diet pasien

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam implementasi juga meliputi pengumpulan
data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan
tindakan, serta menilai data yang baru. Pada proses keperawatan, implementasi
adalah fase ketika perawat mengimplementasikan intervensi keperawatan.
Berdasarkan terminologi Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
implementasi terdiri atas melakukan dan mendokumentasikan tindakan yang
merupakan tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk melaksanakan
intervensi (atau program keperawatan). Perawat melaksanakan atau
mendelegasikan tindakan keperawatan untuk intervensi yang disusun dalam tahap
perencanaan dan kemudian mengakhiri tahap implementasi dengan mencatat

32
tindakan keperawatan dan respons klien terhadap tindakan tersebut (Kozier,
2010).

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah fase kelima dan fase terakhir proses keperawatan. Dalam
konteks ini, evaluasi adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan
terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi adalah aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik
dari evaluasi menentukan menentukan apakah intervensi keperawatan harus
diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2010).

33
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. NS
DENGAN DIABETES MELITUS
DI BR METULIS DESA DAWAN KALER
TANGGAL 6-10 MARET 2020

2.3 Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. Ns dengan Diabetes Melitus


A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilaksanakan pada hari Jumat, 6 Maret 2020 pukul 16.00 WITA
di rumah Ny. “NS” di Banjar Metulis Desa Dawan Kaler Kecamatan Dawan,
Klungkung. Data diperoleh dengan menggunakan teknik wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan dokumentasi.
1. Identitas Pasien
a. Nama Pasien : Ny. NS
b. Jenis kelamin : Perempuan
c. Golongan Darah :-
d. Tempat Tanggal lahir : Dawan Kaler, 31 Desember 1955
e. Umur : 65 tahun
f. Pendidikan terakhir : Tidak tamat SD
g. Agama : Hindu
h. Status Perkawinan : Kawin
i. TB/BB : 150 cm / 50 kg
j. Penampilan : Bersih
k. Alamat : Br. Metulis
l. Diagnose Madis : Diabetes Melitus Tipe 2
m. Penanggung Jawab : Tn.WR
n. Hub dengan pasien : Suami Pasien
o. Alamat : Br Metulis
2. Riwayat Keluarga
a. Genogram :

34
GENOGRAM KELURGA NY. “NS” DI BANJAR METULIS DESA DAWAN KALER
Pasien mengatakan kedua orang tuanya telah meninggal sejak pasien masih kecil dan pasien tidak mengetahui penyebab kedua orang tuanya
meninggal karena pasien tidak pernah menanyakannya. Pasien adalah anak bungsu dari 12 bersaudara dan kesebelas saudara pasien telah meninggal.
Pasien hanya mengetahui penyebab saudara yang ke sembilannya meninggal yaitu karena mengalami kecelakaan. Saudara pasien yang kesepuluh
meninggal karena sakit, tapi pasien hanya mengetahui tanda dan gejalanya saja yaitu saudara pasien meninggal karena mengalami sesak. Saudara pasien
yang kesebelas meninggal karena sakit, namun pasien tidak mengetahui sebab yang pasti saudaranya meninggal. Pasien mengatakan tidak mengetahui
apakah dikeluarganya ada yang menderita penyakit yang sama seperti pasien yaitu diabetes melitus.

35
3. Riwayat Pekerjaan
a. Pekerjaan saat ini : Petani
b. Alamat Bekerja : Br. Metulis
c. Berapa Jarak dari rumah : 2 km
d. Alat transportasi
Pasien mengatakan pergi kesawah dengan berjalan kaki
e. Sumber sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan
Pasien memperoleh pendapatan dari hasil bertani, penjualan jejahitan
banten dan di bantu oleh anaknya yang tinggal bersama pasien
4. Riwayat Lingkungan Hidup
a. Type tempat tinggal
Pasien tinggal di rumah permanen dan pribadi dengan luas 3 m2
b. Kamar
Pasien memiliki 2 kamar yang terdiri dari 1 kamar untuk pasien dan
suaminya, serta 1 kamar untuk anak dan menantunya
c. Kondisi tempat tinggal
Kondisi tempat tinggal pasien bersih dengan ventilasi cukup dan tata
ruang bagus serta tanaman tertata rapi.
d. Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah
Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah adalah 4 orang.
e. Derajat Privasi
Pasien memiliki ruang kamar sendiri untuk beristirahat.
Denah Rumah Keluarga Ny. “NS”
Pintu
masuk

Dapur Tempat
Kamar Kamar
sembahyang
tidur tidur

Teras luar

Kamar
mandi
Halaman Rumah

36
5. Riwayat rekreasi
a. Hobby/minat
Pasien mengatakan memiliki kebiasaan berkebun untuk sekedar
menghibur diri.
b. Keanggotaan dalam organisasi : -
c. Liburan/perjalanan
Pasien mengatakan jarang melakukan rekreasi atau perjalanan jauh.
6. Sistem Pendukung
a. Perawat/bidan/dokter/fisioterapi
Saat sakit pasien biasa berobat di bidan praktek mandiri di sebelah utara
rumah pasien karena jaraknya yang dekat.
b. Jarak dari rumah : < 100 m
c. Puskesmas : Puskesmas Dawan I > 1 km dari rumah
d. Rumah sakit : RSUD Klungkung jaraknya > 5 km dari rumah
e. Klinik : Bidan jaraknya < 100 m
f. Pelayanan kesehatan di rumah
Pasien mengatakan tidak memiliki pelayanan kesehatan untuk di
rumahnya.
g. Makanan yang dihantarkan
Pasien mengatakan lebih sering mengambil makanan sendiri di dapur
h. Perawatan sehari hari yang di lakukan keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai perawatan khusus yang dilakukan
untuk mengatasi keluhan yang dirasakannya. Pasien mengatakan
terkadang lupa untuk meminum obat gulanya.
i. Kondisi lingkungan rumah
Pasien tinggal di rumah sederhana dengan 2 kamar dan terdapat teras
langsung di depan kamar pasien yang sering digunakan sebagai tempat
untuk bersantai dan menonton TV. Dari teras rumah pasien menuju
halaman terdapat 3 undagan / tangga menurun. Di halaman rumah pasien
juga terdapat pot-pot bunga besar dan sebuah kandang ayam.
j. Lain-lain : tidak ada

37
7. Status Kesehatan
a. Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu
Pasien mengatakan lima tahun yang lalu baru terdiagnosa diabetes
melitus tipe 2. Paisen mengatakan gejala atau keluhan awal saat
terdiagnosa diabetes melitus adalah pasien selalu merasa lemas dan cepat
terasa lelah saat melakukan aktivitas bertani disawah. Biasanya pasien
pergi bertani pukul 07.00 pagi sampai 11.00 siang, tetapi saat itu baru
pukul 09.00 pasien sudah merasa lelah dan lemas. Pasien juga
mengatakan kakinya selalu merasa kesemutan, dan lebih cepat merasa
lapar. Pasien mengatakan lebih sering buang air kecil dan merasa berat
badannya menurun. Kemudian pasien mengatakan keluhan yang
dirasakannya kepada anaknya, pada sore hari anaknya langsung
mengajak pasien memeriksakan kondisinya ke bidan praktek yang tidak
jauh dari rumahnya. Pasien mengatakan saat dibidan praktek, bidan
tersebut meminta pasien untuk puasa dari pukul 10.00 malam sampai
pukul 08.00 besok pagi, kemudian besok paginya pasien dianjurkan
untuk ke Puskesmas Dawan I untuk mengecek gula darah. Keesokannya
harinya pasien pergi ke Puskesmas Dawan I untuk mengecek gula darah
puasa sesuai anjuran yang disarankan oleh bidan, dan ternyata hasil gula
darah puasa pasien saat itu 248 mg/dL. Dokter di puskesmas kemudian
menyuruh pasien untuk makan terlebih dahulu, setelah itu 2 jam
kemudian pasien diminta kembali ke Puskesmas untuk mengecek ulang
gula darahnya. Pasien mengatakan 2 jam setelah makan, pasien kembali
ke Puskesmas untuk mengecek ulang gula darah dan hasil gula darah
pasien 2 jam setelah makan saat itu adalah 368 mg/dL. Semenjak saat
itulah pasien di diagnosa diabetes melitus tipe 2, dan disarankan untuk
mengonsumsi obat gula metformin 2x500 mg.
b. Keluhan utama
Pada saat pengkajian pasien mengeluh lemas, kesemutan dan tebal pada
kakinya, serta penglihatannya yang mulai kabur.

38
c. Obat obatan
Metformin 2 x 500 mg diminum berbarengan saat makan pagi dan sore
hari
d. Status imunisasi
Pasien mengatakan belum pernah mendapat imunisasi, karena saat anak-
anak belum terdapat program imunisasi.
e. Alergi :
1) Obat obatan
Pasien tidak mempunya alergi terhadap obat obatan
2) Makanan
Pasien tidak mempunyai alergi terhadap makanan.
3) Faktor lingkungan
Pasien tidak memiliki alergi terhadap cuaca dingin, debu maupun
yang lainnya.
f. Penyakit yang di derita : Diabetes Melitus Tipe 2
8. Aktivitas hidup sehari hari
Pasien mengatakan sebelum sakit sehari-hari ia melakukan kegiatan dari
pagi dimulai dari beraktivitas di sawah bersama suaminya pukul 07.00
sampai dengan 11.00, tetapi saat ini ia sudah jarang ikut suaminya bertani di
sawah karena pasien merasa penglihatannya yang sudah mulai kabur dan
lebih sering merasa lelah, ia takut jika ia akan terjatuh atau terluka jika
memaksakan beraktivitas seperti dulu. Pasien mengatakan sesekali ia ikut
pergi ke sawah bersama suaminya dan membantunya bertani sampai pukul
09.00 saja saat ia merasa bosan dirumah, setelah itu ia sudah merasa lelah
dan beristirahat di sebuah gubug untuk menunggu suaminya bertani
kemudian pulang bersama. Pada siang hari pasien biasanya mejaitan dibantu
oleh menantunya saat ada dirumah untuk mengisi waktu luangnya, dan hasil
dari mejaitan tersebut pasien jual di warung dekat rumahnya. Saat
melakukan kegiatan di sawah, pasien mengatakan jarang menggunakan alas
kaki karena kakinya terasa kesemutan dan seperti tebal sehingga ia kurang
merasa nyaman melalukan aktivitasnya di sawah.

39
9. Pemenuhan kebutuhan sehari hari / Pola Fungsi Gordon
a. Pola Nutrisi Metabolik
Saat pengkajian pasien mengatakan sebelumnya biasa makan 3 kali
sehari dengan porsi 1 piring habis. Pasien biasanya makan pagi pukul
08.00 siang pukul 13.00 dan sore pukul 19.00, pasien mengatakan biasa
makan nasi dengan lauk ikan dan sayur. Tetapi semenjak pasien
menderita diabetes melitus pasien mengatakan lebih cepat merasa lapar
dan sehari bisa makan sampai 5 kali, pada pukul 10.00 pasien sudah
makan nasi lagi saat sedang beraktivitas bertani di sawah, dan pukul
16.00 pasien terkadang makan cemilan seperti singkong rebus sambil
melakukan kegiatan mejaitan di teras rumah.
b. Pola Eliminasi
Saat pengkajian pasien mengatakan pada awal merasa keluhan lemas,
cepat lapar, dan kesemutan, keluhan lain yang dirasakan pasien adalah
seringnya buang air kecil sampai 10-12x dalam sehari. Saat ini pasien
mengatakan masih merasakan keinginan buang air kecil yang lumayan
sering yaitu 8-10x sehari. Untuk BAB pasien mengatakan tidak
mempunyai masalah ke “belakang”, pasien mengatakan bahwa ia biasa
BAB 2 hari sekali.
c. Pola Istirahat Tidur
Saat pengkajian pasien mengatakan tidak mempunyai masalah dalam
pemenuhan tidurnya. Pasien mengatakan biasa tidur pukul 21.30 atau
22.00 sampai pukul 05.00. Pasien mengatakan terkadang tidur siang saat
ia merasa sangat lemas dan kelelahan setelah beraktivitas dari sawah.
d. Pola Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Saat pengkajian pasien mengatakan jarang mengecek gula darahnya.
Pasien mengatakan ia rutin meminum obat gulanya 2 kali sehari
berbarengan dengan makan pagi dan sore hari. Tetapi sesekali pasien
lupa minum obat saat ada kegiatan dibanjar atau saat harus melakukan
aktivitas kemasyarakatan di tetangga. Pasien mengatakan persepsinya
tentang penyakit yang dialaminya saat ini adalah kehendak dari Tuhan.

40
e. Pola Toleransi dan Koping Stress
Saat pengkajian pasien mengatakan merasa cemas dan khawatir dengan
sakit yang dideritanya, apalagi Ny. NS harus minum obat seumur
hidupnya. Pasien mengatakan takut karena harus minum obat setiap hari,
ia mengatakan takut jika ginjalnya juga akan ikut rusak. Pasien
mengatakan jika ia merasa tidak enak badan dan merasa resah, ia akan
melaporkannya pada suami atau anaknya.
f. Pola Peran dan Hubungan
Pasien mengatakan perannya adalah sebagai seorang ibu dan istri untuk
anak dan suaminya, seorang mertua untuk menantunya. Ia akan selalu
mendengarkan jika salah satu dari mereka megungkapkan jika sedang
ada masalah. Hubungannya dengan suami, anak, dan menantunya pun
juga terjalin dengan baik.
g. Pola Persepsi Kognitif
Saat pengkajian pasien mengatakan ia memahami jika sakit yang
dideritanya tidak akan bisa sembuh, karena dulu saat pasien terdiagnosis
diabetes melitus, dokter sudah menjelaskan jika ia akan minum obat
seumur hidupnya.
h. Pola Reproduksi dan Seksualitas
Pasien mengatakan ia memiliki 2 anak yaitu perempuan dan laki-laki.
Anak perempuan pertamanya sudah menikah keluar, dan anak laki-
lakinya juga baru saja menikah. Pasien mengatakan tidak memiliki
keluhan pada organ repoduksinya, dan ia sudah menopause kurang lebih
sekitar 10 tahun yang lalu.
i. Pola Aktivitas dan Latihan
Menggunakan Indeks Katz
Kebutuhan aktivitas harian pasien (ADL) diberikan nilai A, karena
berdasarkan pengamatan pasien mampu memenuhi kebutuhan makan,
berpakaian, toileting, ke kamar mandi, dan melakukan mobilisasi secara
mandiri.

41
j. Pola Persepsi Diri dan Konsep Diri
1) Persepsi klien
Pasien merasa dan menganggap sakit yang dideritanya sekarang sudah
kehendak dari Tuhan dan merupakan “balasan” untuk dirinya karena
dulu ia suka makan makanan yang manis-manis.
2) Konsep diri
Pasien mampu menerima dirinya bahwa ia adalah seorang lansia dan
menerima penglihatannya yang sudah mulai kabur.
3) Emosi
Emosi klien terlihat stabil
4) Adaptasi
Pasien mampu melakukan adaptasi dengan lingkungan sekitar.
5) Mekanisme pertahanan diri
Pasien bila sedang banyak pikiran, maka berusaha untuk diam dan
menenangkan dirinya sendiri. Pasien mengatakan sudah senang
dengan apa yang telah diperoleh dan dimilikinya sekarang.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Pasien Ny. NS mengatakan keyakinan yang ia pegang terhadap
penyakitnya adalah kehendak dari Tuhan dan ia menyerahkan semuanya
pada Tuhan. Ia percaya Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik
untuknya.
10. Tinjauan Sistem/Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Pasien terlihat lemas
b. Tingkat lesadaran : Compos Mentis
c. GCS : E4V5M6
d. Tanda tanda vital :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,7 °C
e. Antopometri :
Sebelum sakit BB : 60 kg, TB : 154 cm

42
BB 60 60
IMT: = = =25,2( BB lebih)
(TB) dalam meter (1,54) dalam meter 2,3716
2 2

Setelah sakit BB : 52 kg, TB : 154 cm


BB 52 52
IMT : = = =21,9(Normal)
(TB) dalam meter (1,54) dalam meter 2,3716
2 2

f. Pemeriksaan Head to Toe :


1) Kepala
Mesocepal, rambut bersih, warna hitam keputihan, tidak ada lesi
2) Mata
Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, strabismus (-),
pasien mengatakan fungsi penglihatannya sudah berkurang, ia merasa
penglihatannya sudah mulai kabur, tidak mampu lagi melihat jarak
jauh dengan jelas, ia mengatakan masih bisa melihat hanya saya objek
yang ia lihat tampak kabur dan berbayang, pasien mengatakan buta
huruf karena tidak sekolah jadi tidak dapat mengetahui huruf, pasien
tampak tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti kaca mata.
3) Telinga
Bersih, simetris, tidak ada serumen, pasien mengatakan tidak ada
masalah dengan pendengarannya, ia masih bisa mendengar suara
orang dengan jelas dan baik.
4) Hidung
Bersih, fungsi penciuman baik, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan
cuping hidung.
5) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
6) Dada dan paru paru
Pergerakan paru simetris, tidak ada penggunaaan otot bantu
pernafasan. Auskultasi paru vaskuler
7) Jantung
Ictus cordis tidak nampak, bunyi jantung I,II murni

43
8) Abdomen
Datar, simetris, tidak ada nyeri tekan
9) Ekstermitas
Tidak ada varises, tidak ada udema, tidak ada luka gangren, tetapi
pada telapak kaki pasien terdapat kulitnya yang pecah-pecah dan
mulai mengelupas.
10) Genetaurinaria
Klien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam sistem
perkemihannya. Tetapi pasien mengatakan 5 tahun terakhir
semenjak sakit diabetes ia lebih sering buang air kecil dalam sehari
bisa 8-12 kali.
11) Sistem imune : -
12) Genetalia
Pasien mengatakan tidak ada masalah dalam organ genetalianya
13) Reproduksi
Pasien mengatakan sudah mengalami menopause
11. Hasil pengkajian instrumen geriatri
a. Fungsional Bartel
No Jenis ADL Kategori Skor
1 Makan 0 = tidak ada
(Feeding) 1 = perlu bantuan untuk memotong dll 1
2 = mandiri
2 Mandi 0 = tergantung orang lain
1
(Bathting) 1 = mandiri
3 Perawatan Diri 0 = perlu bantuan
1
(Grooming) 1 = mandiri
4 Berpakaian 0 = tergantung
(Dressing) 1 = sebagian dibantu 1
2 = mandiri
5 Buang Air Kecil 0 = tidak bisa mengontrol (perlu
(Bowel) dikateter dan tidak dapat mengatur)
2
1 = BAK kadang-kadang (sekali/24 jam)
2 = terkontrol penuh (lebih dari 7 hari)
6 Buang Air Besar 0 = inkontinensia (perlu enema) 2
(Bladder) 1= kadang inkontinensia (sekali

44
seminggu)
2 = terkontrol penuh
7 Penggunaan Toilet 0 = tergantung bantuan orang lain
1 = perlu bantuan tetapi dapat
1
melakukan sesuatu sendiri
2 = mandiri
8 Berpindah 0 = tidak dapat
(Tidur atau duduk) 1 = butuh bantuan (2 orang)
3
2 = dapat duduk dengan sedikit
3 = mandiri
9 Mobilitas 0 = tidak bergerak/tidak mampu
1 = mandiri dengan kursi
2
2 = berjalan dengan bantuan
3 = mandiri
10 Naik Turun Tangga 0 = tidak mampu
1 = perlu bantuan 1
2 = mandiri
Jumlah 15(Ketergantungan
Ringan)

b. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ):


Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -
- 1. Tanggal berapa hari ini? Lupa
+ 2. Hari apa sekarang ini? (hari, tanggal, dan tahun) Jumat,
tahun 2020
+ 3. Apa nama tempat ini? Dawan
Kaler
4. Berapa nomor telepon Anda? Tidak
punya
+ 4a. Di mana alamat Anda? (tanyakan hanya bila klien Banjar
tidak mempunyai telepon) Metulis,
Dawan
Kaler
+ 5. Berapa usia Anda? 60an tahun
+ 6. Kapan Anda lahir? Tahun
1955,

45
tanggal dan
bulan lupa
- 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? Tidak tahu
- 8. Siapa presiden sebelumnya? Tidak tahu
+ 9. Siapa nama kecil ibu Anda? Men Norji
- 10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari Tidak bisa
setiap angka baru, semua secara menurun.
Jumlah kesalahan total 4
Klien memperoleh skor kesalahan 4, sehingga klien masuk dalam kategori
kerusakan intelektual ringan.

c. Mini-Mental Status Exam (MMSE):

No. Aspek Nilai Nilai Kriteria


Kognitif Maksimal Klien
1. Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Hari, tanggal, bulan, tahun, dan
musim apa?
2 Orientasi 5 2 -Dimana kita berada sekarang :
Negara, provinsi, kabupaten
-Perawat menanyakan 3 objek
Registrasi 3 3 seperti : kursi, meja, dapur,
kemudian menanyakan
kembali kepada pasien dan
memintanya untuk menjawab
3. Perhatian dan 5 0 Perawat meminta pasien untuk
Kalkulasi berhitung dimulai dari 100,
kemudian dikurangi 7 sampai
dengan 5 tingkat
4. Mengingat 3 3 Perawat meminta pasien untuk
menyebutkan kembali 3 objek
yang tadi disebutkan (kursi,
meja, dapur)
5. Bahasa 9 5 Menanyakan kepada klien
tentang benda (sambil
menunjuk benda tersebut)
3. Jendela

46
4. Jam dinding
Meminta klien untuk
mengulangi kata berikut “tak
ada jika, dan, atau, tetapi”
Klien menjawab
-,dan,atau,tetapi
Minta klien untuk mengikuti
perintah berikut yang terdiri
dari 3 langkah
Ambil ballpoint di tangan
anda, ambil kertas, menulis
saya mau tidur
4. Ambil bolpen
5. Ambil kertas
6. –
Perintahkan klien untuk hal
berikut (bila aktivitas sesuai
perintah nilai 1 point)
“tutup mata anda”
2. Klien menutup mata
Perintahkan pada klien untuk
menulis atau kalimat dan
menyalin gambar
Tota 30 15 Defisit gangguan kognitif
l

d. Inventaris Depresi GDS short form:


Inventaris Depresi Beck
Skor Uraian
A. Kesedihan
3 Saya sangat sedih atau tidak bahagia di mana saya tak dapat
menghadapinya.
2 Saya galau atau sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat
keluar darinya.

47
1 Saya merasa sedih atau galau.
0 Saya tidak merasa sedih. √
B. Pesimisme
3 Saya merasa bahwa masa depan saya sia-sia dan sesuatu
tidak dapat membaik.
2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk masa depan.
1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa √
depan.
C. Rasa Kegagalan
3 Saya merasa saya benar-benar gagal sebagai seseorang
(orang tua, suami, istri).
2 Seperti melihat ke belakang hidup saya, semua yang dapat
saya lihat hanya kegagalan.
1 Saya merasa saya telah gagal melebihi orang pada
umumnya.
0 Saya tidak merasa gagal. √
D. Ketidakpuasan
3 Saya tidak puas dengan segalanya.
2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apa pun.
1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan.
0 Saya tidak merasa tidak puas. √
E. Rasa Bersalah
3 Saya merasa seolah-olah saya sangat buruk atau tidak
berharga.
2 Saya merasa sangat bersalah.
1 Saya merasa buruk atau tidak berharga sebagai bagian dari
waktu yang baik.
0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah. √
F. Tidak Menyukai Diri Sendiri
3 Saya benci diri saya sendiri.
2 Saya muak dengan diri saya sendiri.
1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri.
0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri. √
G. Membahayakan Diri Sendiri
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai
kesempatan.
2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri.
1 Saya merasa lebih baik mati.
0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai √
membahayakan diri sendiri.
H. Menarik Diri dari Lingkungan Sosial

48
3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
tidak peduli pada mereka semuanya.
2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka semuanya
1 Saya kurang berminat pada orang lain daripada sebelumnya.
0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain. √
I. Keragu-raguan
3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali.
2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat
keputusan.
1 Saya berusaha mengambil keputusan. √
0 Saya membuat keputusan yang baik.
J. Perubaban Gambaran Diri
3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikkan.
2 Saya merasa bahwa ada perubahan-perubahan yang
permanen dalam penampatan saya dan ini membuat saya tak
menarik.
1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik.
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk daripada √
sebelumnya.
K. Kesulitan Kerja
3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali.
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk
melakukan sesuatu.
1 Ini memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan √
sesuatu.
0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya.
L. Keletihan
3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu. √
2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu.
1 Saya lelah lebih dari yang biasanya.
0 Saya tidak lebih lelah dari biasanya.
M. Anoreksia
3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali.
2 Nafsu makan saya sangat buruk sekarang.
1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya.
0 Nafsu makan saya tidak lebih buruk dari yang biasanya. √

Pasien memperoleh skor 5, sehingga pasien masuk dalam kategori yang


memiliki depresi ringan.
e. Pengkajian Risiko Jatuh

49
No Risiko Skala Hasil
1 Gangguan gaya berjalan (diseret, menghentak, berayun) 4 0
2 Pusing atau pingsan pada posisi tegak 3 0
3 Kebingungan setiap saat (contoh:pasien yang mengalami 3 0
demensia)
4 Nokturia/Inkontinen 3 0
5 Kebingungan intermiten (contoh pasien yang 2 0
mengalamidelirium/Acute confusional state)
6 Kelemahan umum 2 2
7 Obat-obat berisiko tinggi (diuretic, narkotik, sedative, 2 0
antipsikotik, laksatif, vasodilator, antiaritmia,
antihipertensi, obat hipoglikemik, antidepresan,
neuroleptic, NSAID)
8 Riwayat jatuh dalam 12 bulan terakhir 2 0
9 Osteoporosis 1 0
10 Gangguan pendengaran dan/atau penglihatan 1 1
11 Usia 70 tahun ke atas 1 0
Jumlah 3 (Risiko rendah)

50
12. Data penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan GDS : 298 mg/dL
b. Radiologi
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan radiologi
(rontage)
c. EKG
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan jantung
(rontage)
d. USG
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan organ
didaerah abdomen (rontage)
e. CT-Scan
Pasien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan radiologi
(rontage)
f. Obat-obatan
Pasien mengonsumi Metformin 2 x 500 mg diminum berbarengan saat
makan pagi dan sore, tetapi pasien terkadang lupa minum obat saat
sibuk beraktivitas.

51
B. ANALISA DATA

NO DATA INTERPRETASI MASALAH


(SIGN/SYMPTOM) (ETIOLOGI) (PROBLEM)
1. DS : Proses Kelelahan/keletihan
1. Pasien mengatakan dari menua/kemunduran
lima tahun yang saat ia
terdiagnosa diabetes Fungsi pengecap
melitus, pasien mengeluh menurun
cepat merasa lelah saat
beraktivitas. Konsumsi gula berlebih
2. Pasien mengatakan dulu
sebelum sakit ia selalu Hiperglikemia (DM)
ikut bertani bersama
suaminya dari pukul Glukosa intra sel
07.00 sampai dengan menurun
11.00, tetapi sekarang ia
mulai jarang bisa ikut Proses pembuatan
membantu suaminya di ATP/energi terganggu
sawah karena merasa
kondisinya yang cepat Kelelahan/keletihan
merasa lelah dan lemas.
DO :
Pasien tampak lemas dan
hanya duduk saja.
RR : 20x/mnt
TD : 120/80 mmHg
S : 36,70C
Nadi : 72 x/mnt
GDS : 298 mg/dL
2. DS : Proses Risiko Cedera
1. Pasien mengatakan fungsi menua/kemunduran
penglihatannya sudah
berkurang, ia merasa Fungsi pengecap

52
penglihatannya sudah menurun
mulai kabur, tidak mampu
lagi melihat jarak jauh Konsumsi gula berlebih
dengan jelas dan tampak
seperti berbayang. Hiperglikemi (DM)
2. Pasien mengeluh kakinya
terasa kesemutan tetapi Komplikasi vaskuler
tidak mati rasa.
3. Pasien mengatakan saat ia Retinopati dibetik
membantu suaminya
disawah ia tidak Risiko Cedera
menggunakan alas kaki
DO :
1. Pasien tampak memenuhi
kebutuhan sehari-harinya
dengan tertatih dan
memegang dinding
sekitar.
2. Pada telapak kaki pasien
tampak kulitnya yang
pecah-pecah dan mulai
mengelupas
RR : 20x/mnt
TD : 120/80 mmHg
S : 36,70C
Nadi : 72 x/mnt
GDS : 298 mg/dL

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

53
1. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis yang menurun
yang ditandai dengan pasien mengatakan dari lima tahun yang saat ia
terdiagnosa diabetes melitus, pasien mengeluh cepat merasa lelah saat
beraktivitas. Pasien mengatakan dulu sebelum sakit ia selalu ikut bertani
bersama suaminya dari pukul 07.00 sampai dengan 11.00, tetapi sekarang ia
mulai jarang bisa ikut membantu suaminya di sawah karena merasa
kondisinya yang cepat merasa lelah dan lemas. Pasien tampak lemas dan
hanya duduk saja. RR : 18x/mnt, TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 0C, Nadi : 72
x/mnt, GDS : 298 mg/dL.
2. Risiko cedera berhubungan dengan fungsi penglihatan yang berkurang
ditandai dengan pasien mengatakan fungsi penglihatannya sudah berkurang,
ia merasa penglihatannya sudah mulai kabur, tidak mampu lagi melihat
jarak jauh dengan jelas dan tampak seperti berbayang, pasien mengeluh
kakinya terasa kesemutan tetapi tidak mati rasa, pasien mengatakan saat ia
membantu suaminya disawah ia tidak menggunakan alas kaki. Pada telapak
kaki pasien tampak kulitnya yang pecah-pecah dan mulai mengelupas. RR :
18x/mnt, TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 0C, Nadi : 72 x/mnt, GDS : 298
mg/dL.

54
D. INTERVENSI/RENCANA KEPERAWATAN

Rencana Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil


Intervensi Rasional

1. Kelelahan/keletihan Setelah di berikan asuhan Edukasi Aktivitas/Istirahat 1. Informasi yang tepat dapat
berhubungan dengan keperawatan selama 5 hari, 1. Identifikasi kesiapan dan memberikan motivasi untuk
kondisi fisiologis yang setiap pertemuannya 1x60 kemampuan dalam meningkatkan tingkat aktivitas
menurun menit, diharapkan masalah menerima informasi. meskipun klien sangat lemah.
kelelahan/keletihan pasien 2. Identifikasi aktivitas yang 2. Dengan mengetahui penyebab
dapat menurun, dengan dapat menimbulkan keletihan, dapat menyusun jadwal
kriteria hasil : kelelahan/keletihan. aktivitas.
1. Verbalisasi kepulihan 3. Jadwalkan pemberian 3. Pendidikan kesehatan dapat
tenaga cukup meningkat pendidikan kesehatan sesuai memberikan motivasi untuk
2. Kemampuan melakukan kesepakatan bersama klien meningkatkan tingkat aktivitas
aktivitas rutin cukup dan salah satu anggota meskipun klien sangat lemah.
meningkat keluarga. 4. Menggali antusias pasien dan
3. Verbalisasi lelah dan 4. Berikan kesempatan kepada keluarga dalam menerima
lesu cukup menurun pasien dan keluarga untuk informasi dan pendidikan

55
4. Gelisah menurun bertanya. kesehatan yang diberikan.
5. Frekuensi nafas cukup 5. Jelaskan pentingnya 5. Aktivitas fisik/olahraga secara
menurun melakukan aktivitas fisik rutin dapat meingkatkan
6. Pola istirahat membaik /olahraga secara rutin. kemampuan tulang, otot, dan
6. Anjurkan dan bantu klien peredaran darah sehingga dapat
serta keluarga dalam meminimalkan rasa lelah yang
menyusun jadwal aktivitas berlebih.
dan istirahat yang 6. Aktivitas yang sudah terjadwal
maksimal. dan istirahat yang maksimal dapat
7. Ajarkan cara mencegah kelelahan/keletihan
mengidentifikasi kebutuhan yang berlebih.
istirahat (mis. kelelahan, 7. Meningkatkan kebutuhan istirahat
sesak nafas saat klien untuk mencegah
beraktivitas). kelelahan/keletihan.
8. Ukur/pantau nadi, frekuensi 8. Mengindikasikan tingkat aktivitas
nafas, dan tekanan darah yang dapat ditoleransi secara
sebelum dan sesudah fisiologis.
melakukan aktivitas.

56
2. Risiko cedera Setelah di berikan asuhan Manajemen Keselamatan 1. Mengidentifikasi kebutuhan
berhubungan dengan keperawatan selama 5 hari, Lingkungan keselamatan pasien dapat
fungsi penglihatan yang setiap pertemuannya 1x60 1. Identifikasi kebutuhan mempermudah dalam menentukan
berkurang menit, diharapkan risiko keselamatan klien (mis. intervensi.
cedera yang dapat terjadi kondisi fisik, fungsi 2. Menghindarkan klien dari
pada pasien menurun, kognitif, dan riwayat kemungkinan bahaya yang dapat
dengan kriteria hasil : perilaku). membuatnya cedera.
1. Toleransi aktivitas yang 2. Hilangkan bahaya 3. Lansia sudah mengalami
dapat dilakukan pasien keselamatan lingkungan penurunan dalam fisik, sehingga
meningkat (mis. fisik, kimia, biologi). dalam melakukan aktivitas sehari
2. Pemeliharaan 3. Anjurkan keluarga untuk diperlukan bantuan dari orang
lingkungan rumah membantu klien dalam lainsesuai dengan yang dapat
meningkat melakukan aktivitas sehari- ditoleransi.
3. Terjadinya luka/lecet hari. 4. Menganjurkan klien menggunakan
menurun 4. Anjurkan klien untuk alas kaki dan memberi informasi
menggunakan alas kaki saat tentang komplikasi gangren yang
melakukan segala aktivitas dapat terjadi pada penderita
dan berikan informasi diabetes melitus dapat mencegah
kepada klien komplikasi terjadinya cedera luka pada kaki.

57
gangren yang dapat terjadi 5. Memberikan informasi kepada
pada penderita diabetes klien, sehingga pasien dapat
melitus jika kakinya menghindari hal-hal yang dapat
terluka. memperburuk kondisinya.
5. Berikan informasi 6. Senam kaki diabetik dapat
mengenai hal-hal yang memperbaiki sirkulasi darah dan
perlu dikontrol dan harus meningkatkan otot betis dan paha.
dilakukan terutama pada hal
jika penglihatan klien
semakin memburuk dan
kakinya mulai mati rasa.
6. Ajarkan senam kaki
diabetik kepada klien.

58
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

No Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi TTD


1. Sabtu, 7 Maret 2020 1. Menanyakan dan meminta DS :
Pukul 16.00 Wita konfirmasi atas kesiapan pasien 1. Pasien mengatakan siap menerima informasi yang
dan anggota keluarga untuk akan diberikan oleh perawat.
menerima informasi yang akan 2. Anggota keluarga pasien (suami dan menantu) juga
diberikan perawat mengatakan siap dan mau menerima informasi
yang akan diberikan oleh perawat.
DO :
1. Pasien dan keluarga tampak antusias dan siap untuk
menerima informasi yang akan diberikan oleh
perawat.
Sabtu, 7 Maret 2020 1. Mengidentifikasi aktivitas yang DS :
Pukul 16.10 Wita dapat menimbulkan kelelahan dan 1. Pasien mengatakan semenjak terdiagnosa diabetes
yang bisa menyebabkan klien melitus ia merasa cepat lelah dan lemas saat
cedera. beraktivitas terutama ketika pasien membantu
suaminya di sawah.
2. Pasien mengatakan sudah jarang ikut bertani ke
sawah bersama suaminya, hanya saja sesekali ia

59
ikut ke sawah karena merasa bosan di rumah.
Pasien juga mengatakan saat bertani di sawah, ia
tidak menggunakan alas kaki.
3. Pasien mengatakan aktivitas lain yang dilakukan
pasien adalah mejaitan saat menantunya ada
dirumah untuk dijual.
DO :
1. Pasien tampak duduk dan menjelaskan mengenai
kondisi yang dirasakannya.
2. Keadaan lingkungan rumah pasien cukup bersih.
Terdapat 3 undagan/tangga pada teras rumah
menuju halaman.
3. Dihalaman rumah pasien tampak terdapat beberapa
pot besar yang sedikit menghalangi jalan menuju
dapur dan kamar mandi.
Sabtu, 7 Maret 2020 1. Mengajarkan pasien untuk DS :
Pukul 16.30 Wita mengidentifikasi kebutuhan 1. Suami pasien mengatakan saat istrinya ikut
istirahat. membantunya disawah, ketika istrinya sudah terlihat
2. Menganjurkan dan membantu lelah dan lemas, ia akan meminta istrinya selesai

60
klien serta keluarga dalam bekerja dan beristirahat digubug sembari menunggu
menyusun jadwal aktivitas dan suaminya menyelesaikan pekerjaannya.
istirahat yang maksimal. 2. Menantu pasien mengatakan akan mulai
mengingatkan pasien untuk lebih memperhatikan
kondisinya saat merasa lelah, ia mengatakan akan
mulai meminta pasien untuk selalu dapat beristirahat
tidur siang.
Sabtu, 7 Maret 2020 1. Membuat janji dengan pasien dan Pasien dan keluarga sepakat akan mengikuti
Pukul 17.00 Wita keluarga untuk memberikan pendidikan kesehatan yang diberikan oleh perawat
pendidikan kesehatan dan pada keesokan harinya yaitu pada hari Minggu, 8
informasi khusus seputar penyakit Maret 2020 pukul 16.00 Wita.
diabetes melitus serta senam kaki
diabetik.
2. Minggu, 8 Maret 2020 1. Memberikan pendidikan DS :
Pukul 16.00 Wita kesehatan tentang diabetes 1. Pasien dan keluarga mengatakan cukup paham dan
melitus, pentingnya aktivitas fisik mengerti tentang pendidikan kesehatan yang
yang teratur, serta pentingnya diberikan oleh perawat mengenai diabetes melitus.
menggunakan alas kaki saat 2. Anak pasien mengatakan akan mengajak ibunya
melakukan aktivitas untuk untuk rutin mengecek gula darah di puskesmas serta
menghindari komplikasi gangren. mengikuti kegiatan prolanis setiap minggunya agar

61
2. Menganjurkan pasien untuk dapat melakukan aktivitas olahraga.
memodifikasi lingkungan untuk 3. Pasien mengatakan akan selalu ingat untuk minum
menghindari bahaya keselamatan obat gulanya walaupun saat sedang ada kegiatan di
lingkungan (mis. fisik, kimia, banjar atau di tetangga.
biologi). 4. Suami pasien mengatakan akan mengingatkan
3. Menganjurkan keluarga untuk istrinya untuk menggunakan alas kaki saat bertani di
membantu klien dalam sawah.
melakukan aktivitas sehari-hari. DO :
4. Memberi kesempatan keluarga 1. Pasien dan keluarga tampak antusias mendengarkan
untuk bertanya hal yang kurang saat perawat memberikan pendidikan kesehatan.
paham dan kurang dimengerti. 2. Menantu pasien bertanya komplikasi apa saja yang
dapat terjadi jika tidak rutin minum obat.
3. Minggu, 8 Maret 2020 1. Mengajarkan pasien dan keluarga 1. Pasien dan keluarga tampak antusias menyaksikan
Pukul 16.40 Wita senam kaki diabetik. perawat mengajarkan senam kaki diabetik kepada
2. Melakukan kontrak waktu NY.NS dan juga keluarga tampak ikut
bersama pasien dan keluarga jika mempraktekkannya supaya diterapkan sehari-hari di
perawat akan datang besok pagi rumah.
pukul 07.00 untuk mengecek 2. Pasien dan keluarga sepakat dan memberikan ijin
tekanan darah Ny.NS sebelum untuk datang besok pagi dan ke sawah untuk

62
pergi ke sawah dan akan datang mengecek tekanan darah NY.NS
ke sawah NY.NS pada pukul
09.00 untuk mengecek ulang
tekanan darah pasien.
4. Senin, 9 Maret 2020 1. Mengecek TTV pasien sebelum Tekanan darah : 110/80 mmHg
Pukul 07.00 Wita melakukan aktivitas bertani di Nadi : 80 x/menit
sawah bersama suaminya. Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,5 °C
Senin, 9 Maret 2020 2. Mengecek TTV pasien setelah Tekanan darah : 130/90 mmHg
Pukul 09.00 Wita melakukan aktivitas bertani di Nadi : 92 x/menit
sawah bersama suaminya. Respirasi : 24 x/menit
3. Melakukan kontrak waktu Suhu : 36,9 °C
bersama pasien jika perawat akan Pasien sepakat dan memberi ijin untuk melakukan
datang kembali ke rumah besok evaluasi bersama perawat besok sore.
sore pada hari Selasa, 10 Maret
2020 pukul 16.00 untuk
melakukan evaluasi.

63
F. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Evaluasi TTD


1. Selasa, 10 Maret 2020 1. Kelelahan/keletihan berhubungan dengan S : Pasien Ny. NS mengatakan hari ini tidak ikut
Pukul 16.00 Wita kondisi fisiologis yang menurun yang suaminya bertani ke sawah agar tidak
ditandai dengan pasien mengatakan dari kelelahan/keletihan, ia ingin beristirahat di
lima tahun yang saat ia terdiagnosa rumah karena pada siang hari ia akan mejaitan
diabetes melitus, pasien mengeluh cepat bersama menantunya untuk memenuhi pesanan
merasa lelah saat beraktivitas. Pasien warung didekat rumahnya. Pasien mengatakan
mengatakan dulu sebelum sakit ia selalu saat mejaitan bersama menantunya tadi siang,
ikut bertani bersama suaminya dari pukul ia tidak merasa lelah karena sudah cukup
07.00 sampai dengan 11.00, tetapi beristirahat, Ny.NS mengatakan dapat tidur
sekarang ia mulai jarang bisa ikut siang dari pukul 12.30 – 13.00 sambil
membantu suaminya di sawah karena menunggu menantunya pulang kerja, dan saat
merasa kondisinya yang cepat merasa bangun ia merasa cukup bertenaga untuk
lelah dan lemas. Pasien tampak lemas beraktivitas.
dan hanya duduk saja. RR : 18x/mnt, O : Pasien Ny.NS tampak antusias saat bercerita
TD : 120/80 mmHg, S : 36,5 0C, Nadi : tentang aktivitas yang ia lakukan bersama
72 x/mnt, GDS : 298 mg/dL. menantunya tadi siang. Tidak tampak raut
kegelisahan pada Ny.NS saat menceritakan

64
aktivitasnya hari ini.
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36,5 °C
A : Masalah kelelahan/keletihan pasien teratasi,
tujuan tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien dan ingatkan
kembali keluarga untuk mempertahankan pola
istirahat yang maksimal untuk pasien dan
membatasi aktivitas yang dapat menimbulkan
keletihan berlebih.
2. Selasa, 10 Maret 2020 2. Risiko cedera berhubungan dengan S : Pasien Ny.NS mengatakan saat ikut suaminya
Pukul 16.00 Wita fungsi penglihatan yang berkurang bertani ke sawah kemarin (Senin, 9 Maret
ditandai dengan pasien mengatakan 2020) ia bisa ikut membantu suaminya
fungsi penglihatannya sudah berkurang, menanam padi, tetapi pukul 09.00 suaminya
ia merasa penglihatannya sudah mulai mengingatkan untuk berhenti bekerja dan
kabur, tidak mampu lagi melihat jarak beristirahat digubug sambil menunggu
jauh dengan jelas dan tampak seperti suaminya menyelesaikan pekerjaannya.

65
berbayang, pasien mengeluh kakinya Sebelum berangkat bertani pasien Ny.NS
terasa kesemutan tetapi tidak mati rasa, mengatakan sudah meminum obatnya terlebih
pasien mengatakan saat ia membantu dahulu. Dan hari ini pasien mengatakan bisa
suaminya disawah ia tidak menggunakan menyelesaikan jaitan pesanan warung tepat
alas kaki. Pada telapak kaki pasien waktu.
tampak kulitnya yang pecah-pecah dan O : Pasien tampak melakukan aktivitasnya seperti
mulai mengelupas. RR : 18x/mnt, TD : biasa dengan baik. Di halaman rumah pasien
130/80 mmHg, S : 36,50C, Nadi : 72 kini lebih rapi, kandang ayam yang
x/mnt, GDS : 298 mg/dL. sebelumnya terdapat di depan halaman sudah
dipindahkan oleh suaminya ke belakan rumah
didekat kamar mandi. Pot-pot bunga besar
yang sebelumnya juga terdapat dihalaman
rumah juga sudah ditata dengan baik dan rapi,
sehingga akses jalan dari teras rumah ke dapur
dan kamar mandi dapat dilalui Ny.NS dengan
baik. Pada telapak kaki Ny.NS masih terdapat
pecah-pecah yang mengelupas.
A : Masalah risiko cedera pada pasien belum
teratasi, tujuan no.1 dan 2 tercapai namun tujuan

66
no.3 tidak tercapai.
P : Pertahankan kondisi pasien dan lanjutkan
intervensi untuk memberikan senam kaki diabetik
secara teratur, serta ingatkan kembali kepada
Ny.NS agar selalu menggunakan alas kaki saat
melakukan aktivitas untuk menghindari terjadinya
luka/lecet.

67
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Diabetes Mellitus yang merupakan salah satu dari lima kondisi kronis
paling utama yang mempengaruhi lansia, tidak dapat di sembuhkan. Alih-alih,
lansia dengan diabetes Mellitus harus belajar untuk menguasai program
pemantauan dan perawatan yang melibatkan banyak partisipasi klien. Banyak
perubahan terkait usia membuat lansia sulit untuk mematuhi rencana keperawatan.
( Beare, 2007).
Ditinjau dari genetik, penyebab dan perjalanan penyakit, DM pada anak
dan remaja berbeda dengan DM pada orang dewasa. Diabetes mellitus pada anak
dan remaja terutama merupakan akibat kerusakan sel-sel beta pankreas yang
memproduksi insulin, sehingga suntikan insulin inerupakan satusatunya cara
pengobatan.
Gejala klinik diabetes mellitus berupa poliuria, polidipsia, lemas, berat
badan menurun, kesemutan, gatal, mata kabur, impotensia (pada pria), pruritus
vulvae (pada wanita).
Orang lanjut usia mengalami kemunduran dalam sistem fisiologisnya
seperti kulit yang keriput, turunnya tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, daya
lihat, daya dengar, kemampuan berbagai rasa (senses), dan penurunan fungsi
berbagai organ termasuk apa yang terjadi terhadap fungsi homeostatis glukosa,
sehingga penyakit degeneratif seperti DM akan lebih mudah terjadi (Rochmah,
2006).

3.2 Saran
Meningkatkan penyuluhan-penyuluhan pada masyarakat, sehingga
pengertian masyarakat tentang diabetes mellitus akan bertambah. Mengerti serta
menyadari tentang seluk beluk penyakit diabetes mellitus. Mengetahui tanda
bahaya dari adanya komplikasi diabetes secara dini sangat perlu agar tindakan
medis secara dini dapat dilaksanakan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 3, Edisi 8.
Jakarta: EGC

Doengoes, M.E, dkk. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3. Jakarta:
EGC.

Long, B.C. 2006. Perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. Alih Bahasa, Yayasan Ikatan Alumni pendidikan
Keperawatan Padjadjaran. Bandung: YPKAI

Mansjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 5 Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius

Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku


Kedokteran EGC.

Prince A Sylvia. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses penyakit, Edisi


empat. Jakarta: EGC.

Tjokroprawiro, A.. 2005. Diabetes Mellitus, Klasifikasi, Diagnosis dan


Terapi,Edisi 3. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

69

Anda mungkin juga menyukai