1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Visi …………………………………………………………………………………………. 6
B. Misi ………………………………………………………………………………………… 6
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………. 7
a. Umum
b. Khusus
D. Mekanisme pelayanan gizi …………………………………………………… 8
2
C. Penelitian dan pengembangan ……………………………………………… 22
3
BAB I
PENDAHULUAN
6
Gizi yang telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai kententuan
peraturan perundang-undangan.
N. Mutu pelayanan gizi adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan pelayanan gizi sesuai dengan standar dan memuaskan baik
kualitas dari petugas maupun sarana serta prasarana untuk kepentingan
klien/pasien.
1.5. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2009 tentang
kesehatan.
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan.
4. Pedoman Pelayanan Gizi Rumah Sakit, Departemen Kesehatan 2013.
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
6. Surat Keputusa Ketua Badan Pengurus Yayasan Bethesa Serukam Nomor
10021/YBS.SE/P.03/XI/2015 tentang Struktur Organisasi Rumah Sakit
Umum Bethesda Serukam.
7
BAB II
Konsep Pelayanan Gizi
RSU Bethesda Serukam
Pelayanan gizi di RSU Bethesda Serukam adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status
metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan
penyakit. Sering terjadi kondisi pasien memburuk karena tidak tercukupinya kebutuhan zat
gizi untuk perbaikan organ tubuh, sehingga perlu terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya.
Terapi gizi menjadi salah satu faktor penunjang utama penyembuhan.Terapi gizi selalu
disesuaikan dengan perubahan fungsi organ selama proses penyembuhan dan pemberian
terapi gizi/terapi diit kepada pasien akan dievaluasi untuk mengetahui hasilnya.
2.1 Visi
Menjadi instalasi gizi yang professional dalam bidang pelayanan gizi yang optimal.
2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan
klien/pasien dalam aspek promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif untuk
meningkatkan kualitas hidup.
2. Meningkatkan pelayanan gizi yang profesional, bermutu, berdasarkan kasih, tidak
membedakan suku, bangsa, golongan, agama, budaya dan terjangkau oleh semua
lapisan masyarakat.
3. Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
8
2.3 Tujuan
Tujuan Umum:
Terciptanya sistem pelayanan gizi yang bermutu dan menyeluruh sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan di RSU Bethesda Serukam
Tujuan Khusus:
1. Menyelenggarakan Asuhan Gizi terstandar pada pelayanan gizi rawat jalan dan rawat
inap.
2. Menyelenggarakan makanan sesuai standar kebutuhan gizi dan aman dikonsumsi .
3. Menyelenggarakan penyuluhan dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarganya.
4. Melakukan pengkajian gizi, faktor yang berpengaruh terhadap gangguan gizi dan
status gizi dengan cara anamnesis diet.
5. Menegakkan diagnosis gizi berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan.
6. Menentukan tujuan dan merencanakan intervensi gizi dengan menghitung kebutuhan
zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian makanan yang sesuai dengan
keadaan pasien.
7. Merancang dan mengubah preskripsi diet, dan menerapkannya mulai dari
perencanaan menu sampai menyajikan makanan.
8. Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
9. Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
9
Gambar 1.
Pasien Masuk
Permintaan, pembatalan,
perubahan diet
Penerimaan &
Pelayanan Pengadaan Penyimpanan
makanan Perencanaan Bahan Bahan Makanan
pasien Menu Makanan
12
Pemantauan Nutrisionis Nutrisionis
Konsumsi makanan
Status gizi
Penyuluhan gizi
Pemberian diet
Persiapan pulang
3 Pelaporan Berdasarkan rekam Dietisien/ Dietisien/
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab akibat
antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan diet.
13
Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus, pucat, atau
bengkak) atau gizi lebih ( gemuk atau sangat gemuk/obesitas), sistem kardiovaskuler,
sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem metabolik/endokrin dan sistem
neurologik/psikiatrik
c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan biokimia
dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan masalah gizi
klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan intervensi gizi dan
memonitor/mengevaluasi terapi gizi
2) Riwayat gizi
Anamnesis riwayat gizi pasien ada 2 macam yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.
Anamnesis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran kebiasaan makan/pola
makan sehari-hari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan, sedangkan
anamnesis kuantitatif dilakukan untuk mendapat gambaran asupan zat gizi sehari,
dengan menggunakan recall 24 jam yang diukur dengan foodmodel. Analisis asupan
gizi menggunakan Daftar Penukar Bahan Makanan.
3) Penentuan kebutuhan gizi sesuai dengan status gizi dan penyakitnya.
Penentuan kebutuhan gizi diberikan kepada klien/pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinis dan data laboratorium. Selain itu perlu juga memperhatikan
kebutuhan untuk pengganti zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan tambahan
karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau organ yang
sedang sakit.
4) Menentukan macam atau jenis diet sesuai dengan status gizi dan penyakitnya serta
cara pemberian makanan.
Jenis diet disesuaikan dengan keadaan/penyakit yang diderita serta kemampuan
pasien untuk menerima makanan dengan memperhatikan prinsip menu seimbang
(energi,protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral,air, dan serat) dan pola
makan.
5) Konseling gizi
Sebelum melaksanakan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling, yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi, metode,
14
penilaian, dan tindak lanjut. Tujuan konseling gizi adalah membuat perubahan
pengetahuan, sikap dan perilaku makan, serta pola makan sesuai dengan kebutuhan
klien/pasien. Hal ini akan terlihat dari seberapa jauh kepatuhan untuk melaksanakan
diet yang telah ditentukan dan pemecahan masalah yang timbul dalam
melaksanakan rencana diet tersebut.
6) Pemantauan dan evaluasi serta tindak lanjut terapi gizi
Evaluasi terhadap pelayanan asuhan gizi rawat jalan diperoleh melalui kunjungan
ulang pasien ke poli gizi. Evaluasi tersebut berupa rencana diet yang diberikan dan
kepatuhan menjalankan rencana diet, klinis, laboratorium,dan status gizi. Tindak
lanjut yang dibutuhkan tergantung hasil evaluasi pelayanan gizi yang diperoleh
dirumah, bila perlu dilakukan perubahan rencana diet.
b. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap
Asuhan gizi pasien rawat inap adalah serangkaian proses kegiatan pelayanan gizi
yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet hingga evaluasi rencana diet
pasien diruang rawat inap.Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada pasien
rawat inap agar memperoleh gizi yang sesuai dengan kondisi penyakit, dalam upaya
mempercepat proses penyembuhan. Rangkaian kegiatannya:
1) Pengkajian status gizi
a) Antropometri
Setiap pasien diukur data antropometri, berupa tinggi badan atau panjang
badan dan bera badan. Bila tidak memungkinkan pasien diukur tinggi badan
atau panjang badan dan berat badan, maka dilakukan pengukuran lingkar
lengan atas (LILA) dan tinggi lutut.
b) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan klinis yang
berhubungan dengan gangguan gizi atau untuk menentukan hubungan sebab
akibat antara status gizi dengan kesehatan, serta menentukan terapi obat dan
diet. Pemeriksaan fisik meliputi tanda-tanda klinis kurang gizi (sangat kurus,
pucat, atau bengkak) atau gizi lebih (gemuk atau sangat gemuk/obesitas),
sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem gastrointestinal, sistem
metabolik/endokrin dan sistem neurologik/psikiatrik.
15
c) Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan
biokimia dalam rangka mendukung diagnosa penyakit serta menegakkan
masalah gizi klien/pasien. Pemeriksaan ini dilakukan juga untuk menentukan
intervensi gizi dan memonitor/mengevaluasi terapi gizi.
d) Riwayat gizi
Setiap pasien rawat inap dianalisis kebiasaan makan sebelum dirawat yang
meliputi asupan zat gizi, pola makan, bentuk dan frekuensi makan, serta
pantangan makan. Asupan zat gizi diukur dan selanjutnya dianalisis zat gizinya
dengan menggunakan Daftar bahan makanan penukar. Analisis asupan gizi
memberikan informasi perbandingan antara asupan dengan kebutuhan gizi
dalam sehari. Setiap pasien rawat inap akan dianamnesis untuk mengetahui
asupan makanan sebelum dirawat yang meliputi asupan zat gizi, pola makan,
bentuk dan frekuensi makan, serta pantangan makan. Semua data
antropometri, klinis dan biokimia yang didapat dicatat dalam formulir
pencatatan gizi. Kajian riwayat gizi hasilnya akan dibandingkan dengan
perhitungan kebutuhan gizi dan saran diet sesuai kondisi pada saat melakukan
konseling.
2) Penentuan kebutuhan gizi
Penenetuan kebutuhan gizi diberikan kepada pasien atas dasar status gizi,
pemeriksaan klinis dan data laboratorium Selain itu, memperhatikan
kebutuhan untuk penggantian zat gizi, kebutuhan harian, kebutuhan
tambahan karena kehilangan serta tambahan untuk pemulihan jaringan atau
organ yang sedang sakit.
3) Penentuan macam dan jenis diet
Setelah dokter menentukan diet pasien, ahli gizi akan mempelajari dan
menyusun rencana diet dan bila sudah sesuai, selanjut nya akan
menerjemahkan kedalam menu dan porsi makanan serta frekuensi makan
yang akan diberikan. Makanan diberikan dalam berbagai bentuk/konsistensi
(biasa,lunak, maupun cair) sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan
zat gizi yang dibutuhkan serta macam dan jumlah bahan makanan yang
16
digunakan. Apabila dari rencana diet tersebut diperlukan penyesuaian, maka
ahli gizi akan mengonsultasikan kepada dokter.
4) Konseling dan Penyuluhan gizi
Sebelum melakukan kegiatan konseling gizi, terlebih dahulu dibuat rencana
konseling yang mencakup penetapan tujuan, sasaran, strategi, materi,
metode, penilaian, dan tindak lanjut.Tujuan konseling gizi adalah membuat
perubahan perilaku makan pasien. Hal ini diwujudkan melalui penjelasan diet
yang perlu dijalankan oleh pasien, yang diperlukan untuk proses
penyembuhan, kepatuhan pasien untuk melaksanakan diet yang
ditentukan,dan pemecahan masalah yang timbul dalam melaksanakan
diet tersebut.
5) Pemantauan, Evaluasi dan Tindak lanjut
Aktivitas utama dari proses evaluasi pelayanan gizi pasien adalah memantau
pemberian makanan secara berkesinambungan untuk menilai proses
penyembuhan dan status gizi pasien. Pemantauan tersebut mencangkup
antara lain: perubahan diet,bentuk makanan, asupan makanan, toleransi
terhadap
Makanan makanan yang diberikan ,mual, muntah ,keadaan klinis, defekasi,
hasil laboratorium dll
Tindak lanjut yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan sesuai dengan hasil
evaluasi pelayanan gizi antara lain perubahan diet, yang dilakukan dengan
mengubah diet sesuai kondisi pasien. Apabila perlu, dilakukan kunjungan
ulang atau kunjungan runah kunjunga rumah. Untuk pasien yang dirawat
walaupun tidak memerlukan diet khusus tetapi tetap perlu mendapatkan
perhatian agart idak terjadi”Hospital Malnutrition” terutama pada pasien-
pasien yang mempunyai masalah dalam asupan makanannya seperti adanya
mual, muntah dan penurunan nafsu makan.
3.2. Penyelenggaraan Makanan
1. Pengertian
Penyelenggaraan makanan rumah sakit adalah suatu rangkaian kegiatan
mulai dari perencanaan menu sampai dengan pendistribusian makanan
17
kepada konsumen dalam rangka pencapaian status kesehatan yang
optimal melalui pemberian diet yang tepat, termasuk kegiatan
pencatatan,pelaporan, dan evaluasi.
2. Tujuan
Penyelenggaraan makanan dirumah sakit dilaksanakan bertujuan untuk
menyediakan makanan yang kualitasnya baik dan jumlah yang sesuai
kebutuhan serta pelayanan yang layak dan memadai bagi klien atau
konsumen yang membutuhkan.
3.Sasaran
Sasaran penyelenggaraan makanan di Rumah Bethesda Serukam adalah
pasien, dan kegiatan rumah sakit ( format permintaan).
23
d) Semua bahan yang akan dimasukkan ke lemari pendingin
dibungkus plastik
e) Tidak menempatkan bahan makanan yang berbau keras
bersama bahan makanan yang tidak berbau
f) Suhu penyimpanan sayuran sangat diperhatikan sedangkan
buah-buahan diperhatikan sifat buahnya sebelum dimasukkan
ke dalam lemari pendingin.
25
3.3. PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN.
1. Pengertian
Penelitian dan pengembangan gizi di instalasi gizi Rumah Sakit umum
Bethesda serukam merupakan kegiatan pendukung Pelayanan Gizi Rumah
Sakit (PGRS) yang dilaksanakan secara terencana dan terus menerus seperti
halnya kegiatan gizi yang lain, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
rumah sakit.Instalasi Gizi Rumah Rumah Sakit umum Bethesda serukam
menyusun program-program penelitian dan pengembangan yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu pelayanan gizi, disusun berdasarkan
kaidah penelitian, yaitu: adanya usulan/proposal penelitian, laporan hasil
penelitian, serta dokumentasi hasil penelitian.
26
2. Tujuan
a. Sebagai bahan masukan bagi perencanaan kegiatan PGRS
b. Evaluasi kegiatan PGRS
c. Mengembangkan teori, tatalaksana, atau standar baru
3. Ruang lingkup penelitian
Ruang lingkup penelitian yang dilakukan yaitu secara mandiri dan bekerja
sama dengan unit/instalasi lain
4. Ruang lingkup pengembangan
Ruanglingkup pengembangan diInstalasi Gizi Rumah Sakit Bethesda serukam
dilakukan untuk mengembangkan mutu pelayanan gizi. Beberapa aspek
penting yang perlu dikembangkan terus menerus adalah aspek sumber daya
manusia,standar terapi diet,standar sarana dan prasarana dan penggunaan
berbagai perangkat lunak serta berbagai teknik pengolahan makanan.
27
BAB IV
STANDAR KETENAGAAN
NAMA ∑
JABATAN PENDIDIKAN SERTIFIKASI KEBUTUHAN
Kepala Instalasi Perawat Kesehatan Ijazah SPK 1
Konsultan
Gizi Gizi D3 Gizi Ijazah D3 gizi 2
Petugas SMA Ijazah SMA, SMP 2
Pengolahan
Petugas SMA/SMP Ijazah SMA/SMP 2
Petugas
Persiapan SMA & SD Ijazah SMA 2
Pramusaji & SD
Petugas Logistik SMA Ijazah SMA 1
Total
Gizi 10
28
05 Petugas Persiapan SMA &SD Shift pagi 2
05.45 – 14.15
29
BAB V
STANDAR FASILITAS
Bangunan untuk instalasi gizi Rumah Sakit Umum Bethesda Serukam adalah + 10 m x
15 m. Bangunan instalasi gizi ini didirikan sejak rumah sakit pertama kali berdiri yakni pada
tahun 1974. Ruang pelayanan dapur gizi terdiri dari dua ruang memasak, satu ruang
penyimpanan bahan kering, satu ruang loker, satu ruang penyimpanan bahan basah dan satu
ruang rapat.
KORIDOR
LOKER
DAPUR 1
R.PENYIMPANAN
CUCI KOTOR
CUCI BERSIH
DAPUR 2
35
1. Tabel Sarana/Fasilitas Ruang konseling
36
06 Lemari alat-alat Ada Ada
07 Alat pemanas makan (panci,wajan, Ada Ada
08 dll.) pengaduk dan penggoreng
Alat Ada Ada
09 Alat makan (Piring, gelas, sendok,dll.) Ada Ada
10 Lemari pendingin Ada Ada
11 Blender Ada Ada
12 Sarana kebersihan Ada Ada
13 Tempat sampah bertutup Ada Ada
14 Papan tulis Ada Ada
37
NO JENIS KELENGKAPAN STANDAR KETERANGAN
. Mixer Ada Ada
Blender Ada Ada
Timbangan meja Ada Ada
Talenan Ada Ada
Meja kerja Ada Ada
Penggiling dari batu Ada Ada
Bak cuci Ada Ada
4 Ruang masak
Tungku masak Ada Ada
Oven Ada Tidak ada
Penggorengan Ada Ada
Mixer Ada Ada
Blender Ada Ada
Lemari es Ada Ada
Meja kerja Ada Ada
Bak cuci Ada Ada
Rak alat Ada Ada
Bangku Ada Ada
Meja pembagi Ada Ada
5 Ruang pencuci dan penyimpanan
alatcuci
Bak Ada Ada
Rak alat Ada Ada
Tempat sampah Ada Ada
Lemari Ada Ada
6 Dapur susu
Meja kerja Ada Ada
Meja pembagi Ada Ada
Tempat sampah Ada Ada
Mixer dan blender Ada Ada
38
Lemari es Ada Ada
Kompor Ada Ada
7 Kantor
Meja kursi Ada Ada
Filling cabinet Ada Ada
Lemari buku Ada Ada
ATK Ada Ada
Komputer Ada Ada
39
BABVI
KEAMANAN MAKANAN
SANITASI DAN KESELAMATAN KERJA
40
2. Melindungi konsumen dari produksi makanan yang tidak aman dan tidak
memenuhi syarat.
3. Memberikan jaminan kepada konsumen bahwa makanan yang diproduksi sudah
aman dan layak dikonsumsi.
4. Mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan terhadap makanan yang
disajikan.
6.2. Sanitasi
a) Pengertian
Sanitasi makanan di RSU.Bethesda serukam dilakukan untuk menyehatkan makanan
dan minuman agar terbebas dari bahan-bahan yang dapat merusak kesehatan mulai
dari sebelum bahan makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyerahan,
penyajian dan distribusi makanan ke pasien.
b) Tujuan
Kegiatan penyehatan makanan dan minuman di Rumah Sakit Umum Bethesda
serukam ditujukan untuk:
a.Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen
b. Menurunnya kejadian risiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan
melalui makanan
c.Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penanganan makanan.
c) Pelaksanaan Sanitasi Makanan dalam penyelenggaraan makanan.
a. Ruang Pengolahan (Dapur)
Tersedianya fasilitas kamar toilet khusus bagi pegawai dapur, locker
untuk menyimpan pakaian kerjadan ruang untuk ganti pakaian. Ruang
dalam dapur bersih, tersedia tempat sampah sementara yang diberi
kantong plastik hitam yang kemudian dibuang dengan plastiknya ke
tempat pengumpulan sampah diluar yaitu tempat sampah tertutup.
b. Bangunan
1) Pintu-pintu tempat ruang persiapan dan masak dibuat dengan menggunakan
pintu kaca.
41
2) Fasilitas Cuci Tangan:
a) Terletak disetiap ruangan
b) Tersedia airyang mengalir
c) Tersedia sabun dan kainlap pengering
d) Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan,kuat, anti karat
dan permukaan halus
3) Saluran limbah, sebagai pembuangan limbah pengolahan makanan yang aman
dari binatang pengganggu.
c. Sarana dan peralatan untuk pelaksanaan sanitasi makanan
1) Air bersih
Tersedianya air yang bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan
memenuhi syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI.Nomor
01/Birhukmas/I/1975. Standar mutu air tersebut, meliputi:
a) Standar bersih, yaitu suhu, warna, bau, dan rasa
b) Standar biologi, yaitu kuman-kuman parasit, kuman-kuman patogen, dan
bakteri E. coli
c) Standarkimiawi,yaitu derajat keasaman (pH )jumlah zat padat dan bahan-
bahan kimia lainnya
d) Standar radioaktif meliputi benda-benda radioaktif yang mungkin
terkandung dalam air
2) Alat pengangkut/roda/kereta makanan dan minuman tertutup sempurna,
dibuat dari bahan kedap air,permukaannya halus dan mudah dibersihkan
3) Rak-rak penyimpanan bahan makanan/makanan mudah pindahkan dengan
menggunakan roda penggerak untuk kepentingan proses pembersihan
4) Peralatan yang kontak dengan makanan memiliki :
a) Permukaan utuh (tidak cacat), dan mudah dibersihkan
b)Tidak terbuat dari stainlessteal
d) Wadah makanan,alat penyajian dan distribusi makanan tertutup
42
d). Prinsip Penyehatan Makanan dalam Penyelenggaraan Makanan
Prinsip penyehatan makanan menggunakan teknik HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point) meliputi bahan makanan ,penjamah makanan, dan cara
kerja yang dilakukan serta upaya pengendalian pertumbuhan kuman berbahaya.
a. Bahan makanan (sumber,mutu cara penanganan)
1) Sumber bahan makanan
Diketahui asal lokasinya, tidak tercemar dari sampah atau pupuk yang
dipakai, bebas dari insektisida, peptisida, atau bahan kimia lainnya
2) Mutu bahan makanan dipilih bahan makanan yang bermutu baik,segar,
aman, utuh,tidak berlubang, tidak layu, tidak busuk, tidak kotor dan
bergizi
3 ) P enanganan bahan makanan dilakukan secara tepat dan baik,misalnya
dengan menggunakan kemasan yang memenuhi syarat
b. Hygiene tenaga penjamah makanan
1) Syarat
Untuk mewujudkan penyehatan perorangan yang layak dalam
penyelenggaraan makanan, diperlukan tenaga penjamah yang memenuhi
syarat:
a) Bukti sehat diri dan bebas dari penyakit
b)Tidak menderita penyakit kulit, penyakit menular, scabies ataupun luka
bakar
c) Bersih diri,pakaian, dan seluruh badan
d) Mengikuti pemeriksaan kesehatan secara periodik
e) Mengetahui proses kerja dan pelayanan makanan yang benar dan tepat
f) Mengetahui teknik dan cara menerapkan hygiene dan sanitasi dalam
penyelenggaraan makanan
g) Berperilaku yang mendukung terwujudnya penyehatan makanan
43
Hal-hal yang harus dilakukan tenaga penjamah makanan adalah:
a. Cuci tangan dengan sabun sebelum mulai/sesudah bekerja,
setiap keluar dari WC, sesudah menjamah bahan yang kotor
b. Sebelum dan selama bekerja tidak boleh menggaruk kepala,
muka, hidung ,dan bagian tubuh lain yang dapat menimbulkan
kuman
c. Alihkan muka dari makanan dan alat-alat makan dan minum
bila batuk atau bersin ( menggunakan SPO etika batuk
d. Gunakan masker/tutup hidung dan muka
e. Pengolahan makanan dilakukan menurut proses yang
ditetapkan,sesuai dengan peralatan masak,waktu,dan suhu
ataupun tingkat pemasakan
f. Tidak boleh menjamah makanan yang sudah masak tetapi
pergunakan sendok, garpu, atau alat yang lainnya
g. Makan di ruang makan yang disediakan. Selalu menjaga agar
tempat kerja,ruang ganti pakaian,kamar mandi, danWC serta alat-
alat tetap bersih sepanjang waktu
h. Penjamah makanan memakai sarung tangan
c. Prosedur kerja
Bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada supaya tidak terjadi
kontaminasi makanan atau kontaminasi ulang oleh penjamah makanan
d. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian factor yang mempengaruhi pertumbuhan kuman pada
makanan dan minuman, dilakukan dengan pemantauan titik-titik rawan pada
jalur penanganan makanan dan minuman yang diperkirakan memudahkan
timbulnya bakteri dan fungi.Titik-titik rawan dalam proses penanganan
makanan dan minuman adalah:
1) Proses pembersihan makanan
Pada proses ini dilakukan agar tidak ada makanan dan minuman yang
44
membusuk setelah proses pembersihan bahan
2) Proses persiapan bahan makanan. Pada proses ini hendaknya:
o
dan dalam keadaan tertutup dilakukan pada suhu 10 C
o
disimpan pada suhu4 C selama 6jam,jika>6 jam harus
o o
disimpan pada suhu -5 C sampai -1 C
45
Proses pembersihan meliputi ruang, lantai, dan langit-langit
b) Pencucian alat masak dilakukan setiap kali selesai masak
6) Proses pengangkutan makanan untuk pendistribusian
Alat pengangkutan makanan dan minuman dengan menggunakan troly
makanan tertutup untuk menghindari debu.. Pendistribusian atau
penyajian makanan kepada pasien menggunakan alat makan tertutup,
contoh: plato, mangkuk, piring, lepek.
6.3.1. Pengertian
Keselamatan kerja (safety adalah segalau paya atau tindakan yangharus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas
46
ataupun kelalaian/kesengajaan.
1. Tujuan
Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja Tahun 1970, syarat-syarat keselamatan
kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya,dengan tujuan:
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
b. Mencegah,mengurangi, dan memadamkan kebakaran
c. Mencegah dan mengurangi bahaya ledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan
f. Memberi perlindungan pada pekerja
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban,
debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi,suara dan
getaran
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik
fisik/psikis,keracunan,infeksi, dan penularan
i. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup
j. Memelihara kebersihan antara tenaga kerja,alat kerja,lingkungan,cara, dan proses
kerja
k. Memperolehke bersihan antara tenaga kerja alat kerja,lingkungan,cara, dan proses
kerjanya
l. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau
barang
m. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
n. Mengamankan dan memelihara pekerjaan bongkar muat,perlakuan, dan
penyimpanan barang
o. Mencegah terkena aliran listrik
p. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi
47
3. Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan makanan
a. Pengembalian teknis mencakup
1) Letak, bentukdan konstruksi alat sesuai dengan kegiatandanmemenuhi syarat
yang telah ditentukan
2) Ruangan dapur cukup luas, denah sesuai dengan arus kerja dan dapur dibuat
dari
bahan-bahan atau konstruksi yang memenuhi syarat
3) Perlengkap analat kecil yang cukup disertai tempat penyimpanan yang praktis
b. Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat
1) Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
2) Pekerjaan yang ditugaskan sesuai dengan kemampuan kerja dari pegawai
3) Volume kerja yang dibebankan sesuai dengan jam kerja yang telah ditentukan.
4) Perawatan alat dilakukan secara kontinyu agar peralatan tetap dalam kondisi
yang
layak pakai
5) Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi pegawai
6) Adanya fasilitas/peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama yang
cukup
7) Petunjuk penggunaan alat keselamatan kerja
4. Prosedur keselamatan kerja
a. Ruang penerimaan dan penyimpanan bahan makanan
1) Menggunakan alat pembuka bungkus bahan makanan menurut cara yang
tepat
2) Barang yang berat selalu ditempatkan dibagian bawah
3) Menggunakan tutup kotak/tutup panci yang sesuai dan hindari tumpahan
bahan
4) Lampu selalu dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan
5) Tidak mengangkat barang berat, bilatidak sesuai dengan kemampuan pekerja
48
6) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang banyak,yang dapat
membahayakan badan dan kualitas makanan
7) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaanl icin diruang penerimaan
dan penyimpanan
49
atau makanan tersebut tercampur
15)Perhatikan posisi tangan sewaktu membuka dan mengeluarkan isi kaleng
c. Di ruang pembagian makanan di instalasi gizi
1) Tidak mengisi panci/piring terlalu penuh
2) Tidak mengisi kereta makan melebihi kapasitas kereta makan
3) Meletakkan alat dengan teratur dan rapi
4) Bila ada alat pemanas, perhatikan waktu menggunakannya
5) Bila membawa air panas, tutup dengan rapat atau tidak mengisi tempat
tersebut sampai penuh
d. Di dapur ruang rawat inap
Keamanan dan keselamatan kerja didapur ruangan
1) Menggunakan peralatanyang bersih dan kering
2) Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya
3) Menggunakan APD selama didapur ruangan seperti celemek, topi, dan lain-
lain
4) Tidak menggaruk, batuk selama menjamah makanan.
6) Berhati-hati dan teliti bila membuka dan menutup atau menyalakan dan
mematikan kompor,lampu,gas,listrik (untuk listrik blender, mixer, dan
sebagainya).
7) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan.
8) Menata makanan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
9) Mengikuti petunjuk/ prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum mulai bekerja
dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan dengan menggunakan
sabun atau desinfektan.
10) Membersihkan/mencuci peralatan di dapur maupun kereta makan sesuai
prosedur.
11)Membuang/membersihkan sisa makanan/ sampah segera setelah alat
makan/alat dapur selesai digunakan.
12)Tidak meninggalkan dapur ruangan sebelum yakin bahwa kompor,
50
lampu,gas,listriks udah dimatikan, dan kemudian pintu dapur harus
ditinggalkan dalam keadaan tertutup/terkunci.
e. Alat pelindung kerja
1) Baju kerja, celemek dan topi terbuat dari bahan yang idak panas, tidak licin,
dan enak dipakai,sehingga tidak mengganggu gerak
2)Menggunakan sandal trepes tertutup depan dan tidak licin
3) Menggunakan cempal/serbet pada tempatnya.
4) Tersedia alat sanitasi yang sesuai,misal nya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering, dan sebagainya.
5) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
terjangkau.
51
BAB VII
PENUTUP
52
Inna. dr. Edy Ariston Lubis SpM.Msc
53
54