OLEH :
KELOMPOK 1
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur hanyalah bagi Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat-Nya
kepada penyusun sehingga mampu menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah gerontik yang
berjudul “Penyakit Paru Obstruksi Menahun (PPOM)” ini dengan baik.
Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun menyadari sepenuhnya atas keterbatasan ilmu maupun dari segi penyampaian yang
menjadikan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan dari semua pihak untuk sempurnanya makalah ini, sehingga
dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat.
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan.....................................................................................................2
1.3 Manfaat...................................................................................................2
BAB II TINJAUN PUSTAKA
2.1 Definisi.................................................................................................3
2.2 Klasifikasi PPOM.................................................................................4
2.3 Faktor Resiko…………………………………………….......………..4
2.4 Manifestasi Klinis ................................................................................5
2.5 Komplikasi ...........................................................................................5
2.6 Patofisiologi ………………………………………………….…….…6
2.7 Patway ……………………………………………………….…….…8
2.8 Penatalaksanaan …………………………………………….…….....9
2.9 Pemeriksaan Penunjang ………………………………….……….…10
2.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan …………………………..…..11
2.11 Diagnosa Keperawatan ……………………………………….……13
2.12 Intervensi Keperawatan…………………………………….………14
2.13 Implementasi Keperawatan ………………………………………..17
2.14 Evaluasi Keperawatan …………………………………………….17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian.........................................................................................18
3.2 Analisa Data.......................................................................................26
3.3 Diagnosa Keperawatan.......................................................................28
3.4 Intervensi Keperawatan .....................................................................29
3.5 Implementasi .....................................................................................32
3.6 Evaluasi .............................................................................................40
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan........................................................................................42
4.2 Saran...................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan adanya obstruksi aliran udara yang disebabkan oleh bronchitis kronis
atau empisema. Obstruksi aliran udara pada umumnya progresif kadang diikuti
oleh hiperaktivitas jalan napas dan kadangkala parsial reversible, sekalipun
empisema dan bronchitis kronis harus didiagnosa dan dirawat sebagai penyakit
khusus, sebagian besar pasien PPOM mempunyai tanda dan gejala kedua
penyakit tersebut sekitar 14 juta orang Amerika terserang PPOM dan Asma
sekarang menjadi penyebab kematian keempat di Amerika Serikat lebih dari
90.000 kematian dilaporkan setiap tahunnya.
Rata-rata kematian akibat PPOM meningkat cepat, terutama pada laki-laki usia
lanjut. Angka penderita PPOM diIndonesia sangat tinggi.
Banyak penderita PPOM dating kedokter saat penyakit itu sudah lanjut. Padahal
sampai saat ini belum ditemukan cara yang efisien dan efektif untuk menentukan
PPOM. Menurut Dr. Suradi penyakit PPOM diIndonesia menepati urutan ke 5
sebagai penyakit yang menyebabkan kematian. Sementara data dari organisasai
Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada tahun 2010 diperkirakan penyakit
ini akan menempati urutan ke-4 sebagai penyebab kematian “pada dekade
mendatang akan meningkat ke peringkat ketiga, dan kondisi ini tanpa disadari
angka kematian akibat PPOM ini semakin meningkat.
Oleh karena itu penyakit PPOM haruslah mendapat pengobatan yang baik dan
terutama perawatan yang komprehensif semenjak serangan sampai dengan
perawatan dirumah sakit. Dan yang lebih penting adalah perawatan untuk
memberikan pengetahuan dan Pendidikan pada pasien dan keluarga tentang
perawatan dan pencegahan serangan berulang pada pasien PPOM dirumah. Hal
ini diperlukan perawat yang komprehensif dan paripurna saat di Rumah Sakit.
1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa
khusunya mahasiswa keperawatan mengetahui dan memahami tentang Penyakit
Paru Obtruksi Menahun.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN
PPOM adalah penyakit paru obstruksi menahun /PPOK (Penyakit paru
obstruksi kronik) yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran napas
yang tidak sepenuhnya reversible. Hambatan udara ini bersifat progresif dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas racun yang
berbahaya (Robbins,2010).
Menurut Anthonisen (2004) istilah PPOK mencakup tiga patologi spesifik yaitu
bronkhitis kronik, penyakit saluran napas perifer dan emfisema. Definisi PPOM
menurut American Thoracic Society (ATS) adalah suatu gangguan dengan
karakteristik adanya obstruksi dari jalan napas karena bronkitis kronik atau
emfisema; obstruksi jalan napas umumnya progresif dan dapat disertai hiper-
reaksi dan mungkin kembali normal sebagian.
1. Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap hari
disertai pengeluaran dahak, sekurangnya 3
bulan dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
2. Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu distensi abnormal ruang udara di
luar bronkiolus terminal dengan kerusakan dinding alveoli. (Bruner &
Suddart, 2002)
a) Emfisema Centriolobular merupakan tipe yang sering muncul,
menghasilkan kerusakan bronkiolus, biasanya pada region paru
3
atas. Inflamasi berkembang pada bronchiolus tetapi biasanya
kantung alveolar tetap bersisa.
3. Asma
4
pekerjaan yang khas termasuk penambangan batu bara, panambangan
emas, dan debu kapas tekstil telah diketahui sebagai faktor risiko
obstruksi aliran udara kronis.
3. Polusi Udara
Beberapa peneliti melaporkan meningkatnya gejala respirasi pada orang-
orang yang tinggal di daerah padat perkotaan dibandingkan dengan
mereka yang 5 tinggal di daerah pedesaan, yang berhubungan dengan
meningkatnya polusi di daerah padat perkotaan. Pada wanita bukan
perokok di banyak negara berkembang, adanya polusi udara di dalam
ruangan yang biasanya dihubungkan dengan memasak, telah dikatakan
sebagai kontributor yang potensial.
4. Usia
Semakin bertambah usia, semakian besar risiko menderita PPOM.
Padapasien yang didiagnosa PPOM sebelum usia 40 tahun, kemungkinan
besar diamenderita gangguan genetik berupa defisiensi-antitripsin.
5. Jenis Kelamin
Laki-laki lebih berisiko terkena PPOM daripada wanita, mungkin
initerkait dengan kebiasaan merokok pada pria. Namun ada
kecendrunganpeningkatan prevalensi PPOM pada wanita karena
meningkatnya jumlah wanitayang merokok.
2.5 KOMPLIKASI
5
Terjadi ketika ventilasi dan oksigenasi tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan tubuh saat tidur.
2) Cor Pulmonal/ dekompensasi ventrikel kanan
Merupakan pembesaran vertikel kanan yang disebabkan oleh over
loading akibat dari penyakit pulmo. Terjadi mekanisme kompensasi
sekunder bagi paru-paru yang rusak bagi penderita PPOM.
3) Pneumothoraks
Merupakan akumulasi udara rongga pleura.
4) Giant Bullae
Kelainan yang timbul karena udara terperangkap di parenkim paru-paru
sehingga alveoli menjadi tempat menangkapnya udara untuk pertukaran
gas menjadi benar-benar efektif.
2.6 PATOFIOLOGI
6
disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi
ventilasi paru. Faktor risiko merokok dan polusi udara menyebabkan
proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan pada
dinding bronkiolus terminalis.
Akibat dari kerusakan pada dinding bronkiolus terminalis akan terjadi
obstruksi pada bronkiolus terminalis yang mengalami obstruksi pada
awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat
inspirasi akan banyak terjebak dalam alveolus pada saat ekspirasi
sehingga terjadi penumpukan udara (air trapping). Kondisi inilah yang
menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan segala akibatnya.
Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan
ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi (Price et al,
2003).
7
1. PATWAY
Faktor
predisposisi
Gangguan
metabolisme Gangguan
jaringan pertukaran
Hipoksemia
gas
Metabolisme
anaerob
Insufisiensi/ga Pola
Produksi ATP gal napas napas
Gagal menurun tidak
jantung
efektif
kanan
Defisit energi
8
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan PPOM adalah:
1. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada faseakut,
tetapi juga fase kronik.
2. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas harian.
3. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat dideteksilebih
awal.
Penatalaksanaan PPOM pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
1. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikanmerokok,
menghindari polusi udara.
2. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksiantimikroba
tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat sesuaidengan kuman
penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas atau pengobatan empirik.
3. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
denganaliran lambat 1-2 liter/menit.
4. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator.
Penggunaankortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme)
masih controversial.
5. Tindakan rehabilitasi yang meliputi :
a) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengeluaran secret bronkus.
b) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa melakukan pernapasan
yang paling efektif
c) Latihan dengan beban oalh raga tertentu, dengan tujuan untuk
memulihkankesegaran jasmani.
d) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesuaian diri
penderitadengan penyakit yang dideritanya.
9
2.9 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan:
a. Tubular Shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-garis yang parallel,
keluar dari hilus menuju apeks paru. Bayangan tersebut adalah bayangan
bronkus yang menebal.
b. Corak paru yang bertambah
4. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila sudah terdapatkor
pulmonal terdapat deviasi aksis kekanan dan P pulmonal pada hantaran II,III, dan
aVF. Voltase QRS rendah Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/Skurang
dari 1. Sering terdapat RBBB inkomplet.
5. Kultur sputum, untuk mengetahui petogen penyebab infeksi.
6. Laboratorium darah lengkap.
10
2.10 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan PPOM Pada Lansia
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status
perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama klien adalah sesak nafas, setelah terpapar oleh allergen atau factor
lain yang mencetuskan serangan PPOM.
1) Penyakit sekarang
Klien biasanya mempunyai riwayat merokok dan riwayat batuk kronis,
bertempat tinggal atau bekerjadi area dengan polusi udara berat.
2) Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat alergi pada keluarga dan riwayat asma pada anak-anak.
Riwayat obat-obatan yang pernah dikonsumsi klien.
c. Data Bio-Psiko-Sosial-Spriritual
1) Pola pernapasan
Pernapasan : Biasanya cepat, dapat lambat; fase ekspirasi memanjang dengan
mendengkur, napas bibir (emfisema). Penggunaan otot bantu pernapasan, mis.,
meningkatkan bahu, retraksi fosa suprsklafikula, melebarkan hidung.
Bunyi napas : redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut,
atau krekels lembab kasar (bronchitis); ronki, mengi, sepanjang area paru pada
ekspirasi dan kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan atau
tak adanya bunyi napas (asma). Warna : Pucat dengan sianosis bibir dan dasar
kuku; abu-abu keseluruhan; warna merah (bronchitis konis,”biru
menggembung”). Pasien dengan emfisema sedang sering disebut “pink puffer”
karena warna kulit normal meskipun petukaran gas tak normal dan frekuensi
pernapasan cepat. Tabuh pada jari-jari (emfisema).
2) Pola nutrisi dan metabolisme
11
3) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas klien akan terganggu karena sesak nafas yang dirasakan.
4) Pola tidur dan istirahat
Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan sulitnya bernafas yang
dirasakan lansia.
5) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan pada lansia dan anggota keluarga.
6) Pola sensori dan kognitif
Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya
tidak mengalami kelainan serta tidak terdapat suatu waham paad lansia.
13
2.12 INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan
produksi sputum, batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnyatenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
bersihan jalan napas dapat teratasi.
Intervensi :
1. Monitor respirasi dan status O2
2. Auskultasi suara nafas dan catat bila ada suara tambahan
3. Atur intake cairan mengoptimalkan keseimbangan cairan
4. Instruksikan pasien untuk menghindari iritan seperti asap rokok,
aerosol,suhu yang ekstrim, dan asap
5. Berikan antibiotic sesuai saran dokter
6. Kolaborasi dengan dokter bila ada suara tambahan.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan pertukaran udara inspirasi dan atau
ekspirasi tidak adekuat
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pola
napas kembali normal.
Intervensi :
15
6. Timbang BB tiap hari sesuai indikasi
7. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
Intervensi :
1. Atur posisi yang nyaman menjelang tidur, biasanya posisi high fowler.
2. Anjurkan keluarga untuk melakukan pengusapan punggung saat klien
tidur
Intervensi :
4. Jelaskan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit dengan cara
yang tepat
5. Instruksikan klien mengenai tanda dan gejalan dan memberi perawatan
kesehatan dengan cara yang tepat.
16
2.13 Implementasi Keperawatan
Menurut Kozier et al., (2010) implementasi keperawatan merupakan sebuah fase
dimana perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan
sebelumnya. Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi. Implementasi keperawatan membutuhkan fleksibilitas dan
kreativitas perawat. Sebelum melakukan suatu tindakan, perawat harus mengetahui
alasan mengapa tindakan tersebut dilakukan.
Beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya tindakan keperawatan yang dilakukan
harus sesuai dengan tindakan yang sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang
tepat, aman, serta sesuai dengan kondisi klien, selalui dievaluasi mengenai keefektifan
dan selalu mendokumentasikan menurut urutan waktu. Aktivitas yang dilakukan pada
tahap implementasi dimulai dari pengkajian lanjutan, membuat prioritas, menghitung
alokasi tenaga, memulai intervensi keperawatan, dan mendokumentasikan tindakan dan
respon klien terhadap tindakan yang telah dilakukan (Debora, 2013)
2.14 Evaluasi
Menurut Deswani (2011) evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses dan hasil.
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu menghasilkan umpan balik selama program
berlangsung. Sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi efektivitas pengambilan keputusan. Menurut Dinarti dkk (2013)
evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif,
assessment, planing).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
KASUS
17
Seorang pasien bernama Tn.S usia 65 tahun datang ke RS di antar oleh keluarganya dengan
keluhan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu padahal tidak melakukan aktivitas yang berat,
pasien mengeluh batuk namun dahak tidak bisa keluar dan merasa lemas, pasien mengatakan
selama sakit gerakannya terbatas hanya berada di tempat tidur dan beraktivitas di bantu oleh
keluarga, pasien mengatakan tidur tidak nyenyak. Hasil pemeriksaan fisik pasien tampak sulit
bernafas dan memegangi dada saat bernafas, pasien tampak batuk, klien sering memainkan
kakinya ketika sulit bernafas, pasien tampak gelisah,. TTV, TD : 130/80mmHg, RR:26x/mnt,
Nadi : 104x/mnt, S : 36oS. Suara pernafasan klien wheezing, pernafasan klien dalam dan cepat,
ronchi (+) Pasien terpasang infus Asering 15 Tpm, Pasien terpasang nasal kanul O2 3L/ menit.
3.1 PENGKAJIAN
Tanggal Masuk Rumah Sakit : 7 Februari 2019
Tanggal pengkajian : 7 Februari 2019
Diagnosa Medis : PPOM
1. Identitas Klien
Nama : Tn. S
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Alamat : Sendang kulon
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Nama : Ny. A
Umur : 58 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
18
Alamat : Sendang kulon
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Sudah Menikah
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengatakan sesak nafas dan batuk
e. Riwayat alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi.
4. Genogram
19
65
th
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Pasien
Penjelasan :
Tn. S merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Tn S menikah dengan istrinya yang
merupakan anak pertama dari lima bersaudara dan mereka dikaruniai empat orang anak.
Dua orang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan ketiga anaknya sudah menikah
tetapi anak yang keempat tinggal bersama Tn. S dan istrinya.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Composmentis, TD : 130/80mmHg, RR : 26x/mnt, Suhu : 36oC
Nadi : 104x/mnt.
b. Kepala
1) Kepala : mesosephal.
2) Rambut : hitam, tidak mudah dicabut.
3) Mata : Sklera : tidak ikterik, Konjungtiva : tidak anemis.
4) Hidung : tampak terpasang nasal kanul O2 (3L/mnt)
20
5) Telinga : Bersih, tidak ada serumen, reflek suara baik.
6) Mulut : Gigi kekuningan, lengkap, tidak ada stomatitis.
7) Leher : Nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Ekremitas : Tidak ada oedema pada kedua eksremitas atas dan bawah.
Ekremitas tangan kiri terpasang infus Asering 15 Tpm.
c. Dada
a. Paru
1) Inspeksi : Bentuk dada simetris
RR : 26x/mnt
2) Palpasi : Tidak ada pembengkakan
Tidak ada nyeri tekan.
3) Perksusi : Hipersonor
4) Auskultasi : Suara nafas wheezing dan kadang terdengar ronchi.
c) Kebutuhan Eliminasi
21
Sebelum Sakit : Pasien dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan.
Saat dikaji : Pasien tampak terganggu keseimbangannya karena tidak bisa
Bernafas.
Sebelum Sakit : Pasien biasa tidur 8 jam sehari dan bangun pada pukul 05.00.
Saat di kaji : Pasien tidur kuranglebih 6 jam sehari dan sering
terbangun.
f) Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Mandi 2x sehari dan gosok gigi mandiri.
Saat di kaji : Pasien tampak di bantu oleh istri.
Sebelum Sakit : Pasien merasa aman dan nyaman jika bersama keluarga dan
istrinya.
Saat di kaji : Pasien mengeluh tidak nyaman karena sering seak nafas
dan
batuk.
h) Kebutuhan Berpakaian
Sebelum Sakit : Pasien ganti baju 2x sehari dan dapat berpakaian sendiri.
Saat di kaji : Memakai pakaian di bantu oleh anaknya.
i) Kebutuhan Spritual
Sebelum Sakit : Pasien dapat melakukan sholat 5 waktu.
Saat di kaji : Pasien tidak bisa sholat dan berkeyakinan bahwa penyakitnya
dapat sembuh karena pertolongan Tuhan.
j) Temperatur Tubuh
Sebelum Sakit : Pasien biasa memakai pakaian tipis jika begitu panas.
Saat di kaji : Suhu : 36oC.
22
7. ADL (Activity Daily Living)
Aktifitas (ADL) 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi ditempat tidur √
Mobilisasi berpindah √
Berias √
ROM √
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Membutuhkan alat bantu
2 : Membutuhkan pengawas orang
3 : Membutuhkan bantuan orang lain
4 : Ketergantungan total
8. Indeks KATZ
Indek Keterangan
Mandiri dalam makan, kontinensia (BAB,BAK), menggunakan
A
pakaian, pergi ke toilet, berpindah, dan mandi
B Mandiri, semuanya kecuali salah satu dari fungsi diatas
C Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian dan satu lagi fungsi yang
D
lain
Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu lagi
E
fungsi yang lain
F Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah dan satu
23
lagi fungsi yang lain
G Ketergantungan untuk enam fungsi tersebut
Lain- Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat
lain diklasifikasi sebagai C, D, E, F dan G
Kesimpulan :
9. Mental (SPMSQ/MMSE)
Short potable mental status questionnaire (SPMSQ)
Skor
No Pertanyaan
+ -
0 √ 1 Tanggal berapa hari ini?
0√ 2 Hari apa sekarang ini?
√ 3 Apa nama tempat ini?
√1 4 Berapa nomer telepon anda?
0√ 5 Dimana alamat anda? Tanyakan untuk klien tidak punya telepon.
√0 6 Berapa umur anda?
√0 7 Kapan anda lahir?
√0 8 Siapa presiden Indonesia sekarang?
0 √ 9 Siapa nama kecil ibu anda?
24
1√ Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka baru,
10
semua secara menurun
Jumlah kesalahan total : 4
Penilaian SPMSQ :
DO :
-TTV
TD : 130/80 mmHg
RR : 26x/mnt
Nadi : 104x/mnt
-Ps. Tampak lemah
-Tangan kiri terpasang Asering 15
Tpm
-Indeks KATZ : Kategori F
26
-ADL : 3 ( membutuhkan bantuan
orang lain )
C. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif beruhubungan dengan peningkatan produksi sputum
yang ditandai dengan Pasien megeluh sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu, Pasien
mengeluh batuk namun dahak tidak bisa keluar.Pasien tampak sesak nafas/dispneu,
Pasien. tampak memegang dada saat bernafas, hidung terpasang nasal kanul 3L/mnt, RR :
26x/menit , Nadi : 104x/mnt, pemeriksaan fisik terdengar auskultasi ronchi, pemeriksaan
thoraks:Pulmo : Brochitis dengan gambaran emfisematis long.
29
antara suplai dan selama 3x24 jam pemenuhan kebutuhan untuk memberikan
kebutuhan oksigen. diharapkan ADL latihan gerak pasien
masalah 4.Bantu pasien memilih 3. Membantu
intoleransi aktifitas sesuai memenuhi
aktifitas dapat kemampuan kebutuhan ADL
teratasi dengan 5. Kolaborasi dengan pasien
kriteria hasil : keluarga 4. Membantu
1. Pasien dapat 6. Kolaborasi dengan memilih latihan
melakukan tim medis gerak sesuai
aktifitas secara kemampuan pasien
bertahap 5. Mendukung
2. Pasien dapat pasien untuk
beraktifitas memenuhi
tanpa bantuan kebutuhan ADL
orang lain 6. Memberikan
terapi sesuai
kebutuhan pasien
3. Gangguan pola Setelah 1. Kaji faktor yang 1. Mengetahui
tidur berhubungan dilakukan menyebabkan gangguan penyebab gangguan
dengan psikologis : tindakan tidur istirahat tidur
kecemasan keperawatan 2. Ciptakan suasana 2. Memberi rasa
selama 3x4 jam nyaman nyaman
diharapkan 3. Ajarkan distraksi 3. Memberi rasa
gangguan pola relaksasi nyaman dan rileks
tidur dapat 4. Batasi pengunjung 4. Mencegah
teratasi dengan selama periode istirahat terjadinya
kriteria hasil : 5. Kolaborasi dengan ketidaknyamanan
1. Pasien tidak tim medis pada pasien
tidur terjaga 5. Memberi terapi
2.Pasien sesuai kebutuhan
mendapatkan pasien.
30
jam istirahat
tidur yang
berkualitas
3.4 Implementasi
31
DO :
- TTV :
- TD : 120/90
mmHg
- N : 100 x/menit
- RR : 28 x/menit
- S : 36°C
- Suara nafas
wheezing
Memposisikan semi DS :
07.15 1
fowler - Pasien
mengatakan
merasa nyaman
dengan posisi
tersebut
DO :
- Pasien tampak
berposisi semi
fowler
32
DO
- Pasien tampak
terpasang
oksigen dengan
nasal canul 3
Lpm
Melakukan injeksi DS
08.00 1,2,3
cefotaxime 1gr, - pasien
ranitidine 50 mg mengatakan
sedikit perih saat
di suntik
DO
- Injeksi tampak
masuk lewat IV
Mengajarkan teknik
distraksi relaksasi. DS
08.30 1,3
- Pasien
mengatakan
terasa legah.
DO
- pasien tampak
kooperatif
33
nebulizer Ventolin : - Pasien
Flexotid 1 : 1 mengatakan
batuk berkurang
DO
- Obat tampak
masuk lewat
nasal kanu.
Menciptakan suasana DS
13.00 2
yang nyaman. - Pasien dan
keluarga pasien
mengatakan
sedikit nyaman
DO :
- Suasana tampak
nyaman
Membantu pasien DS :
13.30 2
memenuhi kebutuhan - Pasien
ADL mengatakan
merasa terbantu
DO :
34
- Pasien tampak
terbantu
2 Rabu, 08 1,2,3 - Mengkaji TTV, DS
februari 2019 - mengkaji faktor - Pasien
07.00
penyebab mengatakan
ketergantungan mengatakan
07.30 1,2 DS
Mengajarkan teknik
- Pasien
distraksi relaksasi
mengatakan
terasa lebih baik
dari sebelumnya.
DO
35
- pasien tampak
kooperatif
08.00 1,2,3
Melakukan injeksi DS
cefotaxime 1 g, - pasien
ranitidine 50 mg, mengatakan
furosemid 20 mg sedikit perih saat
di suntik.
DO
Injeksi tampak masuk
lewat IV
09.00 2 DS
Memotivasi dan - pasien
mendorong pasien untuk mengatakan
beraktifitas. bersedia untuk
melakukan
aktifitas sedikit
demi sedkit.
DO
- Pasien tampak
paham dan
mencoba
melakukan
aktifitas.
36
membatasi jumlah DO :
pengunjung - Keluarga pasien
tampak paham
12.00 1,2,3
Memberi obat oral KSR DS :
1 tab, ambroxol 1 tab - Pasien
mengatakan mau
minum obat
DO :
- Pasien tampak
meminum
obatnya.
12.30 3
Menciptakan suasana DS : -
nyaman DO :
- Suasana tampak
nyaman.
37
- TTV
- TD :120/80
mmHg
- N : 80 x/menit
- RR : 20 x/menit
- S : 36,5ºC
17.00 1,2,3 DS :
Memberikan obat oral - Pasien
ambroxol 1 tab, KSR 1 mengatakan mau
tab minum obat
DO :
- Pasien tampak
meminum
obatnya.
1,2,3
20.00
DS : -
Memberi injeksi DO
ranitidine 50 mg Injeksi tampak masuk
lewat IV
38
3.5 Evaluasi
39
2 S : - Pasien mengatakan sudah bisa
melakukan aktifitas secara
mandiri.
40
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa
memanjangnya periode ekspirasi yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran
nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa
waktu. PPOM terdiri dari kumpulan tiga penyakit yaitu Bronkitis kronik, Emfisema
paru dan Asma.
2. Faktor resiko dari PPOM adalah : Merokok sigaret yang berlangsung lama, Polusi
udara, Infeksi paru berulang, Umur, Jenis kelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin,
Defisiensi anti oksidan
3. Manifestasi klinik PPOM adalah pada Lansia, antara lain :
Batuk yang sangat produktif, purulent, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan
inhalen, Sesak nafas, Hipoksia dan hiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang menetap
4. Penatalaksanaan pada penderita PPOM : Meniadakan faktor etiologi dan presipitasi,
Membersihkan sekresi Sputum, Memberantas infeksi, Mengatasi Bronkospasme,
Pengobatan Simtomatik, Penanganan terhadap komplikasi yang timbul, Pengobatan
oksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.
41
A. Saran
1. Untuk Lansia
Menghindari faktor resiko :
- Anjurkan klien untuk tidak merokok
- Anjurkan klien untuk cukup istirahat
- Anjurkan klien untuk menghindari alergen
- Anjurkan klien untuk mengurangi aktifitas
- Anjurkan klien untuk mendapatkan asupan gizi yang cukup
2. Untuk keluarga
Memberikan dukungan :
- Anjurkan keluarga untuk memberi perhatian pada klien
- Anjurkan keluarga untuk memantau kondisi klien
Setelah memahami mengenai PPOK yang sering terjadi di kalangan pria dan usia lanjut.
Diharapkan dari makalah ini dapat membangkitkan pengetahuan mahasiswa. Untuk
pembaca dan perawat dapat mengambil inti dari makalah ini sehingga dapat menerapkan
dalam dunia Pendidikan ataupun dalam dunia kerja.
42
DAFTAR PUSTAKA
Somantri, Irman. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika
Esther, John D. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada Praktik Keperawatan. Dialih bahasakan oleh
Andry Hartono. Jakarta : EGC
Francis, Caia, 2012. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Stella Tiana Hasianna. Jakarta
: Erlangga
Indriani, Wijaya, 2010. Buku Pintar Atasi Asma. Yogyakarta
Murwani, Arita, 2011. Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi I. Yogyakarta
https://www.academia.edu/34981928/Askep_PPOK_Penyakit_Paru_Obstruktif_Kronik
43